TUGAS LAPORAN BACAAN
BUKU: PUDARNYA KEBENARAN
Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme
Karya:
Douglas Groothuis
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
TEOLOGI KONTEMPORER
Yang Dibina
Oleh :
Dr.© Martomo Wahyudianto,
M.A.,C.E.,M.Th
Nama : Roy Damanik
Setelah saya membaca
buku “Pudarnya Kebenaran
Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Post Mordernisme”, karangan Douglas
Groothuis. Saya akan
meringkaskan beberapa hal yang saya temukan dalam buku tersebut dalam bentuk
bab per bab.
BAB
1
KEBENARAN
DALAM ANCAMAN BAHAYA
Ketika
Kebenaran mulai diragukan, tentu diikuti dan dipicu oleh alasan tertentu.
Memudarnya kebenaran
bermula dari pemikiran-pemikiran para filsuf yang dipengaruhi oleh pemahaman
filsuf lainya. Richard Rorty mengatakan bahwa kebenaran merupakan jalan bagi seseorang
untuk meloloskan diri. Para filsuf berpendapat bahwa kita saat ini sedang berada
dalam era postmodern, dimana kebenaran yang mutlak, objektif dan universal
tidak lagi dapat dipercaya. Pemudaran kebenaran ini tidak hanya berkembang dalam dunia filsuf, namun juga mulai
memasuki Gereja, Seminari dan Perguruan Tinggi Kristen. Beberapa pendukung pertumbuhan
Gereja menasehatkan agar
Gereja mengurangi
penekanan mereka atas kebenaran objektif dari doktrin Kristen, karena
orang-orang dalam postmodern hanya memiliki perhatian yang kecil untuk
kebenaran itu dan mereka hanya tertarik dengan berbagai kebutuhan yang mereka
rasakan. Kaum Injili tidak mempercayai kebenaran mutlak atau supremasi Kristus. Mereka lebih setuju
bahwa Tujuan hidup adalah untuk menikmati dan mendapat pemenuhan diri. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi pudarnya
kebenaran, yakni: Visi
abad Pencerahan yang mau memakai kekuatan akal manusia di dalam mengejar
pengetahuan universal dan penguasaan teknis atas dunia ini telah gagal; Ideologi kemajuan tidak
menepati janji-janji manisnya; Modernisme
telah dikalahkan postmodernisme, yang menurut Jean-Francois Lyotard, dicirikan dengan “ketidakpercayaan pada
metanarasi”.
BAB
2
DARI
MODERNISME MENUJU POSTMODERNISME
Postmodernisme
beranggapan bahwa kebenaran itu pragmatis, dimana jika kebenaran tidak
menunjuk pada realitas, maka ia akan
menjadi alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Postmodernisme
dan Modernisme pada umumnya
bersifat nonteistis, keduanya menolak teisme serta menegaskan agnostisisme
yaitu menegaskan kepercayaan kepada Allah yang berpribadi. Mereka menolak
eksistensi objektif dari Allah dan hal yang supernatural serta menganggap dunia
materi adalah segalanya
yang ada. Postmodernisme menempatkan bagitu banyak tantangan terhadap Teologi Kristen. Orang yang menerimanya percaya bahwa Teologi Kristen harus meninggalkan sisa-sisa
keterikatannya dengan modernisasi dan menerima model baru yang lebih sesuai
dengan pemikiran postmodern. Postmodernisme dan
modernisme saling bertentangan.
BAB
3
PANDANGAN
ALKITABIAH TENTANG KEBENARAN
Dalam Alkitab Kebenaran
disebut sebagai “emet” dalam bahasa Ibrani. Kata “emet” berkaitan dengan kebenaran yang berarti dukungan dan
stabilitas. Alkitab menyatakan bahwa kebenaran
diwahyukan oleh Allah yang berpribadi dan bermoral, yang membuat diri-Nya
diketahui. Ia mewahyukan diri-Nya secara umum melalui ciptaan dan hati nurani. Selain itu Allah juga mewahyukan kebenaran akan keselamatan melalui karya-Nya. Allah merupakan sumber dari kebenaran objektif yaitu
kebenaran yang tidak tergantung pada perasaan, hasrat, dan kepercayaan
subjektif. Allah adalah benar dan setia kepada
firman-Nya dan di dalam tindakan dan sikap-sikap-Nya. Kebenaran itu bersifat universal artinya diterapkan
dimana saja, meliputi apapun dan tidak meluputkan apapun. Kebenaran Alkitab
juga berlaku secara kekal baik dari zaman modern, postmodernis. Kebenaran
Allah tidak memiliki tanggal kedaluarsa dan tidak membutuhkan pembaharuan
apapun. Semua kebenaran merupakan kebenaran Allah.
BAB
4
KEBENARAN
TENTANG KEBENARAN
Sebuah pernyataan bisa
dibuktikan salah jika bisa ditunjukkan bahwa pernyataan itu tidak sesuai dengan
realitas objektif. Sedangkan dalam pemahaman orang Kristen secara historis menegaskan pandangan
korespondensi kebenaran mempercayai adanya alasan-alasan historis yang baik
untuk percaya bahwa Yesus Kristus bangkit dari kematian didalam sejarah, ruang
dan waktu yang membuktikan otoritas ilahi-Nya. Maka bagi orang Kristen,
pandangan korespondensi kebenaran bukan hanya satu dari sekian banyak pilihan.
Pandangan ini merupakan satu-satunya pandangan kebenaran yang berdasarkan
Alkitab dan logika. Mengabaikan dan menyangkalnya hanya menyebabkan bahaya yang
besar dan kehancuran bagi diri kita sendiri. Pemudaran kebenaran tidak bisa
dihentikan tanpa pandangan ini. Postmodernisme menolak pandangan korespondensi
kebenaran sebagai fiksi modernis. Mereka mengklaim bahwa kebenaran tidak
dibangun diluar pikiran atau budaya yang membentuk kepercayaanya. Kata
kebenaran hanya sebuah ciptaan bahasa yang memiliki banyak penggunaan dalam berbagai budaya.
BAB
5
TANTANGAN
POSTMODERNISME TERHADAP TEOLOGI
Teologi Kristen
diperhadapkan dengan tantangan untuk meninggalkan sisa-sisa keterikatannya
dengan modernisme dan menerima model baru yang lebih sesuai dengan pemikiran
postmodern. Agar teologi Kristen bisa memegang dasarnya dan maju didalam mengkonfrontasi
tantangan-tantangan, Teologi Kristen harus kuat dalam menegaskan kebenaran
proporsional Alkitab yang diilhamkan Allah
dan kemampuan Alkitab untuk diketahui secara rasional. Lebih jelas lagi
yang menjadi tugas Teologi adalah mengidentifikasi dan merumuskan secara logis,
koheren, dan meyakinkan kebenaran yang diwahyukan didalam Alkitab. Wahyu ilahi
selalu diberikan kepada orang banyak didalam beragam masyarakat. Akan tetapi
sumber wahyu bukanlah masyarakat itu, melainkan Allah yang bekerja melalui
masyarakat untuk menjadikan kebenaran objektif diketahui. Ketika postmodernis
berupaya merendahkan metanarasi, mendekonstruksi kebenaran menjadi permainan
bahasa dan menjadikan spiritualitas sebagai campuran dari unsur-unsur yang
hanya mengikat secara subjektif, maka kaum injili harus kembali mengedepankan
kebenaran objektif.
BAB
6
POSTMODERNISME DAN APOLOGETIKA
Dalam berapologet kita
harus meninggalkan ide-ide rasional,
kebenaran objektif dan penekanan pada proposisi dan lebih memilih apologetika
yang lebih bersifat komunal dan eksperensial. Alkitab mengajarkan bahwa
kebenaran Allah itu objektif dan personal. Yesus mempersonifikasikan kebenaran
karena semua yang dikatakan-Nya adalah benar dan hidup-Nya mencerminkan dan
mewujudkan kekudusan yang sempurna. Ketika kepercayaan dicampurkan dengan
kebenaran, dan tidak ada standart kebenaran apapun yang terpisah dari kepercayaan,
maka tidak mungkin ada alasan yang rasional untuk mengubah kepercayaan
seseorang, karena suatu kepercayaan hanya mengacu pada diri sendiri. Para
pengikut Kristus harus setia atau konsisten dengan kebenaran Allah.
BAB
7
APOLOGETIKA
TERHADAP ORANG POSTMODERN
Postmodern mendeskripsikan ulang
kebenaran, maka para apologet harus teliti saat mereka membuat pesan Kristen
manjadi relevan terhadap kebutuhan yang dirasakan oleh orang-orang non-Kristen.
Pada umumnya apa yang relevan bagi mereka bukanlah pandagan Alkitab akan
kebenaran atau kebenaran-kebenaran Alkitab itu sendiri. Ketika orang mengajukan
pertanyaan yang salah atau tidak mengajukan pertanyaan, orang-orang Kristen
perlu memperkenalkan konsep-konsep baru yang menyarankan cara berfikir yang baru.
Dalam konteks kita yang pluralitas dan postmodern kita perlu merumuskan
kebenaran Kristen dalamperbandingan dengan pandangan-pandangan yang berlawanan
hal ini bukan untuk berselisih melainkan untuk menjelaskan apa yang telah
dikemukakan dan apa yang tidak. Para apologet juga harus melakukan upaya apologetika baik yang
negatif maupun yang positif. Apologetika negatif ada dua makna yaitu menagkis
kritis terhadap wawasan dunia Kristen dan secara filosofis mengkritik wawasan-wawasan
dunia non-Kristen. Apaologetika positif berhhubungan dengan pemberian bukti dan
argumentasi bagi klaim-klaim inti Kristen. Keduanya ini merupakan upaya
strategis didalam konteks Postmodren.
BAB
8. ETIKA TANPA REALITAS ALA POSTMODERNIS
Postmodernis memilih etika yang sepenuhnya terkontekstualisaikan
sebagian dikarenakan ketakutan mereka akan kuasa metanarasi yang bisa mengekang
dan sudut pandangnya yang objektif. Kririk yang sering dinyatakan mereka adalah
dengan megutuk semua obat dikarenakan obat terbukti fatal, atau sama dengan
mengutuk semua mobil karena begitu banyak pengendara yang mati kecelakaan.
Postmodernisme mencampurkan sebuah kategori umum dengan sejumlah anggota dari
kategori tersebut yang telah menyimpang. Dengan hal ini Postmodernis
menciptakan kesalahan yang begitu mudah ditolak.
BAB
9. RAS, GENDER, DAN POSTMODERNISME
Alkitab
menaggapi kebenaran dalam ras dan gender yaitu Allah yang menciptakan alam
semesta melalui firman-Nya. Dunia merupakan ekspresi dari kuasa dan rancangan
Allah. Sang pencipta melihat dunia sebelum adanya manusia ini sebagai dunia
yang baik dan melihat manusia, yang dijadikan seturut gambar dan rupanya.
Manusia dari kedua gender dan semua ras
sama-sama diciptakan dalam gambar Allah dan sama-sama berdosa. Dosa mengenakan
bentuk yang berbeda pada budaya yang berbeda dan waktu yang berbeda, tetapi
para wanita dan pria dari semua ras
kehilangan kemuliaan Allah. Hal ini mengajarkan bahwa setelah kejatuhan, pria
akan berkuasa pada wanita ini merupakan sebuah konsekuensi dosa yang telah
meracuni dunia melalui pemberontakan manusia terhadap karakter dan
perintah-perintah Allah. Kaum wanita dan orang-orang dengan kulit berwarna lain
yang merasa tertekan akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda pada
teks Alkitab dan dengan demikian menemukan kebenaran yang diabaikan atau
diminimasikan oleh pihak-pihak lain. Kebenaran ini tidak didekonstruksi melainkan ditemukan. Orang-orang
Kristen akan setuju dengan asumsi bahwa semua manusia diciptakan di dalam gambar
dan rupa Allah dan harus dihormati (Kej 1:26), khususnya mereka yang paling
tidak berdaya, karena Allah memanggil kita untuk memelihara dan melestarikan
hidup (Kel 20:13). Postmodernis memilih etika yang sepenuhnya
terkontekstualisasikan, sebagian dikarenakan ketakutan mereka akan kuasa
metanarasi yang biasa mengekang dan sudut pandangnya yang objektif.
BAB
10
KEINDAHAN
YANG SEBENARNYA
Dari beberapa penyebab
pudarnya kebenaran dalam kekristenan, salah satunya adalah ide Postmodern yang
membawa seni tidak mengekspresikan nilai objektif, seni tidak bisa dievaluasi
atau diberikan peringkat berdasarkan properti dan nilai-nilai estetika yang
melampaui selera, pilihan dan gaya budaya yang subjektif. Meskipun seni bisa
mengekspresikan gaya, emosi, hasrat politis dan tren-tren budaya yang terus
berubah, seni tidak bisa menyampaikan kebenaran objektif. Banyak orang Kristen
yang telah menganut sejumlah sensibilitas postmodern mengenai kebenaran
artistik. Suatu penghormatan terhadap keindahan dan keunggulan estetika telah
meredup. Orang-orang Kristen seharusnya menghargai seni sebagai medium
kebenaran dan keindahan, dan dengan demikian menolak godaan-godaan
postmodern. Keindahan bukan hanya ada
didalam mata orang yang melihat. Orang yang menghormati Alkitab memiliki alasan
yang baik untuk mempercayai nilai estetika yang real dan untuk menolak
relativisme postmodern didalam seni dengan kekuatan penolakan yang sama seperti
dalam estetika atau teologi.
BAB
11
TITIK
TETAP DALAM SATU DUNIA POSTMODERN
Titik yang tetap
didalam dunia yang terus bergerak ini adalah kebenaran Alkitabiah dan semua hal
yang sesuai dengannya, karena semua kebenaran adalah kebenaran Allah. Kebenaran
berakar di dalam Allah yang adalah benteng yang kuat, tembok perlindungan yang
teguh. Dengan mengkhianati kebenaran, maka akan kehilangan suara, otoritas,
dukungan realitas, dan integritas. Jika kita ingin mampu melawan pemudaran
kebenaran, maka kebenaran haruslah menjadi milik yang paling kita hargai.
Kebenaran memudar sebagian besar dikarenakan orang-orang yang seharusnya
menjadi penutur dan penyandang kebenaran terlalu sering menghindari
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan secara ilahi, melalui sikap pengecut dan
ketidakacuhan atau keduanya. Jika kita menggunakan karunia-karunia kita yang
sesungguhnya untuk tujuan-tujuan yang bernilai, hal ini pastilah memberikan
rasa sukacita yang begitu melimpah dan bahkan rasa petualangan ketika kita
mengetahui bahwa kita bergerak didalam kehendak Allah bagi hidup kita (Roma
12:1-2). Ucapan-ucapan Yesus di dalam kitab Wahyu terbukti menjadi pengikat
yang teguh bagi orang-orang yang bertekad untuk setia kepada-Nya. Sebagai titik
yang tetap bagi kita. Yang Awal dan Yang Akhir.
KESIMPULAN
PEMBACA
Setelah saya membaca
dan meringkaskan buku Pudarnya Kebenaran ini, maka saya menyimpulkan beberapa
hal yang mengakibatkan terjadinya Pemudaran Kebenaran, antara lain :
1.
Visi abad Pencerahan
yang mau memakai kekuatan akal manusia di dalam mengejar pengetahuan universal
dan penguasaan teknis atas dunia ini telah gagal; Ideologi kemajuan tidak menepati
janji-janji manisnya; Modernisme
telah dikalahkan postmodernisme, yang menurut Jean-Francois Lyotard, dicirikan dengan “ketidakpercayaan pada
metanarasi”.
2. Situasi
sosial masyarakat yang hidup di lingkungan kosmopolitan yang dipenuhi media, menyebabkan
wawasan dunia yang tunggal tak dimungkinkan. Ide menemukan kebenaran objektif ditengah-tengah zaman
internet merupakan ilusi utopis dan
harus ditinggalkan.
3.
Bahasa merupakan
ciptaan manusia yang kontingen. Bahasa tidak bisa merepresentasikan satu pun
realitas yang diketahui secara objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar