TUGAS LAPORAN BACAAN
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Karangan : Supriyadi, M.Pd
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
STRATEGI PEMBELAJARAN PAK
Yang Dibina
Oleh :
Paskah P. Purba, M.Pd.K
Nama : Roy Damanik
BAB I
PROFESI GURU
Guru merupakan pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas
utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang
tercermin dari kompetensi, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar
mutu atau norma etik tertentu.
Guru yang hebat adalah guru yang
kompeten secara metodologi pembelajaran dan keilmuan. Guru harus memiliki
kompetensi dalam mengelola semua sumberdaya kelas, seperti ruang kelas,
fasilitas pembelajaran, suasana kelas, siswa, dan interaksi sinergisnya. Dalam
pengembangan dan profesionalisme guru juga dibutuhkan beberapa hal yang sangat
perlu diterapkan, antara lain :
1. Berbasis pada program penelitian,
2. Menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan
praktis dirinya,
3. Diorganisasikan dengan pendekatan kolegialitas,
4. Berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan
keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah, dan
5. Membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada
beberapa aspek tertentu dari kompetensinya.
Seorang
guru juga harus memiliki setidaknya empat kompetensi penting, yakni :
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan
kompetensi sosial. Dan untuk penggapaian hal tersebut, guru harus memiliki :
1. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik,
2. Penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan
maupun pendidikan,
3. Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik,
dan
4. Kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas
dan kepribadian secara berkelanjutan.
Dalam
proses pembentukan para guru, supaya dapat menjadi seperti yang seharusnya
dibahas diatas, maka dibutuhkan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Adapun
beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan keprofesian guru,
antara lain :
1. Pendidikan dan pelatihan
a.
Inhouse training
(IHT), diadakan secara internal.
b.
Program magang,
dilaksanakan di dunia kerja yang relevan dengan peningkatan keprofesionalan
guru.
c.
Kemitraan
sekolah, diadakan antar sekolah.
d.
Belajar jarak
jauh.
e.
Pelatihan
berjenjang dan pelatihan khusus.
f.
Kursus singkat
di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.
g.
Pembinaan
internal oleh sekolah.
h.
Pendidikan
lanjut.
2. Kegiatan selain pendidikan dan pelatihan
a.
Diskusi
masalah-masalah pendidikan.
b.
Seminar.
c.
Workshop.
d.
Penelitian.
e.
Penulisan
buku/bahan ajar.
f.
Pembuatan media
pembelajaran.
g.
Pembuatan karya
teknologi/karya seni.
BAB II
GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR
Secara
umum, masyarakat mengartikan “guru” sebagai seseorang yang pekerjaan atau mata
pencahariaannya “mengajar”. Namun secara khusus guru atau pengajar dapat
ditafisirkan sebagai orang yang :
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang
lain;
2. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain
(bersifat psikomotor); dan
3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain
(bersifat afektif).
Melalui
beberapa poin diatas, guru dapat diartikan sebagai pendidik. Bukan hanya sekedar
menjadi “seseorang yang pekerjaannya mengajar”. Guru sebagai pendidik atau
pengajar menjadi faktor penentu suksesnya setiap usaha pendidikan. Menurut
Pasal 35 PP 38/1992, guru diperkenankan bekerja di luar tugasnya untuk
memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas utamanya.
Bahkan dalam Pasal 15(2) PP tersebut, diberikan peluang kepada para sarjana
fakultas nonkeguruan untuk menjadi guru dengan syarat memiliki akta mengajar. Akta
ini dikeluarkan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan program
akta pada fakultas tarbiyah untuk menjadi guru agama.
BAB III
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU
Secara
sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap
dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Sedangkan menurut
tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan
aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku
behavioral (perbuatan nyata).
Karakteristik
kepribadian sangat berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti
profesinya. Adapun beberapa karakteristik kepribadian yang berkaitan, antara
lain :
1. Fleksibilitas Kognitif, merupakan kemampuan berpikir
yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu.
2. Keterbukaan Psikologis, merupakan dasar kompetensi
professional keguruan yang harus dimiliki seorang guru. Penting bagi guru,
karena :
a.
Merupakan
prakondisi atau prasyarat penting yang harus dimiliki guru untuk memahami
pikiran dan perasaan orang lain.
b.
Diperlukan untuk
menciptakan suasana hubungan antarpribadi guru dan siswa yang harmonis,
sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa
ganjalan.
Dalam
kepribadian guru, ada juga yang disebut dengan kompetensi profesionalisme guru.
Hal tersebut merupakan kemampuan atau kecakapan. Kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Sedangkan istilah professional berarti sangat
mampu melakukan pekerjaan. Dalam menjalankan kewenangan profesionalitasnya,
guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan psikologis, yang meliputi :
1. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
2. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
3. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).
BAB IV
GURU DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Ada
beberapa hal yang termasuk dalam pembahasan proses belajar mengajar, antara
lain :
1. Defenisi Dan Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar;
Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral antara siswa sebagai
pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Sedangkan untuk komunikasi, diharapkan guru menggunakan interaksi resiprokal,
yakni komunikasi banyak arah untuk menciptakan suasana pendidikan yang kreatif,
dinamis dan dialogis.
2. Strategi Pengelolaan Proses Belajar Mengajar; Melalui
strategi yang tepat, para siswa diharapkan terdorong secara intrinsik untuk
melakukan belajar aneka ragam materi pelajaran yang disajikan di kelas.
3. Sasaran Kegiatan Proses Belajar Mengajar; Adapun
sasaran yang diharapakan dari proses belajar mengajar, yakni :
a.
Sasaran jangka
pendek seperti tujuan pembelajaran khusus.
b.
Sasaran jangka
menengah, seperti tujuan pendidikan dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa
mengikuti pendidikan menengah.
c.
Sasaran jangka
panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.
Dalam
proses belajar mengajar, strategi perencanaan sangat diperlukan. Strategi
sendiri menurut pengertian dari bahasa inggris, berarti siasat, kiat atau
rencana. Menurut Newman dan Legan (1971), ada empat langkah besar dalam
penyusunan rencana pengelolaan proses belajar mengajar, antara lain :
1. Merumuskan dan menetapkan spesifikasi output yang
menjadi target yang hendak dicapai dengan memperhatikan aspirasi dan selera
serta kebutuhan masyarakat yang memerlukan output tersebut.
2. Mempertimbangkan dan memilih cara atau pendekatan
dasar proses belajar mengajar yang dipandang paling efektif untuk mencapai
target.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah tepat
yang akan ditempuh sejak titik awal hingga titik akhir yakni tercapainya hasil
proses belajar mengajar.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan standar
yang akan dipergunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar.
Selanjutnya
untuk menjamin terlaksananya prosedur perencanaan tadi, guru perlu menyusun
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan dan menetapkan tujuan pembelajaran umum dan
tujuan pembelajaran khusus yang sesuai dengan pokok bahasan.
2. Memilih dan menerapkan system pendekatan belajar
mengajar yang dipandang paling cocok.
3. Menetapkan kriteria berupa norma atau batasan tertentu
sebagai tolok ukur keberhasilan siswa.
Selanjutnya,
dalam proses pelaksanaan strategi proses belajar mengajar, ada empat model
pelaksanaan yang sangat tepat, yakni :
1. Sistem enquiry-discovery; dalam sistem ini guru
diharapkan menyajikan bahan pelajaran sebagian saja, kemudian siswa diharapkan
menemukan sendiri.
2. Sistem expository; guru diharapkan menyajikan bahan
pelajaran secara utuh dan menyampaikannya secara verbal.
3. Sistem learning for mastery;
4. Sistem humanistic education;
Selain
hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam proses belajar-mengajar, kita
juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar-mengajar itu sendiri. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar, antara lain :
1. Karakteristik siswa;
2. Karakteristik guru;
3. Interaksi dan metode;
4. Karakteristik kelompok;
5. Fasilitas fisik;
6. Mata pelajaran; dan
7. Lingkungan alam sekitar.
BAB V
FUNGSI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Fungsi
atau peran penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai “director
of learning” (direktur belajar). Dengan arti, setiap guru diharapkan untuk
pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar tercapai keberhasilan
belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar
mengajar. Sedangkan menurut Gagne, guru berfungsi sebagai :
1. Guru sebagai Designer of Instruction; fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
2. Guru sebagai Manager of Instruction; artinya guru
sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam
mengelola seluruh tahapan proses belajar mengajar.
3. Guru sebagai Evaluator of Student Learning; yakni guru
sebagai penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk
senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar.
Selain
fungsi guru diatas, kita juga perlu memperhatikan posisi dan ragam guru dalam
proses belajar mengajar.
1. Posisi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam hal ini guru menjadi pemegang hak otoritas atas
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan.
2. Ragam Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
a.
Guru otoriter
(authoritarian), berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang.
b.
Guru
laissez-faire, padanannya adalah individualism (faham yang menghendaki
kebebasan pribadi). Guru yang berwatak seperti ini biasanya gemar mengubah arah
dan cara pengelolaan proses belajar mengajar secara seenaknya, sehingga
menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri.
c.
Guru demokratis,
guru yang demikian pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak
dan kewajiban semua orang.
BAB VI
PRINSIP DASAR MENGAJAR
Guru
sebagai pengajar, pada prinsipnya menjadi teladan bagi yang diajar. Dari sisi
karakteristik dan dari sisi keprofesian guru, ada beberapa prinsip mengajar
yang perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar, yakni :
1. Lebih mementingkan pelayanan khalayak daripada
kepentingan seseorang atau diri pribadi.
2. Memahami prinsip dan konsep pengetahuan profesi untuk
menduduki jabatan yang tinggi.
3. Secara berkesinambungan memupuk dan mengembangkan
tugas serta pekerjaan yang menjadi wewenangnya.
4. Berpegang kepada kode etik untuk mengatur perilaku dan
tindakannya.
5. Menuntut kegiatan yang menekankan intelektual atau
kemampuan berpikir kritis.
6. Berhimpun dalam satu wadah atau organisasi yang dapat
mengembangkan atau memperjuangkan kepentingan profesi.
7. Berkehendak atau berkesempatan mengembangkan kemampuan
spesialis tugas.
8. Sebagai karier yang selalu berkembang sesuai tuntutan
dan tanggung jawab.
Sesuai
dengan kapasitas guru sebagai pendidik, atau dapat juga disebut “mengajar
sebagai profesi”. Menurut Amstrong, tugas dan tanggung jawab guru digolongkan
menjadi lima jenis.
1. Tanggung jawab dalam pengajaran.
2. Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan.
3. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum.
4. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi.
5. Tanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan
masyarakat.
Selain
tanggung jawab guru sebagai pengajar, seperti yang disampaikan sebelumnya,
bahwa “mengajar merupakan sebuah profesi”, maka guru harus mempunyai kemampuan
kompetensi profesional, meliputi :
1. Penguasan pada bidang studi yang diajarkan;
2. Memahami keadaan diri siswa;
3. Memahami prinsip-prinsip dan tekhnik mengajar;
4. Menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan yang relevan
dengan bidang studinya; dan Menghargai profesinya.
Untuk
merealisasikan prinsip dan tanggung jawab pengajar seperti tertera diatas.
Tentu sekali para guru perlu dipersiapkan dengan baik, terutama para calon guru
atau mahasiswa, yang nantinya akan menjadi pengajar. Harapan terhadap pengajar
maupun calon pengajar tersebut membutuhkan petunjuk dalam menjalankan fungsinya
sebagai pengajar kelak. Menurut Raths, beberapa petunjuk tersebut, antara lain
:
1. Menjelaskan bagaimana mahasiswa harus bertindak.
2. Menimbulkan inisiatif, pengarahan, dan mengelola.
3. Melakukan pengelompokan mahasiswa dalam belajar.
4. Memberikan keamanan.
5. Kejelasan sikap, keyakinan, dan permasalahan.
6. Mendiagnosis kesulitan belajar.
7. Menyusun materi kurikulum.
8. Menilai, mencatat, dan melaporkan proses dan hasil
belajar.
9. Pengadaan aktifitas kemasyarakatan.
10. Mengorganisasi dan mengatur kelas.
11. Partisipasi kegiatan sekolah.
12. Partisipasi dalam ikatan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Agar
guru dapat membimbing perilaku siswa dalam mengembangkan pribadi seutuhnya
sesuai dengan norma pendidikan, menurut Gage, guru diharapkan mempunyai
perilaku yang karakteristiknya meliputi :
1. Memberikan kehangatan.
2. Memahami struktur keilmuan bidang studinya.
3. Memahami disiplin diri.
4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengubah
perilakunya secara terbuka.
5. Memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan instruksional.
Dengan
menerapkan konsep-konsep tersebut diatas, maka guru dan para calon guru akan
memiliki kemampuan-kemampuan dan kompetensi sebagai berikut :
1. Penguasaan lahan pengajaran.
2. Penguasaan lahan kependidikan.
3. Penguasaan pengelolaan program belajar-mengajar.
4. Penguasaan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
5. Mampu mengelola kelas.
6. Mampu menggunakan media/sumber belajar.
7. Mampu menilai prestasi belajar siswa.
8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9. Mengenal dan mampu menyelenggarakan administrasi
sekolah.
10. Memahami prinsip-prinsip serta menafsirkan hasil penelitian.
BAB VII
KONSEP DASAR PENGAJARAN
Secara
rasional, salah satu tugas pokok guru adalah mengajar. Mengajar merupakan
pekerjaan profesional yang memerlukan keahlian khusus yang ditempuh melalui
pendidikan dan pengalaman. Dalam konsep dasar pengajaran, ada yang disebut
dengan pengajaran mikro. Pengajaran mikro merupakan bentuk pelatihan mengajar.
Dalam pengajaran mikro, beberapa hal yang dilatih adalah :
1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran.
2. Keterampilan dasar menjelaskan.
3. Keterampilan dasar memberikan variasi.
4. Keterampilan dasar memberikan penguatan.
5. Keterampilan dasar bertanya.
6. Keterampilan dasar mengelola kelas.
7. Keterampilan dasar membimbing belajar perorangan.
8. Keterampilan dasar membimbing kelompok kecil.
9. Keterampilan membimbing belajar aktif (active
learning).
Adapun yang
menjadi tujuan pengajaran mikro adalah :
1. Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar.
2. Membentuk sikap profesional sebagai calon guru.
3. Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan
berpegang pada etika keguruan.
4. Dapat menjelaskan pengertian micro teaching.
5. Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut
sehingga mudah dipahami siswa.
6. Terampil membuka dan menutup pelajaran.
7. Dapat bertanya secara benar.
8. Dapat memotivasi belajar siswa.
9. Dapat membuat variasi dalam belajar.
10. Dapat menggunakan alat-alat pelajaran dengan benar dan
tepat.
11. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara objektif,
sistematis, kritis dan praktis.
12. Dapat memerankan sebagai guru, supervisor, peserta
didik, maupun sebagai observer dengan baik.
13. Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam
suasana didaktis, pedagosis, metodik, dan andragogis secara tepat dan menarik.
14. Berlatih membangun rasa percaya diri.
BAB VIII
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus
dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif, efisien dan menarik. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru
dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut :
1. Menarik perhatian siswa.
2. Memotivasi siswa.
3. Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan
tujuan atau kompetensi dasar dan indicator hasil belajar, serta pokok persoalan
yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu.
4. Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan
topik baru.
5. Menanggapi situasi kelas.
Tujuan
umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai
secara efektif dan efisisen. Sementara tujuan khusus membuka pelajaran dapat dirincikan
sebagai berikut :
1. Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk
menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan.
2. Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan
dikerjakan.
3. Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang
pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian di mata
pelajaran.
4. Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman
yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum
dikenalnya.
5. Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta,
keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercantum dalam suatu
peristiwa.
6. Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya
dalam mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan dalam mengajar.
Selain
tujuan dan cara yang menarik dalam membuka pelajaran, penerapan membuka
pelajaran juga mempunyai beberapa prinsip-prinsip dasar yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Prinsip Bermakna; mempunyai nilai tercapainya tujuan
penggunaan keterampilan membuka pelajaran.
2. Continiu (berkesinambungan); antara gagasan pembukaan
dengan pokok bahasan tidak terjadi garis pemisah.
3. Fleksibel; penggunaan tidak kaku, dalam arti tidak
terputus-putus atau lancar.
4. Antusiasme dan Kehangatan dalam Mengkomunikasikan
Gagasan; hal ini dapat mendorong anak untuk menilai bahwa pokok bahasan yang
akan dipelajari mempunyai arti penting.
5. Prinsip-prinsip Teknis Penggunaan Keterampilan Membuka
Pelajaran;
a.
Singkat, padat
dan jelas.
b.
Keterampilan
tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.
c.
Menggunakan
bahasa yang mudah dipahami anak.
d.
Disertai contoh
atau ilustrasi seperlunya.
e.
Mengikat
perhatian anak.
Selain
hal diatas, perlu juga diperhatikan beberapa komponen dalam membuka pelajaran,
sebagai berikut :
1. Membangkitkan perhatian/minat siswa.
a.
Variasi gaya
mengajar guru.
b.
Penggunaan alat
bantu mengajar.
c.
Variasi dalam
pola interaksi.
2. Menimbulkan motivasi.
a.
Bersemangat dan
antusias.
b.
Menimbulkan rasa
ingin tahu.
c.
Mengemukakan ide
yang tampaknya bertentangan.
d.
Memerhatikan dan
memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian siswa.
3. Memberi acuan atau struktur.
a.
Mengemukakan
kompetensi dasar, indikator hasil belajar dan batas-batas tugas.
b.
Memberi petunjuk
atau saran tentang langkah-langkah kegiatan pada awal pembelajaran.
c.
Mengajukan
pertanyaan pengarahan.
4. Menunjukkan kaitan.
a.
Mencari batu
loncatan.
b.
Mengusahakan
kesinambungan.
c.
Membandingkan
atau mempertentangkan.
5. Menutup pelajaran.
a.
Merangkum atau
meringkas inti pokok pelajaran.
b.
Memberikan
dorongan psikologis dan atau sosial kepada siswa.
c.
Memberi petunjuk
untuk pelajaran/topik berikutnya.
d.
Mengadakan
evaluasi tentang materi pelajaran yang baru selesai.
Selain
membuka pelajaran, menutup pelajaran juga sangat penting. Adapun cara yang
dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran, antara lain :
1. Meninjau kembali.
a.
Merangkum inti
pelajaran.
b.
Membuat
ringkasan.
2. Mengevaluasi.
a.
Mendemonstrasikan
keterampilan.
b.
Mengaplikasikan
ide baru pada situasi lain.
c.
Mengekspresikan
pendapat siswa sendiri.
d.
Soal-soal
tertulis atau lisan.
3. Memberikan dorongan psikologi atau sosial.
a.
Memuji hasil
yang dicapai oleh peserta didik.
b.
Mendorong untuk
lebih semangat belajar.
c.
Memberikan
harapan positif.
d.
Meyakinkan akan
potensi yang dimiliki siswa.
BAB IX
KETERAMPILAN MENJELASKAN
Ditinjau
dari informasi yang disampaikan oleh guru kepada siswa, makna menjelaskan dapat
dibedakan menjadi :
1. Menyampaikan informasi; diartikan sebagai
pemberitahuan dengan menyatakan bahwa “ini adalah begini”, sehingga
menyampaikan informasi adalah bentuk menyampaikan fakta dan memberikan
instruksi.
2. Menerangkan; isi yang disampaikan menunjukkan “apa”
atau “bagaimana” sesungguhnya sesuatu itu. Jadi dalam hal ini isi bersifat
pengertian atau istilah.
3. Menjelaskan; isi yang disampaikan menunjukkan
“mengapa” atau “untuk apa” sesuatu terjadi demikian, yang menunjukkan
“hubungan” antara dua hal atau lebih.
4. Memberi motivasi; diartikan sebagai memberikan
dorongan, menimbulkan minat, perhatian, dan kemauan siswa.
5. Mengajukan pendapat pribadi.
Adapun
yang menjadi tujuan penggunaan penjelasan dalam proses belajar mengajar, adalah
:
1. Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami
konsep, prinsip, dalil, atau hukum-hukum yang menjadi bahan pelajaran.
2. Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang
berhubungan dengan bahan pelajaran.
3. Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah.
4. Membantu memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi
dan mengakomodasikan konsep.
5. Mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta
didik.
6. Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil
keputusan.
7. Melatih peserta didik berpikir logis apabila penjelasan
guru kurang sistematis.
Selain
tujuan penjelasan dalam proses belajar mengajar, kita juga perlu memperhatikan
prinsip-prinsip penggunaan penjelasan berikut :
1. Pada awal, di tengah, atau pada akhir pembelajaran.
2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
3. Penjelasan dapat diberikan apabila ada pertanyaan atau
diperlukan oleh guru untuk menjelaskan, yang berarti tidak semua topik atau
bahan pembelajaran dijelaskan oleh guru.
4. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang kemampuan
siswa, terutama dalam hal penggunaan bahasa.
BAB X
KETERAMPILAN BERTANYA
Keterampilan
bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam
pengajarannya selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab. Dalam proses belajar
mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun
baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan :
1. Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar
mengajar.
2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap
sesuatu masalah yang sedang dibicarakan.
3. Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif
dari siswa, sebab berpikir itu sendiri sesunggunya adalah bertanya.
4. Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang
baik akan membantu murid dalam menentukan jawaban yang baik.
5. Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang
sedang dibahas.
Ada
beberapa jenis pertanyaan yang dibagi berdasarkan luas sempitnya pertanyaan,
yakni :
1. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya.
a.
Pertanyaan
permintaan.
b.
Pertanyaan
retoris.
c.
Pertanyaan
mengarahkan/menuntut.
d.
Pertanyaan
menggali.
2. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
a.
Pertanyaan
Pengetahuan.
b.
Pertanyaan
Pemahaman.
c.
Pertanyaan
Penerapan.
d.
Pertanyaan
Analisis.
e.
Pertanyaan
Sintesis.
f.
Pertanyaan
Evaluasi.
3. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Luas Sempitnya Sasaran.
a.
Pertanyaan
Sempit.
i.
Pertanyaan
sempit informasi langsung.
ii.
Pertanyaan
sempit memusat.
b.
Pertanyaan Luas
i.
Pertanyaan luas
terbuka.
ii.
Pertanyaan luas
menilai.
Selain
jenis-jenis pertanyaan, pertanyaan juga memiliki komponen-komponen keterampilan
dalam bertanya, antara lain :
1. Kejelasan dan kaitan pertanyaan.
2. Kecepatan dan selang waktu.
3. Arah dan distribusi penunjukkan.
4. Teknik penguatan.
5. Teknik menuntun.
6. Teknik menggali.
7. Pemusatan.
8. Pindah gilir.
BAB XI
KETERAMPILAN MENGAKTIFKAN BELAJAR SISWA
Dalam
kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar
dan siswa belajar. Disaat guru mengajar, tentu sekali perlu diperhatikan tipe
siswa saat belajar, pada umumnya ada tiga tipe belajar siswa :
1. Visual, dimana dalam belajar, siswa tipe ini lebih
mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati.
2. Auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan
mendengarkan.
3. Kinestetik, dimana dalam pembelajaran siswa lebih
mudah belajar dengan melakukan.
Setelah
memahami tipe belajar siswa, kita akan masuk kedalam strategi mengaktifkan
kelas. Berikut merupakan cara-cara yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan
kegiatan belajar siswa.
1. Learning Starts With A Question; Siswa diminta membuat
pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti.
2. Everyone Is A Teacher Here; dalam hal ini siswa
dianggap sudah memahami materi, meskipun memiliki kadar masing-masing.
3. The Power Of Two; ajukan satu atau dua pertanyaan yang
membutuhkan perenungan.
4. Information Search; bagikan materi bacaan, buku teks
atau dokumen, lalu susunlah pertanyaan yang dapat dicari dari materi tersebut.
5. Snowballing; ajukan pertanyaan dan permasalahan, lalu
biarkan siswa berdebat.
6. Jigsaw Learning; membentuk kelompok lalu membuat
resume dari hasil pelajaran.
7. Debat Yang Efektif.
8. Card Sort; bagikan kertas secara acak yang berisi
pembelajaran, lalu biarkan siswa mencari kertas pasangannya yang sesuai dengan
material di kertas masing-masing.
9. Synergetic Teaching.
10. Tim Pendengar.
11. Point Counterpoint.
12. Tim Kuis.
TANGGAPAN
BUKU
1.
TANGGAPAN
POSITIF
Buku ini sangat baik
untuk dibaca dan dipahami bahkan diterapkan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Melalui buku ini, ada dua hal yang akan kita dapatkan, apabila kita
mempraktekkannya dengan baik.
A.
Bagi
Siswa.
1)
Siswa terbiasa belajar
dengan perencanaan yang disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri.
2)
Siswa memiliki
pengalaman yang berbeda-beda dengan temannya.
3)
Siswa dapat memacu
prestasi belajar berdasarkan kecepatan belajarnya sendiri secara optimal.
4)
Terjadi persaingan yang
sehat dalam mencapai hasil yang efektik.
5)
Siswa dapat mencapai
kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar.
B.
Bagi
Guru.
1)
Guru dapat mengelola
proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
2)
Guru dapat mengontrol
kemampuan siswa secara teratur.
3)
Guru dapat mengetahui
bobot soal yang dipelajari siswa pada saat proses belajar mengajar dimulai.
4)
Guru dapat memberikan
bimbingan kepada siswa, ketika siswa mengalami kesulitan, misalnya dengan
memberikan teknik pengorganisasian materi yang dipelajari siswa.
5)
Guru dapat membuat peta
kemampuan siswa, sehingga dapat dipakai sebagai bahan analisis.
2.
TANGGAPAN
NEGATIF
Meskipun buku ini
sangat baik, ada beberapa kekurangan buku dalam sistematika penulisannya.
Beberapa point dalam buku ini tidak sinkron. Bahkan ada lompatan pembahasan
yang kurang jelas, sehingga sulit dipahami. Misalnya dalam halaman 173-175.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar