Halaman

Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VII (TUGAS MAKALAH TUJUAN, KOMPONEN SERTA ASAS-ASAS KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN)

TUGAS MAKALAH
TUJUAN, KOMPONEN SERTA ASAS-ASAS
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kemurahan-Nya tugas makalah ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini penulis serahkan kepada pembina mata kuliah Kurikulum PAK 1, Ibu Susi Tampubolon, S.Pd.K.,M.Pd.K©, sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh mahasiswa.

Penulis memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang akan datang.


Batam, Nopember 2015



Hormat Saya
Roy Damanik 


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini, penulis akan membahas apa yang menjadi latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan dalam makalah ini.

A.    LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum juga dirumuskan sebagai segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah. Karena Kurikulum juga dipandang sebagai hal yang diharapkan akan dipelajari siswa yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga kurikulum ini sangat penting dalam pengembangan pendidikan utuk mencapai tujuannya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2.      Apa yang menjadi komponen dalam kurikulum PAK?
3.      Apa yang menjadi tujuan dan isi dalam kurikulum PAK
4.      Apa yang menjadi asas-asas kurikulum PAK?

C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah kurikulum PAK ini, antara lain:
1.      Memahami dengan baik pengertian kurikulum.
2.      Memahami dengan baik komponen kurikulum PAK.
3.      Memahami dengan baik tujuan dan isi kurikulum PAK.
4.      Memahami dengan baik asas-asas kurikulum PAK.

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang defenisi kurikulum, komponen, tujuan dan isi, serta asas-asas kurikulum Pendidikan Agama Kristen.

A.    DEFENISI KURIKULUM
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas apa yang dimaksud dengan kurikulum secara etimologis dan pengertian kurikulum menurut para ahli pendidikan.

1.      KURIKULUM SECARA ETIMOLOGIS
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD (enam tahun), SMP (tiga tahun), SMA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.[1]
  
2.      KURIKULUM MENURUT PARA AHLI
S. Nasution dalam bukunya menuliskan beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli:[2]
a.      J. Galen Saylor dan William M. Alexander
“The Curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school.” Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
b.      Harold B. Albertycs
Memandang kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for students by the school.” Seperti halnya definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam dan diluar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
c.       B. Othael Smith, W.O. Stanley, J. Harlan Shores
Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the school for the purpose of disciplioning children and youth in group ways of thinking and acting”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
d.      William B. Ragan
Menjelaskan arti kurikulum sebagai: “The tendency in recent decades has been to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is used to include all the experineces of children for which the school accepts resposibility. It denotes the result of efferors on the part of the adultsof the community, anf the nation to bring to the childrenthe dinest, most whole influences that exisr in the culture.” Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
e.       J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat hubungannya, sehingga tidak mungkin diadakan perbaikan jika tidak diperhatikan ketiga-tiganya.
f.        Alice Miel, menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid). Jadi kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas, yang meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.
g.      Edward A. Krug, menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realistis tentang kurikulum. Definisinya ialah “A kurikulum Consists of means used to achieve or carry out given purposes of schooling.” Kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tangung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama masyarakat, dan lain-lain. Ia dengan sengaja menggunakan istilah “schooling” untuk menjelaskan apa sebenarnya tugas sekolah. Memborong segala tanggung jawab atas pendidikan anak akan merupakan beban yang terlampau berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.

3.      KURIKULUM PAK
Perpindahan landasan Alkitabiah kepada praktik mengajar yang sesungguhnya dijembatani oleh kurikulum. Dalam orientasi Alkitabiah, kurikulum dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan isi berotoritas yang dibimbing atau dilaksanakan oleh kepemimpinan Kristen agar dapat membawa para siswa satu langkah lebih dekat kepada kedewasaan di dalam Kristus. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan interaksi dari para pengajar dan para siswa dengan Firman Allah. Pembelajaran adalah proses yang aktif, terjadi di dalam diri terus-menerus dan disiplin, pengajar tidak melakukan apa pun apabila dilakukan sendiri oleh para siswa, para siswa akan memperoleh lebih banyak keuntungan. Dalam pendidikan tradisional yang miskin, isi Alkitab merupakan seluruh kurikulum. Orang Kristen tidak mencapai tujuan mereka dengan sebuah struktur yang berpusat kepada manusia, hanya kurikulum yang berpusat kepada Allah yang merupakan kurikulum Kristen. Allah dalam perkataan-perkataan-Nya lebih dari sekedar fakta, karena Firman Allah adalah fakta yang bersifat kekal. Tujuan pendidikan Kristen adalah kedewasaaan dalam Kristus bagi kemuliaan Allah. Firman haruslah bersifat pribadi, secara aktif diterapkan. Pengetahuan itu sendiri tidak memiliki kekuatan, tetapi penggunaan pengetahuan yang efektif adalah kekuatan. Pengalaman adalah guru yang paling baik apabila dipimpin oleh Firman.[3]

B.     KOMPONEN KURIKULUM PAK
Dalam pembahasan mengenai komponen kurikulum pendidikan agama Kristen, penulis akan memaparkan komponen-komponen kurikulum pendidikan agama Kristen yang tertuang dalam Alkitab, yakni dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

1.      KOMPONEN DALAM PERJANJIAN LAMA
Komponen pendidikan dalam Perjanjian Lama meliputi tujuan, isi, tempat dan lembaga pendidikan.[4]

a.      Tujuan pendidikan dalam Perjanjan Lama
Adapun yang menjadi tujuan pendidikan dalam Perjanjian Lama, antara lain: (1) Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah. (2) Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan nilai antara duniawi dan rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa “seluruh hidup adalah suci”. (3) Pendidikan berpusatkan pada Allah, fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova (Hab. 2:10). Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan pelajaran tentang Allah dan karya-Nya. (4) Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Talmud dikatakan kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yang memiliki sistem pendidikan Nasional (Ul. 6:4-9) Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat yang mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama.

b.      Isi pendidikan
Isi pendidikan dalam Perjanjian Lama didasarkan menurut Ulangan 6:4-9, Ulangan 6:4-9 menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen. Kitab-kitab lain yang membahas tentang pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini. (1)“Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!” Ayat ini disebut “Shema” atau pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya “Dengarlah”. (2)“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih disebutkan pertama karena disanalah terletak pikiran, emosi, dan kehendak manusia. Musa mengajarkan Israel untuk takut, tapi kasih lebih dalam dari takut. Mengasihi Tuhan artinya memilih Dia untuk suatu hubungan intim dan dengan senang hati menaati perintah-perintah-Nya. Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di mulut tapi juga dalam tindakan. Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki semuanya. Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada yang melebihi kasih kita kepada Dia, sehingga kita takluk kepada Dia. (3)“Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan.” Perintah Tuhan bukanlah untuk didengar dengan telinga saja, tapi juga dengan hati yang taat. (4)“Haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang “kepada anakmu” membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun.” Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan melakukannya dengan meditasi, bertanggung jawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam hati untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai tugas untuk mengajarkan Firman-Nya kepada anak-anak dengan didikan dan harus dimulai sejak dini dan berulang-ulang. (5)“Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya mereka terbiasa bergaul dengan hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara harafiah.

c.       Tempat pendidikan
Tempat pendidikan anak-anak bangsa Yahudi bermula dari rumah. Berpangkal dari peranan seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga yang juga terkait erat dengan tugas rohani mendidik anak-anaknya, khususnya ketika masih balita. Jauh hari sebelum anak berhubungan dengan dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah menginjak usia remaja ia sudah mempunyai dasar yang benar.

d.      Lembaga-lembaga pendidikan
Pada zaman ini orang tua tetaplah berperan dalam pendidikan. Akan tetapi peran orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak semakin berkurang. Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan orang Yahudi. Maka muncullah lembaga-lembaga pendidikan agama Yahudi yaitu: Sinagoge, Bet-ha-sefer (Sekolah Dasar), Beth-ha-midrash atau Beth Talmud (Setingkat dengan SMP). Sinagoge (rumah ibadah) adalah tempat dimana orang dewasa mendapatkan pengajaran mengenai agama dalam bentuk khotbah, sedangkan Beth-ha-sefer didirikan untuk anak-anak lelaki Yahudi berumur 5 atau 6-10 tahun, dan Beth Talmud atau beth-ha-midrash untuk anak-anak lelaki umur 10-12 atau 13 tahun sampai mereka dianggap sudah menjadi anak-anak hukum taurat.

2.      KOMPONEN DALAM PERJANJIAN BARU
Apabila kita hendak menyelidiki soal pendidikan agama Kristen dalam hubungannya dengan Perjanjian Baru, tentu saja pertama sekali dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus sendiri. Di samping jabatan-Nya sebagai Penebus dan Pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi seorang Guru yang agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia “Rabbi”. Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang menyatakan betapa Ia disegani dan dikagumi oleh masyarakat sebangsanya sebagai seorang pengajar yang mahir dalam ilmu ke-Tuhanan. Sebab Ia mengajar mereka “sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka” (Mat 7:29). (a) Yesus Kristus Guru Agung, Yesus disebut guru sebanyak 43 kali dan Yesus disebut rabi sebanyak 14 kali, Yesus merupakan seorang pengajar yang handal, Dia tahu materi yang diajarkan, tahu bagaimana cara mengajarkannya. Yesus Mengajar dengan kuasa dan otoritas Allah. (b) Paulus, Rasul Paulus juga seorang guru yang ulung. Ia merupakan tokoh penting dalam pendidikan agama Kristen. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan tentang Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama kaum Yahudi. Setelah Yesus memasuki hidupnya, Paulus menjadi seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus. Kemana pun Paulus pergi, segala kesempatan dipergunakannya untuk mengajar orang Yahudi dan kaum kafir tentang kehidupan yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus. Paulus berkhotbah di hadapan imam-imam dan rabi-rabi Yahudi, dan di hadapan rakyat jelata di segala kota dan desa yang dikunjunginya. Ia mengajar raja-raja dan wali-wali negeri, orang cendekiawan dan kaum budak, orang laki-laki dan kaum wanita, orang Asia, orang Yunani, orang Romawi. Tak ada tempat yang dianggapnya kurang layak untuk menyampaikan beritanya tentang Juruselamat dunia. Rasul Paulus juga banyak mengajar melalui surat-surat.[5]

C.    TUJUAN DAN ISI KURIKULUM PAK
Segala sesuatu yang direncanakan, tentu sekali memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan maka diperlukan isi atau bahan yang hendak disajikan untuk mencapai rencana yang telah dibuat. Demikian juga halnya dengan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen, ada tujuan yang hendak dicapai dan ada isi atau bahan yang akan disajikan. Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan apa yang menjadi tujuan dan isi kurikulum pendidikan agama Kristen.

1.      TUJUAN KURIKULUM PAK
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen yang tertuang dalam buku Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen jilid satu dan dua, antara lain:[6]

a.      Menurut Sherrill
Tujuan PAK adalah untuk memperkenalkan para pelajar dikalangan persekutuan Kristen dengan warisannya, khususnya Alkitab, agar mereka dipersiapkan menjumpai Allah.

b.      Menurut Wickoff
Tujuan PAK adalah menunjuk arah dari usaha para pendidik dan menjadi tolak ukur bagi penilaian hasil usahanya.

c.       Dewan Gereja-Gereja Nasional Amerika
Berpendapat bahwa tujuan PAK adalah menolong orang-orang menjadi sadar akan penyingkapan diri Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus yang senantiasa mencari orang serta menjawabnya dengan kepercayaan dan kasih, agar mereka mengetahui siapa dirinya sebenarnya dan apa arti keadaannya, bertumbuh sebagai anak-anak yang berakar dalam persekutuan Kristen.

d.      Menurut Miler
Tujuan PAK adalah usaha menolong setiap pelajar mengenal dirinya sebagai seorang ahli waris kerajaan Allah yang diampuni dan ditebus Allah dalam Yesus Kristus sehingga ia mengabdikan diri kepada Tuhan dalam ibadah, persekutuan dan pelayanan di gereja.

e.       Menurut Calvin
Tujuan PAK adalah mendidik anak-anak (Gereja), diperlengkapi untuk mengabdikan diri kepada Yesus Kristus serta hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur atas pertolongan Tuhan, dimana mereka telah dipilih dan diselamatkan dalam Yesus Kristus.

John M. Nainggolan membagi tujuan kurikulum Pendidikan Agama Kristen menjadi empat hal, yakni:[7]

a.      Mengajarkan Firman Tuhan
Guru PAK senantiasa mengajarkan firman Allah agar siswa memiliki patokan dalam realita kehidupannya yang akhirnya mengalami perubahan dari hari ke hari, karena firman Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (II Timotius 3:16)
b.      Membawa perjumpaan dengan Kristus
Perjumpaan pribadi dengan Kristus menyebabkan suatu hubungan berubah antara manusia dengan Allah, dan antar sesamanya serta menghasilkan cara hidup yang benar. Guru berperan dalam membantu peserta didik untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus. Apabila siswa mengalami perjumpaan dengan Yesus, siswa tersebut akan memiliki sikap mengasihi Allah yang diwujudkan melalui tutur kata, perilaku, pola pikir, dan gaya hidup yang benar dan hidup dalam iman serta ketaatan-Nya kepada Tuhan
c.       Memiliki Kemampuan dan keterampilan
Kemampuan dan keterampilan yang dimaksud akan terwujud melalui 4 (empat) prinsip utama dalam PAK:
        i.      Learning to know, berhubungan dengan kempampuan kognitif peserta didik. Kognitif peserta didik harus dirangsang untuk mampu berpikir, menganalisa, dan menginterpretasikannya. Kaitannya dengan PAK, pendidik bertugas untuk membuat bahan pembelajaran dari Alkitab yang bisa merangsang kemampuan peserta didik yang akhirnya bisa menginterpretasikannya dalam kehidupannya. Peserta didik dimampukan untuk mengetahui segala sesuatu tentang dirinya sendiri, dunianya, sesamanya, lingkungannya, dan pengetahuan akan Allah serta segala firman-Nya.
      ii.      Learning to do, pengetahuan peserta didik yang telah diperolehnya dalam proses belajar diarahkan untuk mengaplikasikannya. Mereka harus belajar untuk melakukan firman Tuhan. Dengan demikian peserta didik dapat menjadi garam bagi dunia sebagai orang beriman.
    iii.      Learning to be, menekankan pada pengembangan potensi kepribadiannya. Peserta didik diarahkan untuk memiliki integritas hidup ditengah masyarakat. Sebagi murid Kristus, peserta didik diharapkan mampu hidup seperti karakter Tuhan Yesus.
     iv.      Learning to life together, peserta didik adalah makhluk individu yang hidup ditengah makhluk sosial. Berhubung karena hidup ditengah makhluk sosial, maka peserta didik membutuhkan orang lain. Orang lain merupakan objek pengaplikasian kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan makhluk sosial inilah siswa mengaktualisasikan dirinya karena disitulah tempat ia bertumbuh, berkembang, bahagia, tabah, dan lain sebagainya.
d.      Pembentukan Spiritualitas
Seorang siswa yang memiliki spiritualitas yang bagus akan mampu memahami makna keberadaannya dan bagaimana ia berperan menjadi berkat bagi orang lain serta memuliakan Allah.

2.      ISI KURIKULUM PAK
Dalam pemilihan kurikulum, seorang pendidik maupun lembaga pendidikan harus menyadari tentanf pentingnya memilih isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Pendidikan formal di sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan sepanjang hayat. Artinya pendidikan di sekolah dan pendidikan dimasyarakat tidak terpisahkan satu sama lainnya. Oleh karena itu pilihan isi kurikulum harus lebih fungsional dan tahan lama sehingga dalam kondisi apapun masyarakat berubah, hakikat ilmu pengetahuan yang dipelajari anak bisa dipertahankan. Isi kurikulum harus ada satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan. Hal ini menuntut adanya isi kurikulum yang sesuai dengan hakekat pendidikan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria dalam memilih isi kurikulum, terutama bagi perancang kurikulum:[8]
a.       Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
b.      Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c.       Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang komprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang.
d.      Isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang tahan uji.
e.       Isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi faktual belaka.
f.       Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Kristen sendiri, sangatlah penting mengingat dan menyadari apa yang menjadi landasan PAK. Landasan pembelajaran PAK merupakan acuan atau dasar pijakan, titik tumpu atau titik tolak dalam pencapaian tujuan pendidikan agama Kristen. Pendidikan agama Kristen yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya. Dengan adanya landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan, sehingga praktek PAK diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.[9]

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan kurikulum pada pembahasan sebelumnya serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kurikulum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa isi kurikulum Pendidikan Agama Kristen adalah Firman Tuhan, yang membahas tentang iman Kristen, yakni karya Allah melalui Yesus Kristus dan pimpinan Roh kudus. Alkitab merupakan Firman Allah baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

D.    ASAS-ASAS KURIKULUM PAK
Dalam proses pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus diperhatikan serta dipertimbangkan, juga banyak pertanyaan yang dapat diajukan. Adapun yang menjadi asas-asas kurikulum meliputi:[10]
1.      Asas Teologis
Mengarahkan anak-anak kepada perubahan hidup yang lebih baik bagi hormat kemuliaan nama Tuhan serta berguna bagi masyarakat.
2.      Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak, agar menjadi manusia yang lebih baik sehingga menjadi garam dan terang dunia sesuai dengan perintah Tuhan.
3.      Asas Psikologis, meliputi:
a.      Psikologi Anak, sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi, dimana anak dapat belajar mengembangkan bakat atau talenta yang di anugrahkan Tuhan kepadanya.
b.      Psikologis Belajar, pendidikan PAK di sekolah dipercayai dan diyakini dapat mendidik anak-anak serta dapat mempengaruhi kelakuannya kearah yang lebih baik.
4.      Asas Sosiologis
Sebagai makhluk sosial anak tidak bisa hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain, ia hidup dalam suatu masyarakat. Di tengah-tengah masyarakat, sebagai anak-anak Tuhan, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak.
5.      Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan pertanyaan, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran PAK akan disajikan?

BAB III
KESIMPULAN

Melalui pembahasan yang telah disampaikan dalam penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kurikulum berarti suatu proses yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum merupakan salah satu pendukung bagi pengajaran Kristen untuk mewujudkan pengajaran yang maksimal kepada para naradidik. Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus kita perhatikan yaitu: pembuatan, pengimplementasian, dan pengevaluasian kurikulum. Kurikulum harus disesuaikan dengan konteks yang ada dalam komunitas belajar-mengajar. Kita dapat saja mengikuti kurikulum dari pihak lain, namun ada baiknya juga bila kita menyusun kurikulum untuk komunitas kita sendiri. Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah menjadi murid Tuhan Yesus yang melakukan dan mewujudnyatakan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Itu artinya maka kurikulum Pendidikan Agama Kristen harus didasarkan pada Firman Tuhan, yang membahas tentang iman Kristen, yakni karya Allah melalui Yesus Kristus dan pimpinan Roh kudus. Melalui Pendidikan Agama Kristen, naradidik akan memperoleh peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta taat kepada Tuhan Yesus dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama Kristen. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun dalam masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal: Konsep & Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)

Boehlke, Robert R.: Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

Nainggolan, John M.: Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media, 2007)

Nasution, S: Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Sukmadinata, Nana Syaodih: Perencanaan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hal. 38-39.

Tampubolon, Susi: Bahan Ajar Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Agama Kristen (Batam: STT BASOM, 2015)





[1] Zainal Arifin, Konsep & Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 2-3.
[2] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hal. 4-8.
[3] Beflan Forandar Manik, Diktat Kurikulum PAK (Batam: STT Basom, 2012) hal. 1-4.
[4] Susi Tampubolon, Bahan Ajar Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Agama Kristen (Batam: STT BASOM, 2015) hal. 2-8.
[5] Ibid, hal. 12-14.
[6] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
[7] John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media, 2007) hal. 12.
[8] http://arnitasiregar.blogspot.co.id/2014/05/hakikat-kurikulum.html
[10] Nana Syaodih Sukmadinata, Perencanaan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hal. 38-39.

1 komentar: