TUGAS EKSPOSISI
THEMA :
BERSAMA YESUS
TIDAK PERLU KUATIR
(Angin Ribut Diredakan, Mat. 8:23-27; Mrk.
4:35-41; Luk. 8:22-25)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
EKSPOSISI PB-I
Yang Dibina Oleh :
Pdt. Linduara Situmorang, M.Th
Nama : Roy Damanik
NIM
: 2012.86208.04
Prodi
: PAK
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
Komp. Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam
ANGIN RIBUT DIREDAKAN
I. TEKS
MATIUS 8:23-27
|
MARKUS 4:35-41
|
LUKAS 8:22-25
|
|
8:23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan
murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. 8:24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin
ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus
tidur. 8:25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya:
"Tuhan, tolonglah, kita binasa." 8:26 Ia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah
Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
8:27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini,
sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
|
4:35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus
berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 4:36
Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta
dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain
juga menyertai Dia. 4:37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan
ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan
air. 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka
murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau
tidak perduli kalau kita binasa?" 4:39 Iapun bangun, menghardik angin
itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu
reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? " 4:41
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa
gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
|
8:22 Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka:
"Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka.
8:23 Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong
turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada
dalam bahaya. 8:24 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya:
"Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan
air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi
teduh 8:25 Lalu kata-Nya kepada mereka : "Di manakah
kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang
kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi
perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"
|
|
II. PENDAHULUAN
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat
tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mrk. 1:1). Gereja yang
mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia
dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis.
12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan
pelayanan tiga orang rasul PB : Paulus (Kis. 13:1-3; Kol. 4:10; Fil. 1:24),
Barnabas (Kis.15:39) dan Petrus (1 Ptr. 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M)
dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari
hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang
percaya. Sejumlah detail kecil-kecil di Injil Markus menunjukkan informasi dari
saksi mata. Misalnya dalam cerita Yesus menenangkan angin ribut, hanya Injil
Markus menuliskan detail bahwa ada "kapal lain" yang mengikuti kapal
yang ditumpangi Yesus. Seorang saksi mata yang biasa berlayar (Petrus,
misalnya) mampu mengingat hal ini dibanding orang-orang lain yang sama-sama
menyaksikan peristiwa itu.
Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh
masyarakat dan banyak di antaranya disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan
kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu
terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di
Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai
suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap
masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang
percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia
menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan,
kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
III. INTTERPRETASI
TEKS
1.
AJAKAN YESUS
"Marilah kita bertolak ke seberang.", saat
itu Yesus mengajak murid-muridNya ke seberang. Dalam hal ini, Yesus tidak
memaksa murid-muridNya untuk berangkat. Ini terbukti mereka tidak menolak untuk di ajak oleh
Yesus untuk menyeberang, dan secara logika, jika pada akhirnya akan terjadi
badai, pastinya para murid juga sudah memikirkannya, karena mereka adalah
nelayan. Pada hakekatnya mengikut Tuhan bukanlah paksaan, melayani Tuhan juga bukan karena
terpaksa, mengenal Tuhan bukanlah suatu paksaan, melainkan suatu ajakan yang di
landasi oleh kesadaran. Dan ikut kepada Yesus juga bukan berarti bahwa hidup
ini akan bebas dari kesukaran.
2.
MASALAH DALAM
MENGIKUTI YESUS
Didalam kitab Matius dikatakan, “..Sekonyong-konyong
mengamuklah angin ribut di danau itu..” dan dalam kitab
Lukas, “...Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau...”. Hal ini mengindikasikan
bahwa di danau Galilea, hal ini sudah sering terjadi, bahkan menurut buku
tafsiran, letak geografis danau Galilea menjadikan taufan bisa datang kapan
saja. Lalu kenapa murid-murid yang berlatar belakang Nelayan harus takut dan
panik dengan keadaan tersebut. Dalam bahasa aslinya topan yang mengamuk didanau
tersebut disebut Lailaq (topan yang
dahsyat); Anemov (angin dari keempat
penjuru bumi), dan dalam bahasa Batak “Alogo Siappalautus” (angin yang sangat
luar biasa besar). Itu artinya badai tersebut, bukanlah seperti badai yang
biasanya terjadi, bahkan belum pernah terjadi. Sehingga para murid takut,
bahkan sampai berkata “Guru, kita binasa”.
3.
MENUNTUT YESUS
Para murid adalah seorang nelayan, terlatih hidup di laut, danau, dan
dibesarkan dalam keluarga nelayan. Jadi sebenarnya badai bukanlah yang pertama
kali mereka alami, dan meskipun badai kali itu lebih besar dari yang biasanya,
seharusnya pengalaman mereka sebagai nelayan tidak membuat mereka panik dan
takut lagi. Tetapi lihatlah kepintaran dan pengalaman mereka justru tidak
banyak berguna, dan bahkan mereka menunjukkan kepanikan, ketakutan, emosi
bahkan marah kepada Yesus. Itu terlihat di ayat 38 “.... membangunkan Dia dan
berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”. Yesus yg tidur di anggap tidak
perduli terhadap keselamatan para muridnya, namun betulkah Yesus tidak perduli
seperti yang mereka sebutkan.
4.
YESUS
BERTINDAK/MENEGUR
Dengan cepat Yesus bangkit dan menghardik angin itu, Lalu angin itu reda
dan danau itu menjadi teduh sekali. Biasanya sehabis badai di danau Galilea,
air danau itu tidak langsung teduh, namun masih sedikit beriak lalu teduh.
Namun Yesus menunjukkan kuasanya terhadap alam, sehingga sekali saja Dia
berkata, maka danau tersebut menjadi teduh. Setelah Yesus menghardik angin itu, Yesus menegur
murid-muridnya “mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya” dengan
tegas. Dan ketegasan sikap Yesus ini
membuat para murid menjadi sangat takut. Namun katakutan para murid hanya
sampai pada batas kemampuan Yesus menghardik angin topan tersebut. Mereka tidak
melihat kedalam diri mereka yang kurang percaya, sehingga mereka bertanya "Siapa gerangan
orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?".
IV. KESIMPULAN
Saat mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh, kemudian masalah datang, maka
biasanya yang terjadi adalah, manusia cepat menghakimi Tuhan. Menyalahkan Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak perduli terhadap pergumulan yang kita
hadapi, terhadap masalah kita, terhadap kehidupan kita. Seolah-olah Tuhan
sedang tidur dan tidak berbuat apa-apa. Ketika kita dalam kesusahan dan
kesulitan, kita menjadi eois, tidak lagi memikirkan orang lain. Namun kita
hanya memikirkan dan mendahulukan diri sendiri. Sama halnya seperti para murid,
ketika mereka dalam badai, mereka melupakan beberapa hal : mereka lupa bahwa mereka
bersama dengan Yesus yang adalah guru mereka, yang mereka sudah melihat
kuasanya, dimana mereka seharusnya sadar bahwa Yesus tidak akan membiarkan
mereka tenggelam; mereka lupa bahwa yang mengajak mereka untuk menyeberang itu
adalah Yesus, itu artinya Yesus akan bertanggung jawab penuh atas hidup mereka.
Intinya, saat Tuhan mengajak dan memanggil kita untuk turut serta
“menyeberang” yakni mengikuti dan melayaniNya, kita tidak perlu takut, karena
Tuhan selalu setia dan adil.
Note : Belum belajar Bahasa Yunani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar