TUGAS MAKALAH
TUJUAN, KOMPONEN SERTA ASAS-ASAS
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena atas kemurahan-Nya tugas makalah ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini penulis serahkan kepada pembina mata kuliah Kurikulum PAK 1, Ibu Susi
Tampubolon, S.Pd.K.,M.Pd.K©,
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh
mahasiswa.
Penulis memohon kepada ibu
dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam tugas
makalah ini, baik dari segi bahasanya
maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi lebih baiknya karya
tulis yang akan datang.
Batam,
Nopember 2015
Hormat
Saya
Roy Damanik
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini, penulis akan
membahas apa yang menjadi latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan
dalam makalah ini.
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum
merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum juga
dirumuskan sebagai segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh
hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah. Karena
Kurikulum juga dipandang sebagai hal yang diharapkan akan dipelajari siswa
yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga kurikulum ini sangat penting
dalam pengembangan pendidikan utuk mencapai tujuannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2.
Apa yang menjadi komponen dalam kurikulum PAK?
3.
Apa yang menjadi tujuan dan isi dalam kurikulum PAK
4.
Apa yang menjadi asas-asas kurikulum PAK?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun
yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah kurikulum PAK ini, antara lain:
1.
Memahami dengan baik pengertian kurikulum.
2.
Memahami dengan baik komponen kurikulum PAK.
3.
Memahami dengan baik tujuan dan isi kurikulum PAK.
4.
Memahami dengan baik asas-asas kurikulum PAK.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam
pembahasan ini, penulis akan membahas tentang defenisi kurikulum, komponen,
tujuan dan isi, serta asas-asas kurikulum Pendidikan Agama Kristen.
A. DEFENISI KURIKULUM
Dalam
penulisan makalah ini, penulis akan membahas apa yang dimaksud dengan kurikulum
secara etimologis dan pengertian kurikulum menurut para ahli pendidikan.
1. KURIKULUM SECARA ETIMOLOGIS
Secara
etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari
kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut
kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di
dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh
oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD (enam tahun), SMP (tiga
tahun), SMA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, istilah kurikulum
(dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.[1]
2. KURIKULUM MENURUT PARA AHLI
S.
Nasution dalam bukunya menuliskan beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli:[2]
a.
J. Galen Saylor
dan William M. Alexander
“The
Curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning, whether
in the classroom, on the playground, or out of school.” Jadi segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa
yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
b.
Harold B.
Albertycs
Memandang
kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for students by the
school.” Seperti halnya definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas
pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam
dan diluar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
c.
B. Othael
Smith, W.O. Stanley, J. Harlan Shores
Memandang
kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the school for
the purpose of disciplioning children and youth in group ways of thinking and
acting”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara
potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir
dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
d.
William B.
Ragan
Menjelaskan
arti kurikulum sebagai: “The tendency in recent decades has been to use the
term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school.
The term is used to include all the experineces of children for which the school
accepts resposibility. It denotes the result of efferors on the part of the
adultsof the community, anf the nation to bring to the childrenthe dinest, most
whole influences that exisr in the culture.” Ragan menggunakan kurikulum dalam
arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni
segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya
meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi
hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi
termasuk kurikulum.
e.
J. Lloyd
Trump dan Delmas F. Miller
Menurut
mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara
mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan
dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai
waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek
pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat hubungannya, sehingga tidak
mungkin diadakan perbaikan jika tidak diperhatikan ketiga-tiganya.
f.
Alice Miel,
menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Ia mengemukakan bahwa
kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan,
pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak
didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai
administrasi dan orang lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid). Jadi
kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang
diperoleh anak di sekolah. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas, yang
meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap,
apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala
sekolah serta seluruh pegawai sekolah.
g.
Edward A.
Krug, menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realistis tentang kurikulum.
Definisinya ialah “A kurikulum Consists of means used to achieve or carry out
given purposes of schooling.” Kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha
untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai
perkembangan anak dan tangung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah
tangga, lembaga agama masyarakat, dan lain-lain. Ia dengan sengaja menggunakan
istilah “schooling” untuk menjelaskan apa sebenarnya tugas sekolah. Memborong
segala tanggung jawab atas pendidikan anak akan merupakan beban yang terlampau
berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.
3. KURIKULUM PAK
Perpindahan
landasan Alkitabiah kepada praktik mengajar yang sesungguhnya dijembatani oleh
kurikulum. Dalam orientasi Alkitabiah, kurikulum dapat didefenisikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan isi berotoritas yang dibimbing atau
dilaksanakan oleh kepemimpinan Kristen agar dapat membawa para siswa satu
langkah lebih dekat kepada kedewasaan di dalam Kristus. Kegiatan-kegiatan ini
melibatkan interaksi dari para pengajar dan para siswa dengan Firman Allah. Pembelajaran
adalah proses yang aktif, terjadi di dalam diri terus-menerus dan disiplin,
pengajar tidak melakukan apa pun apabila dilakukan sendiri oleh para siswa,
para siswa akan memperoleh lebih banyak keuntungan. Dalam pendidikan
tradisional yang miskin, isi Alkitab merupakan seluruh kurikulum. Orang Kristen
tidak mencapai tujuan mereka dengan sebuah struktur yang berpusat kepada
manusia, hanya kurikulum yang berpusat kepada Allah yang merupakan kurikulum
Kristen. Allah dalam perkataan-perkataan-Nya lebih dari sekedar fakta, karena
Firman Allah adalah fakta yang bersifat kekal. Tujuan pendidikan Kristen adalah
kedewasaaan dalam Kristus bagi kemuliaan Allah. Firman haruslah bersifat
pribadi, secara aktif diterapkan. Pengetahuan itu sendiri tidak memiliki
kekuatan, tetapi penggunaan pengetahuan yang efektif adalah kekuatan.
Pengalaman adalah guru yang paling baik apabila dipimpin oleh Firman.[3]
B. KOMPONEN KURIKULUM PAK
Dalam
pembahasan mengenai komponen kurikulum pendidikan agama Kristen, penulis akan
memaparkan komponen-komponen kurikulum pendidikan agama Kristen yang tertuang
dalam Alkitab, yakni dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
1. KOMPONEN DALAM PERJANJIAN LAMA
Komponen
pendidikan dalam Perjanjian Lama meliputi tujuan, isi, tempat dan lembaga
pendidikan.[4]
a.
Tujuan pendidikan
dalam Perjanjan Lama
Adapun
yang menjadi tujuan pendidikan dalam Perjanjian Lama, antara lain: (1) Seluruh
kebenaran adalah kebenaran Allah. (2) Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan
nilai antara duniawi dan rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya
orang Yahudi percaya bahwa “seluruh hidup adalah suci”. (3) Pendidikan
berpusatkan pada Allah, fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova
(Hab. 2:10). Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang memiliki keharusan untuk
dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan pelajaran tentang
Allah dan karya-Nya. (4) Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintegrasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Talmud dikatakan kalau ingin
menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa
Yahudi adalah bangsa pertama yang memiliki sistem pendidikan Nasional (Ul.
6:4-9) Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan
sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat yang
mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama.
b.
Isi
pendidikan
Isi
pendidikan dalam Perjanjian Lama didasarkan menurut Ulangan 6:4-9, Ulangan
6:4-9 menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen. Kitab-kitab lain yang
membahas tentang pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini. (1)“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu
Allah kita, Tuhan itu Esa!” Ayat ini disebut “Shema” atau pengakuan iman
orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya “Dengarlah”. (2)“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kasih harus menjadi motif setiap
hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih disebutkan pertama karena disanalah
terletak pikiran, emosi, dan kehendak manusia. Musa mengajarkan Israel untuk
takut, tapi kasih lebih dalam dari takut. Mengasihi Tuhan artinya memilih Dia
untuk suatu hubungan intim dan dengan senang hati menaati
perintah-perintah-Nya. Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di mulut
tapi juga dalam tindakan. Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki semuanya.
Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada yang melebihi kasih kita kepada
Dia, sehingga kita takluk kepada Dia. (3)“Apa
yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan.” Perintah
Tuhan bukanlah untuk didengar dengan telinga saja, tapi juga dengan hati yang
taat. (4)“Haruslah engkau mengajarkan
berulang-ulang “kepada anakmu” membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun.” Mereka yang
mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan melakukannya dengan meditasi,
bertanggung jawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam hati untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai tugas untuk
mengajarkan Firman-Nya kepada anak-anak dengan didikan dan harus dimulai sejak
dini dan berulang-ulang. (5)“Haruslah
juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu.” Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun
demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya mereka terbiasa bergaul
dengan hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara
harafiah.
c.
Tempat
pendidikan
Tempat
pendidikan anak-anak bangsa Yahudi bermula dari rumah. Berpangkal dari peranan
seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup
rumah tangga yang juga terkait erat dengan tugas rohani mendidik anak-anaknya,
khususnya ketika masih balita. Jauh hari sebelum anak berhubungan dengan dunia
luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah
menginjak usia remaja ia sudah mempunyai dasar yang benar.
d.
Lembaga-lembaga
pendidikan
Pada zaman
ini orang tua tetaplah berperan dalam pendidikan. Akan tetapi peran orang tua
dalam memberikan pendidikan bagi anak semakin berkurang. Oleh karena
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan orang Yahudi. Maka muncullah
lembaga-lembaga pendidikan agama Yahudi yaitu: Sinagoge, Bet-ha-sefer (Sekolah
Dasar), Beth-ha-midrash atau Beth Talmud (Setingkat dengan SMP). Sinagoge
(rumah ibadah) adalah tempat dimana orang dewasa mendapatkan pengajaran
mengenai agama dalam bentuk khotbah, sedangkan Beth-ha-sefer didirikan untuk
anak-anak lelaki Yahudi berumur 5 atau 6-10 tahun, dan Beth Talmud atau
beth-ha-midrash untuk anak-anak lelaki umur 10-12 atau 13 tahun sampai mereka
dianggap sudah menjadi anak-anak hukum taurat.
2. KOMPONEN DALAM PERJANJIAN BARU
Apabila
kita hendak menyelidiki soal pendidikan agama Kristen dalam hubungannya dengan Perjanjian
Baru, tentu saja pertama sekali dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan
kita kepada Tuhan Yesus sendiri. Di samping jabatan-Nya sebagai Penebus dan
Pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi seorang Guru yang agung. Keahlian-Nya
sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi; mereka
dengan sendirinya menyebut Dia “Rabbi”. Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang
menyatakan betapa Ia disegani dan dikagumi oleh masyarakat sebangsanya sebagai
seorang pengajar yang mahir dalam ilmu ke-Tuhanan. Sebab Ia mengajar mereka “sebagai
orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka”
(Mat 7:29). (a) Yesus Kristus Guru Agung,
Yesus disebut guru sebanyak 43 kali dan Yesus disebut rabi sebanyak 14 kali,
Yesus merupakan seorang pengajar yang handal, Dia tahu materi yang diajarkan, tahu
bagaimana cara mengajarkannya. Yesus Mengajar dengan kuasa dan otoritas Allah. (b)
Paulus, Rasul Paulus juga seorang
guru yang ulung. Ia merupakan tokoh penting dalam pendidikan agama Kristen.
Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Ia mahir
dalam pengetahuan tentang Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain
tentang agama kaum Yahudi. Setelah Yesus memasuki hidupnya, Paulus menjadi
seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk
memasyurkan nama Tuhan Yesus. Kemana pun Paulus pergi, segala kesempatan
dipergunakannya untuk mengajar orang Yahudi dan kaum kafir tentang kehidupan
yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus. Paulus berkhotbah di hadapan imam-imam
dan rabi-rabi Yahudi, dan di hadapan rakyat jelata di segala kota dan desa yang
dikunjunginya. Ia mengajar raja-raja dan wali-wali negeri, orang cendekiawan
dan kaum budak, orang laki-laki dan kaum wanita, orang Asia, orang Yunani,
orang Romawi. Tak ada tempat yang dianggapnya kurang layak untuk menyampaikan
beritanya tentang Juruselamat dunia. Rasul Paulus juga banyak mengajar melalui
surat-surat.[5]
C. TUJUAN DAN ISI KURIKULUM PAK
Segala
sesuatu yang direncanakan, tentu sekali memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan
maka diperlukan isi atau bahan yang hendak disajikan untuk mencapai rencana
yang telah dibuat. Demikian juga halnya dengan Kurikulum Pendidikan Agama
Kristen, ada tujuan yang hendak dicapai dan ada isi atau bahan yang akan
disajikan. Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan apa yang menjadi
tujuan dan isi kurikulum pendidikan agama Kristen.
1. TUJUAN KURIKULUM PAK
Dalam
pembahasan ini, penulis akan memaparkan tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen
yang tertuang dalam buku Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen jilid satu dan dua, antara lain:[6]
a.
Menurut
Sherrill
Tujuan PAK
adalah untuk memperkenalkan para pelajar dikalangan persekutuan Kristen dengan
warisannya, khususnya Alkitab, agar mereka dipersiapkan menjumpai Allah.
b.
Menurut
Wickoff
Tujuan PAK
adalah menunjuk arah dari usaha para pendidik dan menjadi tolak ukur bagi
penilaian hasil usahanya.
c.
Dewan
Gereja-Gereja Nasional Amerika
Berpendapat
bahwa tujuan PAK adalah menolong orang-orang menjadi sadar akan penyingkapan
diri Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus yang senantiasa mencari orang
serta menjawabnya dengan kepercayaan dan kasih, agar mereka mengetahui siapa
dirinya sebenarnya dan apa arti keadaannya, bertumbuh sebagai anak-anak yang
berakar dalam persekutuan Kristen.
d.
Menurut
Miler
Tujuan PAK
adalah usaha menolong setiap pelajar mengenal dirinya sebagai seorang ahli
waris kerajaan Allah yang diampuni dan ditebus Allah dalam Yesus Kristus
sehingga ia mengabdikan diri kepada Tuhan dalam ibadah, persekutuan dan
pelayanan di gereja.
e.
Menurut
Calvin
Tujuan PAK
adalah mendidik anak-anak (Gereja), diperlengkapi untuk mengabdikan diri kepada
Yesus Kristus serta hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah demi
kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur atas pertolongan Tuhan, dimana mereka
telah dipilih dan diselamatkan dalam Yesus Kristus.
John M.
Nainggolan membagi tujuan kurikulum Pendidikan Agama Kristen menjadi empat hal,
yakni:[7]
a.
Mengajarkan
Firman Tuhan
Guru PAK
senantiasa mengajarkan firman Allah agar siswa memiliki patokan dalam realita
kehidupannya yang akhirnya mengalami perubahan dari hari ke hari, karena firman
Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan,
dan mendidik orang dalam kebenaran (II Timotius 3:16)
b.
Membawa
perjumpaan dengan Kristus
Perjumpaan
pribadi dengan Kristus menyebabkan suatu hubungan berubah antara manusia dengan
Allah, dan antar sesamanya serta menghasilkan cara hidup yang benar. Guru berperan
dalam membantu peserta didik untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.
Apabila siswa mengalami perjumpaan dengan Yesus, siswa tersebut akan memiliki
sikap mengasihi Allah yang diwujudkan melalui tutur kata, perilaku, pola pikir,
dan gaya hidup yang benar dan hidup dalam iman serta ketaatan-Nya kepada Tuhan
c.
Memiliki
Kemampuan dan keterampilan
Kemampuan
dan keterampilan yang dimaksud akan terwujud melalui 4 (empat) prinsip utama
dalam PAK:
i.
Learning
to know, berhubungan dengan kempampuan kognitif peserta didik. Kognitif peserta
didik harus dirangsang untuk mampu berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikannya.
Kaitannya dengan PAK, pendidik bertugas untuk membuat bahan pembelajaran dari
Alkitab yang bisa merangsang kemampuan peserta didik yang akhirnya bisa
menginterpretasikannya dalam kehidupannya. Peserta didik dimampukan untuk
mengetahui segala sesuatu tentang dirinya sendiri, dunianya, sesamanya,
lingkungannya, dan pengetahuan akan Allah serta segala firman-Nya.
ii. Learning to do, pengetahuan
peserta didik yang telah diperolehnya dalam proses belajar diarahkan untuk
mengaplikasikannya. Mereka harus belajar untuk melakukan firman Tuhan. Dengan
demikian peserta didik dapat menjadi garam bagi dunia sebagai orang beriman.
iii. Learning to be, menekankan
pada pengembangan potensi kepribadiannya. Peserta didik diarahkan untuk
memiliki integritas hidup ditengah masyarakat. Sebagi murid Kristus, peserta
didik diharapkan mampu hidup seperti karakter Tuhan Yesus.
iv. Learning to life together, peserta
didik adalah makhluk individu yang hidup ditengah makhluk sosial. Berhubung
karena hidup ditengah makhluk sosial, maka peserta didik membutuhkan orang
lain. Orang lain merupakan objek pengaplikasian kasih Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam lingkungan makhluk sosial inilah siswa mengaktualisasikan
dirinya karena disitulah tempat ia bertumbuh, berkembang, bahagia, tabah, dan
lain sebagainya.
d.
Pembentukan
Spiritualitas
Seorang
siswa yang memiliki spiritualitas yang bagus akan mampu memahami makna
keberadaannya dan bagaimana ia berperan menjadi berkat bagi orang lain serta
memuliakan Allah.
2. ISI KURIKULUM PAK
Dalam
pemilihan kurikulum, seorang pendidik maupun lembaga pendidikan harus menyadari
tentanf pentingnya memilih isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan dari setiap
jenjang dan tingkat pendidikan. Pendidikan formal di sekolah merupakan sub
sistem dari pendidikan sepanjang hayat. Artinya pendidikan di sekolah dan
pendidikan dimasyarakat tidak terpisahkan satu sama lainnya. Oleh karena itu
pilihan isi kurikulum harus lebih fungsional dan tahan lama sehingga dalam
kondisi apapun masyarakat berubah, hakikat ilmu pengetahuan yang dipelajari
anak bisa dipertahankan. Isi kurikulum harus ada satu kesatuan yang tidak akan
terpisahkan. Hal ini menuntut adanya isi kurikulum yang sesuai dengan hakekat
pendidikan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria dalam
memilih isi kurikulum, terutama bagi perancang kurikulum:[8]
a.
Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
b.
Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c.
Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang komprehensif,
artinya mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang.
d.
Isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang tahan uji.
e.
Isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan
konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi faktual belaka.
f.
Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam
Kurikulum Pendidikan Agama Kristen sendiri, sangatlah penting mengingat dan
menyadari apa yang menjadi landasan PAK. Landasan pembelajaran PAK merupakan
acuan atau dasar pijakan, titik tumpu atau titik tolak dalam pencapaian tujuan
pendidikan agama Kristen. Pendidikan agama Kristen yang diselenggarakan dengan
suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat
tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara
pendidikan yang dipilihnya. Dengan adanya landasan yang kokoh setidaknya
kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan,
sehingga praktek PAK diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat
dipertanggungjawabkan.[9]
Berdasarkan
pemaparan tentang tujuan kurikulum pada pembahasan sebelumnya serta hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemilihan kurikulum diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa isi kurikulum Pendidikan Agama Kristen adalah Firman Tuhan,
yang membahas tentang iman Kristen, yakni karya Allah melalui Yesus Kristus dan
pimpinan Roh kudus. Alkitab merupakan Firman Allah baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru.
D. ASAS-ASAS KURIKULUM PAK
Dalam proses
pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak
hal yang harus diperhatikan serta dipertimbangkan, juga banyak pertanyaan yang
dapat diajukan. Adapun yang menjadi asas-asas kurikulum meliputi:[10]
1. Asas Teologis
Mengarahkan anak-anak kepada perubahan hidup yang lebih baik bagi hormat
kemuliaan nama Tuhan serta berguna bagi masyarakat.
2. Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak, agar menjadi manusia yang lebih baik
sehingga menjadi garam dan terang dunia sesuai dengan perintah Tuhan.
3. Asas Psikologis, meliputi:
a.
Psikologi
Anak, sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan
situasi-situasi, dimana anak dapat belajar mengembangkan bakat atau talenta
yang di anugrahkan Tuhan kepadanya.
b.
Psikologis
Belajar, pendidikan PAK di sekolah dipercayai dan diyakini dapat mendidik
anak-anak serta dapat mempengaruhi kelakuannya kearah yang lebih baik.
4. Asas Sosiologis
Sebagai makhluk sosial anak tidak bisa hidup sendiri tetapi membutuhkan
orang lain, ia hidup dalam suatu masyarakat. Di tengah-tengah masyarakat,
sebagai anak-anak Tuhan, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya
dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, baik sebagai
anak, maupun sebagai orang dewasa kelak.
5. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan pertanyaan, dalam bentuk yang bagaimana bahan
pelajaran PAK akan disajikan?
BAB III
KESIMPULAN
Melalui pembahasan yang telah
disampaikan dalam penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kurikulum
berarti suatu proses yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kurikulum merupakan salah satu pendukung bagi pengajaran Kristen
untuk mewujudkan pengajaran yang maksimal kepada para naradidik. Oleh karena
itu, ada tiga hal yang harus kita perhatikan yaitu: pembuatan,
pengimplementasian, dan pengevaluasian kurikulum. Kurikulum harus disesuaikan
dengan konteks yang ada dalam komunitas belajar-mengajar. Kita dapat saja
mengikuti kurikulum dari pihak lain, namun ada baiknya juga bila kita menyusun
kurikulum untuk komunitas kita sendiri. Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah
menjadi murid Tuhan Yesus yang melakukan dan mewujudnyatakan karakter Kristus
dalam kehidupan sehari-hari. Itu artinya maka kurikulum Pendidikan Agama
Kristen harus didasarkan pada Firman Tuhan, yang membahas tentang iman Kristen,
yakni karya Allah melalui Yesus Kristus dan pimpinan Roh kudus. Melalui
Pendidikan Agama Kristen, naradidik akan memperoleh peningkatan potensi spiritual
dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta taat kepada
Tuhan Yesus dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama Kristen. Peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan,
serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun dalam
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal: Konsep
& Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Boehlke, Robert
R.: Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011)
Nainggolan, John
M.: Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media, 2007)
Nasution, S: Asas-Asas
Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Sukmadinata,
Nana Syaodih: Perencanaan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005) hal. 38-39.
Tampubolon, Susi:
Bahan Ajar Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Agama Kristen (Batam: STT BASOM, 2015)
[1] Zainal Arifin, Konsep
& Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 2-3.
[4] Susi
Tampubolon, Bahan Ajar Sejarah dan
Pemikiran Pendidikan Agama Kristen (Batam: STT BASOM, 2015) hal. 2-8.
[6] Robert R. Boehlke, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
[10] Nana Syaodih
Sukmadinata, Perencanaan Kurikulum Teori
dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005) hal.
38-39.
terimakasih buat tulisannya..ini sangat membantu TYKM
BalasHapus