Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VII (TUGAS LAPORAN BACAAN, BUKU: PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori Dan Praktek)

TUGAS LAPORAN BACAAN
BUKU: PENGEMBANGAN KURIKULUM
Teori Dan Praktek


Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus, karena atas pertolongan-Nya Tugas Laporan Bacaan ini dapat terselesaikan. Laporan Bacaan ini saya sampaikan kepada pembina mata kuliah Kurikulum Pendidikan Agama Kristen 1, Ibu Susi Tampubolon, S.Pd.K.,M.Pd.K©, sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Adapun buku yang dijadikan sebagai Tugas Laporan Bacaan, adalah:

Judul Buku                  : Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek
Penulis                         : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
Penerbit                       : PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Jumlah halaman           : 215 Halaman

BAB 1
KONSEP KURIKULUM

A.    Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidikan dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis. Interaksi pendidikan antara orang tua dengan anaknya juga sering tidak disadari. Dalam kehidupan keluarga interaksi pendidikan dapat terjadi setiap saat, setiap kali orang tua bertemu, berdialog, bergaul, dan bekerja sama dengan anak-anaknya. Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan alat-alat yang telah dipilih dan dirancang secara cermat. Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan sekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya juga bervariasi, dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai guru, sampai dengan yang melaksanakan tugas sebagai pendidik karena pengalaman.

B.     Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang fungsional. Sedangkan Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran.

C.    Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan
Ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan teknologi pendidikan.
1.      Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik atau classical education dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan, dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya. Ada dua model konsep pendidikan klasik, perenialisme dan esensialisme. Parenialisme maupun esensialisme mempunyai pandangan yang sama tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis. Pendidikan lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Konsep filosofis, lebih banyak mewarnai pendidikan ini.
2.      Pendidikan Pribadi
Pendidikan pribadi (personalized education) lebih mengutamakan peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa sejak dilahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru, seperti halnya seorang petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air, udara, dan sinar matahari. Guru adalah pembimbing, pendorong (motivator), fasilitator, dan pelayan bagi siswa. Teori ini juga memiliki dua aliran, yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Tokoh pendahulu pendidikan progresif adalah Francis Parker yang membawa aliran ini dari Eropa ke Amerika. Aliran ini menjadi lebih terkenal di Amerika berkat percobaan-percobaan yang dilakukan John Dewey dengan sekolah-sekolah laboratoriumnya. John Dewey menerapkan prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing).
3.      Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompentensi bukan pengawetan dan pemiliharaan budaya lama. Kurikulum pendidikan teknologi menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis.
4.      Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi, dan bekerja sama. Dalam hal ini, guru berperan menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu.

BAB 2
TEORI KURIKULUM

A.    Apakah Teori Itu?
Kesepakatan yang telah diterima secara umum, teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal. Ada tiga kelompok karateristik utama sistem pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan dalam suatu teori bersifat memadukan. Kedua, berisi kaidah-kaidah umum. Ketiga bersifat meramalkan. Menurut Rose, karakteristik pernyataan (set of statement) meliputi definisi, asumsi, dan kaidah-kaidah umum.
Teori menjelaskan suatu kejadian, sedangkan tugas seorang teoretisi adalah merumuskan istilah-istilah dan pernyataan yang akan menjelaskan isi bagian-bagian dan hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Hal yang sangat penting dalam pekerjaan seorang ilmuwan adalah pengunaan istilah-istilah. Ia dituntut untuk mengunakan istilah dengan makna yang tepat dan konsisten. Ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati oleh para ilmuwan, yaitu: mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi. Brodbeck menambahkan fungsi lain. “A theory not only explains and predict, it also unifies phenomena”.

B.     Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu ilmu terapan (applied science), yaitu terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi, dan humanitas. Sebagai ilmu terapan perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran-pemikiran filosofis-teoretis, penelitian empiris dalam praktik pendidikan. Yang menjadi subteori dari pendidikan adalah teori-teori dalam kurikulum, pengajaran, evaluasi, bimbingan-konseling, dan administrasi pendidikan. Teori pendidikan selalu menyangkut tentang teori nilai, etika, yang keduanya merupakan bahasan dari bidang filsafat.

C.    Teori Kurikulum
1.      Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum: kurikulum sebagai subtansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai suatu system, sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum.
2.      Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dri sejarah perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitive berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918. Babbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, ia perintis pengembangan praktik kurikulum.
3.      Sumber Pengembangan Kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang menjadi sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Karna sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa. Kurikulum, terutama isi kurikulum di ambil dari kehidupan orang dewasa. Sumber lain penyususan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Sosial-politik juga menjadi sumber penentuan kurikulum.
4.      Desain Dan Rekayasa Kurikulum
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua subteori dari teori kurikulum, yaitu desain kurikulum dan rekayasa kurikulum. Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum: Pertama, ketentuan-ketentuan tentang bagaimana penggunaan kurikulum, serta bagaimana mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan berdasarkan masukan dari pengalaman; Kedua, kurikulum itu di evaluasi, baik bentuk desainnya maupun sistem pelaksanaannya.

BAB 3
LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS
PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.    Landasan Filosofis
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan” (love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengatahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir yaitu berpikir secara sistematis, logis dan mendalam. Pemikiran demikian dalam fisafat sering di sebut sebagai pemikiran radikal, atau berpikir sampai keakar-akarnya. Dalam tulisan ini akan dikemukakan salah satu pandangan tentang filsafat pendidikan, yaitu pandangan dari John Dewey.
1.      Dasar-Dasar Filsafat Dewey
Ciri utama filsafat dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah. Prinsip ini membawa konsekuensi yang jauh, bagi Dewey tidak ada yang menetap dan abadi. Ciri lain filsafat Dewey adalah anti dualistik. Pandangannya tentang dunia adalah monistik dan tidak lebih dari sebuah hipotesis.
2.      Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut John Dewey yaitu pendidikan berarti perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Menurut Dewey perkembangan dimulai dari pertumbuhan, syarat pertumbuhan adalah adanya kebelumdewasaan (immaturity), yang berarti kemampuan untuk berkembang. Ada dua sifat dari immaturity yakni kebergantungan dan plastisitas. Kebergatungan berarti kemampuan untuk menyatakan hubungan social, dan ini akan menyebabkan individu matang dalam hubungan sosial.

B.     Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainya.
1.      Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Dalam psikologi perkembangan ada yang metode dan teori perkembangan. Metode Dalam Psikologi Perkembangan, pengetahuan tentang perkembangan individu di peroleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik, ataustudi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan dan  pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa, seperti yang pernah dilakukan oleh Williard C. Olson. Teori Perkembangan, ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu yaitu pendekatan pertahapan, pendekatan diferensial, dan pendekatan ipsatif.
2.      Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Banyak sekali definisi tentang belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Belajar berhubungan dengan congnitive. Istilah congnitive berasal dari bahasa Latin “cognoscre” yang berarti mengetahui (to know). Aspek ini berkenaan dengan bagaimana individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya.

BAB 4
LANDASAN SOSIAL – BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU
DAN TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.    Pendidikan Dan Masyarakat
Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi pelaksanaan pendidikan bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pendidikan dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu berbeda dengan lingkungan masyarakat lain, karena adanya perbedaan system sosial-budaya, lingkungan alam, serta sarana dan prasarana yang ada.

B.     Perkembangan Masyarakat
Salah satu ciri dari masyrakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat cepat, tetapi pada masyarakat lainya agak lambat bahkan lambat sekali. Perkembangan teknologi, terutama industri, transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronika sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat. Perkembangan dalam masyarakat mempengaruhi perubahan dalam pola pekerjaan, peranan wanita dan kehidupan keluarga.
C.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Masa setelah abad pertengahan sering disebut zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales, Phytagoras, Leucipos, Demokritos, Socratos,dll.

D.    Perkembangan Teknologi
Dari para ahli, kita sering mendengar pernyataan bahwa ilmu bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan tersebut diartikan bahwa pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada bidang-bidang kehidupan atau ilmu yang lainnya. Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20 berkenaan dengan penjelajahan angkasa luar. Temuan-temuan lainnya dibidang fisika, kimia dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.

E.     Pengaruh Perkembangan Ilmu Dan Teknologi
Pengaruh IPTEK cukup luas, meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika, dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Bidang yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat adalah: komunikasi, transportasi, mekanisasi industri dan pertanian, serta persenjataan.

BAB 5
MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

A.    Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Kurikulum subjek akademis tidak hanya menekankan materi yang disampaikan, namun juga memperhatikan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Kurikulum subjek akademis mempunyai ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi, isi dan evaluasi. Dengan tujuan memberi pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide dan proses penelitian. Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Dalam kurikulum ini, para pengembang bermasalah dalam memilih materi dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Para pengembang kurikulum lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan kemampuan berpikir anak.

B.     Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi, yaitu John Dewey dan J.J. Rousseau. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Aliran ini lebih menekankan bagaimana mengajar siswa, dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang ingin menyatukan segi-segi afektif dengan segi-segi kognitif. Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif. Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri utama yaitu: partisipasi, integrasi, relevansi, pribadi anak dan tujuan.

C.    Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Para rekonstruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus sosial.

D.    Teknologi Dan Kurikulum
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan. Teknologi pendidikan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.

BAB 6
ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

A.    Komponen-Komponen Kurikulum
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi, yakni kesesuain kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat serta kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam kurikulum, yakni: tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, media mengajar, evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran.

B.     Desain Kurikulum
Kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal (penyusunan dari lingkup isi kurikulum) dan vertical (penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran).

BAB 7
PROSES PENGAJARAN

A.    Keseimbangan Antara Isi Dan Proses
Dalam uraian model-model konsep kurikulum, dan dalam macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menjadi tema dan titik tolak. Hal itu disebabkan kedudukan kedua kurikulum tersebut sangat penting.

B.     Isi Kurikulum
Di Amerika Serikat, ada dualisme tujuan pendidikan yang membutuhkan keseimbangan, yaitu antara kegunaan dengan keindahan. Sekolah diharapkan dapat mengajarkan semua yang berguna dan semua yang indah. Dalam proses pendidikan, ada empat hal pokok penting, yakni: peranan struktur bahan, penekanan proses belajar, kesiapan belajar, dorongan belajar.

C.    Proses Belajar
Belajar merupakan cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur ide yang telah ada. Dalam proses belajar, pelajar harus mampu menerima keseluruhan bahan pelajaran dan harus disajikan pada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna. Belajar akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang mempunyai makna, penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang lain.

D.    Kesiapan Belajar
1.      Perkembangan Intelek
Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukkan, bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakterristik tertentu tentang cara anak melihat lingkungannya dan cara memberi arti bagi dirinya sendiri. Menurut Piaget, ada empat tingkat perkembangan anak: Tingkat Pertama, adalah tingkat sensory motor, masa lahir sampai dua tahun merupakan masa perkembangan kemampuan bergerak dan merespon terhadap rangsangan. Tingkat Kedua, masa dua sampai tujuh tahun disebut tingkat preoperasional. Tugas perkembangan anak pada masa ini terutama membentuk hubungan antara  pengalaman dengan kegiatan. Tingkat Ketiga, masa antara 7 sampai 11 tahun, merupakan masa anak sekolah, disebut juga tingkat “concrete operational”. Tingkat Keempat, masa antara 11 sampai dengan 14 tahun, merupakan tingkat “formal operation”.
2.      Kegiatan Belajar
Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas baru. Transformasi meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas.
3.      Spiral Kurikulum
Jika prinsip perkembangan anak telah diperhatikan, bahan ajar telah disusun dalam urutan yang logis dan cukup mendorong perkembangan dan keadaan memungkinkan untuk memperkenalkannya seawal mungkin; apakah anak akan menjadi orang dewasa dan berpengetahuan.
4.      Minat Dan Motif Belajar
Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motif belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan, menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

BAB 8
PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Suatu kurikulum diharapkan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
1.      Prinsip-Prinsip Umum
Beberapa prinsip umum kurikulum: Relevansi, menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat; Fleksibilitas, fleksibel; Kontinuitas, yaitu kesinambungan; Praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana; Efektivitas, keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
2.      Prinsip-Prinsip Khusus
Beberapa prinsip khusus yang perlu diperhatikan dimana kurikulum harus berkenaan dengan: tujuan pendidikan; pemilihan isi pendidikan; pemilihan proses belajar mengajar; pemilihan media dan alat pengajaran; pemilihan kegiatan penilaian.

B.     Pengembang Kurikulum
1.      Peranan Para Administrator Pendidikan
Para administrator pendidikan terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peran para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.
2.      Peranan Para Ahli
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau lokal, maka partisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang digariskan di tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembang dan pelaksana kurikulum di daerah.
3.      Peranan Guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Dia juga komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat belajar, pencoba, pembimbing disekolah dan masyarakat.
4.      Peranan Orang Tua Murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang mempunyai latar belakang yang memadai. Orang tua perlu mengamati kegiatan belajar dirumah dan laporan sekolah anak.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
1.      Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di PTKeguruan.
2.      Masyarakat
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat.
3.      Sistem Nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum.

D.    Artikulasi Dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Hambatan yang sering muncul dalam pengembangan kurikulum terdapat pada guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hambatan lain datang dari masyarakat yang tidak mendukung pembiayaan yang berakibat langsung pada pengembang kurikulum.

E.     Model-Model Pengembangan Kurikulum
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Sekurang-kurangnya dikenal delapan model pengembangan kurikulum, yaitu: the administrative (line staff) model, the grass roots model, Beauchamp’s system, the demonstration model, Taba’s inverted model, Roger’s interpersonal relations model, the systematic action research model, dan emerging technical model.

BAB 9
EVALUASI KURIKULUM

A.    Evaluasi Dan Kurikulum
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor: Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah; Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan juga berubah; Evaluasi dan kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah. Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus-menerus. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan.

B.     Konsep Kurikulum
Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.
C.    Implementasi dan Evaluasi Kurikulum
Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar pada analisis pengetahuan baru yang ada, konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar, dan konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur dan sekuens belajar. Perbedaan-perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah selanjutnya.

D.    Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi dalam kurikulum khususnya pendidikan, umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgement, penentuan keputusan, dan konsesus nilai. Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi  dua kegiatan, pertama mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu keputusan.

E.     Ujian Sebagai Evaluasi Sosial
Keberhasilan dalam ujian pengetahuan dan kemampuan skolastik, selama bertahun-tahun ditentukan oleh kemampuan mengingat fakta. Kecenderungan ini bukan saja didasari oleh teori psikologi lama, yang memandang bahwa otak yang lebih baik mampu menguasai fakta lebih banyak, tetapi juga oleh keadaan masyarakat di mana buku-buku sumber (teks) pengetahuan secara relatif tidak berubah selama dua abad.

F.     Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.      Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes inteligensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
2.      Evaluasi Model Objektif
Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal: Pertama, dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan tersebut.
3.      Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut.

BAB 10
GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.    Guru Sebagai Pendidik Profesional
Sebagai pendidik professional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu: Kemampuan profesional, yang mencakup: Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut; Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar. Kemampuan personal, yang mencakup: Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan; Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dimiliki guru; Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya.
B.     Guru Sebagai Pembimbing Belajar
Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong, dan pembimbing.

C.    Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral-desentral. Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh sesuastu tim khusus di tingkat pusat. Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/jenis sekolah.
1.      Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam perencanaan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.
2.      Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Yang Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah atau sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri, tetapi kurikulum ini cukup realistis.


D.    Pendidikan Guru
1.      Masalah Pendidikan Guru
Masalah pendidikan guru tidak dapat dilepaskan dari masalah pendidikan secara keseluruhan. Dalam pendidikan di Indonesia kita menghadapi dua masalah besar, yaitu masalah kuantitas dan kualitas pendidikan. Masalah pertama kuantitas pendidikan, berkenaan dengan penyediaan fasilitas belajar bagi semua anak usia sekolah. Hal itu berkenaan dengan penyediaan ruang kelas, gedung dan peralatan sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Dari sisi kualitas, masyarakat dan para ahli pendidikan banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti yang diharapkan.
2.      Standardisasi Pendidikan Guru
Ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan pendidikan guru. Pertama, syarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, tetapi prosedurnya cukup fleksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok. Kedua, program pendidikan guru hendaknya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi dan keahlian dalam kurikulum dan pengajaran. Ketiga, perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang bervariasi. Keempat, program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkinkan calon guru bisa bekerja dengan baik. Kelima, perlu ada lembaga yang memberikan legalitas terhadap kelayakan program pendidikan guru, standar yang digunakan serta memberikan sertifikasi terhadap guru. Dengan mengacu pada National Education Assosiation (NEA) Amerika Serikat, standar pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu: perencanaan, implementasi, personalia, isi program serta keanggotaan dalam profesi guru.
3.      Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi
Salah satu model pendidikan guru yang mungkin bisa mencapai standar, adalah model pendidikan guru berdasarkan kompetensi (PGBK) atau competence based teacher education (CBTE). Beberapa ahli lebih setuju memakai kata performance (perubahan atau perilaku) daripada competence, karena dipandangnya lebih luas. Dalam tulisan ini keduanya dipandang sama.
4.      IKIP, FKIP, STKIP Sebagai Lembagai Pendidikan Guru

Di Indonesia dewasa ini, kita mempunyai dua kelompok lembaga pendidikan guru, yaitu: IKIP, FKIP, dan STKIP yang merupakan lembaga pendidikan guru pada jenjang perguruan tinggi, dan PGA pada jenjang pendidikan menengah. Sebelumnya pada jenjang pendidikan menengah juga ada SPG dan SGO yang menyiapkan calon-calon guru sekolah dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar