Halaman

Senin, 07 Oktober 2013

SEMESTER 2 (PAPER - TOKOH SEJARAH GEREJA - WILLIAM CAREY)


PAPER
TOKOH SEJARAH GEREJA
WILLIAM CAREY


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
SEJARAH GEREJA UMUM


Yang Dibina Oleh :
Julianus Bani . STh



Nama : Roy Damanik
NIM : 2012.86208.04
Prodi : PAK



SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
Komp. Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam


BAB I
PENDAHULUAN


I. LATAR BELAKANG

Misi merupakan tugas dari semua orang percaya karena hal itu merupakan tugas yang diberikan dan dipercayakan Allah kepada setiap orang percaya. Misi itu diberikan Allah kepada setiap orang yang dipanggil-Nya untuk melayaninya. Setiap orang berhak menerima tugas yang diberikan Tuhan kepada setiap pribadi. Tetapi sering kali ketika Tuhan mempercayakan suatu tugas panggilan itu kepada setiap orang, pribadi yang dipanggil tersebut tidak ada keinginan dan tidak siap untuk meksanakan tugas tersebut. Terkadang mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi sehingga takut mengambil resiko.

II. TUJUAN

Dalam paper ini penulis tertarik untuk memaparkan kehidupan seorang tokoh misi yang bermana William Carey, dengan semangatnya untuk mengabarkan kabar baik. Dalam paper ini penulis akan mencoba untuk menuliskan tentang siapa itu William Carey, bagaimana pergerakan panggilan misi yang dipercayakan Tuhan kepada dia dan bagaimana relevansi pada masa sekarang ini melalui panggilan William Carey tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN


I. LAHIRNYA TOKOH WILLIAM CAREY

William Carey adalah tokoh pekabaran injil modern. Ia dilahirkan disebuah keluarga yang miskin di Northamtonshire, Inggris pada tahun 1761. Orang tuanya adalah anggota gereja Anglikan dan Carey menerima babtisan dalam gereja itu.[1]


II. LATAR BELAKANG PANGGILAN PELAYANAN

Pada usia 14 tahun dia meninggalkan rumah dan magang pada seorang tukang sepatu sehingga setelah menyerahkan diri kepada panggilan Tuhan, dia dikenal sebagai Carey si tukang sepatu.[2] Ayahnya seorang penenun yang mengajar di sekolah untuk menghidupi kelima orang anaknya. William adalah anak sulung, dan ia gigih belajar membaca dan menulis, membaca cerita-cerita petualangan seperti Robinson Crusoe dan Gulliver`s Travels. Kesehatannya tidak pernah baik, tetapi ia berhasil magang pada seorang pengrajin sepatu.[3]            Pada tahun 1779 ia mengalami pertobatan dan Carey pun pindah ke gereja Babtis. Kini Ia menjadi seorang pengkhotbah dan menjadi seorang guru sekolah pada siang hari dan pada malam hari ia menjadi seorang tukang sepatu untuk keperluan hidupnya. Sementara itu belajar sendiri bahasa Yunani, Ibrani, Perancis dan Belanda. Sehingga ia menguasainya dengan baik sekali.[4] Di sebuah desa kecil Hackleton, Carey mendengar Injil untuk pertama kalinya. Setelah sekitar setahun kemudian, Carey akhirnya menyerahkan hidupnya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya.[5]

Carey bergabung dengan gerakan Particular atau Calvinistic Baptists. Di dalam gerakan ini ada pertikaian teologis mengenai pemberitaan Injil kepada bangsa bukan pilihan. Mereka yang menolak pemberitaan Injil mengatakan bahwa gereja tidak mempunyai hak untuk memberitakan Injil karena Tuhan Yesus hanya mati bagi umat pilihan. Karena itu penginjilan dan misi itu mencurigakan. Tetapi Carey tidak menyetujui pandangan ini. Dasar dari ketidaksetujuannya adalah sebuah karya Hall yang berjudul “Helps to Zion’s Travellers.” Hall menyatakan bahwa Allah itu berdaulat dalam keselamatan, Gereja wajib memberitakan keselamatan itu, dan manusia yang berdosa wajib meresponinya. Dia menjadi marah terhadap ketidakacuhan kekristenan terhadap mereka yang terhilang di seluruh dunia. Saat itu, pada tahun 1790, ada sekitar 174 juta dari 734 juta (sekitar 24%) dari penduduk dunia mengaku diri sebagai Kristen. Tetapi gereja Kristen hanya melakukan sedikit usaha untuk menjangkau 76% yang belum percaya. Sepanjang tahun 1780-an, kerinduannya akan misi global ditumbuhkan oleh program doa dalam persekutuan pendeta. Dia juga dipengaruhi oleh ajakan Jonathan Edwards yang mengajak agar seluruh Gereja di dunia secara rutin berdoa bagi penggenapan Amanat Agung. Sementara berdoa, Carey mengambil langkah praktis. Ia memenuhi dinding rumahnya dengan peta dan statistic. Ia mengumpulkan bahan-bahan buklet yang berisi desakan bagi gereja untuk berlutut mendoakan hal ini dan mengirim para misionaris ke wilayah-wilayah terpencil. Buklet ini akhirnya menjadi katalisator bagi misi yang melampaui mimpi Carey.[6]

Pada tahun 1792, atas prakarsa dari William Carey, didirikanlah Baptist Missionary Society.[7] Careylah yang menjadi pendorong utamanya. Carey menelorkan suatu semboyan yang sangat terkenal : “mengharapkan perkara-perkara yang besar dari Allah dan mengusahakan perkara-perkara besar bagi Allah”.[8]


III. KEHIDUPAN DI INDIA

Pada tahun 1793, Carey berangkat bersama istrinya, Dorothy ke India. Tahun pertamanya di India sangatlah sulit. Mereka kehabisan dana dan pemerintahan Inggris di India menentang kegiatan misi. Kondisi istrinya makin memburuk dan akhirnya mengalami kegilaan total. Tahun 1798, dia menyelesaikan sebagian penerjemahan Alkitab dalam bahasa Bengali. Penerjemahan ini akhirnya selesai tahun 1809. Sampai tahun 1824, Carey telah menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab ke dalam 37 bahasa lainnya. Dia juga mendirikan penerbitan dan sekolah untuk para tunaaksara. Dia berusaha mempengaruhi masyarakat agar tidak lagi mengurbankan bayi dan berjuang untuk mendirikan rumah sakit bagi penderita lepra. Carey terus berusaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan di India.[9]

Keberadaan Carey di Kalkuta mengalami kesulitan karena perlawanan dari pihak Kompeni India-Timur Inggeris, yang ada pada masa itu berkuasa atas India, ia terpaksa memulai pekerjaannya di Serampur (dekat Kalkuta), suatu daerah jajahan kecil Denmark.[10] Di tempat terpencil ini, Carey dengan cepat belajar Bahasa Sanskrit dan Benggali dan ia dengan cepatnya berhasil menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Benggali. Tetapi hasil terjemahannya kurang baik dan sulit dibaca. Tahun 1799 datanglah dua misi yaitu Joshua Marshman, seorang guru dan William Ward, seorang tukang cetak dan redaktur koran di Serampur. Fokus utama pelayanan mereka adalah penerjemahan Alkitab. Dalam 30 tahun, mereka berhasil menerjemahkan Alkitab ke dalam 6 bahasa, dan bagian-bagian tertentu dari Alkitab ke dalam 26 bahasa. Memang pekerjaan ini belum sempuma, tetapi sangat berarti bagi perkembangan kekristenan di India. Karena ketekunan dan kekompakan mereka, maka mereka dijuluki "Serampore Trio". Carey juga berhasil menyusun dalam bahasa Sanskrit. Bahkan pakar kesusastraan India menganggap Carey sebagai pendiri sastra prosa dalam Bahasa Benggali. Ia juga menerjemahkan "Ramayana" ke dalam Bahasa Inggris. Baginya penelitian agama dan kebudayaan India sebagai tugas misi yang tidak boleh diabaikan. Pelayanan Gereja baptis berpusat di Serampore dan Ward ditetapkan sebagai pendeta. Orang India yang pertama dibaptis pada tahun 1800. Ia sangat rajin menginjil dan mendirikan gereja dengan cepat dan menjadikan mereka gereja yang mandiri. Misi Baptis juga mendirikan sekolah-sekolah sampai universitas di Serampore. Di sana diajarkan teologi Kristen, filsafat India, dan juga hal-hal praktis seperti perkebunan, di mana Carey juga ahli dalam bidang itu.[11]


III. PENGAJARAN DAN PENGARUH PENGAJARANNYA

Beberapa fase pelayanan dan kehidupannya sangatlah sulit sehingga ia pernah merasa telah kehilangan hal-hal berharga dalam hidupnya dan berputus asa dengan orang-orang yang dianggapnya akan mendukungnya. Namun, hasil dari perjuangan dan pelayanannya tidak pernah lenyap di tengah jalan. Selain berbagai terjemahan Alkitabnya, Carey merupakan tokoh yang menghasilkan tujuh prinsip yang menjadi dasar bagi gerakan misi Protestan. Ketujuh prinsip tersebut adalah[12] :

1.  Misi yang efektif didasarkan pada teologi yang alkitabiah sehingga menghasilkan doa sekaligus tindakan.
2.   Misi yang efektif dijalankan melalui perantaraan lembaga pendukung gereja yang memiliki komitmen terhadap Firman Allah.
3.   Misi yang efektif berpusatkan pada penerjemahan dan penyebaran Firman Allah.
4.   Misi yang efektif didukung oleh suatu kesatuan di antara orang-orang percaya.
5.  Misi yang efektif bergantung pada gereja-gereja lokal dan para pemimpin pribumi yang telah dimuridkan.
6.   Misi yang efektif menunjukkan suatu kepekaan budaya yang sejalan dengan Firman Allah.
7.   Misi yang efektif bersumber dari cara hidup yang berpola Firman Allah.


Kegiatan-kegiatan Carey di India didasarkan pada pandangan-pandangannya yang prinsipil dalam bidang pekabaran Injil sebagai berikut[13] :
1.      Pekabaran Injil harus dikerjakan seluas mungkin;
2.      Pekabaran Injil harus dilakukan dalam bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar;
3.      Penyebaran Alkitab seluas mungkin dalam bahasa setempat;
4.      Mendirikan Gereja secepat mungkin;
5.      Segera mendidik bangsa pribumi untuk menjadi pemberita Injil/Pendeta.


Dengan demikian Carey biasanya disebut sebagai Bapak Pekabaran Injil Modern. Carey juga dikenal sebagai tokoh oikumenis. Dialah yang mencetuskan ide agar setiap 10 tahun diadakan konferensi bersama dari seluruh lembaga pekabaran Injil di Tanjung Pengharapan. Ide ini tidak terwujud pada masa hidupnya sendiri, tetapi baru terjadi pada tahun 1910 di Edinburg. Pengertian kata “oikumene” dalam pengertian modern berasal dari William Carey. Orang-orang Kristen di Maluku telah dihidupkan kembali oleh pekerjaan dan pelayanan anak pekabar Injil besar ini, yaitu Yabez Carey pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia bersama-sama dengan Joseph Kam. William Carey meninggal pada tahun 1834.[14]

IV. PEMIKIRAN TOKOH


1.      KELEBIHAN PEMIKIRAN TOKOH
Adapun pemikiran-pemikiran William Carey, yang pada akhirnya memberi dampak yang besar seperti yang dipaparkan dalam halaman (6 point 3) tentang kegiatan-kegiatan Carey di India. Selain hal tersebut pemikiran William Carey yang lainnya antara lain :
·       Pemberitaan Injil tidak hanya kepada bangsa pilihan saja, tetapi untuk semua orang.
·       Melakukan penerjemahan Alkitab kedalam bahasa setempat, umtyk mempermudah              pemahaman masyarakat India secara khusus.
·       Mendirikan penerbitan dan sekolah untuk para tunaaksara.
·       Mempengaruhui masyarakat agar tidak lagi mengurbankan bayi dan berjuang untuk                mendirikan rumah sakit bagi penderita lepra.
·       Mencetuskan ide tentang “oikumene”.
·       Pantang menyerah.


2.      KELEMAHAN PEMIKIRAN TOKOH
Secara umum pemikiran William Carey menghasilkan hal yang positif baik pada masanya maupun untuk misi kedepan. Hanya saja William Carey memiliki kelemahan dalam proses penerjemahan, dimana hasil terjemahannya kurang baik dan sulit dibaca.


BAB III
KESIMPULAN


Konsep misi Carey menjadi suatu terobosan besar dalam gerakan misi dunia. Bagi Carey, tugas utama suatu  misi adalah untuk menjadikan firman Allah berakar dalam hidup manusia. Adapun pengaruh pelayanan Carey bagi pelayanan masa kini, antara lain :
1.      Mendorong generasi masa kini untuk menggenapi Amanat Agung.
2.      Menyadarkan bahwa Allah merupakan sumber semua misi melalui firman, karya dan Roh-Nya.
3.      Aktivitas penerjemahan dan pendistribusian Alkitab.
4.     Dalam melakukan misi harus dipelajari pola pikir penduduk setempat, kebiasaan mereka, kesukaan   dan ketidaksukaan mereka, cara mereka memahami Allah, dosa, etika, jalan keselamatan dan           dunia yang akan datang.
5.      Pendekatan kultural merupakan suatu tindakan kasih yang akan membawa orang untuk                      mendengarkan Injil.
6.      Penginjilan yang seluas-Iuasnya.


       Kita tidak perlu takut selama kita tetap hidup dalam Firman dan kebenaran. Seperti William Carey, meskipun hidup ditengah-tengah kebudayaan yang berbeda, namun ia tetap konsisten dengan pelayannanya dan  hidup dalam hukum Kristus, serta tetap menyampaikan Injil keselamatan.


DAFTAR PUSTAKA

1.      F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53.
2.      Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
3.      A. Kenneth Curtis, dkk, 100 peristiwa penting dalam sejaran Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).
4.      Van Den End, Ragi Carita Sejarah Gereja Di Indonesia 2 : 1860an-Sekarang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002), hal 287.
5.      Berkhof. H * Dr. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), hal 353.
6.      Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997).
7.      F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 54





[1] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[2] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
[3] A. Kenneth Curtis, dkk, 100 peristiwa penting dalam sejaran Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).
[4] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[5] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
[6] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
[7] Van Den End, Ragi Carita Sejarah Gereja Di Indonesia 2 : 1860an-Sekarang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002), hal 287.
[8] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[9] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
[10] Berkhof. H * Dr. I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), hal 353.
[11] Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997).
[12] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya : Momentum, 2003).
[13] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 54
[14] Ibid, hal 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar