Halaman

Rabu, 11 Desember 2013

SEMESTER 3 (LAPORAN BACA PWG DEWASA)

LAPORAN BACA

BINA WARGA
Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja
Oleh : Pdt. O. E. Ch. Wuwungan, D.Th.
BPK Gunung Mulia, 1995

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
PEMBINAAN WARGA GEREJA DEWASA
Yang Dibina Oleh :
Pdt. Natan, M.Th.

Nama : Roy Damanik
NIM : 2012.86208.04
Prodi : PAK

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
Komp. Jodoh Park No. 17 Sei Jodoh Batam
I. MAKNA KESELAMATAN DAN HARAPAN

I.1 “PENYELAMATAN ALLAH DALAM KRISTUS”
Dalam Alkitab satu-satunya pelaku keselamatan ialah Allah, meski menggunakan orang lain untuk proses tersebut. Allah sendiri yang memilih setiap orang dalam proses keselamatan tersebut. Orang yang dipilih Allah sebelumnya hanyalah perantara-perantara sementara, untuk keadaan tertentu yang meresahkan dan mencelakakan. Orang yang menjadi pemimpin umat itu tidak terlepas daripada cacat dan cela, sekalipun ia seorang raja yang sangat dikagumi seperti Daud dan Salomo. Yesaya menubuatkan seorang Raja Damai dengan kekuasaan yang tak ada batasnya, Raja yang sekaligus Hamba Allah itu, akan melakukan tugas keselamatan demi Allah tanpa cacat dan cela. Siapakah Dia, Dia adalah Yesus “seorang Hamba memberikan dirinya sepenuhnya untuk melayani. Kedudukannya begitu rendah dalam masyarakat, tetapi apa yang dilakukannya mempunyai makna dan manfaat. Tuhan Yesus menyebut diriNya Anak Manusia yang datang untuk melayani dana memberikan nyawaNya, supaya orang lain selamat (Mat. 3:17b). Dengan menyerahkan diriNya, sebagai tebusan, Yesus Kristus, membebaskan orang percaya dari segala kejahatan dan dari kumpulan orang yang dibebaskan itu, Ia membentuk umatNya, GerejaNya (Tit. 2:14). Oleh sebab itu Ia patut disebut Kristus, yakni Orang yang diurapi Allah, sebagai tanda pengangkatan menjadi pemimpin umat (Yoh : 4:25-26; Mat. 16:16-20; band. Maz. 18:51).

I.2 “KASIH ALLAH DAN KARYA PENYELAMATANNYA”
Makna istilah keselamatan perlu ditelusuri, baik dalam pemahaman sehari-hari maupun dalam pengertian Alkitabiah. Anggapan bahwa keselamatan diperoleh melalui kekuasaan politik muncul pada abad pertama dan ditampung dalam peribadahan untuk menyembah sang penguasa. Anggapan ini berasal dari dunia timur, tetapi dapat berpengaruh dimana-mana dan dimasa apapun. Anggapan itu kemungkinan besar berdampak pula atas anggapan apokaliptik orang Yahudi tentang Raja Mesias. Umat purba disadarkan bahwa kepastian itu hanya ada ditangan Allah. Dialah yang memelihara mereka, memberi perlindungan, dan menyelamatkan (Ul. 33:27-29; Mzm. 32:7). Dan kita juga harus meyakini bahwa Tuhan terus-menerus bertindak untuk menyelamatkan dan memperbaharui.

1.3 “HARI TUHAN”
            Ketika Tuhan Yesus ditanyai tentang saat kedatangan Kerajaan Allah, Ia mengatakan bahwa Kerajaan itu sudah ada diantara mereka yang bertanya. KuasaNya yang akan tampak sepenuhnya dimasa depan sudah dapat dirasakan dampaknya sekarang ini (Luk. 17:20-21). Hari kedatangan Tuhan kadangkala disebut dengan singkat sebagai “Hari Itu”, dan kata “Hari Itu” diberitakan dalam PL dan PB. Dari semua berita “Hari Itu” dalam PL dan PB ada tabir rahasia yang menutupi “Hari Itu”, tetapi pula ada penyingkapan yang gamblang bahwa Allah akan mengaruniakan ‘langit yang baru dan bumi yang baru’ dimana terdapat kebenaran sebagai janjiNya. Kepastian janji itulah yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap orang percaya.

I.4 “PENGHARAPAN KRISTEN”
            Pengharapan adalah kecenderungan untuk melihat masa depan sebagai keadaan yang lebih baik dan meraihnya dengan berbagai upaya. Bagi orang percaya masa depan itu ada ditangan Allah. Allah sendiri akan menurunkan “langit yang baru dan bumi yang baru” pada hariNya Tuhan. Bagi orang percaya hanya ada tiga sikap hidup “Iman, Pengharapan dan Kasih” (1 Kor. 13:13).

I.5 “PEMAHAMAN IMAN”
            Pemahaman Iman merupakan penjabaran sikap Gereja terhadap masalah-masalah yang dihadapinya pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Sikap itu mengungkapkan keyakinan imannya dengan melandaskan diri pada Alkitab sebagai sumber ilham dan tolok ukur dan dengan menimba dari pengalaman-pengalaman imannya. Dengan pemahaman Iman sebagai pengungkapan keyakinan iman, Gereja menyatakan kehadirannya ditengah-tengah sejarah dunia.
           
I.6 “HARTA KEKAYAAN TUHAN”
            Dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan alam semesta untuk menjadi sarana bagi manusia. Allah mempercayakan harta (ciptaan) tersebut kepada manusia untuk dikelola. Allah menyerahkan seluruh alam dan isinya kepada manusia untuk dikuasai dan dikelola, namun tidak diperkenankan untuk dikelola semena-mena. Dalam hal ini manusia diangkat untuk bertanggungjawab terhadap harta kekayaan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa kepada manusia ditanggungkan jawaban. Istilah ini berhubungan dengan pelaksanaan tugas. Tanggung jawab tersebut mengandung arti bahwa manusia ada dalam kedudukan yang lebih rendah dari Allah.        Mencipta adalah menata, dan Allah sendirilah yang melakukan peciptaan dan menata ciptaannya dengan baik. Dan hal penataan penciptaan manusia berada pada peranan yang lebih tinggi, karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Allah.

II. PEMAHAMAN TENTANG PANGGILAN

II.1 “MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH”
1.      Manusia merupakan ciptaan utama Allah; Hanya manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26-27).
2.      Manusia tidak diciptakan seorang diri.
3.      Manusia tidak dicipta sebagai boneka atau robot. Manusia diperhadapkan pada pilihan : jalan hidup atau jalan yang membawa kematian.

II.2 “TUGAS SURUHAN YANG UTUH (Dalam PL dan PB)”
            Orang yang disuruh diharapkan menaati apa yang dimaksud atau diperintahkan yang menyuruh. Ketaatan seperti itu diperlihatkan Yesus Kristus sampai akhir hayatNya (Filipi 2:8). Suruhan yang pertama-tama diterima manusia ialah supaya mereka beranakcucu dan bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya serta berkuasa atas segala margasatwa (Kej. 1:218). Dalam hal ini ada dua unsur utama, Allah sebagai sumber dan berita yang satu-satunya tentang Allah. Tugas suruhan bersumber pada Allah, Dialah yang memberi mandat suruhan dan kemampuan untuk menjalankan tugas. Firman atau amanat yag disampaikan Allah sebagi suruhan mewujud nyata dalam firman yang hidup, Yesus Kristus (Yoh. 1:14).

II.3 “MAKNA PANGGILAN”
            Panggilan mengandung hubungan antara dua pihak, yang memanggil dan yang dipanggil. Panggilan berbeda dengan perintah, karena yang pertama lebih bersifat ajakan, sedang yang kedua lebih bersifat keharusan. Kalimat panggilan mencerminkan kepercayaan kepada orang yang dipanggil. Dalam Alkitab hanya ada satu pihak yang memanggil, yakni Tuhan Allah. Ia memilih orang-orangnya langsung untuk menjalankan rencananya. Panggilan tidak tertuju kepada satu golongan masyarakat saja. Tuhan berdaulat untuk memberikan kepercayaan kepada siapa saja yang Ia kehendaki (Kel. 4:10; Mik. 3:8). Isi panggilan dapat berbeda-beda. Namun yang pasti amanat panggilan Tuhan itu selalu mengandung rencana keselamatan umat Tuhan.

II.4 “PELAYANAN DAN KESAKSIAN DALAM PERSPEKTIF”
            Jemaat mula-mula melakukan Pelayanan dan Kesaksian (PelKes), karena peristiwa kebangkitan Tuhan masih begitu hangat, bahkan saksi-saksi utama masih hidup. Aniaya dan derita tidak dapat menyurutkan semangat jemaat mula-mula untuk bersaksi (2 Tim. 1:11-12; 2 Kor. 6:4-7). Wilayah cakupan PelKes begitu luas, pada hakikatnya tidak terbatas (Kis. 1:8b). Itulah ciri universal Injil, menyebar keseluruh dunia. Tuhan telah memberikan gambaran tantangan yang akan dihadapi dalam Injil (Mat. 10:14). Ia tidak akan menerjunkan orang-orangNya ke dalam kancah yang tidak dikenal sama sekali. Tuhan pula membangkitkan ketabahan dan memberi dorongan untuk ketahanan iman dalam menghadapi tantangan yang berat sekalipun, karena justru dengan sikap bertahan itu seseorang akan memperoleh keselamatan (Mat. 10:22).

II.5 “ETIKA DAN TUGAS POKOK PEJABAT GEREJA”
Beberapa Jabatan Dalam Perjanjian Lama
Imam, mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri dan bagi bangsanya (Im. 9:7). Juga untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus (Kel. 29:30, 33). Ia mendapat tugas pengantara antara umat dan Tuhan. Lewat dia umat diberkati (Im. 9:23). Tua-tua, mereka diberi kepercayaan untuk melakukan tugas penghakiman (Memberi putusan dalam perselisihan; Memberi nasihat yang bijak dalam pemerintahan; Mewakili umat atau masyarakatnya; Menjalankan tugas imamat; Memimpin dalam peperangan). Nabi, adalah “penguji” umat Tuhan. Raja, sebelum diangkat raja harus diurapi. Dalam hal ini nabi yang berperan melaksakan tugas ini. Tugas utamanya tentu adalah memerintah bangsanya berlandaskan hukum (Ul. 17:18-20; Mzm. 72:2).
Beberapa Jabatan Dalam Perjanjian Baru.
Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pemberita Injil, Gembala, Pengajar (Ef. 4:11-12); Rasul, Nabi, Pengajar, mereka yang mendapat karunia untuk *mengadakan mukjizat, *menyembuhkan, *melayani, *memimpin, *berkata-kata dalam bahasa roh (1 Kor. 12:28); Penatua (1 Tim. 5:17-22); Penilik Jemaat, Diaken (1 Tim. 3:1-13).
Etika Jabatan
*Penilik Jemaat (1 Tim. 3:1-7), Tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati anak-anaknya, harus benar-benar bertobat, tidak sombong, memiliki nama baik diluar Gereja; *Penatua (1 Ptr. 5:2-3; 1 Tim. 5:19-22), Sukarela, penuh pengabdian diri, menjadi teladan, menegor yang berbuat dosa, tidak memihak, tidak terburu-buru menumpangkan tangan, menjaga kemurnian diri; *Diaken (1 Tim. 3:8-13; Kis. 6:3b). Terhormat, tidak bercabang lidah, tidak penggemar anggur, tidak serakah, memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci, harus teruji, tidak bercacat, bukan pemfitnah, menahan diri, terpercaya, baik, penuh Roh dan hikmat.


III. GEREJA DITENGAH DUNIA

III.1 “PERANAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL”
Agama tidak luput dari dampak pemikiran dan penghayatan baru, bahkan agama mengalami pembaruan, pula menjadi pendorong pembaruan tanpa kehilangan nilai-nilai luhurnya. Dua unsur penting, yakni hakikat dan panggilan Gereja, Gereja terjadi karena kehendak Dia sang Kepala Gereja (Mat. 16:18; Ef. 1:22-23; 1 Ptr. 2:9). Gereja tangguh menghadapi zaman dan Gereja dikaruniai kesanggupan oleh Tuhan untuk memenuhi panggilanNya.

III.2 “RELEVANSI BERITA PASKAH DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA”
            Dua tonggak sejarah : kebangkitan Yesus dan  akhir zaman (Why. 21) merupakan kepastian dalam karya panggilan para murid. Dengan kata lain, amanat itu mengandung unsur kekal dan berlangsung dari generasi ke generasi. Unsur lain yang dapat ditarik dari amanat itu ialah ciri terbuka dan universal (“semua bangsa”, ayat 19). Dengan kata lain kuasa/amanat yang diterima murid adalah sesuatu yang dikaruniakan dan dipercayakan, jadi suatu mandat. Amanat dipercayakan kepada orang tertentu. Amanat diberikan dalam ruang dan waktu dan berlaku sepanjang masa untuk mereka yang merasa dirinya terpanggil. Amanat tidak dicetuskan tanpa ada yang mendengar atau melihat. Amanat juga tidak ada harga tanpa tindak dan manfaat nyata dari Tuhan. Dalam amanat tersirat pengertian panggilan, itulah sebabnya rasul Paulus melayani sampai ke Eropa, dan juga orang Eropa melayani sampai ke Timur Jauh. Sedangkan ruang lingkup Gereja Indonesia untuk menjalankan panggilannya adalah wilayah nusantara.

III.3 “RELEVANSI BERITA PASKAH DALAM KEPRIHATINAN DAN PENGHARAPAN MASA DEPAN BANGSA KITA”
            berita paskah tak dapat dipisahkan dari berita tentang sengsara dan kematian Tuhan Yesus. Kebangkitan Tuhan tidak akan terjadi, bila sebelumnya Ia tidak mati. Kebangkitan selalu mengadnung arti, bahwa keadaan sebelumnya parah atau tanpa harapan. Kesengsaraan yang dialami Yesus dikayu salib menampakkan betapa rendahnya martabat manusia dan betapa lemahnya ia. Kita dapat berbicara tentang masa depan, bila kita memahami hidup sebagai suatu garis yang bergerak dari satu titik ke titik berikutnya. Sorotan Firman terhadap masa depan tentu ingin kita ketahui. Allah dikenal sebagai Allah Perjanjian; dengan kata lain, Ia mengikatkan diri pada pihak kedua dengan janji. Janji selalu menyangkut masa depan. Abraham mengalami ikatan janji itu (Kej. 17:1-8) dan keturunannya selanjutnya. Dan puncak harapan ialah janjiNya untuk mendatangkan seorang Pemimpin Agung yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan  (Yes. 9:5-6), yang akan melayani umatNya laksana seorang hamba (Yes. 52:13 – 53:5). Allah juga berjanji akan mendatangkan langit dan bumi yang baru, dimana tidak ada lagi air mata dan maut (Why. 21:6). Kebangkitan Yesus dari antara orang mati membuktikan kemampuan Allah untuk mengatasi keterbatasan insani dan mengalahkan kuasa maut. Keterbatasan atau kelemahan serta kemusnahan selalu menjadi masalah yang digumuli dan dikuatirkan. Kedua hal itu adalah kenyataan yang tak dapat dielakkan. Dengan kebangkitan Yesus, Tuhan memperlihatkan bahwa ada kenyataan lain pula yang berpengaruh atas kehidupan kita. Hidup kekal yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya (Yoh. 3:16).

III.4 “AIDS DAN SIKAP ORANG KRISTEN”
            Dalam Alkitab hanya diceritakan tentang adanya penyakit yang menjalar atau epidemi. Apakah gejala penyakit AIDS sudah ada sejak dahulu kala?, AIDS sendiri ditemukan pada akhir abad XX dan sudah merupakan keprihatinan sedunia. Tentu dipertanyakan apa yang menjadi sebabnya. Dunia kita dilanda oleh sikap hidup dengan pergaulan bebas. Hubungan yang tadinya dianggap wajar, berubah menjadi hubungan yang ganjil karena adanya hubungan antara orang sejenis (homoseks), yang berlaku antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita (lesbian). Ada juga informasi yang mengatakan bahwa AIDS berasal dari sikap homoseksual tersebut. Tuhan menciptakan manusia dengan jenis pria dan wanita. Ia menghendaki supaya manusia pria memperoleh penolong yang sepadan (Kej.2:18-20). Perbedaan itu diwujudkan agar insan berlainan jenis itu saling melengkapi, bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Begitu eratnya hubungan antara si laki-laki dan si perempuan, khusunya dalam kehidupan berumahtangga, sehingga dengan hubungan itu Tuhan hendak mencerminkan hubunganNya yang erat antara Dia dengan manusia, khususnya Jemaat. Ketika Adam manusia laki-laki menyambut penolongnya yang sepadan dengan sukacita, itu mencerminkan bahwa ia menghargai sosok tubuh yang ada didepannya (Kej. 2:23). Bagi orang percaya perlu disadari bahwa dirinya adalah bait Allah yang didalamnya Roh Allah diam (1 Kor. 3:16). Ia tidak dapat lagi bertindak sewenang-wenang dengan dirinya, termasuk tubuhnya. Memang ia diberi kebebasan untuk mengambil keputusan, tetapi selalu dengan tanggungjawab kepada Tuhan. AIDS dan penyakit sejenisnya yang melanda dunia, yang obatnya belum ditemukan, dapat dianggap sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dapat juga disebut sebagai penyakit “sosial”.

IV. SIKAP DAN PELAYANAN KHUSUS

IV.1 “IDENTITAS SEORANG KRISTEN”
            Membahas sikap hidup yang khas ini, kita harus bertolak kepada Alkitab. Berbicara tentang “karunia” yang diberikan Allah kepada seseorang untuk menjalankan suatu tugas. Dapat dikatakan bahwa “karunia” itu mengandung kemampuan yang dimiliki oleh orang yang dipilih Allah (1 Kor. 12:28). Oleh sebab itu “karunia” itu pula adalah ciri khas yang ditentukan untuk seseorang. Dalam tubuh Kristus ada berbagai macam “karunia” , karakter dan watak. Apa yang telah menjadi “bakat” atau “watak”, kedua-duanya itu adalah tanda pengenal diri yang pasti pada seseorang. Itulah Identitasnya. Alkitab menceritakan bahwa perjumpaan dengan Kristus membuka kemungkinan menjadi “manusia baru”. Tuhanlah yang pertama-tama bertindak, yang menyatakan kemuarahanNya, sehingga tercipta perubahan watak. Perubahan menjadi “manusia baru” itu digambarkan seperti suatu peralihan dari keadaan yang “gelap” ke keadaan yang “terang” (1 Ptr. 2:9c). Adat-istiadat dapat membentuk kepribadian seseorang. Bagi orang Yahudi sunat adalah tanda bahwa seseorang telah masuk sebagai masyarakat Yahudi. Dapat dikatakan bahwa sunat adalah suatu identitas keyahudian. Namun bagi Paulus, sunat bukan jaminan bahwa seseorang menjadi pengikut setia Tuhan seperti Abraham. Pernyataan Paulus itu amat penting artinya guna penentuan identitas seorang pengikut Kristus. Seorang pengikut Kristus adalah orang yang merdeka. Ia bebas dari tuntutan hukum Taurat karena Kristus telah membebaskan dengan menanggung sendiri kutuk hukum Taurat (Gal. 3:13). Salib adalah lambang khas yang terpancang sepanjang sejarah Gereja. Lambang itu menunjuk kepada Dia yang rela menjadi kutukan, supaya pelanggar hukum Allah luput dari hukuman yang dahsyat.

IV.2 “PELAYANAN KHUSUS (KATEGORIAL)”
            Ibadah adalah salah satu kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan. Kegiatan semacam itu secara rutin diadakan juga oleh bagian-bagian jemaat. Pada hakikatnya setiap kegiatan adalah Ibadah, ucapan rasa syukur kita kepada Tuhan Gereja, yang memberikan ruang dan waktu kepada kita untuk menghayati rahmat dan keagunganNya. Ungkapan yang paling konkret yang dapat kita lakukan adalah mengasihi sesama kita.

IV.3 “DASAR DAN TUJUAN PELAYANAN ANAK/PERSEKUTUAN TERUNA”
            Pelayanan Anak dan Persekutuan Teruna merupakan wadah dalam pelayanan Jemaat, dimana putera/i sejak usia 3 tahun sampai dengan 17 tahun dibina dalam iman Kristen secara teratur dan terarah. Amanat agung Tuhan menjadi titik tolak pelayanan. Yesus juga memberi perumpamaan tentang siapa yang datang kepadaNya seperti anak kecil, maka ia akan menjadi penghuni Kerajaan Surga. Seorang anak selalu tergantung kepada orang lain. Perasaan tergantung itulah yang dikehendaki Tuhan (Mrk. 9:33-37). Alkitab menyingkapkan bahwa Tuhan sangat memperhatikan anak-anak. Mereka masih polos dan lemah, sehingga tergantung pada kemurahan dan bimbinganNya. Mereka perlu diisi dengan nasehat dan petunjuk, yang memperkokoh iman dan memperluas pemahaman iman mereka.

IV.4 “PEMUDA DAN TANGGUNG JAWAB”
            Masa muda adalah jangka hidup yang penuh dengan pengalaman baru. Pada masa itu seseorang dibentuk. Sebutan “muda” berarti “baru” atau “hijau”, dan oleh sebab itu perlu ditempa dan dibentuk. Orang muda tidak peduli akibat dari tindakannya. Pada masa ini, pemuda enggan kepada disiplin diri. Kalau hidup ini dapat dijalani seenaknya, kenapa tidak. Itu sebabnya perlu direnungkan apa yang disampaikan Paulus kepada Timotius. “latihlah dirimu beribadah....”. dalam melatih diri ada unsur ketekunan dan ketabahan. Dan dalam hal, kita perlu memperhatikan : hubungan kita dengan Allah, hubungan dengan alam sekitar, hubungan dengan sesama, dan diri kita sendiri.

IV.5 “KEPEMIMPINAN”
            Menjadi pemimpin memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Ada yang dipanggil untuk menjadi pemimpin, misalnya Musa dan Daud. Dan ada yang juga yang dipersiapkan untuk mengganti pemimpin yang lama, misalnya Yosua. Setiap pemimpin mengalami pembinaan. Walaupun Musa adalah pemimpin tunggal, ia dinasehati untuk membagi kewenangannya kepada orang lain yang cakap.

IV.6 “APAKAH DALAM ALAM MERDEKA MASIH DIPERLUKAN DISIPLIN”
            Kemerdekaan tidak berarti perbuatan sekehendak hati. Masih ada hukum kasih, dimana kepentingan sesama perlu diperhatikan. Hukum menuntut kesadaran dan pengertian demi kepentingan bersama. Kesadaran meminta ketaatan, ketepatan dan pengorbanan; itulah yang disebut disiplin. Kristus sendiri menunjukkan disiplin itu (Flp. 2:8; Luk. 22-42). Guna memerdekakan kita dari belenggu dosa. Ia, yang sebenarnya berdaulat, menempuh jalur sempit, yang kita sebut jalan kasih. Kemerdekaan kita, kita peroleh dengan harga yang amat mahal : darah Kristus!, oleh sebab itu segala daya, dana, sarana dan waktu perlu kita manfaatkan tidak dengan sembrono tetapi dengan disiplin untuk membesarkan nama Dia yang telah memerdekakan kita.

V. FIRMAN ALLAH, PEMAHAMAN DAN PEWARTAANNYA

V.1 “FIRMAN ALLAH DAN ALKITAB”
            Orang berpendapat bahwa Kitab Suci itu diturunkan oleh yang dianggap Mahakuasa kepada seseorang atau sekelompok orang untuk diteruskan kepada orang lain. Ajaran itu berisikan nasihat dan petunjuk, dan hubungan dengan yang Mahakuasa. Alkitab bukan merupakan satu kitab yang terdiri dari beberapa pasal seperti satu cerita , tetapi merupakan kumpulan karangan dari berbagai penulis. Walaupun berbagai penulis dari berbagai zaman terlibat dalam penulisan kitab-kitab dalam Alkitab, namun ada satu pokok cerita yang ingin disampaikan mereka semua, yakni “perbuatan-perbuatan besar Allah”. Itulah sebabnya Alkitab kemudian menjadi pedoman dalam hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Seseorang atau nabi dipanggil Tuhan untuk meneruskan firmanNya kepada umatNya. Tuhan juga memakai bahasa dan kebudayaan, juga cara berpikir manusia dalam menggambarkan sesuatu. Tuhan menggunakan orang tertentu untuk meneruskan firmanNya, semua berlangsung secara lisan, menjadi cerita, dan pada akhirnya menjadi tulisan. Alkitab itu disampaikan Tuhan kepada penerusnya. Meski demikian, unsur manusia tidak dapat mengurangi wibawa Alkitab, karena Tuhan sendiri berkenan menggunakan manusia dengan kemampuannya yang serba lemah dan kurang itu untuk membawakan firmanNya.

V.2 “PEMAHAMAN ALKITAB PERJANJIAN LAMA”
            Perlu dipahami, bahwa tidak ada naskah asli yang menjadi sumber semua naskah lainnya. Yang ada sebelumnya adalah bahan atau ingatan yang diturunkan secara lisan kepada angkatan yang berikut. Baru kemudian secara bertahap bahan itu dikumpulkan, digubah dan dibukukan. Alkitab mengungkapkan pengalaman, pengakuan, kesaksian tentang Allah yang bertindak dalam sejarah manusia. Kalau diteliti, kitab-kitab itu menggunakan berbagai ragam corak sastra. Ada 2 peristiwa yang sangat penting yang menggema hampir diseluruh kitab PL, yakni Kerajaan Selatan runtuh dan sebagian besar penduduk dibuang kebabel serta Kerajaan Utara dengan ibukota Samaria jatuh ketangan orang Asyur dan penduduknya juga diangkut ke negeri Asyur. PB tak dapat dipahami tanpa PL. Latang belakang budaya dan alam pikiran orang Yahudi menggema juga di PB. Tuhan Yesus sendiri mengutip nats dari PL.

V.3 “PEMAHAMAN ALKITAB PERJANJIAN BARU”
            PB tersusun dalam jangka waktu 300 tahun. Bagian-bagian utam PB itu sudah ada sampai pada tahun 200. Pada tahun 367 Athanasius, mempertahankan suatu daftar, yang kemudian dibuat kanon. Daftar itu diterima pada Sinode Roma dibawah pimpinan Paus Damasus tahun 382, juga pada Sinode di Hippo Regius tahun 393 dan pada Sinode di Cartagho tahun 397 dan 419. Dalam ilmu sastra dikenal istilah genre untuk menandai suatu jenis atau corak yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan beritanya. PB terdiri dari berbagai corak sastra, bahkan dalam satu kitab. Peristiwa pokok ialah kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, yang membahana disemua kitab. Peristiwa itu memberi kepastian keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Kepastian yang lain juga diungkapkan ialah kedatangan Tuhan Yesus pada akhir zaman, dengan menyebut diriNya “Anak Manusia”.

V.4 “KANONISASI”
            Secara harfiah kanon berarti : penggaris, tali pengukur. Sedangkan dilingkungan Gereja, kanon artinya daftar kitab-kitab yang diakui Gereja. Kegiatan pengumpulan bahan lisan maupun tulisan sudah terjadi pada abad-10 SM atau sebelumnya, dimana tersusun tingkat pertama kitab Taurat dan Kitab nabi terdahulu. Tingkat kedua berlangsung abad ke-8 sampai ke-6 SM. Kitab-kitab lain tersusun dan diakui antara tahun 165 Sm. Dan akhir abad 1 Masehi tercatat kira-kira tahun 100 diadakan rapat rabi untuk menetapkan kanon seluruh kitab PL. Kanon PL secara keseluruhan diakui pada pertengahan abad 1 Masehi. Mengenai kanon PB, karangan historis tersusun sesudah surat-surat. Pada tahun 367 Athanasius dari Alexandria menetapkan kanon 27 kitab PB seperti yang kita kenal. Yohanes 20:30; 21:25 memberi kesaksian bahwa masih banyak perbuatan Yesus yang tidak dicatat. Itu berarti bahwa telah diadakan semacam pilihan dari peristiwa yang dikenal. Patokan apa yang digunakan untuk memasukkan suatu kitab kedalam kanon. Ternyata penulisan oleh saksi mata dinilai tinggi atau penulisan atas dasar penyaksian langsung orang lain. Dengan kata lain, tulisan-tulisan itu perlu punya “ciri rasuli”-nya, yakni dibuat oleh rasul-rasul itu sendiri atau oleh pendamping-pendamping mereka.

V.5 “YESUS DAN HUKUM TAURAT”
            Yesus dibesarkan dan hidup dalam iklim kepercayaan Yahudi yang berakar pada Hukum Taurat. Kita membaca bagaimana orangtuaNya pada usia delapan hari membawaNya untuk disunat. Pada peristiwa itu Ia diberi nama Yesus. Kata Hukum Taurat merupakan kata majemuk, yang sudah menjadi satu kesatuan pengertian. Banyak orang menyingkatnya dengan Taurat saja. Pada hakikatnya istilah Taurat berarti pengajaran, pedoman atau petunjuk, pengarahan, bukan pertama-tama hukum. Tujuan hukum Taurat ialah keutuhan dan kesejahteraan umat sebagai persekutuan Perjanjian. Ada sikap asasi yang terungkap dari pernyataan Yesus sendiri : “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.

V.6 “ALKITAB DAN ILMU PENGETAHUAN
            Manusia sekarang ini tidak dapat lepas dari ilmu pengetahuan. Kemajuan suatu bangsa pun tergantung pada perkembangan IPTEK. Dalam kaitannya dengan Alkitab, yang dimaksudkan adalah Firman Allah yang terkandung didalamnya. Alkitab bukan sekedar buku, tetapi beritanya merupakan Ilmu Pengetahuan. IPTEK merupakan prakarsa dan upaya manusia untuk menyingkapkan rahasia yang menyelubungi alam sekitarnya dan dirinya. IPTEK tidak mungkin ada kalau tidak ada obyek atau bahan yang hendak dikaji. Penerapan IPTEK dapat melahirkan teori-teori baru. IPTEk berkembang dengan pesat. Manusia berhasil memecahkan inti unsur-unsur dan memanfaatkannya. Manusia berhasil mengadakan intervensi, campur tangan langsung pada suatu pertumbuhan alamiah. Seluruh kemampuan manusia perlu diabdikan kepada Tuhan. Yang sering ditekankan dalam kehidupan rohani ialah hati dan jiwa, sedang akal budi diabaikan, atau dipisahkan. Mungkin itulah sebabnya IPTEK berkembang tak terkendali. Akal budi merupakan alat pengungkap kebesaran Allah, karena Dialah yang memberikan kemampuan dan kesempatan kepada manusia untuk bertindak selaku kuasa usaha atas alam dan menghamparkan segala kekayaan alam ke bawah kaki manusia. Alkitab berkata bahwa “Pengetahuan bermula pada takut akan Tuhan” (Mzm. 111:10). Ciri khas Ilmu Pengetahuan ialah sikap bertanya. Di bidang Ilmu Pengetahuan sikap mengajukan pertanyaan dan mencari bukti itu tepat. Dengan upaya itu orang berusaha menerobos tabir rahasia dan menyingkapkannya. Namun Tuhan lebih menghargai sambutan Iman yang ikhlas. Penulis Ibrani merumuskan apa itu Iman (Ibrani 11:1). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar