Halaman

Senin, 28 Maret 2011

ROH ORANG MATI

Roh Kembali kepada Allah :
* Pengkotbah 12:7
LAI TB, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh (RUAKH) kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
KJV, Then shall the dust return to the earth as it was: and the spirit shall return unto God who gave it
Hebrew,
וְיָשֹׁב הֶעָפָר עַל־הָאָרֶץ כְּשֶׁהָיָה וְהָרוּחַ תָּשׁוּב אֶל־הָאֱלֹהִים אֲשֶׁר נְתָנָהּ׃
Translit, VEYASYOV {dan ia akan kembali} HE’AFAR {debu tanah} ‘AL-HA’ARETS {kepada bumi} KESYEHAYAH {seperti ia sudah ada} VEHARU’AKH {dan roh} TASYUV {ia akan kembali} ‘EL-HA’ELOHIM {kepada Allah} ASYER {yang} NETANAH {Dia sudah mengaruniakannya}
Debu tanah melambangkan “tubuh”. Roh (Ibrani, רוח – RUAKH), adalah merujuk pada נפש – NEFESY, yang dihembuskan Allah pada saat penciptaan (bandingkan Kejadian 1:27)
Berdasarkan ayat di atas, tubuh orang yang mati binasa di dalam tanah, namun rohnya kembali kepada Allah. Hal ini pun didukung oleh Mazmur 104:29.
Ke manakah “berangkat”nya roh/ jiwa saat kematian manusia yaitu saat roh itu meninggalkan tubuh yang fana?
Salah satu tempat peristirahatan setelah mati menurut Alkitab adalah שאול – SYE’OL (“dunia orang mati”; KJV ‘hell’)
* Mazmur 16:10
LAI TB, sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
KJV, For thou wilt not leave my soul in hell; neither wilt thou suffer thine Holy One to see corruption.
Hebrew,
כִּי ׀ לֹא־תַעֲזֹב נַפְשִׁי לִשְׁאֹול לֹֽא־תִתֵּן חֲסִידְךָ לִרְאֹות שָֽׁחַת ׃
Translit Interlinear, KI {karena} LO’-TA’AZOV {tidak Engkau akan meninggalkan} NAFSY {jiwaku} LISY’OL {kepada “she’ol”} LO’-TITEN {tidak Engkau akan menyerahkan} KHASIDKHA {orang Kudus-Mu} LIR’OT {untuk melihat} SYAKHAT {kebinasaan}
Akhirnya timbul pertanyaan baru, jika “jiwa” manusia yang mati ditempatkan di שאול – SYE’OL, apakah berarti baik orang yang percaya kepada Yesus Kristus maupun yang tidak percaya, berada bersama-sama di sana?
Yesus Kristus memberikan perumpamaan yang baik tentang orang kaya yang sesudah mati berada di שאול – SYE’OL sedangkan Lazarus yang miskin berada di “Pangkuan Abraham” (Firdaus). Meskipun dalam bentuk perumpamaan, Yesus Kristus pasti tidak merekayasa perumpamaan ini sehingga seakan-akan berupa dongeng dan berbeda dengan kenyataannya.
* Lukas 16:22-23
16:22 LAI TB, Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
KJV, And it came to pass, that the beggar died, and was carried by the angels into Abraham’s bosom: the rich man also died, and was buried;
TR,
εγενετο δε αποθανειν τον πτωχον και απενεχθηναι αυτον υπο των αγγελων εις τον κολπον του αβρααμ απεθανεν δε και ο πλουσιος και εταφη
Interlinear, egeneto {(itu) terjadi} de {lalu} apothanein {mati} ton {(itu)} ptôkhon {(orang) yang mengemis / (orang) miskin} kai {lalu} apenechthênai {dibawa pergi} auton {dia} hupo {oleh} tôn aggelôn {malaikat-malaikat} eis {kepada} ton kolpon {DADA (pangkuan)} tou abraham {Abraham} apethanen {mati} de {lalu} kai {juga} ho {(itu)} plousios {(orang) kaya} kai {kemudian} etaphê {dikubur}
16:23 LAI TB, Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
KJV, And in hell he lift up his eyes, being in torments, and seeth Abraham afar off, and Lazarus in his bosom.
TR,
και εν τω αδη επαρας τους οφθαλμους αυτου υπαρχων εν βασανοις ορα τον αβρααμ απο μακροθεν και λαζαρον εν τοις κολποις αυτου
Interlinear, kai {adapun} en {di} tô hadê {dunia orang mati} eparas {mengarahkan} tous ophthalmous {mata} autou {nya} uparkhôn {ketika berada} en {dalam} basanois {siksaan-siksaan} ora {Ia melihat} ton abraam {Abraham} apo {dari} makrothen {jauh} kai {dan} lazaron {Lazarus} en {(bersandar) pada/ (berada) di} tois kolpois {dada-dada (pangkuan-pangkuan)} autou {nya}
Tertulis ada dua tempat yang satu disebut sebagai ‘Pangkuan Abraham’ dan yang lain di ‘alam maut’ yang terasa panas. Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31) menyiratkan bahwa Yesus Kristus membenarkan kepercayaan Yudaisme/ apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama tentang adanya dua tempat sesudah kematian, satu sama lain saling berjauhan. Yesus menggambarkan “Jurang yang tak terseberangi” antara Sorga dan Neraka, bandingkan dengan ayat ini :
* Matius 8:11-12
8:11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,
8:12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Lazarus yang telah mati itu duduk “di pangkuan Abraham” harfiah : “didada Abraham”, menurut cara Yahudi adalah di pesta. Menurut cara ini kepala seseorang dekat sekali ke dada orang yang duduk di sebelahnya, tamu terhormat duduk di sebelah tuan rumah, bandingkan dengan ayat ini :
* Yohanes 13:23
LAI TB, Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya
KJV, Now there was leaning on Jesus’ bosom one of his disciples, whom Jesus loved.
TR,
ην δε ανακειμενος εις των μαθητων αυτου εν τω κολπω του ιησου ον ηγαπα ο ιησους
Translit Interlinear, ên de {(adapun)} anakeimenos{(bersandar/reclining)} eis {satu} tôn {dari} mathêtôn {murid-murid} autou {Nya} en {pada} tô kolpô {dada} tou iêsou {Yesus} hon {(dia) yang} êgapa {mengasihi} ho iêsous {Yesus}
Dalam gaya bahasa Talmud “didada Abraham” atau “into Abraham’s bosom” berarti ada dalam Firdaus (misalnya dalam 4 Makabe 13:17). Namun kiasan ini tidak membuktikan bahwa kalangan Yudaisme mempercayai adanya dunia orang mati ini dan Firdaus, seperti halnya pada Kristianitas.
Istilah “Pangkuan Abraham” ini bandingkan dengan “Firdaus” yang dijanjikan Yesus kepada penjahat di sebelahnya :
* Lukas 23:43
LAI TB, Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’
KJV, And Jesus said unto him, Verily I say unto thee, To day shalt thou be with me in paradise.
TR,
και ειπεν αυτω ο ιησους αμην λεγω σοι σημερον μετ εμου εση εν τω παραδεισω
Translit Interlinear, kai {dan} eipen {Dia berkata} autô {kepadanya} ho iêsous {Yesus} amên {Amin} legô {Aku berkata} soi {kepadamu} sêmeron {hari ini} met {bersama} emou {Aku} esê {engkau akan ada} en {di dalam} tô paradeisô {Firdaus}
Lukas 23:43 memberikan sebuah jaminan yang jelas bagi kita, bahwa orang percaya jikalau ia mati sudah ada tempat baginya yaitu di Firdaus (lihat bahasannya di firdaus-vt416.html#p851 ).

Sabtu, 26 Maret 2011

TEGAS

Baca: Roma 6:1-14
Ayat Mas: Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Roma 6:12
Yehezkiel 3-4: Ibrani 11: 20-40
Saya punya satu kebiasaan buruk yang sulit hilang, yakni tanpa sadar mengucek-ngucek mata. Dan sekali tangan sudah mengucek, bisa lama baru berhenti. Sebenarnya saya tahu itu tak ada gunanya, dan tak membuat keadaan lebih baik. Hanya, melakukannya seolah-olah terasa “enak”, semakin lama semakin “enak”. Saya baru berhenti setelah mata menjadi merah dan terasa pedas, bahkan sakit. Sebenarnya jika saya mau bersikap tegas untuk berhenti ketika mulai melakukannya, tentu bisa. Namun, kerap kali saya meneruskannya karena merasa “masih enak”.
Nyaris mirip dengan kebiasaan buruk saya di atas, terkadang kita juga bersikap demikian terhadap dosa. Ketika masih terasa “enak”, kita tak mau berhenti melakukannya. Apalagi saat makin lama makin enak, betapa lebih sulit lagi kita menghentikannya. Begitulah, sekali kita melayani keinginan dosa, kita cenderung sulit melepaskannya. Dalam Roma 6:1-14, Paulus menegaskan, kita tak boleh bertekun dalam dosa, karena kita telah mati bagi dosa (ayat 1,2). Dengan demikian, seharusnya kita tak bisa lagi hidup dalam dosa. Sebaliknya, kita telah dibangkitkan bersama Kristus, sehingga kita dapat hidup bagi Allah (ayat 11). Itulah tujuan terbesar hidup kita sebagai anak-anak tebusan-Nya!
Seperti mengucek mata yang tidak ada gunanya, berbuat dosa juga sama tak bergunanya. Salah-salah justru kita mesti menanggung akibat tak enak setelah melakukannya. Saya tahu harus belajar tegas mengatakan “stop” pada diri sendiri, sebab Tuhan yang ada di dalam kita pasti memberi kemenangan atas dosa. Maka, jangan terlena ketika kebiasaan berdosa mulai menggoda. Lawan dan berlarilah menjauh dari dosa. Biarlah kita hidup bagi Allah saja.
MATI BAGI DOSA, HIDUP BAGI ALLAH HIDUP BAGI DOSA, MATI KEKAL DI HADAPAN ALLAH

Jumat, 25 Maret 2011

PERAHU NABI NUH

Perahu Nabi Nuh Ditemukan di Turki?

Dikisahkan, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh -- nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar -- demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.
Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai buku, sejumlah film dan lain-lain. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini. Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.

Pada tanggal 26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka.

Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah. Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah.

"Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010.
Grup yang beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu. Kepada media yang hadir saat itu, mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa tambang, paku, dan pecahan kayu.

Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah -- begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan.

Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO -- agar lembaga PBB itu ikut menjaga kelestarian perahu Nuh. Awalnya, direncananya para arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun, hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini sangat tinggi.
Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya. Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.

Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO, mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki. Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju. Beberapa ahli lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari pemukiman manusia -- yang selamat dari bencana banjir bah.

Namun, peneliti yang mengklaim penemu perahu Nuh membantahnya. "Kami tak pernah menemukan ada manusia yang bermukim di ketinggian 3.500 meter dalam sejarah umat manusia." Cuaca sangat dingin di ketinggian 4.000 meter itu oleh para penemu diyakini menjaga kondisi perahu Nuh selama ribuan tahun

MATA DI KANAAN, HATI DI MESIR

Keluaran 16:1-36; Filipi 3:13
“Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun.” (Keluaran 16:2) Mata dan pikiran tidak harus selalu sama. Seorang murid yang matanya menatap lurus melihat papan tulis belum tentu pikirannya ada di sana. Atau seseorang yang sedang memandangi danau belum tentu pikirannya ada di sana juga. terjadi dengan bangsa Israel adalah . Mata mereka memandang Kanaan, namun hati dan pikiran mereka masih di Mesir. Jadi perjalanan mereka dilakukan dengan asal-asalan. Yesus berkata seperti ini, “….. Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 9:62). Mengiring Kristus seharusnya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi banyak yang matanya di gereja, tetapi hatinya menjauh. Bagaimana mungkin orang seperti ini berkenan kepada Tuhan? Sedangkan persoalan sedikit saja datang ia sudah menyampaikan surat komplain kepada Allah, seperti bangsa Israel yang selalu menggerutu sepanjang perjalanannya menuju Kanaan. Sekali Yesus tetap Yesus. Dan sekali mengiring Kristus, maka curahkan segenap hati dan pikiran Anda kepada-Nya. Apa yang terjadi saat ini tidaklah demikian. Gereja hanyalah berisi orang-orang yang kehilangan semangat. Mata mereka ada di gereja, tetapi hatinya masih memikir-mikirkan perkara-perkara yang lama. Kita membutuhkan api lagi. Api yang akan membakar hati kita supaya menyala-nyala mengiring Tuhan. Dulu kita punya, tetapi di mana api itu kini? Padam? Kalau itu sudah padam, tidak menunggu waktu
yang lama, maka Anda akan disebut bangsa yang bersungut -sungut. Ketika perjalanan hidup Anda terasa berat, maka keluarlah nada sungutan. Tidak ada lagi ucapan syukur kepada Allah. Saudara, tidak kalah besarnya adalah dosa bersungut-sungut. Ketika Anda mulai menyalahkan Tuhan dan tidak percaya dengan janji-janji-Nya, itulah tidak bisa disebut kecil. Anda tahu sudah berapa ribu orang Israel yang mati tergeletak di padang gurun akibat ketidakpercayaan mereka.
Jadi sekarang pusatkan hati dan pikiran Anda kepada panggilan Allah, seperti Paulus katakan, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku” (Fil. 3:13).
Renungan:
Kita semua sedang dituntun Tuhan menuju kemuliaan yang semakin terang. Surga adalah tujuan kita. Janganlah memikirkan lagi perkara-perkara mengganggu perjalanan rohani Anda. Jika matamu tidak tertuju pada Kristus, maka perjalanan rohanimu akan terasa amat berat.

PUISI BUAT MAMA

Walau telah kutuliskan
Seratus sajak untukmu
Tak kan pernah mampu
Menandingi cinta terindah
cinta seorang wanita
Yang sungguh kuhormati selalu
Ialah, Bunda…
Tempat pelabuhan baktiku
Yang kudirikan dalam setiap
Pancang dermaga
Persinggahan waktuku

Sekarang
Wajahmu terlihat begitu menua
Penuh gurat-gurat kelelahan
Karena begitu setia menjaga dan merayu
Waktu
Agar selalu bersahabat denganku

Keriput di jemari dan bulir-bulir otot
Di lenganmu
Menjadi saksi,
Bahwa kau tidak pernah sekejap saja
Melepaskan genggaman cintamu
Menyentuh dan mengangkat beban
hati
Juga menyelimuti hariku yang begitu dingin

Bibirmu kini mengering dan menghitam
Karena tak henti mengalirkan doa untukku,
Setiap pagi, siang dan malam masih ingin singgah
Selama berpuluh-puluh tahun usiaku.

Bunda,
Kaulah segala kasih termurni
Pancaran cahaya bumi
Dan aliran mata air terbening
Yang Tuhan ciptakan

Sungguh kau,
Adalah cinta yang selalu akan termaknai

Selasa, 22 Maret 2011

SAYA BENCI ORANG KRISTEN

(by: Idawati)

Padahal sejak TK, SD, SMP, SMA, saya sekolah di sekolah Khatolik dan Kristen. Jadi saya sangat familiar dengan nama Yesus, Alkitab, Natal, Paskah, dan hal-hal berbau Kristen Khatolik.
Latar belakang keluarga saya adalah penganut aliran Buddhis, atau Kong Hu Chu, pokoknya tradisi cina. Buat keluarga saya, nama Yesus itu nggak ada arti apa-apanya. Bahkan cenderung menggangu.
Satu-satunya alasan ortu saya sekolahin saya di situ adalah karena mutu sekolah Kristen Khatolik lebih bagus (katanya). Well, ini relatif. Yang pasti sih uang sekolah lebih mahal.

Waktu SMP, saya ingat teman akrab saya mulai mengajak saya sekolah minggu di sebuah gereja di ketapang. Saya tidak menolak karena:
1. Dia teman baik saya
2. Saya berpikir ke gereja menyenangkan karena bisa belajar nyanyi dan dapat banyak teman. Bagaimanapun saya sendirian di rumah (adik masih kecil) dan tidak ada teman.
Jadilah setiap hari minggu pagi, teman baik saya itu (dengan papa dan mama dan adiknya) menjemput saya dan mengantar saya pulang. Luar biasa bukan? ^

Tapi pada kenyataannya saya jadi membenci gereja dan isinya karena:

Anak sekolah minggu tidak ada ramah-ramahnya sama sekali sama saya. Mereka sudah "nge-gank" sendiri dan tidak peduli ada satu "new-comer" yang kebingungan. Saya lebih dikenal sebagai "buntut" nya temen saya. Sungguh tidak menyenangkan! Menurut mereka adalah hal yang "tabu" mendengar ortu saya masih buddha, dan saya merasa terhakimi dengan pandangan mata mereka. (Seolah-olah memiliki ortu bukan kristen itu suatu dosa besar dan memalukan. Hmmm....)

Saya bingung melihat anak sekolah minggu yang katanya belajar firman Tuhan tapi kok malah ngecengin cewek, berisik saat guru sekolah minggu nerangin sesuatu, cuek, berantakan.... (image saya tentang gereja cukup tinggi saat itu. Bukankah justru orang di luar gereja punya image lebih tinggi dari penghuninya?). Jadi saya berpikir untuk apa ke gereja kalau bukan jadi makin baik malah jadi kayak mereka! No way! Mereka tidak lebih baik daripada saya! Ada hak apa mereka berbicara tentang bagaimana seharusnya kita hidup kalau hidup mereka sendiri lebih tidak karuan dibanding saya? (Saya selalu juara kelas dan anak teladan di sekolah. Jadi bisa dimengerti kan standar hidup saya saat itu?

Pada suatu hari teman saya berkata:"Mengapa ortu mu menyembah patung? Itu kan perbuatan bodoh!" dan untuk suatu alasan yang tidak jelas, saya sangat-sangat tersinggung mendengar ortu saya dikatakan bodoh. Padahal biasanya juga saya tidak perduli dengan patung-patung mereka. Hehehe...

Semenjak itu saya berhenti sekolah minggu dan saya benci orang kristen. Oh, saya tetap bersahabat dengan teman saya itu, tapi saya tidak pernah lagi mau menginjakkan kaki saya di gereja! Gereja menjadi tempat yang paling menyebalkan buat saya!

SMA YANG PENUH DENGAN ORANG KRISTEN
Kalau semenjak TK sampai SMP saya ikut sekolah Khatolik, maka SMA saya memutuskan untuk berganti suasana dengan Protestan. Paling tidak saya tidak harus berdoa rosario, begitu pikir saya.

Meskipun banyak orang kristen (80%), tetapi herannya tidak ada satu orangpun yang pernah mengabarkan injil kepada saya. Hebat yah? Hehehe... semua penuh toleransi terhadap agama lain, dan paling-paling ada sedikit perdebatan (yang tidak pernah ada konklusi) ttg Kristen dan Khatolik kalau sedang pelajaran agama. Tapi di luar itu, aman. Tidak ada yang pernah memberi tahu saya bahwa hidup adalah bukan hidup tanpa Tuhan Yesus.

Benar-benar tiga tahun saya sekolah, sungguh tidak ada satu orangpun yang mengabari saya injil! Dan saya tidak pernah ke gereja lagi kecuali acara sekolah mengharuskan saya ke gereja. Saya punya alkitab hasil dari dulu sekolah minggu. Itupun saya beli yang paling kecil. Dan penuh dengan coretan bukan karena saya rajin baca allkitab, karena ada ulangan agama! Hahaha...

Saya benci masa SMA saya. Banyak masalah di sini. Persahabatan yang retak karena cowok, tidak ada teman karena untuk mereka saya terlalu "kolot" dan "aneh" dan "kuper" (thanks untuk didikan keluarga cina yang lumayan tertutup), hidup yang penuh rutinitas,... aduh, nggak ada enak-enaknya deh. Mana ortu saya sangat menjunjung tinggi pendidikan (seperti orang tua chinese pada umumnya) dan menaruh harapan tinggi pada saya. Saya sangat sayang ortu, saya tahu hidup mereka dulu sangat susah, dan mereka selalu memberikan yang terbaik untuk anak. Akibatnya saya jadi stress dan berusaha tidak mengecewakan mereka dengan belajar segiat-giatnya.... Saya selalu ranking satu, tapi somehow itu tidak pernah cukup untuk orangtua saya... atau saya sendiri. Somehow, saya sungguh tidak tahu untuk apa saya hidup.

"SAULUS" MUDA
Waktu kuliah, sikap ekstrim saya mulai keluar. Pokoknya setiap ada orang kristen yang cukup "akitf" ngomongin Tuhan, langsung saya babat habis dengan pertanyaan-pertanyaan aneh bin ajaib yang mereka tidak bisa jawab. Bahkan terkadang mereka sampai-sampai ikutan bingung dan jadi meragukan kepercayaan mereka. Hehehe... atau saya akan super kritis sama tindakan mereka sehari-hari. Karena menurut saya kalau kamu berani ngomongin kasih, kejujuran, dll itu, kamu juga harus bisa donk hidup seperti yang kamu omongin. Munafik namanya kalo nggak.

Orang kristen takut sama saya.
Belakangan saya baru tahu pertanyaan-pertanyaan ekstrim tersebut muncul dari kerinduan hati saya yang ingin tahu: Tuhan yang mana sih yang bener? Kalo Tuhan-nya orang Kristen yang paling bener (seperti yang mereka bilang), kenapa mereka ditanyain gitu aja nggak bisa jawab? Atau kenapa sikap dan tingkah laku mereka malah lebih bobrok dari kita-kita yang nggak Kristen? Sama aja bohong donk? Ortu saya juga nyembah Buddha, tapi ditanyain apa2 nggak pernah ngerti! Hahahaha.... Malah mereka lebih punya kasih dan jujur daripada mereka yang ngakunya Kristen (banyak pedagang kristen yang suka nipu ortu saya). Apa bedanya jadi Buddha sama jadi Kristen kalo gitu?

Malah ada satu teman saya yang Kristen dari lahir dan aktif di gereja tapi malah ikut-ikutan nanya-nanya tentang kekristenan dengan nada menuduh dan menghakimi bareng-bareng saya! Hahaha... kocak banget deh. Image saya tentang kristen jadi makin jelek aja. Well, teman-teman sepermainan saya kebanyakan Kristen dan Khatolik. Tapi mereka juga cukup cinta damai. Yah, ada beberapa Kristen KTP di situ, jadi tidak heranlah. Yang bikin saya protes di kemudian hari adalah keberadaan temen saya yang lahir baru tapi tidak pernah menginjili saya! Wah, saya marah-marah sama dia belakangan,"Tega lo ya tahu gue mau ke neraka tapi nggak pernah ngomongin Yesus?" (padahal kalo diomongin marah-marah waktu itu. Hehehe....)

Tapi jalan Tuhan memang unik.

Ada satu cowok naksir saya dan dia Kristen. Dia tahu saya bukan Kristen jadi demi boleh berpacaran dengan saya, dia jadi rajin ngasih traktat, menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang ekstrim-ekstrim dengan sabar, dan kalaupun dia tidak bisa menjawab, saya sangat jengkel dengan ucapannya,"Aku nggak bisa ngejelasin, tapi yang penting aku percayanya seperti itu." Benar-benar menyebalkan. Ego saya membuat saya pingin dia menyerah atas pertanyaan saya, tapi dia nggak tuh! Tapi paling tidak traktat-traktat yang dia kasih saya bacain semuanya. Sampai sekarang masih saya simpan meskipun banyak yang sudah saya kasih orang. Bukan untuk mengigat cowok itu, tapi mengingat jalan Tuhan yang unik dan lucu.

Saat saya kuliah tingkat pertama, ada pelajaran agama. Dan saya memilih Kristen karena orang-orang berkata itu mata pelajaran paling gampang lulus, dan dosen-dosennya murah nilai. Guess what, tugas pertama adalah kami harus mencatat kotbah pak pendeta dari gereja anda masing-masing selama sebulan dan menyerahkannya kepada dosen kami sebagai tugas kulikuler. Tentu saja saya kalang kabut karena saya adalah "penyeludup" dan boro-boro punya gereja! Saya benci gereja! Untunglah teman dekat saya yang kristen mau mengajak saya ke gereja bersama dia. Jadi setiap minggu, papa saya harus saya paksa bangun pagi (karena saya tidak bisa nyetir) untuk mengantar saya ke rumah teman saya itu, dan dari sana kami ke gereja,... dan kudhu harus, tidak bisa tidak: mendengarkan dengan teliti karena kita harus mencata kotbah! Hah! Take that! Apakah menurut teman-teman Tuhan kita itu tidak iseng?

Tapi ini hanya berlangsung sebulan.

Suatu kali ada dosen yang dengan ramahnya minta sogokan, kalau tidak sekelas tidak lulus! Jadilah kami mengumpulkan uang untuk dosen itu... kecuali beberapa orang kristen "fanatik" dari teman sepermainan saya: cowok yang naksir saya, koko angkat saya, dan satu cewek yang lahir baru (tapi nggak pernah nginjilin saya)! Wah, saya jengkel sekali sama mereka waktu itu! Padahal orang kristen di kelas bukan cuman mereka, kenapa harus mereka yang cari perkara sih? Karena mereka temen sepermainan kami, teman-teman sekelas yang lain juga banyak curhat dan protes sama kita! Apa susahnya bayar Rp 35.000,- doank? Tapi yang jelas mereka tidak mau nyogok meskipun diancam tidak lulus, diancam mencelakakan teman sekelas, meskipun dikucilkan semua orang.... termasuk orang kristen lainnya... Pendek kata mereka tidak mau nyogok! Dan saya menemukan mereka berdoa bersama di suatu sudut ruangan, dan saat itu entah kenapa saya benci melihat sikap mereka, plus iri karena ada orang kok yang bisa begitu kepala batu akan sesuatu. Saat itu saya mulai berpikir: apakah sungugh-sungguh ada sesuatu yang istimewa dari Yesus ini, ataukah mereka hanya sok jadi pahlawan? ...... tapi jujur saya tidak suka dikucilkan satu kelas dan dicemooh dikatakan munafik dst. Saya tidak yakin saya bisa berpegang pada moral saya dan tidak ikutan nyogok....... Mengapa mereka bisa? (Dan pada akhirnya dosen yang minta sogokan itu dipecat sebelum dia sempat memberikan nilai pada kelas kami. Dosen lain ditugaskan memeriksa ulang ulangan kami, dan bukan saja mereka lulus, tapi nilai mereka malah lebih tinggi dari kami semua yang menyogok!)

Mama saya terkena tumor payudara. Meskipun tidak berat, saya waktu itu cukup ketakutan dan entah karena sudah terbiasa berdoa ala Kristen Khatolik atau karena alasan lain, yang jelas saya berdoa pada Tuhan Yesus sepanjang malam...dan operasinya berhasil. Tetapi seperti kebanyakan orang, saya dengan cepat melupakan "jasa" Tuhan dan kembali pada jalan saya semula.

Adik saya yang cewek mulai les fisika, kimia, dsb. Dan berhubung cicinya adalah anak sos yang meskipun dapat 9 untuk biologi tapi sangat benci fisika dan hampir meledakkan lab kimia karena salah mencampur cairan, maka dia mulai les. .... Dan guru les nya adalah orang kristen yang sangat-sangat-sangat gemar bersaksi tentang Tuhan Yesus. Bisa dibayangkan? Setiap pulang les, dia dengan semangat bercerita ttg keajaiban yang Tuhan buat dalam hidup guru les-nya, yang Tuhan begini lah Tuhan begitulah... anak ABG sangat mudah terpengaruh orang yang dikaguminya, dan nampak jelas dia mengagumi guru les nya itu. Mulailah telinga saya gatal mendengar cerita "kebesaran Tuhan" setiap kali dia pulang les. Anehnya, meskipun saya selalu mencibir dan membantah dan balas mencuci otak adik saya dengan filsafat dunia, diam-diam saya menyimpan dalam hati semua cerita ttg Yesus. Saya mulai tertarik. Sungguh.

SAYA BENCI NATAL

Karena saya selalu kesepian di rumah. Semua teman saya pergi dengan keluarga ke gereja, paling tidak setahun sekali lah bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan. Termasuk pacar saya. (Oh, bukan dia yang dengan gencar menginjili saya. Saya tidak suka kristen fanatik, yang berusaha mengubah saya jadi kristen sebelum bisa pacarn dengan saya. Jadi saya memilih jadian dengan kristen yang biasa-biasa saja, yang ke gereja setahun sekali, yang tidak punya masalah untuk pacaran dengan orang yang tidak seiman.).

Dan saya harus tinggal sendiri di rumah. Menyebalkan!!

Saya selalu merasa terkucil dari lingkungan orang-orang kristen. Terutama hari Natal. Sepertinya ada spanduk besar-besar tertulis:"Khusus untuk orang Kristen! Non Kristen dilarang mendekat!" Saya benci sekali Natal.

IS THERE REALLY GOD UP THERE?
Sebenarnya sejak SMA saya diam-diam suka menangis di ranjang saya tiap tengah malam. Ada satu rasa kosong di hati saya yang sudah tidak bisa saya tahan lagi. Saya tidak tahu siapa saya, saya tidak tahu bagaimana cara menyenangkan hati ortu saya karena nampaknya tidak peduli sekuat apapun usaha saya, mereka tidak pernah puas.... Saya tidak tahu mengapa meskipun saya mengasihi adik-adik saya tapi seringkali kata makian lah yang keluar dari mulut saya....

Apakah benar ada reinkarnasi, apakah benar orang baik pergi ke surga dan orang jahat pergi ke neraka...

Saya seharusnya termasuk orang baik. Saya tidak mencuri, tidak membunuh... yah paling bohong kecil-kecilan tapi itu kan wajar? Bohong putih toh tidak melukai orang.... Tapi mengapa saya merasa tersiksa dan kesepian?

Tiap malam saya menjerit dan bertanya: Mana sih Tuhan yang bener?? Jawab kek! Berdoa pada Kwan Im, Buddha, bahkan kecil pernah belajar ngaji sama pembantu saya (yang langsung dipecat saat itu juga.. hehehe...), doa rosario, Bapa Kami, berusaha baca Alkitab....

Semua saya kerjakan demi mencari "sesuatu" yang hilang dari hati saya itu... tapi tetap dan tetap hati ini kosong. Dan saya putus asa! Dan perasaan putus asa ini keluar menjadi sikap yang skeptis dan menolak kebenaran. Saya membenci apa yang sebenarnya paling saya butuhkan saat itu: Tuhan Yesus.

ALLAH MULAI MENEBAR JARINGNYA!

"Ci, kalau kita bisa mengerti semua pikiran Tuhan, ya kita aja yang jadi Tuhan! Ivon rasa ada beberapa hal yang memang nggak bisa dijelasin pake kata-kata deh...." Perkataan adik saya itu sungguh menusuk dan membuat saya berpikir. Hmmm.. masuk akal. Logika saya termasuk kuat untuk seorang cewek. Heheh.. saya tidak akan menerima sesuatu yang tidak masuk di akal saya. (Meskipun di sekolah saya terkenal sebagai "Asisten Dukun" karena kemampuan saya meramal dengan kartu, astrologi, dll.) Sekali lihat orang, saya bisa tahu zodiak dia apa, saya bisa tahu cowok atau cewek yang cocok sama dia yang gimana..... Oh, saya tidak punya ilmu. Hanya sedikit memakai akal dan banyak membaca buku untuk "menipu" dan "mempermainkan" temen-teman yang girang sekali kalau saya mulai "menggelar acara meramal"! Dengan begitu saya bisa sedikit populer. Dan ajaibnya banyak orang kristen datang minta diramal sama saya! (Saya waktu itu mencibir dalam hati. Kalian bilang percaya Tuhan tapi percaya juga pada omong kosong saya?) Dan Allah tahu masalah logika saya ini. Dan Dia membuktikan bahwa diriNya bukan sekedar ilusi, mistis, atau kepercayaan. God does exist. Dan Dia mulai berbicara.

SESUATU TENTANG ALKITAB YANG TIDAK PERNAH SAYA TAHU
Suatu hari adik membawa pulang sebuah buku dengan judul: "Nubuatan Akhir Jaman". Sudah jelas guru les nya yang meminjamkan. Dan beberapa buku lain, tetapi buku itu paling menarik perhatian saya.

Seperti layaknya manusia, kita tertarik dengan hal-hal penuh sensasi. Dan meskipun adik saya belum kristen waktu itu, dia suka mendengar cerita ttg kiamat, akhir jaman, mukjizat, dll.

Saya tentu saja pernah mendengar tentang kiamat. Tetapi tidak pernah sungguh-sungguh mengerti karena kalo kiamat bagaimana ada reinkarnasi dan sebangsanya? Pada akhirnya adik saya tidak pernah membaca buku itu. Dia terlalu malas untuk membacanya....Sayalah yang membacanya. Atau lebih tepatnya mengupasnya dan menyelidikinya. Dan saya mulai takjub.

Tidak pernah saya lihat satu buku yang bisa menjelaskan fenomena di dunia ini... kecuali buku yang saya baca itu, dengan sumbernya: Alkitab.

Segala tentang perang, penyakit, bencana alam, pecahnya negara-negara, terbentuknya PBB, rencana terbentuknya MEE (oh, saya langsung teringat guru ekonomi SMA saya, orang Batak, pernah berkata bahwa akan tiba saatnya dunia bersatu dan antikris akan muncul,... tentu saja waktu itu saya mendengarnya sambil setengah tidur karena saya tidak perduli dengan semua itu!), dst dst.

Sore itu juga saya pergi ke toko buku kristen dan membeli alkitab yang paling besar, dan mulai menyelidiki buku tersebut dengan seksama. Buku itu ekstrim. Sungguh. Bagi para pecinta damai, tidak akan suka membaca buku ini. Dengan terang-terangan dan tidak sopannya si pengarang membeberkan perbedaan kristen dengan agama lain. Dia menunjukkan persamaan yang terdapat dalanm seluruh agama di dunia, kecuali satu yang tampil beda: Kristen. Sombong sekali bukan?

Anehnya saat itu saya tidak lagi tersinggung. Saya tidak lagi peduli. Saya terlalu haus akan kebenaran untuk tersinggung. Saya terlalu takjub melihat nubuatan dalam Alkitab yang satu demi satu tidak pernah gagal terpenuhi... saya mulai melihat kalau Alkitab pun penuh dengan logika, fakta... Alkitab ternyata berhubungan dengan dunia yang sekarnag saya tinggali! Mulai saat itu, pandangan saya ttg kristen berubah.

TINDAKAN YANG SAYA TIDAK PERNAH PIKIR AKAN SAYA LAKUKAN
Saya memborong buku renungan! Mulai dari Renungan Harian, Dian Kampus, Imamat Rajani, Rajawali... hampir semua renungan yang ada di toko buku kristen itu saya beli! Dan satu hari saya bisa melahap berlembar-lembar renungan. Saya harus tahu lebih tentang Yesus! Dan saya mulai melahap Alkitab. (Peduli saya mengerti atau tidak, saya hanya merasa dorongan bahwa saya harus membacanya!). Empat pasal sehari. Itu wajib. Ditambah buku renungan yang seabrek-abrek.

Dan sungguh, untuk pertama kalinya, saat saya membaca Alkitab dan firman Tuhan di dalamnya, itu bukan lagi tulisan-tulisan mati yang tidak ada arti untuk saya. Pertama kali saya merasakan ditegur, dinasihati, dihibur, dikuatkan (meskipun saya tidak begitu yakin itu Tuhan atau hanya imajinasi saya).... dan terlebih tidak pernah seumur hidup saya, saya menjadi begitu mengerti kakater saya, kejelekan saya, rasa malu saya.... Saya mulai mengenal diri sendiri. Saya mulai merasa Tuhan itu benar-benar ada... Dan saya mulai ingin lebih.

Percaya atau tidak, setelah bertahun-tahun, saya akhirnya dengan keinginan sendiri menginjakkan kaki saya ke sebuah gereja di daerah senen. Tidak ada alasan khusus saya memilih gereja itu. Hanya karena "kebetulan" itulah satu-satunya gereja yang saya tahu karena secara "kebetulan" juga selama sebulan saya pergi ke sana untuk mencatat kotbah. Allah dahsyat bukan?

Dan demi bisa ke gereja itu, (karena papa saya terlalu malas untuk bangun pagi), saya memberanikan diri untuk menyetir kembali! Dulu saya pernah tabrakan dan sempat trauma sehingga tidak pernah lagi semenjak kecelakaan itu saya pegang setir mobil. Kali ini, demi sesuatu yang pernah saya benci sedemikian rupa, saya duduk di belakang setir mobil dan sepanjang jalan berkomat-kamit meminta perlindungan untuk sampai tujuan dengan selamat! (Adik perempuan saya masih bisa tidur dengan santainya di mobil, sampai mama saya dgn terkejut berseru:"Kamu bisa tidur dalam mobil yang disetir cicimu?" Wah, thanks mam untuk kepercayaanmu! Hahaha....) Oh, tidak pernah saya menyetir sampai daerah senen. Hanya sampai rumah teman saya di sunter, dan dari sana kami naik mobilnya ke senen.

Saya bahkan mulai memaksa teman saya yang suka terlambat itu untuk tidak lagi terlambat. Bahkan kalau dia mulai malas ke gereja, saya yang ngeyel supaya dia pergi... masalahnya dia tumpangan saya. Hehehe.... Teman-teman sekelas bingung karena saya yang dulu suka mengkritik Yesus, mulai dengan semangat (dan dengan pengetahuan ala kadarnya) bercerita ttg Yesus. Paling tidak bercerita ttg apa yang saya dapatkan dari buku renungan yang saya baca. Dan koko angkat saya yang cukup kristen dan cinta Tuhan meskipun juga cinta damai menjadi teman sharing saya.

Adik cowok saya ikut heran, mengapa cicinya jadi sibuk mengurusi Yesus? (Tidak yang cewek. Yang cewek ikut saya ke gereja. Seharusnya sih dia menjadi ko-pilot saya selama menyetir... tetapi sepeti yang sudah kita lihat... dia tidur dengan pulasnya. Hmmmm...). Dia nampaknya mewarisi "ilmu antikris dan anti Tuhan" hasil cuci-otak dari saya. Hmmm.. hal yang cukup saya sesalkan kemudian. (Pada akhirnya, setelah 6 bulan penuh doa tangis dan puasa, dia bertobat. Puji Tuhan! Mulai sejak itu saya berhati-hati kalau sharing sama orang, terutama hal yang saya sendiri kurang jelas dan kurang mengerti.)

Orang tua mulai cemas karena nampaknya anak sulungnya ini serius dengan gerejanya. Wah, bagaimana kalau nanti kita mati dan tidak ada yang sembahyangin kita? Tapi merekapun tidak bisa mencegah saya ke gereja!
...... Saya masih belum percaya saya melakukan semua itu untuk Yesus!

ALLAH MENGGUNCANG: MEI 1998
Semua masih ingat tentunya bulan tragis ini. Saya tidak akan pernah lupa. 12 Mei 1998, saya terkurung di kampus Untar, dan menyaksikan dengan mata sendiri tentara kita baku hantam dengan mahasiswa Trisakti. Bahkan banyak mahasiswa Trisakti yang berilndung di kampus Untar.

Saya melihat seseorang yang nampaknya tertembak dan dibawa masuk klinik Untar. Saya merasakan pedihnya gas air mata (padahal itu asli hanya sisa-sisa gas air mata) dan tidak bisa membayangkan bagaimana pedihnya kalau itu bukan sisa-sisa! Untuk pertama kalinya saya, di lantai 8 kampus saya, berdoa dengan orang-orang kristen yang lain. Tentu saja saya paling bodoh sendiri karena tidak tahu apa yang harus saya doakan di sana. Yang saya tahu saya tidak terlalu takut karena pikir saya: mati toh barengan. Hehehe...

Waktu itu koko angkat saya memberi saya mazmur 91. "Kalau kamu takut, baca saja pasal ini." Pacar saya tidak banyak berbicara. Dan dia juga nampaknya tidak terlalu tahu bagaimana harus berdoa.

(belakangan saya tahu meskipun dia kristen sejak lahir tapi tidak pernah sungguh-sungguh mengenal Tuhan). Dan pada akhirnya, tgl 15 Mei... kekacauan massal. Toko orang tua saya di daerah mangga dua dibakar massa. Tidak ada yang tersisa. Dan untuk pertama kalinya saya melihat orangtua saya menangis di depan anak-anak. Saat itu, baru saya mulai takut.

Terlebih dengan adanya berita-berita pemerkosaan, pembunuhan, perampokan... Orangtua saya dan kakek nenek saya nampaknya punya trauma yang lebih lagi karena mereka melewati cukup banyak waktu di mana peristiwa seperti ini bahkan mereka alami secara pribadi. Karena itu mereka mulai bersiap-siap mengungsi. Kami tidur satu kamar bertumpuk-tumpuk... saya tidur membawa gunting (yang saya pikir-pikir lagi agak-agak bodoh karena apa gunanya gunting kecil dibanding massa kalau mereka menyerbu masuk rumah coba?)...

Keluarga kami mengungsi dari Kelapa Gading ke Pulo Mas (sementara orang-orang Pulo Mas mengungsi ke Kelapa Gading! Hahaha....)

Untuk pertama kalinya saya sadar: tidak ada tempat yang aman. Yang bikin saya sangat stress adalah saat mama saya setengah menangis menjejalkan segepok uang ke dalam kantung baju saya dan memerintahkan saya membawa kedua adik saya mengungsi ke Singapur besok, dengan pesan:"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan papi dan mami, kamu jaga adik-adik kamu yah?" Betapa saya benci jadi anak sulung! Bagaimana mungkin saya bisa menjaga kedua adik saya? Saya belum lulus kuliah! Apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga mereka? Tapi saya tidak ingin menambah stress mama saya sehingga saya hanya mengangguk. Mereka menolak pergi ke Singapore. Mereka menyuruh kakek nenek saya yang menemani kami.

Saat itu dunia benar-benar gelap dan error. Saya dan kedua adik saya membaca Mazmur 91 setiap malam dan meskipun itu menenangkan tapi tetap saya cuku stress dengan tanggung jawab yang tiba-tiba saja harus saya emban. Dan saya tidak suka menerima kenyataan bahwa ortu saya tidak akan pergi bersama saya! Sampai satu hari sebelum ke Singapore, entah bagaimana kakek saya nyolong-nyolong keluar dengan mobilnya dan melihat-lihat daerah kelapa gading. Dan pulang-pulang dia membawa sepucuk surat untuk saya.

Saya lupa itu kartu ucapan apa, tapi yang saya ingat, teman yang mengirimkannya menyelipkan satu pembatas buku dengan ayat alkitab yang menjadi salah satu favorit saya sampai sekarang:

"I can do all things through Him who strengthen me." (Phil 4:13) Dan saat itu untuk pertama kalinya saya mendengar suara Tuhan (bukan audible) dalam hati:"Pergilah ke Singapur. Aku menyertaimu. Jangan takut." Dan segera perasaan tenang menguasai saya. Saya masih cemas, tapi saya tidak lagi stress. Dan tidak pernah lagi saya meragukan bahwa Tuhan itu hidup!

DIKURUNG DI S'PORE

Kami berangkat. Bawaan saya yang terpenting adalah alkitab, dan sebuah buku renungan inggris dgn judul: Everyday with Jesus 365 days. Dan di flat yang disewakan dengan murah oleh teman papa kami di s'pore, saya setiap hari mulai belajar berdoa dan membaca renungan tsb. Saat itu pikiran saya kacau. Saya tidak mengerti bagaimana Tuhan yang mulai saya percayai adalah Tuhan yang baik, yang adil, dst bisa-bisanya membiarkan perkara ini terjadi. Saya punya banyak pertanyaan yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana harus menanyakannya! Dan Allah berbicara lewat buku renungan itu.

Buku renungan yang saya beli hanya karena gambar depannya bagus dan terhitung murah untuk buku import, dan tidak pernah saya baca sebelumnya. Dan saya, entah bagaimana, mulai melihat kasih dan keadilan Allah, bahkan leawt peristiwa yang mengerikan itu. Saya mulai mengenal Tuhan dengan lebih dalam. Dan saat itu saya sepenuhnya yakin, tidak ada jalan di luar Yesus. Tidak ada hidup di luar Yesus. Tidak ada pengharapan di luar Yesus. Tidak ada sukacita di luar Yesus. Tidak ada damai di luar Yesus. Di luar Yesus, tidak ada apapun. Di sana, di singapura, di sebuah kamar flat yang sempit, saat kedua adik saya tertidur dengan pulas... saya menemukan Kekasih Jiwa saya. Jaring Allah mendapatkan ikanNya.

IMAN COBA-COBA

Tiba saatnya untuk pulang! Tapi masalahnya sekarang, bukan hanya kami berlima yang ingin pulang. Begitu banyak orang indo yang ngungsi yang juga ingin pulang! Dan kami harus menunggu. Dan adik-adik mulai ribut karena mereka akan ketinggalan ujian kalau tidak pulang! Hari itu, kakek saya menolak untuk ke airport. Toh kita juga waiting list. Tidak akan dapat tiket lah! Saya dengan sebal memandang dia karena dia naik pesawat lain dengan kita, dan tiket dia sudah konfirm. Akhirnya kami berhasil memaksa dia untuk mengantar kami ke airport. Dan 60 orang lebih menunggu di waiting list untuk mendapatkan kursi. Astaga!

Kami telah berdoa dengan iman ala kadarnya supaya Tuhan memberi kami tiket. Hei, bagiamanapun Alkitab mengatakan iman sebiji sesawi sudah cukup! (Saat di ruang tunggu itu saya mulai ragu apakah iman saya lebih kecil dari biji sesawi! Hahhaa....) Saat pengurus loket memanggil nama-nama yang berhasil mendapatkan tiket, dengan kecewa kami harus mendapati kenyataan bahwa kami tidak pulang hari itu. Kakek nenek saya dengan segera memberesi koper-koper dan bersiap pulang. Adik cowok saya mencibir dan meskipun dia cukup sopan untuk tidak menghina terang-terangan, saya tahu dia merasa bodoh telah berdoa beberapa hari ini. (Dia ikut berdoa juga. Belakangan setelah bertobat saya baru tahu bahwa saat dia mencibir itu dia menguji Tuhan: "Kalau Engkau beneran ada, kalau kita dapet tiket, aku bakal jadi kristen!" Tentu saja, dia segera lupa akan "jasa" Tuhan itu. ) Tinggal saya dan adik perempuan saya, yang tidak rela meninggalkan lapangan. Saat itu adik saya menggenggam tangan saya erat-erat dan berkata:"Berdoa lagi ci!" Oh? Oke. Toh tidak ada ruginya. Dan dengan takjub saya mendengar petugas loket memanggil nama nenek saya! (yang pada saat itu sudah mencapai pintu keluar) "Maaf, ada kekeliruan. Empat tiket terakhir ini untuk kalian." Can you believe that? Adik saya melompat dan berseru memanggil nenek saya yang dengan tergopoh-gopoh kembali dengan kopornya. Empat tiket terakhir.... Dan entah kekeliruan apa yang dia maksud, tapi yang jelas nama kami tadinya tidak tercantum di sana. Kami semua pulang hari itu!

"SAULUS" ITU TELAH MENJADI PAULUS

Oh, jangan salah sangka. Saya tidak sedang mencoba membandingkan diri saya dengan Paulus. Tapi beberapa teman saya terkadang bergurau dengan mengatakan,"Dulu lu kayak Saulus, kok sekarang jadi Paulus sih?"... dan Puji Tuhan, mereka benar. Saya melihat hidup saya diubahkan Tuhan. Sama seperti Ia mengubah hidup Saulus menjadi Paulus.

Kekosongan di hati saya telah lenyap. Ada Tuhan Yesus di sana. Tidak ada keraguan bahwa Ia lah Tuhan. Dan semenjak dari S'pore, tidak ada satu hari saya tidak bercerita ttg Yesus pada teman-teman saya di kampus dan bahkan dgn berani sedikit memaksa mereka yang beragama lain untuk percaya pada Tuhan saya! Saya mulai mengerti meskipun orang kristen tidak sempurna, mengecewakan, terkadang lebih parah daripada orang yang tidak kenal Tuhan... tetapi Allah nya orang Kristen itu sempurna. Tuhan Yesus sempurna.

Dan orang-orang kristen tidak lebih dari para pembunuh, pemerkosa, pencuri, anak bandel, broken home, dan bandit-bandit dan pendosa-pendosa lain yang menerima kasih karunia Allah. Saya belajar butuh waktu bagi seseorang untuk berubah, termasuk saya. Saya belajar untuk mengasihi dan mengampuni. Saya mulai mengerti kerinduan yang membakar orang-orang kristen "fanatik" yang dulu mencekoki saya dengan injil meskipun sudah saya usir-usir, dan saya lebih berterimakasih pada mereka sekarang. Bahkan saya telah menjadi jenis orang yang dulu paling saya benci! Hahhaa... Pacar saya protes karena pembicaraan saya sangat-sangat "tidak duniawi" dan dia berkata dia lebih suka saya yang dulu. Dia tidak bisa mengerti mengapa dia kristen dan saya kristen tapi dia tidak se"fanatik" saya? Well, saya juga tidak mengerti. Singkat cerita saja, kita bubar.

Saya percaya manusia lama saya sudah berlalu, dan yang baru di dalam Yesus telah datang. Kalau dia lebih menyukai manusia lama saya, sayang sekali. Manusia lama saya tidak akan bangkit lagi! Jadi sebaiknya dia mencari cewek lain saja. Bubarnya tidak setega dan semudah kalimat saya di sini. Tapi kita akan bersaksi masalah "pacar VS pasangan hidup" di lain kesempatan.

Saat ini saya hanya hendak mengakhiri kesaksian saya dengan mengucap syukur, bahwa Tuhan tidak pernah berhenti membentuk saya semenjak saya lahir baru. Saya dan adik saya yang perempuan dibabtis selam berbarengan. Dan meskipun saat saya melihat kolam pembabtisan yang terpikirkan hanyalah jangan sampai menelan air (dan sama sekali bukan hal-hal rohani seperti rasa terharu diselamatkan, dst), tapi saya tidak akan lupa hari itu.

Saya bersyukur bahwa di sejelek apapun saya, kasih Tuhan sanggup menerima saya. Saya, yang ditolak manusia, diterima oleh Allah!! Saya, yang sering minder dan berpikir diri tidak ada harganya, dihargai seharga nyawa Tuhan sendiri! What an amazing grace, huh?

Saya bisa melihat diri saya 2 tahun lalu dan berkata:"Astaga Tuhan! Bagaimana Kau bisa sabar menghadapi karakter saya?" Bahkan jika dibandingkan dengan saya 2 bulan lalu, saya tetap akan mengatakan hal yang sama.

Allah terus berkarya dalam hidup saya. Dia sungguh tidak pernah melepaskan mataNya dari kita. Bahkan saat saya ke gereja, tanganNya lah yang menuntut dan memilihkan untuk saya. Juga kepergian saya ke Taiwan. Dan banyak hal lainnya. Saya akan menghabiskan lebih banyak waktu kalian kalau saya menceritakan bukti kasihNya dalam hidup saya! (tapi saya yakin kalian punya pengalaman berharga sendiri dengan Tuhan kita.

Saya ada sekarang ini, dan saya hidup, karena Yesus hidup. And hallelujah to that.