LAPORAN BACA
BINA WARGA
Bunga Rampai
Pembinaan Warga Gereja
Oleh : Pdt. O. E.
Ch. Wuwungan, D.Th.
BPK Gunung Mulia,
1995
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Kelulusan Mata Kuliah
PEMBINAAN
WARGA GEREJA DEWASA
Yang Dibina Oleh :
Pdt. Natan, M.Th.
Nama : Roy Damanik
NIM : 2012.86208.04
Prodi : PAK
SEKOLAH
TINGGI THEOLOGIA BASOM
Komp. Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam
I. MAKNA
KESELAMATAN DAN HARAPAN
I.1 “PENYELAMATAN
ALLAH DALAM KRISTUS”
Dalam Alkitab satu-satunya pelaku keselamatan ialah Allah, meski
menggunakan orang lain untuk proses tersebut. Allah sendiri yang memilih setiap
orang dalam proses keselamatan tersebut. Orang yang dipilih Allah sebelumnya
hanyalah perantara-perantara sementara, untuk keadaan tertentu yang meresahkan
dan mencelakakan. Orang yang menjadi pemimpin umat itu tidak terlepas daripada
cacat dan cela, sekalipun ia seorang raja yang sangat dikagumi seperti Daud dan
Salomo. Yesaya menubuatkan seorang Raja Damai dengan kekuasaan yang tak ada
batasnya, Raja yang sekaligus Hamba Allah itu, akan melakukan tugas keselamatan
demi Allah tanpa cacat dan cela. Siapakah Dia, Dia adalah Yesus “seorang Hamba
memberikan dirinya sepenuhnya untuk melayani. Kedudukannya begitu rendah dalam
masyarakat, tetapi apa yang dilakukannya mempunyai makna dan manfaat. Tuhan
Yesus menyebut diriNya Anak Manusia yang datang untuk melayani dana memberikan
nyawaNya, supaya orang lain selamat (Mat. 3:17b). Dengan menyerahkan diriNya,
sebagai tebusan, Yesus Kristus, membebaskan orang percaya dari segala kejahatan
dan dari kumpulan orang yang dibebaskan itu, Ia membentuk umatNya, GerejaNya
(Tit. 2:14). Oleh sebab itu Ia patut disebut Kristus, yakni Orang yang diurapi
Allah, sebagai tanda pengangkatan menjadi pemimpin umat (Yoh : 4:25-26; Mat.
16:16-20; band. Maz. 18:51).
I.2 “KASIH ALLAH
DAN KARYA PENYELAMATANNYA”
Makna istilah keselamatan perlu ditelusuri, baik
dalam pemahaman sehari-hari maupun dalam pengertian Alkitabiah. Anggapan bahwa
keselamatan diperoleh melalui kekuasaan politik muncul pada abad pertama dan
ditampung dalam peribadahan untuk menyembah sang penguasa. Anggapan ini berasal
dari dunia timur, tetapi dapat berpengaruh dimana-mana dan dimasa apapun.
Anggapan itu kemungkinan besar berdampak pula atas anggapan apokaliptik orang
Yahudi tentang Raja Mesias. Umat purba disadarkan bahwa kepastian itu hanya ada
ditangan Allah. Dialah yang memelihara mereka, memberi perlindungan, dan
menyelamatkan (Ul. 33:27-29; Mzm. 32:7). Dan kita juga harus meyakini bahwa
Tuhan terus-menerus bertindak untuk menyelamatkan dan memperbaharui.
1.3 “HARI TUHAN”
Ketika Tuhan Yesus ditanyai tentang saat
kedatangan Kerajaan Allah, Ia mengatakan bahwa Kerajaan itu sudah ada diantara
mereka yang bertanya. KuasaNya yang akan tampak sepenuhnya dimasa depan sudah
dapat dirasakan dampaknya sekarang ini (Luk. 17:20-21). Hari kedatangan Tuhan
kadangkala disebut dengan singkat sebagai “Hari Itu”, dan kata “Hari Itu”
diberitakan dalam PL dan PB. Dari semua berita “Hari Itu” dalam PL dan PB ada
tabir rahasia yang menutupi “Hari Itu”, tetapi pula ada penyingkapan yang
gamblang bahwa Allah akan mengaruniakan ‘langit yang baru dan bumi yang baru’
dimana terdapat kebenaran sebagai janjiNya. Kepastian janji itulah yang dapat
dijadikan pegangan bagi setiap orang percaya.
I.4 “PENGHARAPAN
KRISTEN”
Pengharapan adalah
kecenderungan untuk melihat masa depan sebagai keadaan yang lebih baik dan
meraihnya dengan berbagai upaya. Bagi orang percaya masa depan itu ada ditangan
Allah. Allah sendiri akan menurunkan “langit yang baru dan bumi yang baru” pada
hariNya Tuhan. Bagi orang percaya hanya ada tiga sikap hidup “Iman, Pengharapan
dan Kasih” (1 Kor. 13:13).
I.5 “PEMAHAMAN IMAN”
Pemahaman Iman merupakan
penjabaran sikap Gereja terhadap masalah-masalah yang dihadapinya pada masa
kini dan pada masa yang akan datang. Sikap itu mengungkapkan keyakinan imannya
dengan melandaskan diri pada Alkitab sebagai sumber ilham dan tolok ukur dan
dengan menimba dari pengalaman-pengalaman imannya. Dengan pemahaman Iman
sebagai pengungkapan keyakinan iman, Gereja menyatakan kehadirannya
ditengah-tengah sejarah dunia.
I.6 “HARTA KEKAYAAN
TUHAN”
Dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan alam
semesta untuk menjadi sarana bagi manusia. Allah mempercayakan harta (ciptaan)
tersebut kepada manusia untuk dikelola. Allah menyerahkan seluruh alam dan
isinya kepada manusia untuk dikuasai dan dikelola, namun tidak diperkenankan
untuk dikelola semena-mena. Dalam hal ini manusia diangkat untuk
bertanggungjawab terhadap harta kekayaan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa
kepada manusia ditanggungkan jawaban. Istilah ini berhubungan dengan
pelaksanaan tugas. Tanggung jawab tersebut mengandung arti bahwa manusia ada
dalam kedudukan yang lebih rendah dari Allah.
Mencipta adalah menata, dan Allah sendirilah yang melakukan peciptaan dan
menata ciptaannya dengan baik. Dan hal penataan penciptaan manusia berada pada
peranan yang lebih tinggi, karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan
Allah.
II.
PEMAHAMAN TENTANG PANGGILAN
II.1 “MANUSIA
SEBAGAI CITRA ALLAH”
1. Manusia merupakan ciptaan utama
Allah; Hanya manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupaNya (Kej.
1:26-27).
2. Manusia tidak diciptakan
seorang diri.
3. Manusia tidak dicipta sebagai
boneka atau robot. Manusia diperhadapkan pada pilihan : jalan hidup atau jalan
yang membawa kematian.
II.2 “TUGAS SURUHAN
YANG UTUH (Dalam PL dan PB)”
Orang yang disuruh
diharapkan menaati apa yang dimaksud atau diperintahkan yang menyuruh. Ketaatan
seperti itu diperlihatkan Yesus Kristus sampai akhir hayatNya (Filipi 2:8). Suruhan
yang pertama-tama diterima manusia ialah supaya mereka beranakcucu dan
bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya serta berkuasa atas segala
margasatwa (Kej. 1:218). Dalam hal ini ada dua unsur utama, Allah sebagai sumber dan berita yang satu-satunya tentang Allah. Tugas
suruhan bersumber pada Allah, Dialah yang memberi mandat suruhan dan kemampuan
untuk menjalankan tugas. Firman atau amanat yag disampaikan Allah sebagi
suruhan mewujud nyata dalam firman yang hidup, Yesus Kristus (Yoh. 1:14).
II.3 “MAKNA
PANGGILAN”
Panggilan mengandung
hubungan antara dua pihak, yang memanggil dan yang dipanggil. Panggilan berbeda
dengan perintah, karena yang pertama lebih bersifat ajakan, sedang yang kedua
lebih bersifat keharusan. Kalimat panggilan mencerminkan kepercayaan kepada
orang yang dipanggil. Dalam Alkitab hanya ada satu pihak yang memanggil, yakni
Tuhan Allah. Ia memilih orang-orangnya langsung untuk menjalankan rencananya.
Panggilan tidak tertuju kepada satu golongan masyarakat saja. Tuhan berdaulat
untuk memberikan kepercayaan kepada siapa saja yang Ia kehendaki (Kel. 4:10;
Mik. 3:8). Isi panggilan dapat berbeda-beda. Namun yang pasti amanat panggilan
Tuhan itu selalu mengandung rencana keselamatan umat Tuhan.
II.4 “PELAYANAN DAN
KESAKSIAN DALAM PERSPEKTIF”
Jemaat mula-mula melakukan Pelayanan dan
Kesaksian (PelKes), karena peristiwa kebangkitan Tuhan masih begitu hangat,
bahkan saksi-saksi utama masih hidup. Aniaya dan derita tidak dapat menyurutkan
semangat jemaat mula-mula untuk bersaksi (2 Tim. 1:11-12; 2 Kor. 6:4-7).
Wilayah cakupan PelKes begitu luas, pada hakikatnya tidak terbatas (Kis. 1:8b).
Itulah ciri universal Injil, menyebar keseluruh dunia. Tuhan telah memberikan
gambaran tantangan yang akan dihadapi dalam Injil (Mat. 10:14). Ia tidak akan
menerjunkan orang-orangNya ke dalam kancah yang tidak dikenal sama sekali.
Tuhan pula membangkitkan ketabahan dan memberi dorongan untuk ketahanan iman
dalam menghadapi tantangan yang berat sekalipun, karena justru dengan sikap
bertahan itu seseorang akan memperoleh keselamatan (Mat. 10:22).
II.5 “ETIKA DAN
TUGAS POKOK PEJABAT GEREJA”
Beberapa Jabatan
Dalam Perjanjian Lama
Imam, mengadakan pendamaian bagi
dirinya sendiri dan bagi bangsanya (Im. 9:7). Juga untuk menyelenggarakan
kebaktian di tempat kudus (Kel. 29:30, 33). Ia mendapat tugas pengantara antara
umat dan Tuhan. Lewat dia umat diberkati (Im. 9:23). Tua-tua, mereka
diberi kepercayaan untuk melakukan tugas penghakiman (Memberi putusan dalam
perselisihan; Memberi nasihat yang bijak dalam pemerintahan; Mewakili umat atau
masyarakatnya; Menjalankan tugas imamat; Memimpin dalam peperangan). Nabi, adalah
“penguji” umat Tuhan. Raja, sebelum diangkat raja harus diurapi. Dalam
hal ini nabi yang berperan melaksakan tugas ini. Tugas utamanya tentu adalah
memerintah bangsanya berlandaskan hukum (Ul. 17:18-20; Mzm. 72:2).
Beberapa Jabatan Dalam Perjanjian Baru.
Rasul-rasul,
Nabi-nabi, Pemberita Injil, Gembala, Pengajar (Ef. 4:11-12); Rasul, Nabi,
Pengajar, mereka yang mendapat karunia untuk *mengadakan mukjizat,
*menyembuhkan, *melayani, *memimpin, *berkata-kata dalam bahasa roh (1 Kor.
12:28); Penatua (1 Tim. 5:17-22); Penilik Jemaat, Diaken (1 Tim. 3:1-13).
Etika Jabatan
*Penilik
Jemaat (1 Tim. 3:1-7), Tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan
diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan
peminum, bukan pemarah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga
yang baik, disegani dan dihormati anak-anaknya, harus benar-benar bertobat,
tidak sombong, memiliki nama baik diluar Gereja; *Penatua (1 Ptr. 5:2-3; 1 Tim.
5:19-22), Sukarela, penuh pengabdian diri, menjadi teladan, menegor yang
berbuat dosa, tidak memihak, tidak terburu-buru menumpangkan tangan, menjaga
kemurnian diri; *Diaken (1 Tim. 3:8-13; Kis. 6:3b). Terhormat, tidak bercabang
lidah, tidak penggemar anggur, tidak serakah, memelihara rahasia iman dalam
hati nurani yang suci, harus teruji, tidak bercacat, bukan pemfitnah, menahan
diri, terpercaya, baik, penuh Roh dan hikmat.
III. GEREJA DITENGAH DUNIA
III.1 “PERANAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL”
Agama tidak
luput dari dampak pemikiran dan penghayatan baru, bahkan agama mengalami pembaruan,
pula menjadi pendorong pembaruan tanpa kehilangan nilai-nilai luhurnya. Dua unsur
penting, yakni hakikat dan panggilan Gereja, Gereja terjadi karena
kehendak Dia sang Kepala Gereja (Mat. 16:18; Ef. 1:22-23; 1 Ptr. 2:9). Gereja
tangguh menghadapi zaman dan Gereja dikaruniai kesanggupan oleh Tuhan untuk
memenuhi panggilanNya.
III.2 “RELEVANSI BERITA PASKAH DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA”
Dua tonggak sejarah : kebangkitan Yesus dan akhir
zaman (Why. 21) merupakan kepastian dalam karya panggilan para murid.
Dengan kata lain, amanat itu mengandung unsur kekal dan berlangsung dari
generasi ke generasi. Unsur lain yang dapat ditarik dari amanat itu ialah ciri
terbuka dan universal (“semua bangsa”, ayat 19). Dengan kata lain kuasa/amanat
yang diterima murid adalah sesuatu yang dikaruniakan dan dipercayakan, jadi
suatu mandat. Amanat dipercayakan kepada orang tertentu. Amanat diberikan dalam
ruang dan waktu dan berlaku sepanjang masa untuk mereka yang merasa dirinya
terpanggil. Amanat tidak dicetuskan tanpa ada yang mendengar atau melihat.
Amanat juga tidak ada harga tanpa tindak dan manfaat nyata dari Tuhan. Dalam
amanat tersirat pengertian panggilan, itulah sebabnya rasul Paulus melayani
sampai ke Eropa, dan juga orang Eropa melayani sampai ke Timur Jauh. Sedangkan
ruang lingkup Gereja Indonesia untuk menjalankan panggilannya adalah wilayah
nusantara.
III.3 “RELEVANSI BERITA PASKAH DALAM KEPRIHATINAN DAN
PENGHARAPAN MASA DEPAN BANGSA KITA”
berita paskah tak dapat dipisahkan dari berita tentang
sengsara dan kematian Tuhan Yesus. Kebangkitan Tuhan tidak akan terjadi, bila
sebelumnya Ia tidak mati. Kebangkitan selalu mengadnung arti, bahwa keadaan
sebelumnya parah atau tanpa harapan. Kesengsaraan yang dialami Yesus dikayu
salib menampakkan betapa rendahnya martabat manusia dan betapa lemahnya ia. Kita
dapat berbicara tentang masa depan, bila kita memahami hidup sebagai suatu
garis yang bergerak dari satu titik ke titik berikutnya. Sorotan Firman terhadap
masa depan tentu ingin kita ketahui. Allah dikenal sebagai Allah Perjanjian;
dengan kata lain, Ia mengikatkan diri pada pihak kedua dengan janji. Janji
selalu menyangkut masa depan. Abraham mengalami ikatan janji itu (Kej. 17:1-8)
dan keturunannya selanjutnya. Dan puncak harapan ialah janjiNya untuk
mendatangkan seorang Pemimpin Agung yang akan membawa keadilan dan
kesejahteraan (Yes. 9:5-6), yang akan
melayani umatNya laksana seorang hamba (Yes. 52:13 – 53:5). Allah juga berjanji
akan mendatangkan langit dan bumi yang baru, dimana tidak ada lagi air mata dan
maut (Why. 21:6). Kebangkitan Yesus dari antara orang mati membuktikan
kemampuan Allah untuk mengatasi keterbatasan insani dan mengalahkan kuasa maut.
Keterbatasan atau kelemahan serta kemusnahan selalu menjadi masalah yang
digumuli dan dikuatirkan. Kedua hal itu adalah kenyataan yang tak dapat
dielakkan. Dengan kebangkitan Yesus, Tuhan memperlihatkan bahwa ada kenyataan
lain pula yang berpengaruh atas kehidupan kita. Hidup kekal yang dianugerahkan
Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya (Yoh. 3:16).
III.4 “AIDS DAN SIKAP ORANG KRISTEN”
Dalam Alkitab hanya diceritakan
tentang adanya penyakit yang menjalar atau epidemi. Apakah gejala penyakit AIDS
sudah ada sejak dahulu kala?, AIDS sendiri ditemukan pada akhir abad XX dan
sudah merupakan keprihatinan sedunia. Tentu dipertanyakan apa yang menjadi
sebabnya. Dunia kita dilanda oleh sikap hidup dengan pergaulan bebas. Hubungan
yang tadinya dianggap wajar, berubah menjadi hubungan yang ganjil karena adanya
hubungan antara orang sejenis (homoseks), yang berlaku antara pria dengan pria
dan wanita dengan wanita (lesbian). Ada juga informasi yang mengatakan bahwa
AIDS berasal dari sikap homoseksual tersebut. Tuhan menciptakan manusia dengan
jenis pria dan wanita. Ia menghendaki supaya manusia pria memperoleh penolong
yang sepadan (Kej.2:18-20). Perbedaan itu diwujudkan agar insan berlainan jenis
itu saling melengkapi, bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental dan
spiritual. Begitu eratnya hubungan antara si laki-laki dan si perempuan,
khusunya dalam kehidupan berumahtangga, sehingga dengan hubungan itu Tuhan
hendak mencerminkan hubunganNya yang erat antara Dia dengan manusia, khususnya
Jemaat. Ketika Adam manusia laki-laki menyambut penolongnya yang sepadan dengan
sukacita, itu mencerminkan bahwa ia menghargai sosok tubuh yang ada didepannya
(Kej. 2:23). Bagi orang percaya perlu disadari bahwa dirinya adalah bait Allah
yang didalamnya Roh Allah diam (1 Kor. 3:16). Ia tidak dapat lagi bertindak
sewenang-wenang dengan dirinya, termasuk tubuhnya. Memang ia diberi kebebasan
untuk mengambil keputusan, tetapi selalu dengan tanggungjawab kepada Tuhan. AIDS
dan penyakit sejenisnya yang melanda dunia, yang obatnya belum ditemukan, dapat
dianggap sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri. Penyakit yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dapat juga disebut sebagai penyakit “sosial”.
IV. SIKAP DAN PELAYANAN KHUSUS
IV.1 “IDENTITAS SEORANG KRISTEN”
Membahas sikap hidup yang khas ini, kita harus bertolak
kepada Alkitab. Berbicara tentang “karunia” yang diberikan Allah kepada
seseorang untuk menjalankan suatu tugas. Dapat dikatakan bahwa “karunia” itu
mengandung kemampuan yang dimiliki oleh orang yang dipilih Allah (1 Kor.
12:28). Oleh sebab itu “karunia” itu pula adalah ciri khas yang ditentukan
untuk seseorang. Dalam tubuh Kristus ada berbagai macam “karunia” , karakter
dan watak. Apa yang telah menjadi “bakat” atau “watak”, kedua-duanya itu adalah
tanda pengenal diri yang pasti pada seseorang. Itulah Identitasnya. Alkitab
menceritakan bahwa perjumpaan dengan Kristus membuka kemungkinan menjadi
“manusia baru”. Tuhanlah yang pertama-tama bertindak, yang menyatakan
kemuarahanNya, sehingga tercipta perubahan watak. Perubahan menjadi “manusia
baru” itu digambarkan seperti suatu peralihan dari keadaan yang “gelap” ke
keadaan yang “terang” (1 Ptr. 2:9c). Adat-istiadat dapat membentuk kepribadian
seseorang. Bagi orang Yahudi sunat adalah tanda bahwa seseorang telah masuk
sebagai masyarakat Yahudi. Dapat dikatakan bahwa sunat adalah suatu identitas
keyahudian. Namun bagi Paulus, sunat bukan jaminan bahwa seseorang menjadi
pengikut setia Tuhan seperti Abraham. Pernyataan Paulus itu amat penting
artinya guna penentuan identitas seorang pengikut Kristus. Seorang pengikut
Kristus adalah orang yang merdeka. Ia bebas dari tuntutan hukum Taurat karena
Kristus telah membebaskan dengan menanggung sendiri kutuk hukum Taurat (Gal.
3:13). Salib adalah lambang khas yang terpancang sepanjang sejarah Gereja.
Lambang itu menunjuk kepada Dia yang rela menjadi kutukan, supaya pelanggar
hukum Allah luput dari hukuman yang dahsyat.
IV.2 “PELAYANAN KHUSUS (KATEGORIAL)”
Ibadah adalah salah satu kegiatan yang sudah menjadi
kebiasaan. Kegiatan semacam itu secara rutin diadakan juga oleh bagian-bagian
jemaat. Pada hakikatnya setiap kegiatan adalah Ibadah, ucapan rasa syukur kita
kepada Tuhan Gereja, yang memberikan ruang dan waktu kepada kita untuk
menghayati rahmat dan keagunganNya. Ungkapan yang paling konkret yang dapat
kita lakukan adalah mengasihi sesama kita.
IV.3 “DASAR DAN TUJUAN PELAYANAN ANAK/PERSEKUTUAN TERUNA”
Pelayanan Anak dan Persekutuan Teruna merupakan
wadah dalam pelayanan Jemaat, dimana putera/i sejak usia 3 tahun sampai dengan
17 tahun dibina dalam iman Kristen secara teratur dan terarah. Amanat agung
Tuhan menjadi titik tolak pelayanan. Yesus juga memberi perumpamaan tentang
siapa yang datang kepadaNya seperti anak kecil, maka ia akan menjadi penghuni
Kerajaan Surga. Seorang anak selalu tergantung kepada orang lain. Perasaan
tergantung itulah yang dikehendaki Tuhan (Mrk. 9:33-37). Alkitab menyingkapkan
bahwa Tuhan sangat memperhatikan anak-anak. Mereka masih polos dan lemah,
sehingga tergantung pada kemurahan dan bimbinganNya. Mereka perlu diisi dengan
nasehat dan petunjuk, yang memperkokoh iman dan memperluas pemahaman iman
mereka.
IV.4 “PEMUDA DAN
TANGGUNG JAWAB”
Masa muda adalah jangka
hidup yang penuh dengan pengalaman baru. Pada masa itu seseorang dibentuk.
Sebutan “muda” berarti “baru” atau “hijau”, dan oleh sebab itu perlu ditempa
dan dibentuk. Orang muda tidak peduli akibat dari tindakannya. Pada masa ini,
pemuda enggan kepada disiplin diri. Kalau hidup ini dapat dijalani seenaknya,
kenapa tidak. Itu sebabnya perlu direnungkan apa yang disampaikan Paulus kepada
Timotius. “latihlah dirimu beribadah....”. dalam melatih diri ada unsur
ketekunan dan ketabahan. Dan dalam hal, kita perlu memperhatikan : hubungan
kita dengan Allah, hubungan dengan alam sekitar, hubungan dengan sesama, dan
diri kita sendiri.
IV.5 “KEPEMIMPINAN”
Menjadi pemimpin
memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Ada yang dipanggil untuk menjadi
pemimpin, misalnya Musa dan Daud. Dan ada yang juga yang dipersiapkan untuk
mengganti pemimpin yang lama, misalnya Yosua. Setiap pemimpin mengalami
pembinaan. Walaupun Musa adalah pemimpin tunggal, ia dinasehati untuk membagi
kewenangannya kepada orang lain yang cakap.
IV.6 “APAKAH DALAM
ALAM MERDEKA MASIH DIPERLUKAN DISIPLIN”
Kemerdekaan tidak
berarti perbuatan sekehendak hati. Masih ada hukum kasih, dimana kepentingan
sesama perlu diperhatikan. Hukum menuntut kesadaran dan pengertian demi
kepentingan bersama. Kesadaran meminta ketaatan, ketepatan dan pengorbanan;
itulah yang disebut disiplin. Kristus sendiri menunjukkan disiplin itu (Flp.
2:8; Luk. 22-42). Guna memerdekakan kita dari belenggu dosa. Ia, yang
sebenarnya berdaulat, menempuh jalur sempit, yang kita sebut jalan kasih.
Kemerdekaan kita, kita peroleh dengan harga yang amat mahal : darah Kristus!, oleh sebab itu segala
daya, dana, sarana dan waktu perlu kita manfaatkan tidak dengan sembrono tetapi
dengan disiplin untuk membesarkan nama Dia yang telah memerdekakan kita.
V. FIRMAN ALLAH,
PEMAHAMAN DAN PEWARTAANNYA
V.1 “FIRMAN ALLAH
DAN ALKITAB”
Orang berpendapat bahwa
Kitab Suci itu diturunkan oleh yang dianggap Mahakuasa kepada seseorang atau
sekelompok orang untuk diteruskan kepada orang lain. Ajaran itu berisikan
nasihat dan petunjuk, dan hubungan dengan yang Mahakuasa. Alkitab bukan
merupakan satu kitab yang terdiri dari beberapa pasal seperti satu cerita ,
tetapi merupakan kumpulan karangan dari berbagai penulis. Walaupun berbagai
penulis dari berbagai zaman terlibat dalam penulisan kitab-kitab dalam Alkitab,
namun ada satu pokok cerita yang ingin disampaikan mereka semua, yakni
“perbuatan-perbuatan besar Allah”. Itulah sebabnya Alkitab kemudian menjadi
pedoman dalam hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Seseorang atau
nabi dipanggil Tuhan untuk meneruskan firmanNya kepada umatNya. Tuhan juga
memakai bahasa dan kebudayaan, juga cara berpikir manusia dalam menggambarkan
sesuatu. Tuhan menggunakan orang tertentu untuk meneruskan firmanNya, semua
berlangsung secara lisan, menjadi cerita, dan pada akhirnya menjadi tulisan. Alkitab
itu disampaikan Tuhan kepada penerusnya. Meski demikian, unsur manusia tidak
dapat mengurangi wibawa Alkitab, karena Tuhan sendiri berkenan menggunakan
manusia dengan kemampuannya yang serba lemah dan kurang itu untuk membawakan firmanNya.
V.2 “PEMAHAMAN
ALKITAB PERJANJIAN LAMA”
Perlu dipahami, bahwa tidak ada naskah asli yang
menjadi sumber semua naskah lainnya. Yang ada sebelumnya adalah bahan atau
ingatan yang diturunkan secara lisan kepada angkatan yang berikut. Baru kemudian
secara bertahap bahan itu dikumpulkan, digubah dan dibukukan. Alkitab
mengungkapkan pengalaman, pengakuan, kesaksian tentang Allah yang bertindak
dalam sejarah manusia. Kalau diteliti, kitab-kitab itu menggunakan berbagai
ragam corak sastra. Ada 2 peristiwa yang sangat penting yang menggema hampir
diseluruh kitab PL, yakni Kerajaan Selatan runtuh dan sebagian besar penduduk
dibuang kebabel serta Kerajaan Utara dengan ibukota Samaria jatuh ketangan
orang Asyur dan penduduknya juga diangkut ke negeri Asyur. PB tak dapat
dipahami tanpa PL. Latang belakang budaya dan alam pikiran orang Yahudi
menggema juga di PB. Tuhan Yesus sendiri mengutip nats dari PL.
V.3 “PEMAHAMAN
ALKITAB PERJANJIAN BARU”
PB tersusun dalam jangka waktu 300 tahun.
Bagian-bagian utam PB itu sudah ada sampai pada tahun 200. Pada tahun 367
Athanasius, mempertahankan suatu daftar, yang kemudian dibuat kanon. Daftar itu
diterima pada Sinode Roma dibawah pimpinan Paus Damasus tahun 382, juga pada
Sinode di Hippo Regius tahun 393 dan pada Sinode di Cartagho tahun 397 dan 419.
Dalam ilmu sastra dikenal istilah genre
untuk menandai suatu jenis atau corak yang digunakan pengarang untuk
mengungkapkan beritanya. PB terdiri dari berbagai corak sastra, bahkan dalam
satu kitab. Peristiwa pokok ialah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, yang
membahana disemua kitab. Peristiwa itu memberi kepastian keselamatan kepada
setiap orang yang percaya kepadaNya. Kepastian yang lain juga diungkapkan ialah
kedatangan Tuhan Yesus pada akhir zaman, dengan menyebut diriNya “Anak
Manusia”.
V.4 “KANONISASI”
Secara harfiah kanon berarti : penggaris, tali pengukur. Sedangkan dilingkungan
Gereja, kanon artinya daftar
kitab-kitab yang diakui Gereja. Kegiatan pengumpulan bahan lisan maupun tulisan
sudah terjadi pada abad-10 SM atau sebelumnya, dimana tersusun tingkat pertama
kitab Taurat dan Kitab nabi terdahulu. Tingkat kedua berlangsung abad ke-8
sampai ke-6 SM. Kitab-kitab lain tersusun dan diakui antara tahun 165 Sm. Dan
akhir abad 1 Masehi tercatat kira-kira tahun 100 diadakan rapat rabi untuk
menetapkan kanon seluruh kitab PL.
Kanon PL secara keseluruhan diakui pada pertengahan abad 1 Masehi. Mengenai
kanon PB, karangan historis tersusun sesudah surat-surat. Pada tahun 367
Athanasius dari Alexandria menetapkan kanon
27 kitab PB seperti yang kita kenal. Yohanes 20:30; 21:25 memberi kesaksian
bahwa masih banyak perbuatan Yesus yang tidak dicatat. Itu berarti bahwa telah
diadakan semacam pilihan dari peristiwa yang dikenal. Patokan apa yang
digunakan untuk memasukkan suatu kitab kedalam kanon. Ternyata penulisan oleh saksi mata dinilai tinggi atau
penulisan atas dasar penyaksian langsung orang lain. Dengan kata lain,
tulisan-tulisan itu perlu punya “ciri rasuli”-nya, yakni dibuat oleh
rasul-rasul itu sendiri atau oleh pendamping-pendamping mereka.
V.5 “YESUS DAN
HUKUM TAURAT”
Yesus dibesarkan dan
hidup dalam iklim kepercayaan Yahudi yang berakar pada Hukum Taurat. Kita
membaca bagaimana orangtuaNya pada usia delapan hari membawaNya untuk disunat.
Pada peristiwa itu Ia diberi nama Yesus. Kata Hukum Taurat merupakan kata
majemuk, yang sudah menjadi satu kesatuan pengertian. Banyak orang
menyingkatnya dengan Taurat saja. Pada hakikatnya istilah Taurat berarti pengajaran,
pedoman atau petunjuk, pengarahan, bukan
pertama-tama hukum. Tujuan hukum
Taurat ialah keutuhan dan kesejahteraan umat sebagai persekutuan Perjanjian. Ada
sikap asasi yang terungkap dari pernyataan Yesus sendiri : “Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.
V.6 “ALKITAB DAN
ILMU PENGETAHUAN
Manusia sekarang ini tidak dapat lepas dari ilmu
pengetahuan. Kemajuan suatu bangsa pun tergantung pada perkembangan IPTEK.
Dalam kaitannya dengan Alkitab, yang dimaksudkan adalah Firman Allah yang
terkandung didalamnya. Alkitab bukan sekedar buku, tetapi beritanya merupakan
Ilmu Pengetahuan. IPTEK merupakan prakarsa dan upaya manusia untuk menyingkapkan
rahasia yang menyelubungi alam sekitarnya dan dirinya. IPTEK tidak mungkin ada
kalau tidak ada obyek atau bahan yang hendak dikaji. Penerapan IPTEK dapat
melahirkan teori-teori baru. IPTEk berkembang dengan pesat. Manusia berhasil
memecahkan inti unsur-unsur dan memanfaatkannya. Manusia berhasil mengadakan
intervensi, campur tangan langsung pada suatu pertumbuhan alamiah. Seluruh kemampuan
manusia perlu diabdikan kepada Tuhan. Yang sering ditekankan dalam kehidupan
rohani ialah hati dan jiwa, sedang akal budi diabaikan, atau dipisahkan.
Mungkin itulah sebabnya IPTEK berkembang tak terkendali. Akal budi merupakan
alat pengungkap kebesaran Allah, karena Dialah yang memberikan kemampuan dan
kesempatan kepada manusia untuk bertindak selaku kuasa usaha atas alam dan menghamparkan segala kekayaan alam ke
bawah kaki manusia. Alkitab berkata bahwa “Pengetahuan bermula pada takut akan Tuhan” (Mzm. 111:10). Ciri khas
Ilmu Pengetahuan ialah sikap bertanya. Di bidang Ilmu Pengetahuan sikap
mengajukan pertanyaan dan mencari bukti itu tepat. Dengan upaya itu orang
berusaha menerobos tabir rahasia dan menyingkapkannya. Namun Tuhan lebih
menghargai sambutan Iman yang ikhlas. Penulis Ibrani merumuskan apa itu Iman
(Ibrani 11:1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar