Halaman

Senin, 07 Oktober 2013

SEMESTER 2 (KONSEP PROVIDENSIA ALLAH)


PAPER
KONSEP PROVIDENSIA ALLAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
DOGMATIKA – I

Yang Dibina Oleh :
Bapak Pdt. Natan, M.Th Pdm.

Nama : Roy Damanik
NIM : 2012.86208.04
Prodi : PAK
 

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
Komp. Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas pertolongan-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Paper ini penulis sampaikan kepada pembina mata kuliah Dogmatika I, Bapak Pdt. Natan, M.Th Pdm. Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh mahasiswa, khususnya penulis.

Penulis memohon kepada Bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.


Batam,

Roy Damanik
Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada banyak orang yang sudah sering mendengar kata providensia, dan bahkan sebagian besar juga telah mengetahui arti dari kata tersebut, yakni arti dalam bahasa Inggrisnya, yang berasal dari kata Provide, yang artinya menyediakan.

Kehidupan umat manusia tidak pernah terlepas dari pemeliharaan atau providensia Allah. Orang yang mengaku percaya kepada Allah pastinya selalu berada dalam pemeliharaan Allah. Orang Kristen yang mengakui bahwa kehidupannya dipelihara oleh Allah, maka akan sungguh-sungguh menyerahkan totalitas kehidupannya untuk melakukan kehendak-Nya, serta sungguh-sungguh mengandalkan Allah, mendahulukan Allah dalam seluruh aspek kehidupannya. Pada umumnya dikenal dikalangan orang yang mempercayai bahwa Allah itu ada dan yang memelihara kehidupannya, percaya bahwa apa pun yang dialami ada dalam pemeliharaan Allah dan Allah mempunyai rencana yang indah dalam setiap peristiwa kehidupannya dan tidak pernah lepas dalam campur tangan Allah. Tangan Allah yang kuat selalu memelihara umat-Nya.

B. PEMBAHASAN

Ketika berbicara tentang pemeliharaan Allah, setiap orang memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya masing-masing sehingga seringkali ketika mengalami masalah dalam kehidupannya menganggap bahwa Allah tidak lagi memelihara, Allah tidak lagi melindungi, Allah jauh dari kehidupannya dan seringkali hal itu membuat orang mengambil keputusan yang salah.

C. TUJUAN

Paper ini bertujuan untuk membahas providensia Allah dalam kehidupan semua manusia, secara khusus orang yang percaya supaya dapat mengetahui dengan benar bahwa dalam situasi apa pun Allah selalu memelihara kehidupan umat percaya.

BAB II
PROVIDENSIA ALLAH
A. DEFINISI PROVIDENSIA ALLAH

Providensia berasal dari bahasa latin “providential”. Asal pengertian itu ialah kata kerja latin “providere”, yang berarti memandang ke depan, melihat terlebih dahulu terjadinya sesuatu dan sebab itu juga terlebih dahulu mengambil tindakan-tindakan, terlebih dahulu menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu[1].

Pemeliharaan artinya menjaga. Allah sebagai pencipta, senantiasa memelihara kestabilan dan kerukunan diantara semua ciptaan. Jikalau tidak ada kuasa yang besar untuk memeliharakan kestabilan dan kerukunan, karena yang kuat akan menyerang yang lemah, dan hilanglah keseimbangan semua makhluk. Pemeliharaan Allah adalah untuk memelihara keberadaan semua makhluk (Neh. 9:6; Maz. 36:7; Kis. 17:28; Ibr. 1:3). Pemeliharaan itu bukan mencipta, karena setelah mencipta, kemudian baru memelihara. Pemeliharaan juga tidak melarang kegiatan ciptaan, atau menghalangi supaya ciptaan tidak musnah, melainkan memelihara semua ciptaan agar hidup dalam keadaan senang dan menurut kehendak Allah. Dengan kata lain, tanpa kehendak Allah, ciptaan tidak dapat dipelihara.[2]

Pemeliharaan merupakan suatu prinsip/peraturan yang diberikan Allah bagi semua makhluk, supaya mereka dapat hidup dalam lingkungan mereka dengan aman dan dapat berkembang biak menurut keadaan yang ditentukan Allah bagi mereka. Allah juga memberi daya tahan kepada masing-masing makhluk, supaya semua makhluk dapat bertahan atas serangan atau agresi lingkungan (Kej. 9:1-17; Maz. 12:3-6; Kis. 17:25-27).[3]

B. DASAR ALKITABIAH

Di dalam Alkitab memang tidak terdapat kata Providensia, namun Alkitab jelas  mengajarkan Providensia Allah, seperti yang dapat dilihat dalam ayat-ayat berikut([4]) ([5]):
1.      Terhadap seluruh alam semesta (Maz. 103:19, 135:6; Dan. 4:35; Ef. 1:11).
2.      Terhadap semua makhluk (Ayub 37:5-10; Maz. 104:14, 135:6, 15:7; Mat. 5:45).
3.      Atas penciptaan binatang (Maz. 104:21, 25-28; Mat. 6:25-26; 10:19).
4.      Atas semua bangsa-bangsa (Ayub 12:23; Maz. 22:28; 66:8; Dan. 4:7; Kis. 17:26).
5.      Atas kelahiran dan hidup manusia (1 Sam. 16:1; Maz. 139:16-17; Yes. 5:5; Yer. 1:5).
6.      Atas keberhasilan dan kegagalan manusia (Maz. 75:6-8; Ams. 16:33; Mat. 10:30).
7.      Atas hal-hal yang tampaknya kebetulan dan tidak penting (Ams. 16:33).
8.      Perlindungan orang benar (Maz. 4:8, 5:12, 33:15-16, 121:3; Fil. 2:13).
9.      Pemenuhan kebutuhan umat manusia (Kej. 22:8; Ul. 8:3; Fil. 4:19).
10.  Terhadap jawaban doa (1 Samuel 1:19; Yesaya 20:5).
11.  Memberi hadiah dan menghukum kejahatan (Maz. 7:12-13, 11:6; Rom. 2:16; 1 Kor. 5:10; Mat. 25:31-46).
12.  Memelihara orang yang jahat dengan 4 cara :
a.       Menghalangi perbuatan jahat (Kej. 20:6, 31:24; Maz. 19:14; Hos. 2:6).
b.      Membatasi perbuatan jahat (Ayub 1:12, 26; 1 Kor. 10:13; Why. 20:2-3).
c.       Memutarbalikkan kejahatan supaya rencana kejahatan itu menggenapi rencana Allah yang indah (Kej. 50:20; Kel. 4:31; Maz. 76:10; Yes. 10:5; Yoh. 13:27).
d.      Membiarkan orang yang tidak mau bertobat, supaya kejahatan itu sendiri menghukumnya (Kel. 4:21; 1 Sam. 18:10; II Sam. 24:1; I Taw. 21:1;          Maz. 81:12-13; Rom. 1:24, 26, 28, 2:4-6; Hos. 4:17). 

C. BUKTI-BUKTI PROVIDENSIA ALLAH.[6]

1.      Sifat Allah dan Alam Semesta.
Allah bukanlah sekedar oknum yang berkepribadian, tidak terbatas kebijaksanaan, kemurahan dan kuasa-Nya. Manusia mengharapkan Allah itu sebagai :
a.       Sebagai Allah yang berkepribadian, bijaksana dan bertindak secara rasional.
b.      Sebagai Allah yang baik dan menaruh perhatian terhadap kesejahteraan ciptaan-Nya.
c.       Sebagai yang Mahakuasa, dipercayai mampu melaksanakan segala sesuatu yang direncanakan-Nya.

Sebagai bukti praktis dari kepercayaan bahwa Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat atas ciptaan-Nya dengan melihat bahwa alam semesta menunjukkan adanya kecerdasan dan pengawasan, sekalipun kecerdasan itu tidak terdapat di dalam zat itu. Melalui alam semesta sendiri membuktikan pemerintahan Allah yang berdaulat atasnya.

2.      Ajaran Alkitab.
Alkitab lebih banyak berbicara tentang pekerjaan Allah dalam pemeliharaan ciptaan-Nya daripada tentang pekerjaan Allah dalam penciptaan-Nya. Banyak ayat yang menyatakan Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat atas segenap alam semesta.
a.       Allah berkuasa atas alam semesta.
Allah memakai unsur-unsur yang baik[7] untuk menunjukkan kebaikan dan kasih-Nya, dan memakai unsur-unsur penghancur[8] sebagai alat untuk melaksanakan disiplin dan hukuman.
b.      Allah berkuasa atas tanaman dan hewan. Setiap ciptaan berada ditangan Allah, Allah memelihara dan mengawasi semua tanaman dan hewan (Yun. 4:6).
c.       Allah berkuasa atas bangsa-bangsa di muka bumi.(Mzm 22:29).
d.      Allah berkuasa atas seluruh hidup manusia.
Allah berkuasa atas manusia meliputi:
                                                              i.      Allah berkuasa atas kelahiran, karier dan kematian manusia. Disadari atau tidak Allah menyediakan semua kebutuhan manusia dan menentukan saat dan cara seseorang meninggal dunia.
                                                            ii.      Allah berkuasa atas keberhasilan dan kegagalan manusia.
                                                          iii.      Allah berkuasa atas keadaan-keadaan yang paling sepele.
                                                          iv.      Allah berkuasa atas semua kebutuhan umatNya.
                                                            v.      Allah berkuasa atas nasib orang-orang yang diselamatkan dan tidak diselamatkan. Ia akan menuntun orang percaya sepanjang hidupnya hingga mencapai kemuliaan.
                                                          vi.      Allah berkuasa atas tindakkan-tindakkan bebas manusia.

Jika Allah berkuasa atas segala hal, akan timbul dalam pikiran manusia apakah hubungan Allah dengan dosa manusia? Ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan ini :[9]
1.      Seringkali Allah menahan manusia untuk melakukan dosa yang ingin dilakukannya. Tindakkan ini sering disebut dengan “pemeliharaan yang mencegah”.
2.      Allah kadang-kadang tidak secara aktif menahan orang untuk berbuat dosa, tetapi membiarkan dosa itu terjadi. Tindakkan ini disebut dengan “pemeliharaan yang mengizinkan”.
3.      Allah memakai pemeliharaan yang mengarahkan. Allah membiarkan kejahatan terjadi, tetapi Ia mengarahkannya. Contoh : dalam Yohanes 13:27 “apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera”.
4.      Allah dengan memakai pemeliharaan yang membatasi, menetapkan batas-batas yang tidak dapat dilampaui oleh kejahatan dan akibat-akibatnya.

D. TUJUAN PROVIDENSIA ALLAH[10].

Allah memerintah dunia dengan maksud untuk membahagiakan makhluk ciptaan-Nya. Allah juga memerintah dunia dengan tujuan untuk mengembangkan mental dan moral umat manusia. Memang pendidikan umat manusia itu ada, tetapi pendidikan tersebut tidak menyelamatkan. Pengembangan mental dan moral dapat dilihat dari berbagai cara perkembangan sejarah gereja Kristen, seperti meninggikan derajat wanita, penghapusan perbudakan, pemberian kebebasan berkomunikasi dan pengangkutan, dsb.

Allah memerintah dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan dan mempersiapkan umat milik-Nya sendiri. Penjelmaan Allah di dalam Kritus, kematian Kristus yang mendamaikan, karunia dan kedatangan Roh Kudus, penulisan dan pemeliharaan Kitab Suci, semuanya itu dimaksudkan untuk menyelamatkan dan mempersiapkan umat kepunyaan-Nya sendiri. Tindakan pemeliharaan diarahkan untuk menjadikan dan  memelihara orang-orang kudus. Tujuan Allah memerintah ialah kemuliaannya sendiri.

Allah memerintah dengan tujuan menunjukkan kesempurnaan-kesempurnaanNya, kesucian dan keadilan-Nya, kuasa-Nya, hikmat-Nya, kasih-Nya, dan kebenaran-Nya. Tindakan pemeliharaan diarahkan untuk menyatakan sifat-sifat Allah itu. Kekudusan dan keadilan-Nya ditunjukkan dalam kebencian dan perlawanan-Nya terhadap dosa, kekuasaan-Nya ditunjukkan dalam karya penciptaan-Nya, sedang pemeliharaan dan penebusan-Nya ditujukan ketika Allah menyediakan keselamatan dengan jalan mengaruniakan Anak-Nya


BAB III
KESIMPULAN

            Kuasa pemeliharaan Allah dan pemerintahan-Nya telah  nyata dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu yang dialami pasti ada dalam pemeliharaan Allah dan pemerintahan Allah. Dalam karya Allah, ada batasan-batasan tertentu yang tidak dapat dipahami dengan akal sehat manusia. Allah mempunyai maksud dalam kehidupan orang-orang kudus-Nya dan rencana-Nya pasti tergenapi. Allah berkuasa atas segala sesuatu yang dilakukan manusia dan Allah berkuasa untuk menyelamatkan manusia. Allah tidak pernah meninggalkan manusia, dalam keadaan apa pun Allah bertanggung jawab atas kehidupan manusia. Anugerah Allah sungguh-sungguh dinyatakan dalam kehidupan ciptaan-Nya.


DAFTAR PUSTAKA
1.      G.C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) hal.168.
2.      Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 70-71.
3.      Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 71.
5.      Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 71-72.
6.      Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992), hal. 188.
7.      Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992), hal. 192.




[1] G.C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) hal.168.
[2] Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 70-71.
[3] Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 71.
[5] Diktat : Doktrin Tentang Allah, STT-BASOM, hal. 71-72.
[6] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992), hal. 188.
[7] Unsur-unsur baik meliputi tanah yang menghasilkan panen, pohon mengeluarkan buahnya atas perintah Allah..
[8] Unsur-unsur penghancur meliputi gempa bumi, tanah longsor, dan bencana yang lain atas perintah Allah.
[9] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992), hal. 192.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar