PAPER
TOKOH
SEJARAH GEREJA
WILLIAM
CAREY
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
SEJARAH GEREJA UMUM
Yang Dibina Oleh :
Julianus Bani . STh
Nama
: Roy Damanik
NIM
: 2012.86208.04
Prodi
: PAK
SEKOLAH TINGGI
THEOLOGIA BASOM
Komp.
Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Misi merupakan tugas
dari semua orang percaya karena hal itu merupakan tugas yang diberikan dan
dipercayakan Allah kepada setiap orang percaya. Misi itu diberikan Allah kepada
setiap orang yang dipanggil-Nya untuk melayaninya. Setiap orang berhak menerima
tugas yang diberikan Tuhan kepada setiap pribadi. Tetapi sering kali ketika
Tuhan mempercayakan suatu tugas panggilan itu kepada setiap orang, pribadi yang
dipanggil tersebut tidak ada keinginan dan tidak siap untuk meksanakan tugas
tersebut. Terkadang mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi sehingga
takut mengambil resiko.
II.
TUJUAN
Dalam paper ini penulis
tertarik untuk memaparkan kehidupan seorang tokoh misi yang bermana William
Carey, dengan semangatnya untuk mengabarkan kabar baik. Dalam paper ini penulis
akan mencoba untuk menuliskan tentang siapa itu William Carey, bagaimana
pergerakan panggilan misi yang dipercayakan Tuhan kepada dia dan bagaimana
relevansi pada masa sekarang ini melalui panggilan William Carey tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
LAHIRNYA TOKOH WILLIAM CAREY
William Carey adalah
tokoh pekabaran injil modern. Ia dilahirkan disebuah keluarga yang miskin di
Northamtonshire, Inggris pada tahun 1761. Orang tuanya adalah anggota gereja
Anglikan dan Carey menerima babtisan dalam gereja itu.[1]
II.
LATAR BELAKANG PANGGILAN PELAYANAN
Pada usia 14 tahun dia
meninggalkan rumah dan magang pada seorang tukang sepatu sehingga setelah
menyerahkan diri kepada panggilan Tuhan, dia dikenal sebagai Carey si tukang
sepatu.[2]
Ayahnya seorang penenun yang mengajar di sekolah untuk menghidupi kelima orang
anaknya. William adalah anak sulung, dan ia gigih belajar membaca dan menulis,
membaca cerita-cerita petualangan seperti Robinson Crusoe dan Gulliver`s
Travels. Kesehatannya tidak pernah baik, tetapi ia berhasil magang pada seorang
pengrajin sepatu.[3]
Pada tahun 1779 ia mengalami
pertobatan dan Carey pun pindah ke gereja Babtis. Kini Ia menjadi seorang
pengkhotbah dan menjadi seorang guru sekolah pada siang hari dan pada malam
hari ia menjadi seorang tukang sepatu untuk keperluan hidupnya. Sementara itu belajar
sendiri bahasa Yunani, Ibrani, Perancis dan Belanda. Sehingga ia menguasainya
dengan baik sekali.[4]
Di sebuah desa kecil Hackleton, Carey mendengar Injil untuk pertama kalinya.
Setelah sekitar setahun kemudian, Carey akhirnya menyerahkan hidupnya kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya.[5]
Carey bergabung dengan
gerakan Particular atau Calvinistic Baptists. Di dalam gerakan ini ada
pertikaian teologis mengenai pemberitaan Injil kepada bangsa bukan pilihan.
Mereka yang menolak pemberitaan Injil mengatakan bahwa gereja tidak mempunyai
hak untuk memberitakan Injil karena Tuhan Yesus hanya mati bagi umat pilihan.
Karena itu penginjilan dan misi itu mencurigakan. Tetapi Carey tidak menyetujui
pandangan ini. Dasar dari ketidaksetujuannya adalah sebuah karya Hall yang
berjudul “Helps to Zion’s Travellers.” Hall menyatakan bahwa Allah itu
berdaulat dalam keselamatan, Gereja wajib memberitakan keselamatan itu, dan
manusia yang berdosa wajib meresponinya. Dia menjadi marah terhadap
ketidakacuhan kekristenan terhadap mereka yang terhilang di seluruh dunia. Saat
itu, pada tahun 1790, ada sekitar 174 juta dari 734 juta (sekitar 24%) dari
penduduk dunia mengaku diri sebagai Kristen. Tetapi gereja Kristen hanya
melakukan sedikit usaha untuk menjangkau 76% yang belum percaya. Sepanjang
tahun 1780-an, kerinduannya akan misi global ditumbuhkan oleh program doa dalam
persekutuan pendeta. Dia juga dipengaruhi oleh ajakan Jonathan Edwards yang
mengajak agar seluruh Gereja di dunia secara rutin berdoa bagi penggenapan
Amanat Agung. Sementara berdoa, Carey mengambil langkah praktis. Ia memenuhi
dinding rumahnya dengan peta dan statistic. Ia mengumpulkan bahan-bahan buklet
yang berisi desakan bagi gereja untuk berlutut mendoakan hal ini dan mengirim
para misionaris ke wilayah-wilayah terpencil. Buklet ini akhirnya menjadi
katalisator bagi misi yang melampaui mimpi Carey.[6]
Pada tahun 1792, atas
prakarsa dari William Carey, didirikanlah Baptist Missionary Society.[7]
Careylah yang menjadi pendorong utamanya. Carey menelorkan suatu semboyan yang
sangat terkenal : “mengharapkan perkara-perkara yang besar dari Allah dan
mengusahakan perkara-perkara besar bagi Allah”.[8]
III.
KEHIDUPAN DI INDIA
Pada tahun 1793, Carey
berangkat bersama istrinya, Dorothy ke India. Tahun pertamanya di India
sangatlah sulit. Mereka kehabisan dana dan pemerintahan Inggris di India
menentang kegiatan misi. Kondisi istrinya makin memburuk dan akhirnya mengalami
kegilaan total. Tahun 1798, dia menyelesaikan sebagian penerjemahan Alkitab
dalam bahasa Bengali. Penerjemahan ini akhirnya selesai tahun 1809. Sampai
tahun 1824, Carey telah menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab ke dalam 37
bahasa lainnya. Dia juga mendirikan penerbitan dan sekolah untuk para
tunaaksara. Dia berusaha mempengaruhi masyarakat agar tidak lagi mengurbankan
bayi dan berjuang untuk mendirikan rumah sakit bagi penderita lepra. Carey
terus berusaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan di India.[9]
Keberadaan Carey di
Kalkuta mengalami kesulitan karena perlawanan dari pihak Kompeni India-Timur
Inggeris, yang ada pada masa itu berkuasa atas India, ia terpaksa memulai
pekerjaannya di Serampur (dekat Kalkuta), suatu daerah jajahan kecil Denmark.[10]
Di tempat terpencil ini, Carey dengan cepat belajar Bahasa Sanskrit dan
Benggali dan ia dengan cepatnya berhasil menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa
Benggali. Tetapi hasil terjemahannya kurang baik dan sulit dibaca. Tahun 1799
datanglah dua misi yaitu Joshua Marshman, seorang guru dan William Ward,
seorang tukang cetak dan redaktur koran di Serampur. Fokus utama pelayanan
mereka adalah penerjemahan Alkitab. Dalam 30 tahun, mereka berhasil
menerjemahkan Alkitab ke dalam 6 bahasa, dan bagian-bagian tertentu dari
Alkitab ke dalam 26 bahasa. Memang pekerjaan ini belum sempuma, tetapi sangat
berarti bagi perkembangan kekristenan di India. Karena ketekunan dan kekompakan
mereka, maka mereka dijuluki "Serampore Trio". Carey juga berhasil
menyusun dalam bahasa Sanskrit. Bahkan pakar kesusastraan India menganggap
Carey sebagai pendiri sastra prosa dalam Bahasa Benggali. Ia juga menerjemahkan
"Ramayana" ke dalam Bahasa Inggris. Baginya penelitian agama dan
kebudayaan India sebagai tugas misi yang tidak boleh diabaikan. Pelayanan Gereja
baptis berpusat di Serampore dan Ward ditetapkan sebagai pendeta. Orang India
yang pertama dibaptis pada tahun 1800. Ia sangat rajin menginjil dan mendirikan
gereja dengan cepat dan menjadikan mereka gereja yang mandiri. Misi Baptis juga
mendirikan sekolah-sekolah sampai universitas di Serampore. Di sana diajarkan
teologi Kristen, filsafat India, dan juga hal-hal praktis seperti perkebunan,
di mana Carey juga ahli dalam bidang itu.[11]
III.
PENGAJARAN DAN PENGARUH PENGAJARANNYA
Beberapa fase pelayanan
dan kehidupannya sangatlah sulit sehingga ia pernah merasa telah kehilangan
hal-hal berharga dalam hidupnya dan berputus asa dengan orang-orang yang
dianggapnya akan mendukungnya. Namun, hasil dari perjuangan dan pelayanannya
tidak pernah lenyap di tengah jalan. Selain berbagai terjemahan Alkitabnya,
Carey merupakan tokoh yang menghasilkan tujuh prinsip yang menjadi dasar bagi
gerakan misi Protestan. Ketujuh prinsip tersebut adalah[12] :
1. Misi yang efektif didasarkan pada
teologi yang alkitabiah sehingga menghasilkan doa sekaligus tindakan.
2. Misi yang efektif dijalankan melalui
perantaraan lembaga pendukung gereja yang memiliki komitmen terhadap Firman
Allah.
3. Misi yang efektif berpusatkan pada
penerjemahan dan penyebaran Firman Allah.
4. Misi yang efektif didukung oleh suatu
kesatuan di antara orang-orang percaya.
5. Misi yang efektif bergantung pada
gereja-gereja lokal dan para pemimpin pribumi yang telah dimuridkan.
6. Misi yang efektif menunjukkan suatu
kepekaan budaya yang sejalan dengan Firman Allah.
7. Misi yang efektif bersumber dari cara
hidup yang berpola Firman Allah.
Kegiatan-kegiatan Carey
di India didasarkan pada pandangan-pandangannya yang prinsipil dalam bidang
pekabaran Injil sebagai berikut[13] :
1.
Pekabaran Injil harus dikerjakan seluas
mungkin;
2.
Pekabaran Injil harus dilakukan dalam
bahasa-bahasa yang dipahami oleh para pendengar;
3.
Penyebaran Alkitab seluas mungkin dalam
bahasa setempat;
4.
Mendirikan Gereja secepat mungkin;
5.
Segera mendidik bangsa pribumi untuk
menjadi pemberita Injil/Pendeta.
Dengan demikian Carey
biasanya disebut sebagai Bapak Pekabaran Injil Modern. Carey juga dikenal
sebagai tokoh oikumenis. Dialah yang mencetuskan ide agar setiap 10 tahun
diadakan konferensi bersama dari seluruh lembaga pekabaran Injil di Tanjung
Pengharapan. Ide ini tidak terwujud pada masa hidupnya sendiri, tetapi baru
terjadi pada tahun 1910 di Edinburg. Pengertian kata “oikumene” dalam
pengertian modern berasal dari William Carey. Orang-orang Kristen di Maluku
telah dihidupkan kembali oleh pekerjaan dan pelayanan anak pekabar Injil besar
ini, yaitu Yabez Carey pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia bersama-sama
dengan Joseph Kam. William Carey meninggal pada tahun 1834.[14]
IV.
PEMIKIRAN TOKOH
1.
KELEBIHAN PEMIKIRAN TOKOH
Adapun
pemikiran-pemikiran William Carey, yang pada akhirnya memberi dampak yang besar
seperti yang dipaparkan dalam halaman (6 point 3) tentang kegiatan-kegiatan
Carey di India. Selain hal tersebut pemikiran William Carey yang lainnya antara
lain :
· Pemberitaan Injil tidak hanya kepada bangsa
pilihan saja, tetapi untuk semua orang.
· Melakukan penerjemahan Alkitab kedalam
bahasa setempat, umtyk mempermudah pemahaman masyarakat India secara khusus.
· Mendirikan penerbitan dan sekolah untuk
para tunaaksara.
· Mempengaruhui masyarakat agar tidak lagi
mengurbankan bayi dan berjuang untuk mendirikan rumah sakit bagi penderita
lepra.
· Mencetuskan ide tentang “oikumene”.
· Pantang menyerah.
2.
KELEMAHAN PEMIKIRAN TOKOH
Secara umum
pemikiran William Carey menghasilkan hal yang positif baik pada masanya maupun
untuk misi kedepan. Hanya saja William Carey memiliki kelemahan dalam proses
penerjemahan, dimana hasil terjemahannya kurang baik dan sulit dibaca.
BAB
III
KESIMPULAN
Konsep misi Carey
menjadi suatu terobosan besar dalam gerakan misi dunia. Bagi Carey, tugas utama
suatu misi adalah untuk menjadikan
firman Allah berakar dalam hidup manusia. Adapun pengaruh pelayanan Carey bagi
pelayanan masa kini, antara lain :
1.
Mendorong generasi masa kini untuk menggenapi
Amanat Agung.
2.
Menyadarkan bahwa Allah merupakan sumber
semua misi melalui firman, karya dan Roh-Nya.
3.
Aktivitas penerjemahan dan
pendistribusian Alkitab.
4. Dalam melakukan misi harus dipelajari
pola pikir penduduk setempat, kebiasaan mereka, kesukaan dan ketidaksukaan
mereka, cara mereka memahami Allah, dosa, etika, jalan keselamatan dan dunia
yang akan datang.
5. Pendekatan kultural merupakan suatu
tindakan kasih yang akan membawa orang untuk mendengarkan Injil.
6.
Penginjilan yang seluas-Iuasnya.
Kita tidak perlu takut selama kita tetap hidup dalam Firman dan
kebenaran. Seperti William Carey, meskipun hidup ditengah-tengah kebudayaan
yang berbeda, namun ia tetap konsisten dengan pelayannanya dan hidup dalam hukum Kristus, serta tetap menyampaikan
Injil keselamatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat :
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53.
2.
Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja,
(Surabaya : Momentum, 2003).
3.
A. Kenneth Curtis, dkk, 100 peristiwa
penting dalam sejaran Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).
4.
Van Den End, Ragi Carita Sejarah Gereja
Di Indonesia 2 : 1860an-Sekarang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002), hal 287.
5.
Berkhof. H * Dr. I. H. Enklaar, Sejarah
Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), hal 353.
6.
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997).
7.
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat :
Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 54
[1] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[2] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya :
Momentum, 2003).
[3] A. Kenneth Curtis,
dkk, 100 peristiwa penting dalam sejaran
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).
[4] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[5] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya :
Momentum, 2003).
[6] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya :
Momentum, 2003).
[7] Van Den End, Ragi Carita Sejarah Gereja Di Indonesia 2 :
1860an-Sekarang, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002), hal 287.
[8] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 53
[9] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya :
Momentum, 2003).
[10] Berkhof. H * Dr.
I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001), hal 353.
[11]
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997).
[12] Shaw Mark, Sepuluh Pemikiran Gereja, (Surabaya :
Momentum, 2003).
[13] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat : Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), hal 54
[14] Ibid, hal 54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar