TUGAS MAKALAH
KARYA PENYELAMATAN ROH KUDUS
BAGI ORANG BERDOSA
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
DOGMATIKA IV (PNEUMATOLOGI)
Yang Dibina
Oleh :
AGRIPA SALLY, M.A
Nama : Roy Damanik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Roh
Kudus merupakan salah satu pribadi dari Ketritunggalan Allah. Sebagaimana yang
dipahami oleh orang-orang Kristen pada umumnya, Roh Kudus merupakan penolong
yang diutus oleh Yesus Kristus, sesuai dengan janjiNya ketika Ia naik ke sorga.
Roh Kudus menjadi penghibur, penopang, penolong yang selalu ada dalam setiap
aspek kehidupan kita.
Ada
begitu banyak karya Roh Kudus dalam Alkitab, mulai dari kitab Kejadian sampai
dengan kitab Wahyu. Namun dalam makalah ini, penulis akan mengkhususkan
pembahasan tentang karya Roh Kudus dalam penyelamatan orang-orang berdosa. Penulis
akan menjabarkan seperti apa peranan Roh Kudus dalam proses penyelamatan
tersebut, dan bagaimana peranan Roh Kudus selanjutnya setelah orang berdosa
tersebut diselamatkan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1. Siapa itu Roh Kudus ?
2. Mengapa
manusia bisa berdosa
dan dari mana asal dosa ?
3. Apa saja yang menjadi karya Roh Kudus secara universal
?
4. Seperti apa karya penyelamatan Roh Kudus terhadap
orang berdosa ?
C.
TUJUAN
Adapun
yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1. Memahami dengan tepat, siapa itu Roh Kudus.
2. Memahami dengan tepat, asal
dosa dan mengapa manusia berdosa.
3. Memahami dengan tepat karya Roh Kudus secara umum.
4. Memahami karya penyelamatan oleh Roh Kudus bagi orang
berdosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TENTANG ROH
KUDUS
A.1. DEFENISI ROH KUDUS DALAM PL
Kata
Ibrani “Roh” (ruakh) juga berarti “angin” (Maz. 148:8; Yeh. 1:4) atau “napas”
(Yeh. 37:5), tetapi yang dimaksudkan bukanlah gejala alamiah yang bersangkutan
demikian, melainkan daya kekuatan yang ditemukan di dalam angin serta napas dan
yang tidak kita ketahui dari mana dan ke mana kekuatan itu. Pada mulanya Roh
Allah muncul sebagai kuasa Allah, yang bergerak seperti angin besar diatas
samudera raya, dan ikut serta dalam pekerjaan menciptakan langit dan bumi (Kej.
1:2). Roh dilukiskan sebagai nafas Allah yang memberi hidup kepada apa yang
diciptakan-Nya dan Roh ditarik kembali oleh Allah, maka ciptaan itu kembali
menjadi debu tanah (Maz. 104:29-30; Kej. 2:7). Dengan demikian kelanjutan hidup
manusia tergantung pada kehadiran Roh Allah di dalam diri manusia sendiri (Kej.
6:13).
Dapat dikatakan bahwa manusia diciptakan dan terus
hidup oleh karena Roh Allah (Ayb. 33:4). Lagi pula manusia memperoleh hidup
baru dari pada Roh (Yeh. 37:9-14).[1]
A.2. DEFENISI ROH KUDUS DALAM PB
Istilah
Yunani untuk Roh (Pneuma) juga mencakup “angin” dan “napas” (Yoh. 3:8; Why. 11:11).
Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus kelihatan lebih jelas dan Dia menonjol dalam
peristiwa yang berhubungan dengan kelahiran Yesus (Mat. 1:18; Luk. 1:35,41,67-68;
2:27). Pada pembaptisan Yesus, ia muncul “seperti burung merpati” (Mat. 3:16)
dan sering disebut dalam hubungan dengan Misi-Nya (Mat. 4:1; 12:28; Luk.
4:14,18; Ibr. 9:14). Dengan pesan perpisahan kepada murid-murid, Yesus menyebut
Roh Kudus sebagai “Penghibur” (Yoh.
14:16, 26; 15:26; 16:7). Kata asal Yunani (Parakletos) berarti pengacara yang
menangani kasus seseorang atau sekutu yang memihak, menguatkan dan memberi
semangat. Zaman baru yang dibuka dengan kematian dan kebangkitan Yesus
menghasilkan turunnya Roh Kudus sebagaimana dijanjikan (Kis. 2:1). Ia
menciptakan gereja dan memberikan kuasa untuk misinya dalam dunia.[2]
B. KARYA ROH
KUDUS SECARA UMUM
Roh Kudus mempunyai
peran penting dalam menumbuhkan kerohanian.
Dalam setiap aspek kehidupan, Roh Kudus menjadi sangat sentral. Tanpa
Roh Kudus, hidup orang percaya tidak mempunyai arti sama sekali. Karena Roh
Kuduslah orang percaya dapat mengenal Allah Bapa dan Yesus.
B.1.
Membawa Kepada Kebenaran
Ketika seseorang dibukakan mata
rohaninya oleh Roh Kudus, maka dia akan dapat mengerti kebenaran yang
tersembunyi yang selama ini ia tidak tahu.
Roh Kudus yang akan membuka mata hatinya untuk dapat mengerti tentang
kebenaran Firman Allah. Ketika manusia berada dalam pimpinan Roh Kudus maka ia
akan dibuka pikirannya sehingga ia dapat mengerti apa yang dia tidak mengerti
dahulu. Tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang dapat mencapai kebenaran yang
sempurna.[3]
B.2.
Memberi Kuasa Untuk Bersaksi
Roh Kudus adalah pribadi dari Allah
Tritunggal. Seperti dalam amanat agung yang disampaikan oleh Yesus bahwa Bapa,
Anak, dan Roh Kudus adalah sama hakekatnya. Seperti halnya dalam perjanjian
lama Allah memberi kuasa untuk para nabi untuk memberitakan firman Tuhan kepada
bangsa-bangsa, seperti itu jugalah kuasa yang diberikan oleh Allah lewat Roh
Kudus untuk memberikan kuasa bagi orang percaya untuk dapat bersaksi tentang
Yesus. Roh Kudus menolong orang percaya supaya dengan penuh kuasa
dapat meneruskan kepada orang
lain
kebenaran yang diajarkan oleh Roh Kudus kepadanya (I Kor. 2:1-5; I Tes. 1:5; Kis. 1:8).[4]
B.3.
Buah-buah Roh atau Karakter Kristus
Buah-buah Roh adalah hasil dari
penyerahan diri penuh kepada Allah. Roh Kudus mengarahkan watak manusia untuk
bebas dari sejumlah kewajiban dan larangan, sikap maupun perbuatan manusia,
tingkah laku maupun kepercayaan manusia. Sehingga yang dilakukan Roh Kudus
melepaskan apa yang telah ada dari dunia dari manusia itu sendiri. Kemudian Roh
akan memperbaharui watak manusia yang telah menyerahkan diri kepada-Nya. Roh kudus
akan menuntun agar manusia dapat berlaku dan bertindak sesuai kehendak Roh
Kudus. Kemudian manusia tersebut akan menunjukkan
buah
Roh dalam hidupnya, yakni : Kasih,
Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan,
Penguasaan Diri.[5]
C. TENTANG DOSA
C.1. DEFINISI DOSA
Dosa memiliki arti
dasar : tidak mengena pada sasaran, melanggar batas, tidak taat, memberontak. Dosa
didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang
menyebabkan manusia tidak taat, menyimpang dari tujuan Allah yang
menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga
tidak dapat dipandang sepele. Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat
kebinatangan manusia karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan
binatang. Dosa juga bukan nafsu fisikal manusia semata. Dosa adalah
pemberontakan terhadap Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa
melekat pada setiap manusia keturunannya seperti yang diungkapkan Daud, “Sesungguhnya, dalam dosa aku
dikandung ibuku.”[6]
C.2.
ASAL DOSA
Hegel pernah
mengatakan, “Kejahatan merupakan suatu langkah yang perlu di dalam perkembangan
sejarah.” Kalimat ini bisa berarti bahwa Allahlah yang menghendaki dosa itu ada
dalam sejarah manusia sehingga Ia dapat menunjukkan kebaikan-Nya, atau dengan
kata lain, dosa berasal dari kekekalan. Pandangan ini keliru karena hanya
Allahlah yang berasal dari kekekalan, dan didalam kekudusan-Nya, tidak mungkin
dosa memperoleh tempat. Jika dosa adalah atas kehendak dan prakarsa Allah,
pengusiran manusia dari kekudusan Allah merupakan sandiwara terbaik yang pernah
ada dalam sejarah manusia. Jika demikian, Allah adalah penipu.
Dosa berasal dari
Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan ia ingin
mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga memberontak terhadap Allah. Alkitab
berkata, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis
berbuat dosa dari mulanya” (1Yoh. 3:8). Iblis menggoda Hawa untuk melanggar
peraturan Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda
Adam. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya.
Rasul Yohanes berkata, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran” (Yoh. 8:44).
Memang Allah yang
memberi kehendak bebas kepada manusia, sehingga manusia bisa
memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi bukan berarti Allah
yang menghendaki manusia berdosa. Misalnya, seorang bapa membelikan anak
remajanya sebuah sepeda motor. Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih
luas beraktivitas dan menghemat banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka
menggunakan motor tersebut dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya
pada kecelakaan yang merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang
menghendaki kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa
yang telah diberi oleh bapanya.[7]
C.3.
ASPEK-ASPEK DOSA
Secara status, sejak
Adam dan Hawa, dosa sudah ada di hadapan manusia. Manusia adalah makhluk yang
berdosa dan karena itu sekaligus seteru Allah. Semua manusia telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). Ada pendapat yang
mengemukakan bahwa bayi yang lahir itu seperti kertas yang putih. Akan jadi apa
kertas itu nantinya tergantung dari yang menulis dan yang menggambar di
atasnya. Pandangan tersebut adalah pandangan yang salah. Jika manusia berdosa
sejak dari kandungan, berarti ketika dilahirkan, ia pun telah berdosa. Status
keberdosaan melekat pada
setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah sendiri
tidak melepaskannya. Status ini pun diikuti oleh rasa bersalah yang nyata dan objektif. Seorang
terpidana tetaplah seorang terpidana sampai hakim memutuskan bahwa ia tidak
lagi menjadi terpidana. Setiap
manusia yang berdosa harus mempertanggungjawabkan keberdosaannya di hadapan
Allah, karena secara legal
telah menyeleweng dari standar legal yang telah ditetapkan Allah. Namun,
pertanyaan apakah bayi yang baru lahir pasti masuk neraka, merupakan masalah
yang berbeda. Allah adalah adil dan Ia tahu apa yang terbaik yang harus
dilakukan-Nya.[8]
C.4.
AKIBAT DOSA
Ketika manusia jatuh
kedalam dosa, maka sekaligus juga ada resiko yang harus ditanggung akibat dari
ketidaktaatan tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi akibat dosa dan
pelanggaran yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa.[9]
KEMATIAN
ROHANI
Allah mengusir manusia
dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam
persekutuan dengan-Nya (Kej.
3:24). Ini merupakan kematian rohani bagi manusia. Roh manusia yang diberikan
oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga
menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rom. 3:23; Efe. 2:1).
KEMATIAN
JASMANI
Semula Allah tidak
menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa
menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab
mencatat, “Dengan
berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi
tanah” (Kej. 3:19).
RUSAKNYA
HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Manusia adalah serigala
bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa
saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup
dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak
fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kej. 3:12-13). Peristiwa
Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu
harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya.
RUSAKNYA
KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM
Pada mulanya Allah
menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan
sungguh amat baik. Alkitab mencatat, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya
itu sungguh amat baik” (Kej.
1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam
membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki
hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia
tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena
keserakahannya.
MANUSIA
AKRAB DENGAN PENDERITAAN KARENA DOSA.
Waktu manusia jatuh
dalam dosa Allah berfirman, “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat
banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu, maka terkutuklah tanah
karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu, dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah” (Kej.
3:16-19). Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan penderitaan fisik
dan psikis seumur hidupnya.
HUKUMAN
KEKAL
Dosa mendatangkan maut
dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal
manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. Di dalam neraka, manusia
mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini merupakan tempat yang mengerikan
di mana manusia tidak akan pernah mati lagi secara fisik. Ia akan menderita
karena ada api yang tak terpadamkan, ratap tangis dan kertakan gigi, ada
kegelapan yang mengerikan serta ada ulat yang terus-menerus menggerogoti tubuh
manusia berdosa. Jika manusia sudah masuk dalam neraka, ia tidak mungkin dapat
keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan untuk bertobat.
D. KARYA PENYELAMATAN
ROH KUDUS BAGI ORANG BERDOSA
Ketika Allah
menciptakan manusia, dan dalam sepanjang Alkitab, Allah tidak menginginkan
manusia ciptaannya itu binasa. Itu sebabnya Allah mengutus anaknya yang
tunggal. Dan ketika Yesus naik kesurga, Dia juga mengutus penghibur bagi
manusia, yaitu Roh Kudus. Lalu bagaimana karya Roh Kudus dalam proses
penyelamatan orang-orang berdosa. Dalam penjelasan berikut, akan dipaparkan
bagaimana karya Roh Kudus dalam penyelamatan orang berdosa, dimulai dari
manusia berdosa tersebut bertobat, sampai kepada hasil pertobatan itu menjadi
berkat bagi dirinya dan bagi orang lain. Alkitab mengajarkan bahwa dalam
tiap-tiap pekerjaan Allah, maka Bapa, Anak dan Roh Kudus selalu bekerja
bersama-sama. Kerja sama ini menurut J. Wesley Brill mulai dari pekerjaan penciptaan
alam semesta sampai dalam
penebusan manusia, dimana kuasa
untuk menciptakan berasal dari Bapa, kuasa untuk mengatur berasal dari Anak dan
kuasa untuk menyelenggarakan atau menyempurnakan berasal dari Roh Kudus. Dalam
proses keselamatan manusia,
Roh Kudus mengambil peran sebagai berikut[10] :
1)
Regenerasi
Regenerasi merupakan istilah teologis
yang digunakan untuk menjelaskan kelahiran baru. Didalam bahasa Grika, regenerasi atau
kelahiran baru menggunakan kata “paliggenesia”; palin berarti kembali dan
genesia berarti kelahiran, di gunakan untuk kelahiran kembali secara rohani
(Tit. 3:5), yang meliputi
komunikasi kehidupan baru. Ness mengemukakan bahwa regenerasi adalah suatu
tindakan di mana Allah memberikan hidup kepada orang yang percaya. Sedangkan
menurut Truscott bahwa dalam bahasa Inggris regenerasi menggunakan istilah “generate” yang berarti
menciptakan atau menghasilkan kehidupan. Dan hal itu menunjuk kepada pemulihan
kehidupan setelah kematian.
Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan
bahwa kelahiran baru secara rohani merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan
untuk memasuki kerajaan Allah. Dia menegaskan itu kepada Nikodemus, “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
kerajaan Allah”
(Yoh. 3:3). Hal ini berarti
bahwa kelahiran baru, merupakan
bagian yang penting didalam keselamatan.
Tanpa kelahiran baru, tidak mungkin seseorang dapat masuk
kedalam kerajaan Allah. Yesus
berkata, “Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu : kamu harus dilahirkan
kembali (Yoh. 3:7). Menurut Marantika
proses kelahiran baru,
dapat dijelaskan sebagai berikut
:
a. Firman
Allah yang membuahkan pertobatan yang dilukiskan dengan air yang membersihkan
(Yoh. 3:5).
b. Pekerjaan
Roh Kudus (Yoh. 3:5,
6-12)
c. Iman
kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:14,16), dimana fondasi kelahiran baru adalah hanya
oleh darah Yesus Kristus saja (1 Pet. 1:17-23).
Setelah seseorang mengalami proses
kelahiran baru atau regenerasi, maka
hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Regenerasi
menjadikan orang percaya menjadi
anak Allah. Ini berarti bahwa semua milik Bapa di Sorga itu tersedia baginya
sekarang dan selamanya (Yoh. 1:12; Gal. 3:26; Rom. 8:16-17).
b. Regenerasi
menjadikan seseorang ciptaan baru dengan hati yang baru (II Kor. 5:17; Efe. 2:10). Bukan
hanya perubahan fisik (Rom.
8:9), namun bentuk atau pola hidupnya tidak lagi mengikuti pola dunia.
c. Regenerasi
menjadikan orang-orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Ef. 4:24; Kol. 3:10).
d. Regenerasi
membuka kemungkinan kemenangan atas dunia (Rom. 8:1-2).
e. Regenerasi
mengakibatkan hadirnya ciri hidup kasih kepada semua orang (I Yoh. 3:14; 4:7).
2)
Adopsi
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan
yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang
menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru : “ya Abba, ya Bapa!”
(Rom. 8:23). Dalam bahasa Grika,
Adopsi menggunakan kata “huiothesia” yang artinya pemberian
posisi legal sebagai anak. Menurut Sualang kata ini terdiri dari “huios” yang berarti anak dan “thesis” yang berarti
menempatkan. Dengan demikian, Adopsi atau pengangkatan menjadi anak adalah
tindakan Allah yang dengannya seorang anak ditempatkan sebagai putra yang
memiliki hak penuh atas kepunyaan Bapa. Orang-orang percaya yang bertobat dan
dilahirkan baru diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dengan mengutip pernyataan Evan, Sualang
menyatakan bahwa ada berkat-berkat
dari Adopsi, diantaranya sebagai berikut
:
a. Kita
menjadi objek kasih
Allah (Yoh. 17:23) dan objek
pemeliharaan-Nya
sebagai Bapa (Luk. 12:27-33).
b. Kita
mempunyai nama keluarga (I Yoh. 3:1; Efe. 3:14,15); mempunyai
kemiripan keluarga (Rom.
8:29); mempunyai kasih keluarga (Yoh.
13:35;
I Yoh. 3:14); mempunyai roh
anak (Rom. 8:15; Gal. 4:6); mempunyai
pelayanan keluarga (Yoh. 14:23, 24; 15:8).
c. Kita
menerima ajaran seorang bapa (Ibr.12:5-11);
penghiburan seorang bapa (II
Kor. 1:14); warisan (I Ptr. 1:3-5; Rom. 8:17).
3)
Pengudusan
Tetapi sekarang, setelah kamu
dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang
membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal
(Rom. 6:22). Alkitab
mengajarkan bahwa “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr.
12:14). Begitu pentingnya pengudusan sehingga Menzies dan Horton mengemukakan
bahwa pengudusan adalah perbuatan memisahkan diri dari kejahatan, dan perbuatan
mengabdikan diri kepada Allah (Rom.
12:1-2;
I Tes. 5:23; Ibr. 13:12).
Dan hanya dengan kuasa Roh Kudus seseorang sanggup mematuhi perintah, “Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus” (I Ptr.
1:15-16).
Pengudusan dalam bahasa Grika
menggunakan kata “hagiasmos”, yang menurut Vine
digunakan dalam pengertian
a.
Dipisahkan untuk Allah, I Kor. 1:30; II Tes. 2:13; I Ptr. 1:2;
b. Jalan
hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut,
I Tes. 4:3-7;
Rom. 6:19; Ibr. 12:14.
Wesley J. Brill mengatakan bahwa ada 3
sarana pengudusan orang percaya yaitu antara lain :
a.
Orang percaya dikuduskan
oleh Firman Allah (Yoh. 17:17; 15:3).
b.
Orang percaya
dikuduskan oleh darah Kristus (Yoh.
1:7).
c.
Orang percaya dikuduskan
oleh Iman (Kis. 26:18; 15:9).
Selanjutnya menurut Marantika dalam
hubungannya dengan pengalaman kekristenan, pengudusan meliputi 3 aspek, yaitu :
a.
Pengudusan secara
posisi/kekudusan posisional (Positional Sanctification).
Di pisahkan dari dunia
dan mendapat kedudukan sebagai warga kerajaan Allah. Hal ini tidak diperdulikan
keadaan rohani orang itu, tapi pertobatan dari dosanya dan imannya kepada Tuhan
Yesus. Wimber menjelaskan bahwa kekudusan posisional tidak diperoleh melalui
usaha manusia. Manusia dinyatakan kudus dan diubah melalui iman kepada
penebusan Kristus yang telah mati di kayu salib. Lebih lanjut Sualang
mengatakan bahwa pada saat seseorang percaya kepada Kristus, ia di sucikan. Hal
ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut orang kudus dengan tidak
melihat tingkat rohani masing-masing (Ibr.10:10; Yud. 1,3).
b.
Pengudusan Pengalaman
(Experiental Sanctification)
Wimber mengatakan bahwa
kekudusan secara posisional tidak melepaskan tanggung jawab manusia untuk
bekerjasama dengan Allah dalam menaati perintah-Nya. Posisi kita di dalam
Kristus tidak menggantikan kondisi kita yang berdosa dalam dunia ini. Oleh
karena itu, menurut Marantika bahwa pengudusan secara pengalaman itu merupakan
proses, usaha terus menerus dilakukan untuk hidup kudus. Dan hal ini memerlukan
keuletan dan ketabahan. Lebih
lanjut Wimber mengatakan bahwa masalah yang dihadapi di dunia, yaitu sifat baru ini
terikat pada tubuh kedagingan. Daging merupakan sifat berdosa yang bekerja di
dalam manusia yang sudah di tebus. Prinsip dosa ini mempengaruhi keberadaan
orang percaya yang harus terus diatasi. Oleh karena itu, penting bagi setiap
orang percaya untuk selalu dipimpin oleh Roh kudus. Dimana menurut Sualang
bahwa Roh Kuduslah yang akan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh (Rom. 8:13) dan akan
menghasilkan buah Roh dari dalam hidup seseorang (Gal. 5:22-23). Dengan demikian, ada
perjuangan untuk hidup dalam anugerah dan di dalam kebenaran atau identitas
baru dalam Kristus. Perjuangan ini merupakan proses yang disebut pengudusan
progresif. “Saudara-saudaraku
yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita
menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian
menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. (2 Kor. 7:1).
c.
Pengudusan Akhir
(Perfected Sanctifitional)
Hal ini berarti
kedewasaan atau kesempurnaan total di saat Yesus kembali, yang akan mengubah
tubuh yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Fil. 3:20-21). Kesempurnaan
yang akhir akan datang. Sualang berkata bahwa dengan memandang pada
kesempurnaan yang akan datang, memberikan kekuatan kepada kita untuk menyucikan
diri sama seperti Dia yang adalah suci. Tetapi jika yang sempurna itu tiba,
maka yang tidak sempurna itu akan lenyap (I
Kor. 13:10).
KESIMPULAN
Roh
Kudus merupakan bagian dari Pribadi Allah yang menetap dan tinggal diam di
dalam dunia dan di dalam kehidupan manusia, yang mengatur manusia itu sendiri
sehingga ada persekutuan antara manusia dengan Allah. Sehingga apapun yang ada
di dalam kehidupan manusia adalah pilihan dan instruksi langsung dari Roh Kudus
yang mengatur dunia.
Ketika
manusia ada di dalam dosa, Roh Kudus sendiri yang akan menginsafkan dan memberi
hati untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan Allah. Mulai dari penginsyafan
yang dilakukan Roh Kudus, masuk kedalam pertobatan, lahir baru, diangkat oleh
Allah sebagai anakNya. Itu semua dilakukan dan dikerjakan Roh Kudus dalam
kehidupan manusia di dunia ini. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, mari
semakin dekat kepada Allah dan peka terhadap Roh Kudus yang merupakan pribadi
Allah sendiri yang ada dalam kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar