LAPORAN BACA
RAGI CARITA 2
SEJARAH GEREJA DI
INDONESIA 1860-AN - SEKARANG
By : Th. van den
End, J. Weitjens
(Orang-orang Kristen di tengah-tengah
masyarakat Indonesia)
Nama : Roy Damanik
SEKOLAH
TINGGI THEOLOGIA BASOM
ORANG-ORANG KRISTEN DI TENGAH MASYARAKAT INDONESIA
Peranan
orang Kristen ditengah-tengah masyarakat Indonesia, tidak terlepas dari 2
faktor, yakni faktor negatif dan positif. Pada tahun 1900 jumlah orang Kristen
di Indonesia hanya 1% dari seluruh jumlah masyarakat Indonesia, pada tahun 1938
menjadi 2.5%, yang sebagian besarnya tinggal di pedalaman pulau Jawa. Pada
persentase yang begitu sedikit, pelayanan Gereja serba kolonial dan Gerejanya
adalah Gereja-Negara, dimana pelayannya adalah Pegawai Negeri, yang dalam hal
ini tentu tidak akan bersikap kritis terhadap kolonial. Bahkan, tidak mungkin
bisa mendorong orang Kristen untuk masuk dalam kegiatan sosial masyarakat.
Berbeda dengan Zending (misi Katolik), yang sedikit lebih bebas, namun karena
utusan Zending berasal dari Belanda, Zending menjadi enggan untuk mencampuri
soal kemasyarakatan.
Jika ada faktor negatif, tentulah
ada faktor positif. Kehadiran Zending membawa perubahan kearah modernisasi di
daerah yang dilayaninya. Dengan bantuan Zending jaringan sekolah mulai dibangun
di beberapa daerah, seperti di daerah : Maluku, Minahasa, Poso, Tapanuli, Jawa,
Halmahera, Irian, Sumba. Dimana bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa
pengantar. Sekolah lanjutan dan lembaga pendidikan tinggi pun mulai didirikan,
dimana persentase siswa Kristen lebih banyak. Zending mengharapkan para siswa
tersebut dapat ikut serta dalam kegiatan membina negara Indonesia yang merdeka.
Dalam pendidikan, Kristen banyak memberi sumbangan. Sebelum 1942, pemerintah
tidak mengijinkan pendirian sekolah. Namun, tahun 1938 Zending berhasil
membangun sekolah desa (sekolah dasar 3 tahun) sebanyak 2.584 sekolah dengan
jumlah siswa 193.311. zending juga membangun sekolah standaard/vervolg (sekolah
dasar 5 tahun) sebanyak 237 sekolah, dan juga beberapa sekolah pertukangan. Di
bidang pendidikan terdapat beberapa bentuk, yakni : Pendidikan Barat, dengan
bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar;
Zending, perkumpulan sekolah Kristen yang berhubungan dengan zending.
Mengelola 12 sekolah dengan 21.358 siswa; MULO, 12 sekolah dengan 2.656 siswa; Dan
juga 2 Sekolah Menengah Atas, di Jakarta dan di Bandung.
Untuk
tenaga pendidik, maka didirikan 9 “normaalleergang” Sekolah Pendidikan Guru
Sekolah Desa, 1 “Hollands-Inlandse Kweekschool (HIK)” Sekolah Pendidikan Guru
Sekolah Berbahasa Belanda”. Abad-20 kebanyakan sekolah disubsidi pemerintah. Namun,
subsidi tersebut memiliki syarat. Dimana, jadwal mata pelajaran harus sama
dengan jadwal sekolah pemerintah. Namun untuk mata pelajaran Pengetahuan
Alkitab dibebaskan. Pendidikan pemerintah dengan Zending memiliki perbedaan.
Dimana, pendidikan pemerintah ditandai tiga azas : Pembedaan menurut ras. Sekolah dasar ada yang berbahasa Belanda,
Indonesia bahkan Eropa; Menurut Kelas,
sekolah diatas tingkat sekolah dasar desa diperuntukkan bagi anak-anak dari
golongan atas saja; Menurut bahasa dan
kebudayaan, sekolah diatas sekolah dasar desa pada umumnya memakai bahasa
Belanda. Pemisahan tersebut sedikit banyak diikuti oleh Zending, termasuk
pembedaan kelas, meski tidak seketat pemerintah. Zending berharap sekolah
berbahasa Belanda yang hanya dikunjungi oleh anak kalangan atas dapat
menjadikan mereka menjadi Kristen. Dan setelah itu, akan banyak rakyat yang
mengikutinya. Untuk azas lainnya zending enggan untuk mengikutinya, namun
karena keinginan masyarakat pribumi, maka Zending pun mengikutinya.
Jika demikian, apa perbedaaan
sekolah Zending/Gereja dengan sekolah negeri. Zending memberi 2 jawaban : Sekolah
Kristen adalah saluran pekabaran Injil, melalui Zending anak-anak dapat
mengenal Alkitab dan pokok iman Kristen;
Kepribadian anak harus dibina menjadi pribadi yang diinginkan Allah, dengan
kesadaran akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sedangkan
sekolah Pemerintah lebih menekankan Otak, bukan kepribadian secara menyeluruh. Kedatangan
Jepang membawa perubahan bagi pendidikan Kristen Indonesia. Pemerintah menghapuskan
perbedaan kelas, dan ras. Namun, pengelolaan sekolah diambil alih pemerintah.
Ikatan antara sekolah dan Gereja diputuskan. Dimulai dari tahun 1950, terjadi
peningkatan di bidang sekolah, bahkan pada tahun 1966 sudah berdiri 12
Universitas Kristen, dan yang paling tua adalah UKI didirikan tahun 1953.
Sumbangan Kristen bukan hanya dibidang pendidikan saja, namun di bidang
kesehatan juga. Pada tahun 1938, rumah sakit Kristen Protestan sudah berjumlah
101, dengan staff 151 orang Eropa dan 2.398 orang Indonesia. Namun, terjadi
perbedaan makna pelayanan di bidang kesehatan, dimana para zending menganggap
rumah sakit Kristen sebagai sarana pekabaran Injil, sedangkan para dokter
menganggap itu sebgai pelayanan kasih. Pada masa Jepang, semua rumah sakit
swasta diambil alih. Dan hanya sebagian saja yang dikembalikan setelah perang. Dalam
bidang Ekonomi, sumbangan Kristen tidaklah banyak. Karena zending tidak
memiliki modal yang cukup besar. Adapun sumbangannya antara lain pembukaan
proyek pertanian di Halmahera, Sumba, Sulawesi Tengah dan didaerah-daerah lain
mulai abad ke-19. Sedangkan dalam bidang
politis, disebabkan para zending kebanyakan tidak bergerak dibidang politik
bahkan tidak suka kalau orang Kristen bergabung didalamnya, dan juga para
zending diawasi secara ketat oleh kolonial, sedikit saja menyimpang akan
diusir. Maka dapat diartikan bahwa rangsangan politik didapatkan oleh orang
Kristen adalah dari teman sebangsanya, bahkan yang bukan Kristen.
Partisipasi orang Kristen dalam
bidang politik sudah berlangsung sejak lama. Misalnya pemberontakan Pattimura
di Maluku tahun 1817, pemogokan di sekolah Raja Narumonda milik RMG di Tapanuli
tahun 1905, dan aksi lainnya. Beberapa tokoh yang masuk dalam politik antara
lain Dr. G.S. Ratulangi, Mr. Amir Sjarifuddin. Dan semua itu ditandai dengan
munculnya organisasi-organisasi politik, seperti : PARTINDO, GERINDO, dan
lainnya. Ketika peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, terjadi pembubaran
organisasi anti kolonial. Yang diijinkan hanyalah yang bersifat sosial-ekonomi.
Namun perjuangan para pemuda dan mahasiswa bahkan tokoh masyarakat Kristen
tetap bergerak dan membantu sampai pada persiapan kemerdekaan. Keikutsertaan
orang Kristen dalam perjuangan nasional menjadikan orang Kristen diterima oleh
golongan lain. Bahkan orang Kristen menjadi anggota kabinet berturut-turut, dan
menjadi pimpinan ABRI. Unsur pokok orang Kristen dalm politik adalah loyal
terhadap pemerintahan dan ikut mempertahankan Pancasila, menolak komunisme,
sampai pada peleburannya dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dapat
disimpulkan bahwa orang Kristen Indonesia telah ikut serta dalam kehidupan
bangsa dalam arti yang paling luas, sebelum dan terutama juga sesudah lahirnya
Negara Republik Indonesia. Itu semua berkat peranan yang diciptakan oleh
zending luar negeri melalui sarana pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar