Halaman

Kamis, 11 Desember 2014

SEMESTER V (LAPORAN BACAAN BUKU: STRATEGI BELAJAR MENGAJAR)

TUGAS LAPORAN BACAAN 
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Karangan : Supriyadi, M.Pd

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
STRATEGI PEMBELAJARAN PAK
Yang Dibina Oleh :
Paskah P. Purba, M.Pd.K

Nama : Roy Damanik

BAB I
PROFESI GURU

            Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
            Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran dan keilmuan. Guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola semua sumberdaya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas, siswa, dan interaksi sinergisnya. Dalam pengembangan dan profesionalisme guru juga dibutuhkan beberapa hal yang sangat perlu diterapkan, antara lain :
1.      Berbasis pada program penelitian,
2.      Menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya,
3.      Diorganisasikan dengan pendekatan kolegialitas,
4.      Berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah, dan
5.      Membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari kompetensinya.

Seorang guru juga harus memiliki setidaknya empat kompetensi penting, yakni : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Dan untuk penggapaian hal tersebut, guru harus memiliki :
1.      Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik,
2.      Penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun pendidikan,
3.      Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan
4.      Kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.
Dalam proses pembentukan para guru, supaya dapat menjadi seperti yang seharusnya dibahas diatas, maka dibutuhkan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Adapun beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan keprofesian guru, antara lain :
1.      Pendidikan dan pelatihan
a.       Inhouse training (IHT), diadakan secara internal.
b.      Program magang, dilaksanakan di dunia kerja yang relevan dengan peningkatan keprofesionalan guru.
c.       Kemitraan sekolah, diadakan antar sekolah.
d.      Belajar jarak jauh.
e.       Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus.
f.       Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.
g.      Pembinaan internal oleh sekolah.
h.      Pendidikan lanjut.
2.      Kegiatan selain pendidikan dan pelatihan
a.       Diskusi masalah-masalah pendidikan.
b.      Seminar.
c.       Workshop.
d.      Penelitian.
e.       Penulisan buku/bahan ajar.
f.       Pembuatan media pembelajaran.
g.      Pembuatan karya teknologi/karya seni.

BAB II
GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR

Secara umum, masyarakat mengartikan “guru” sebagai seseorang yang pekerjaan atau mata pencahariaannya “mengajar”. Namun secara khusus guru atau pengajar dapat ditafisirkan sebagai orang yang :
1.      Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain;
2.      Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotor); dan
3.      Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat afektif).

Melalui beberapa poin diatas, guru dapat diartikan sebagai pendidik. Bukan hanya sekedar menjadi “seseorang yang pekerjaannya mengajar”. Guru sebagai pendidik atau pengajar menjadi faktor penentu suksesnya setiap usaha pendidikan. Menurut Pasal 35 PP 38/1992, guru diperkenankan bekerja di luar tugasnya untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas utamanya. Bahkan dalam Pasal 15(2) PP tersebut, diberikan peluang kepada para sarjana fakultas nonkeguruan untuk menjadi guru dengan syarat memiliki akta mengajar. Akta ini dikeluarkan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan program akta pada fakultas tarbiyah untuk menjadi guru agama.

BAB III
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU

Secara sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Sedangkan menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata).
Karakteristik kepribadian sangat berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya. Adapun beberapa karakteristik kepribadian yang berkaitan, antara lain :
1.      Fleksibilitas Kognitif, merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu.
2.      Keterbukaan Psikologis, merupakan dasar kompetensi professional keguruan yang harus dimiliki seorang guru. Penting bagi guru, karena :
a.       Merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang harus dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.
b.      Diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antarpribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.

Dalam kepribadian guru, ada juga yang disebut dengan kompetensi profesionalisme guru. Hal tersebut merupakan kemampuan atau kecakapan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Sedangkan istilah professional berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Dalam menjalankan kewenangan profesionalitasnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan psikologis, yang meliputi :
1.      Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
2.      Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
3.      Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).

BAB IV
GURU DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Ada beberapa hal yang termasuk dalam pembahasan proses belajar mengajar, antara lain :
1.      Defenisi Dan Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar; Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Sedangkan untuk komunikasi, diharapkan guru menggunakan interaksi resiprokal, yakni komunikasi banyak arah untuk menciptakan suasana pendidikan yang kreatif, dinamis dan dialogis.
2.      Strategi Pengelolaan Proses Belajar Mengajar; Melalui strategi yang tepat, para siswa diharapkan terdorong secara intrinsik untuk melakukan belajar aneka ragam materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3.      Sasaran Kegiatan Proses Belajar Mengajar; Adapun sasaran yang diharapakan dari proses belajar mengajar, yakni :
a.       Sasaran jangka pendek seperti tujuan pembelajaran khusus.
b.      Sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah.
c.       Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.

Dalam proses belajar mengajar, strategi perencanaan sangat diperlukan. Strategi sendiri menurut pengertian dari bahasa inggris, berarti siasat, kiat atau rencana. Menurut Newman dan Legan (1971), ada empat langkah besar dalam penyusunan rencana pengelolaan proses belajar mengajar, antara lain :
1.      Merumuskan dan menetapkan spesifikasi output yang menjadi target yang hendak dicapai dengan memperhatikan aspirasi dan selera serta kebutuhan masyarakat yang memerlukan output tersebut.
2.      Mempertimbangkan dan memilih cara atau pendekatan dasar proses belajar mengajar yang dipandang paling efektif untuk mencapai target.
3.      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah tepat yang akan ditempuh sejak titik awal hingga titik akhir yakni tercapainya hasil proses belajar mengajar.
4.      Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan standar yang akan dipergunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar.

Selanjutnya untuk menjamin terlaksananya prosedur perencanaan tadi, guru perlu menyusun langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Merumuskan dan menetapkan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus yang sesuai dengan pokok bahasan.
2.      Memilih dan menerapkan system pendekatan belajar mengajar yang dipandang paling cocok.
3.      Menetapkan kriteria berupa norma atau batasan tertentu sebagai tolok ukur keberhasilan siswa.

Selanjutnya, dalam proses pelaksanaan strategi proses belajar mengajar, ada empat model pelaksanaan yang sangat tepat, yakni :
1.      Sistem enquiry-discovery; dalam sistem ini guru diharapkan menyajikan bahan pelajaran sebagian saja, kemudian siswa diharapkan menemukan sendiri.
2.      Sistem expository; guru diharapkan menyajikan bahan pelajaran secara utuh dan menyampaikannya secara verbal.
3.      Sistem learning for mastery;
4.      Sistem humanistic education;

Selain hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam proses belajar-mengajar, kita juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar itu sendiri. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, antara lain :
1.      Karakteristik siswa;
2.      Karakteristik guru;
3.      Interaksi dan metode;
4.      Karakteristik kelompok;
5.      Fasilitas fisik;
6.      Mata pelajaran; dan
7.      Lingkungan alam sekitar.

BAB V
FUNGSI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Fungsi atau peran penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Dengan arti, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar tercapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Gagne, guru berfungsi sebagai :
1.      Guru sebagai Designer of Instruction; fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
2.      Guru sebagai Manager of Instruction; artinya guru sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar mengajar.
3.      Guru sebagai Evaluator of Student Learning; yakni guru sebagai penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar.

Selain fungsi guru diatas, kita juga perlu memperhatikan posisi dan ragam guru dalam proses belajar mengajar.
1.      Posisi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam hal ini guru menjadi pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan.
2.      Ragam Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
a.       Guru otoriter (authoritarian), berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang.
b.      Guru laissez-faire, padanannya adalah individualism (faham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak seperti ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan proses belajar mengajar secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri.
c.       Guru demokratis, guru yang demikian pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang.

BAB VI
PRINSIP DASAR MENGAJAR

Guru sebagai pengajar, pada prinsipnya menjadi teladan bagi yang diajar. Dari sisi karakteristik dan dari sisi keprofesian guru, ada beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar, yakni :
1.      Lebih mementingkan pelayanan khalayak daripada kepentingan seseorang atau diri pribadi.
2.      Memahami prinsip dan konsep pengetahuan profesi untuk menduduki jabatan yang tinggi.
3.      Secara berkesinambungan memupuk dan mengembangkan tugas serta pekerjaan yang menjadi wewenangnya.
4.      Berpegang kepada kode etik untuk mengatur perilaku dan tindakannya.
5.      Menuntut kegiatan yang menekankan intelektual atau kemampuan berpikir kritis.
6.      Berhimpun dalam satu wadah atau organisasi yang dapat mengembangkan atau memperjuangkan kepentingan profesi.
7.      Berkehendak atau berkesempatan mengembangkan kemampuan spesialis tugas.
8.      Sebagai karier yang selalu berkembang sesuai tuntutan dan tanggung jawab.

Sesuai dengan kapasitas guru sebagai pendidik, atau dapat juga disebut “mengajar sebagai profesi”. Menurut Amstrong, tugas dan tanggung jawab guru digolongkan menjadi lima jenis.
1.      Tanggung jawab dalam pengajaran.
2.      Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan.
3.      Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum.
4.      Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi.
5.      Tanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan masyarakat.

Selain tanggung jawab guru sebagai pengajar, seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa “mengajar merupakan sebuah profesi”, maka guru harus mempunyai kemampuan kompetensi profesional, meliputi :
1.      Penguasan pada bidang studi yang diajarkan;
2.      Memahami keadaan diri siswa;
3.      Memahami prinsip-prinsip dan tekhnik mengajar;
4.      Menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang studinya; dan Menghargai profesinya.
Untuk merealisasikan prinsip dan tanggung jawab pengajar seperti tertera diatas. Tentu sekali para guru perlu dipersiapkan dengan baik, terutama para calon guru atau mahasiswa, yang nantinya akan menjadi pengajar. Harapan terhadap pengajar maupun calon pengajar tersebut membutuhkan petunjuk dalam menjalankan fungsinya sebagai pengajar kelak. Menurut Raths, beberapa petunjuk tersebut, antara lain :
1.      Menjelaskan bagaimana mahasiswa harus bertindak.
2.      Menimbulkan inisiatif, pengarahan, dan mengelola.
3.      Melakukan pengelompokan mahasiswa dalam belajar.
4.      Memberikan keamanan.
5.      Kejelasan sikap, keyakinan, dan permasalahan.
6.      Mendiagnosis kesulitan belajar.
7.      Menyusun materi kurikulum.
8.      Menilai, mencatat, dan melaporkan proses dan hasil belajar.
9.      Pengadaan aktifitas kemasyarakatan.
10.  Mengorganisasi dan mengatur kelas.
11.  Partisipasi kegiatan sekolah.
12.  Partisipasi dalam ikatan profesi dan kehidupan bermasyarakat.

Agar guru dapat membimbing perilaku siswa dalam mengembangkan pribadi seutuhnya sesuai dengan norma pendidikan, menurut Gage, guru diharapkan mempunyai perilaku yang karakteristiknya meliputi :
1.      Memberikan kehangatan.
2.      Memahami struktur keilmuan bidang studinya.
3.      Memahami disiplin diri.
4.      Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengubah perilakunya secara terbuka.
5.      Memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan instruksional.

Dengan menerapkan konsep-konsep tersebut diatas, maka guru dan para calon guru akan memiliki kemampuan-kemampuan dan kompetensi sebagai berikut :
1.      Penguasaan lahan pengajaran.
2.      Penguasaan lahan kependidikan.
3.      Penguasaan pengelolaan program belajar-mengajar.
4.      Penguasaan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
5.      Mampu mengelola kelas.
6.      Mampu menggunakan media/sumber belajar.
7.      Mampu menilai prestasi belajar siswa.
8.      Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9.      Mengenal dan mampu menyelenggarakan administrasi sekolah.
10.  Memahami prinsip-prinsip serta menafsirkan hasil penelitian.

BAB VII
KONSEP DASAR PENGAJARAN

Secara rasional, salah satu tugas pokok guru adalah mengajar. Mengajar merupakan pekerjaan profesional yang memerlukan keahlian khusus yang ditempuh melalui pendidikan dan pengalaman. Dalam konsep dasar pengajaran, ada yang disebut dengan pengajaran mikro. Pengajaran mikro merupakan bentuk pelatihan mengajar. Dalam pengajaran mikro, beberapa hal yang dilatih adalah :
1.      Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran.
2.      Keterampilan dasar menjelaskan.
3.      Keterampilan dasar memberikan variasi.
4.      Keterampilan dasar memberikan penguatan.
5.      Keterampilan dasar bertanya.
6.      Keterampilan dasar mengelola kelas.
7.      Keterampilan dasar membimbing belajar perorangan.
8.      Keterampilan dasar membimbing kelompok kecil.
9.      Keterampilan membimbing belajar aktif (active learning).

Adapun yang menjadi tujuan pengajaran mikro adalah :
1.      Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar.
2.      Membentuk sikap profesional sebagai calon guru.
3.      Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang pada etika keguruan.
4.      Dapat menjelaskan pengertian micro teaching.
5.      Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami siswa.
6.      Terampil membuka dan menutup pelajaran.
7.      Dapat bertanya secara benar.
8.      Dapat memotivasi belajar siswa.
9.      Dapat membuat variasi dalam belajar.
10.  Dapat menggunakan alat-alat pelajaran dengan benar dan tepat.
11.  Dapat mengamati keterampilan keguruan secara objektif, sistematis, kritis dan praktis.
12.  Dapat memerankan sebagai guru, supervisor, peserta didik, maupun sebagai observer dengan baik.
13.  Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, pedagosis, metodik, dan andragogis secara tepat dan menarik.
14.  Berlatih membangun rasa percaya diri.

BAB VIII
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Menarik perhatian siswa.
2.      Memotivasi siswa.
3.      Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indicator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu.
4.      Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru.
5.      Menanggapi situasi kelas.

Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisisen. Sementara tujuan khusus membuka pelajaran dapat dirincikan sebagai berikut :
1.      Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan.
2.      Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3.      Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian di mata pelajaran.
4.      Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
5.      Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa.
6.      Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar.

Selain tujuan dan cara yang menarik dalam membuka pelajaran, penerapan membuka pelajaran juga mempunyai beberapa prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan, antara lain :
1.      Prinsip Bermakna; mempunyai nilai tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran.
2.      Continiu (berkesinambungan); antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak terjadi garis pemisah.
3.      Fleksibel; penggunaan tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancar.
4.      Antusiasme dan Kehangatan dalam Mengkomunikasikan Gagasan; hal ini dapat mendorong anak untuk menilai bahwa pokok bahasan yang akan dipelajari mempunyai arti penting.
5.      Prinsip-prinsip Teknis Penggunaan Keterampilan Membuka Pelajaran;
a.       Singkat, padat dan jelas.
b.      Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.
c.       Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.
d.      Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya.
e.       Mengikat perhatian anak.

Selain hal diatas, perlu juga diperhatikan beberapa komponen dalam membuka pelajaran, sebagai berikut :
1.      Membangkitkan perhatian/minat siswa.
a.       Variasi gaya mengajar guru.
b.      Penggunaan alat bantu mengajar.
c.       Variasi dalam pola interaksi.
2.      Menimbulkan motivasi.
a.       Bersemangat dan antusias.
b.      Menimbulkan rasa ingin tahu.
c.       Mengemukakan ide yang tampaknya bertentangan.
d.      Memerhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian siswa.
3.      Memberi acuan atau struktur.
a.       Mengemukakan kompetensi dasar, indikator hasil belajar dan batas-batas tugas.
b.      Memberi petunjuk atau saran tentang langkah-langkah kegiatan pada awal pembelajaran.
c.       Mengajukan pertanyaan pengarahan.
4.      Menunjukkan kaitan.
a.       Mencari batu loncatan.
b.      Mengusahakan kesinambungan.
c.       Membandingkan atau mempertentangkan.
5.      Menutup pelajaran.
a.       Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran.
b.      Memberikan dorongan psikologis dan atau sosial kepada siswa.
c.       Memberi petunjuk untuk pelajaran/topik berikutnya.
d.      Mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru selesai.

Selain membuka pelajaran, menutup pelajaran juga sangat penting. Adapun cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran, antara lain :
1.      Meninjau kembali.
a.       Merangkum inti pelajaran.
b.      Membuat ringkasan.
2.      Mengevaluasi.
a.       Mendemonstrasikan keterampilan.
b.      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain.
c.       Mengekspresikan pendapat siswa sendiri.
d.      Soal-soal tertulis atau lisan.
3.      Memberikan dorongan psikologi atau sosial.
a.       Memuji hasil yang dicapai oleh peserta didik.
b.      Mendorong untuk lebih semangat belajar.
c.       Memberikan harapan positif.
d.      Meyakinkan akan potensi yang dimiliki siswa.

BAB IX
KETERAMPILAN MENJELASKAN

Ditinjau dari informasi yang disampaikan oleh guru kepada siswa, makna menjelaskan dapat dibedakan menjadi :
1.      Menyampaikan informasi; diartikan sebagai pemberitahuan dengan menyatakan bahwa “ini adalah begini”, sehingga menyampaikan informasi adalah bentuk menyampaikan fakta dan memberikan instruksi.
2.      Menerangkan; isi yang disampaikan menunjukkan “apa” atau “bagaimana” sesungguhnya sesuatu itu. Jadi dalam hal ini isi bersifat pengertian atau istilah.
3.      Menjelaskan; isi yang disampaikan menunjukkan “mengapa” atau “untuk apa” sesuatu terjadi demikian, yang menunjukkan “hubungan” antara dua hal atau lebih.
4.      Memberi motivasi; diartikan sebagai memberikan dorongan, menimbulkan minat, perhatian, dan kemauan siswa.
5.      Mengajukan pendapat pribadi.

Adapun yang menjadi tujuan penggunaan penjelasan dalam proses belajar mengajar, adalah :
1.      Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip, dalil, atau hukum-hukum yang menjadi bahan pelajaran.
2.      Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan dengan bahan pelajaran.
3.      Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah.
4.      Membantu memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep.
5.      Mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik.
6.      Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan.
7.      Melatih peserta didik berpikir logis apabila penjelasan guru kurang sistematis.

Selain tujuan penjelasan dalam proses belajar mengajar, kita juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan penjelasan berikut :
1.      Pada awal, di tengah, atau pada akhir pembelajaran.
2.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3.      Penjelasan dapat diberikan apabila ada pertanyaan atau diperlukan oleh guru untuk menjelaskan, yang berarti tidak semua topik atau bahan pembelajaran dijelaskan oleh guru.
4.      Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang kemampuan siswa, terutama dalam hal penggunaan bahasa.
BAB X
KETERAMPILAN BERTANYA

Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan :
1.      Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar.
2.      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan.
3.      Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berpikir itu sendiri sesunggunya adalah bertanya.
4.      Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik.
5.      Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.

Ada beberapa jenis pertanyaan yang dibagi berdasarkan luas sempitnya pertanyaan, yakni :
1.      Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya.
a.       Pertanyaan permintaan.
b.      Pertanyaan retoris.
c.       Pertanyaan mengarahkan/menuntut.
d.      Pertanyaan menggali.
2.      Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
a.       Pertanyaan Pengetahuan.
b.      Pertanyaan Pemahaman.
c.       Pertanyaan Penerapan.
d.      Pertanyaan Analisis.
e.       Pertanyaan Sintesis.
f.       Pertanyaan Evaluasi.

3.      Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Luas Sempitnya Sasaran.
a.       Pertanyaan Sempit.
                                                              i.      Pertanyaan sempit informasi langsung.
                                                            ii.      Pertanyaan sempit memusat.
b.      Pertanyaan Luas
                                                              i.      Pertanyaan luas terbuka.
                                                            ii.      Pertanyaan luas menilai.

Selain jenis-jenis pertanyaan, pertanyaan juga memiliki komponen-komponen keterampilan dalam bertanya, antara lain :
1.      Kejelasan dan kaitan pertanyaan.
2.      Kecepatan dan selang waktu.
3.      Arah dan distribusi penunjukkan.
4.      Teknik penguatan.
5.      Teknik menuntun.
6.      Teknik menggali.
7.      Pemusatan.
8.      Pindah gilir.

BAB XI
KETERAMPILAN MENGAKTIFKAN BELAJAR SISWA

Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Disaat guru mengajar, tentu sekali perlu diperhatikan tipe siswa saat belajar, pada umumnya ada tiga tipe belajar siswa :
1.      Visual, dimana dalam belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati.
2.      Auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan.
3.      Kinestetik, dimana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan melakukan.

Setelah memahami tipe belajar siswa, kita akan masuk kedalam strategi mengaktifkan kelas. Berikut merupakan cara-cara yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan kegiatan belajar siswa.
1.      Learning Starts With A Question; Siswa diminta membuat pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti.
2.      Everyone Is A Teacher Here; dalam hal ini siswa dianggap sudah memahami materi, meskipun memiliki kadar masing-masing.
3.      The Power Of Two; ajukan satu atau dua pertanyaan yang membutuhkan perenungan.
4.      Information Search; bagikan materi bacaan, buku teks atau dokumen, lalu susunlah pertanyaan yang dapat dicari dari materi tersebut.
5.      Snowballing; ajukan pertanyaan dan permasalahan, lalu biarkan siswa berdebat.
6.      Jigsaw Learning; membentuk kelompok lalu membuat resume dari hasil pelajaran.
7.      Debat Yang Efektif.
8.      Card Sort; bagikan kertas secara acak yang berisi pembelajaran, lalu biarkan siswa mencari kertas pasangannya yang sesuai dengan material di kertas masing-masing.
9.      Synergetic Teaching.
10.  Tim Pendengar.
11.  Point Counterpoint.
12.  Tim Kuis.

TANGGAPAN BUKU

1.      TANGGAPAN POSITIF
Buku ini sangat baik untuk dibaca dan dipahami bahkan diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Melalui buku ini, ada dua hal yang akan kita dapatkan, apabila kita mempraktekkannya dengan baik.
A.       Bagi Siswa.
1)           Siswa terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri.
2)           Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan temannya.
3)           Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan belajarnya sendiri secara  optimal.
4)           Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil yang efektik.
5)           Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar.
B.       Bagi Guru.
1)           Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2)           Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur.
3)           Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari siswa pada saat proses belajar mengajar dimulai.
4)           Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, ketika siswa mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan teknik pengorganisasian materi yang dipelajari siswa.
5)           Guru dapat membuat peta kemampuan siswa, sehingga dapat dipakai sebagai bahan analisis.

2.      TANGGAPAN NEGATIF
Meskipun buku ini sangat baik, ada beberapa kekurangan buku dalam sistematika penulisannya. Beberapa point dalam buku ini tidak sinkron. Bahkan ada lompatan pembahasan yang kurang jelas, sehingga sulit dipahami. Misalnya dalam halaman 173-175.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar