Sudah 42 hari sejak kepergianmu adikku tersayang, namun tidak sehari pun kulewati tanpa meneteskan airmata mengingat akanmu. Setiap saat dalam hari-hariku, seolah kau menjadi nafasku, disetiap aku menghela nafas, aku mengingatmu. Aku teringat bagaimana sejak kecil, kau tak mau lepas dariku, tidur di lenganku, sampai lenganku kesemutan. Aku teringat dimana aku harus mengangkatmu ke kamar mandi dan meletakkanmu dalam bak, lalu mengisi bak itu dengan air sampai penuh, agar kamu mau mandi. Aku teringat kamu memaksaku ke sawah untuk mencari "dekke", dengan cara "mangarsik-arsik". Aku teringat kamu akan menangis, apabila aku tidak membawa "harimotting", ketika aku pulang dari sawah. Aku teringat betapa kalutnya aku, ketika kamu sakit. Banyak hal yang kita lewati bersama. Saat terakhir bersamamu, kita pergi ke rumah tante tahun baruan, saat terakhirmu bersama Oppung doli, kau juga pergi berkunjung kerumah tante. Saat terakhir bersama "Bapa", kalian bertengkar minggu malam. Kau memberi kami semua banyak arti hidup.
Oppung Doli, masih bersedih. Meski dia tak mau menunjukkannya di depan orang lain.
Oppung Boru, masih tetap berpikir bahwa kau masih ada bersamanya. Dia masih mau membangunkanmu untuk pergi sekolah.
Bapa, belum berubah dek. Dia selalu membuat sedih hati Mamak kita itu.
Mama, seperti yang kamu tau, dia selalu menyembunyikan semua dukanya. Tanpa mau berbagi kepada siapapun. Dan aku tahu, meski dia sanggup berkata "Baenma, nungnga Lao be imana tu Surgo Hasonangani" (Sudahlah, dia sudah pergi ke tempat yang indah), tapi bukankah dia sama sepertiku dek. Sanggup menguatkan orang, sedang hatinya rapuh, dan menangis histeris, ketika tidak ada orang lain.
Sedangkan, Saya abangmu, harus menahan sejuta kerinduan untukmu, ingin memelukmu erat. mendekapmu erat. Mencium keningmu, bercerita denganmu tentang banyak hal.
Keluarga Nico, kakakmu masih tetap tidak bisa melupakanmu begitu saja. Dari awal kamu kecelakaan dia yang melihat semuanya sampai nafas terakhirmu. Dia kalut, bingung, histeris bercampur aduk. Semoga dia menjadi pribadi yang kuat. Dan bere kita Nico Alfredo Parningotan Nababan, sekarang dia sudah bisa berjalan dengan lancar dek. Dia semakin "Jekjek". Tidak ada lagi kamu yang mengganggunya setiap pagi, tidak ada lagi yang menjilat ingusnya. Tidak ada lagi yang menjilat sisa makanan di wajahnya. Bukankah itu yang selalu kau lakukan untuknya. Dan lae kita si Nababan, dia pingsan ketika tahu kau telah pergi selamanya. Semoga keluarga mereka bahagia.
Fransisco. Ini begitu menyakitkan bagi dia. 4 Tahun dia merantau tidak pernah pulang. Dia meninggalkanmu di kampung. Dan sekali dia pulang, dia tidak lagi bisa berbicara denganmu, karena kau telah pergi. Semoga harinya tetap bersukacita.
Nardi. Dia telah menggantikan posisimu menjadi anak terakhir. Tapi satu hal aku "Siakkangan", dan kau tetap jadi "Siappudan". 2 minggu saja dia pergi ke Pekanbaru meninggalkanmu. Entah kenapa ketika dia pergi aku bertanya ke dia "Dibereng si Turi doho lao?" (Apakah situri melihatmu pergi?), dia bilang tidak. Mungkin itulah pertanyaan yang menjadi tanda bahwa akhirnya, memang dia tidak akan bertemu denganmu lagi.
Dek, I miss U so much.
Nitha masih terus saja menangisi kepergianmu. Eni juga. Dan semua teman-temanmu yang lain.
Dek,................................................................................................................................................................................................... !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
I Muss u so much..