TUGAS
PRESENTASE
PERANAN DAN TANGGUNG
JAWAB SUAMI
DALAM KELUARGA
KRISTEN
Nama Kelompok:
Amnavel
Situmeang
Berta
Limbong
Casma
Kristina Pane
Ester
Simanjuntak
Januardi
Harefa
Rikawati
Sinaga
Rohani
Br. Sitorus Pane
Roscendana
Mau Kawa
Roy
Damanik
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena atas kemurahan-Nya tugas presentase ini dapat kelompok selesaikan dengan
tepat waktu. Tugas ini kelompok serahkan kepada pembina mata kuliah Pendidikan
Agama Kristen Dalam Keluarga, Bapak Paskah Parlaungan Purba, M.Pd.K, sebagai
salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa kelompok mengucapkan
terima kasih kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
seluruh mahasiswa.
Kelompok memohon kepada bapak dosen khususnya, umumnya para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas presentase ini,
baik dari segi bahasanya maupun isinya, kelompok mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang akan datang.
Batam,
Oktober 2015
Hormat
Kami
Kelompok 1 (Suami Dalam Keluarga)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuhan merupakan oknum pembentuk sebuah
keluarga, Allah telah merancang keluarga Kristen agar mengikuti struktur
tertentu. Pertama, Allah
telah menetapkan suami menjadi kepala keluarga. Namun bukan berarti
Allah memberikan hak kepada suami untuk mendominasi istri dan anak-anaknya. Allah
memanggil suami untuk mengasihi, melindungi, mencukupi kebutuhan, dan memimpin
keluarganya sebagai kepala keluarga. “Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Efesus 5:22-24). Suami bukanlah kepala rohani
yang utama dari istrinya, Yesus adalah pribadi yang memenuhi peran itu.
Yesus adalah kepala rohani dari gereja-Nya, dan istri kristen adalah anggota gereja,
sama halnya dengan suami kristen. Tetapi, di dalam keluarga, suami kristen merupakan
kepala dari istri dan anak-anaknya, dan ia harus berserah kepada otoritas yang diberikan
oleh Allah.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam pembahasan ini, adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan keluarga?
2.
Apa
saja perintah Allah terhadap suami?
3.
Apa
yang menjadi peranan dan tanggung jawab suami?
C. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan
ini, adalah:
1.
Memahami
apa itu keluarga.
2.
Memahami
perintah Allah kepada suami.
3.
Memahami
peranan dan tanggung jawab suami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI KELUARGA
Keluarga merupakan lembaga kecil yang
terdiri dari suami isteri; ayah, ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang
menjadi anggota keluarga. Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan apa yang
dimaksud dengan keluarga secara umum serta apa yang dimaksud dengan keluarga
Kristen.
1.
KELUARGA SECARA
UMUM
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dengan perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.[1]
Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? Memberi gambaran
tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi.[2]
1)
Merupakan
tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan
rohani.
2)
Merupakan
pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan
setiap karunia masing-masing.
3)
Merupakan
tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
4)
Merupakan
tempat untuk mentransfer nilai-nilai hidup bagi setiap anggota keluarga dan
saling belajar hal yang baik.
5)
Merupakan
tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya.
2.
KELUARGA KRISTEN
Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan
yang tak ternilai harganya. Keluarga Kristen memegang peranan yang penting
dalam PAK. Dengan demikian keluarga Kristen merupakan suatu persekutuan antara
anak-anak dengan ayah-ibunya, yang sanggup menciptakan suasana Kristen sejati
di dalam lingkungan mereka sendiri.[3]
Harianto GP dalam bukunya mengatakan
bahwa keluarga adalah lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi. Allah
mendirikan keluarga agar anak belajar dari orangtua. Sebelum membentuk jemaat
dan sebelum ada pemerintahan, Allah menahbiskan pernikahan dan keluarga sebagai
bangunan dasar masyarakat. Tidak ada tempat yang lebih baik dan penting untuk
menumbuhkan iman, dan menaburkan nilai-nilai kristiani selain keluarga.[4]
B. PERINTAH ALLAH TERHADAP SUAMI
Seperti yang sudah disampaikan
sebelumnya bahwa keluarga merupakan lembaga yang diciptakan oleh Allah sendiri.
Maka Allah memberikan perintah, baik kepada suami maupun kepada istri. Adapun
perintah-perintah Allah kepada suami adalah sebagai berikut:[5]
1.
Mengasihi
istrinya (Efesus 5:25).
2.
Menjadi
kepala atas keluarga (Efesus 5:23), istri atau anak tidak bisa menjadi kepala,
yang harus menjadi kepala adalah suami.
3.
Tunduk
kepada Kristus sang kepala Gereja (1 Korintus 11:3), dikatakan bahwa kepala setiap
laki-laki adalah Kristus, jadi seorang kepala keluarga harus berjalan pada
jalan Kristus, karena seorang suami berada di bawah Kristus.
4.
Bersatu
dengan istrinya (Kejadian 2:24), mengajarkan kepada kita bahwa seorang suami
harus bersatu dengan istrinya.
C. PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB SUAMI
Perintah Allah sekaligus menjadi peranan
dan tanggung jawab suami dalam keluarga Kristen. Adapun yang menjadi peranan
dan tanggung jawab suami dalam keluarga Kristen, adalah:
1.
TANGGUNG JAWAB
SUAMI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung
jawab merupakan keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga
berkewajiban menanggung, memikul jawab atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya. Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan, baik yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu
sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti
masing-masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya masing-masing.[6]
Suami yang bertanggung jawab adalah
ketika ia tahu dan melakukan apa yang Allah harapkan serta tahu apa yang
istrinya harapkan. Firman Tuhan menyatakan tugas utama suami di dalam Efesus
5:25 “Hai suami, kasihilah isterimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya”. Tugas dan tanggung jawab yang mulia dari seorang suami adalah mengasihi
istrinya. Untuk itu, tanggung jawab adalah suatu hal yang sangat penting dalam
kehidupan, karena tanggung jawab menyangkut orang lain dalam hal ini istri dan
terlebih diri sendiri. Jika seorang suami melalaikan tanggung jawab, maka kualitas dari dirinya akan
rendah. Mengasihi istri perlu dijabarkan dalam langkah-langkah konkrit
dan tindakan nyata.[7]
1)
Sebagai Pemimpin Rohani Terhadap Istri
Pemimpin
rohani terhadap istri berarti suami harus mendoakan, mengasihi dan memimpim
istri sesuai dengan peraturan Allah:
a.
Mencintai
istrinya seumur hidup,
sumpah atau janji setia pada saat upacara pernikahan merupakan tanggung jawab
utama yang sangat penting seorang suami
b.
Memberi rasa
aman,
mencukupi kebutuhan ekonomi
c.
Memberi rasa
nyaman,
mengasihi dengan tulus, menjadi pelindung
d.
Memimpin berarti
memimpin dan mengasihi serta melayani, bukan menuntut atau berlaku sebagai
bos, sebab Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat.
20:28; Ef. 5:25; Kol. 3:9)
e.
Memimpin berarti
bergaul dan memberi waktu (Yoh. 1:39, 43; Mark. 1:17, 3:14)
f.
Memimpin berarti
menjadi teladan
(1 Kor. 4:16; Fil. 3:17; 1 Tim. 4:12)
g.
Memimpin berarti
rela berkorban
(Ef. 5:28-30)
h.
Tidak memukul
atau berlaku kasar,
sebab istri adalah milik Kristus dan tubuh istri adalah bait Roh Kudus (1 Kor.
6:19-20; Kej. 2:18-24), memukul istri berarti memukul milik Allah
i.
Mengagumi dan
memberi penghargaan
pada istri (Mz. 139:13-14)
j.
Memperhatikan dan
memelihara hubungan pribadi dengan sopan dan hormat. Tubuh suami
adalah milik istri dan sebaliknya (1 Kor. 7:4; Kej. 2:24; Ef. 5:31), ekspresi
cinta harus benar dan tidak boleh egois. “Demikian
juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijak sama dengan istrimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”
k.
Selain
Kristus, istri mendapat tempat pertama
dihati suami (Mat. 10:37)
l.
Menyediakan
waktu
bagi istri dan anak untuk bersama, berdoa dan membuka Alkitab bersama (Maz.
127:1; 119:105; Mat. 6:33)
m.
Melayani Tuhan
bersama,
sebagai contoh Akuila dan Priskila (Kis. 3:11; Rom. 16)
2)
Pemimpin Anak
Selain
menjadi pemimpin rohani terhadap istri, suami juga menjadi pemimpin terhadap
anak.
a.
Penanggung
utama terhadap anak (Ams. 1:8; 6:20)
b.
Ayah
adalah pemimpin anak, melalui pikiran, perbuatan dan teladan (1 Kor. 3:11; Ef.
5:23)
c.
Menghargai
anak sebagai ciptaan Allah (Maz. 127:3; 139:1)
d.
Memperhatikan
kebutuhan anak secara total, tubuh jiwa dan roh dengan penuh tanggung jawab
e.
Memberi
teladan bagi anak untuk hidup hormat dan takut akan Tuhan
2.
PERANAN SUAMI
Dalam keluarga, seorang suami mempunyai
peranan yang cukup besar, baik terhadap istri maupun terhadap anak.
1)
Peranan Terhadap Istri
Suami
harus mampu menciptakan keakraban dan kemesraan bagi istri. Hal ini sering
kurang diperhatikan dan dilaksanakan. Padahal istri sebagai ibu, bila tidak
mendapat dukungan keakraban dan kemesraan dari suami, bisa jemu terhadap semua
kegiatan rumah tangga, mengurus keluarga, membesarkan anak, dan pekerjaan di
luar rumah, akhirnya uring-uringan dan cepat marah sehingga merusak suasana
keluarga. Ibu yang merasa tidak aman dengan adanya suasana keluarga yang gaduh,
akan mengakibatkan anak merasa tidak aman dan tidak senang di rumah. Agar
suasana keluarga bisa terpelihara baik maka perlu tercipta hubungan yang baik
antara suami istri.[8]
2)
Peranan Terhadap Anak
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan yang menjadi peranan suami terhadap anak, antara
lain:[9]
a.
Cinta dan Kasih
Sayang
Anak-anak memerlukan cinta dan kasih
sayang dari seorang ayah. Cinta dan kasih perlu diungkapkan dan
didemonstrasikan.
b.
Anak-Anak
Memerlukan Peraturan-Peraturan
Ayah perlu memberi peraturan untuk
kehidupan anaknya dengan hikmat dan perlu dikomunikasikan dengan kasih.
Peraturan itu sangat diperlukan dalam kehidupan keluarga.
c.
Ayah Perlu
Mengetahui
Ayah perlu memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anaknya. Dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
anak-anaknya seorang ayah akan lebih memahami, menghargai dan dapat
berkomunikasi dengan mereka.
d.
Ayah Juga
Manusia
Seorang ayah perlu menyadari dan mau
mengakui di hadapan anak-anaknya bahwa ia manusia biasa. Seorang ayah harus
berani meminta maaf kepada anak-anaknya karena sesuatu yang telah dikatakan
atau yang telah dilakukannya.
e.
Ayah Adalah
Pemimpin
Alkitab memandang ayah sebagai seorang
pemimpin keluarga. Kepemimpinan ayah yang paling penting adalah dalam hal moral
dan rohani. Anak-anak perlu melihat ayah mereka memimpin pertumbuhan rohani dan
keagamaan dengan melihat secara nyata bahwa ayah mereka adalah penyembah dan
orang beriman yang sungguh-sungguh. Kehidupan rohani ayah perlu nyata dalam
keluarga.
f.
Membuka Diri dan
Dapat Dihampiri,
seorang ayah seharusnya dapat dihampiri anak-anaknya. Seorang ayah perlu
memberikan waktu yang tidak terikat kepada anak-anaknya supaya menciptakan
iklim yang lebih baik untuk mendengar dan bercakap-cakap. Saat-saat yang
membangkitkan minat dan keterbukaan dan keseriusan anak-anak tidak selalu
datang pada konteks yang diharapkan. Oleh karena itulah seorang ayah perlu
membuka diri dan dapat dihampiri oleh anak-anaknya setiap waktu, untuk
mendengar apa yang dikatakan anak-anaknya.
BAB III
KESIMPULAN
Ayah merupakan panutan bagi
anak-anaknya, untuk itu sebaiknya seorang ayah dapat menjadi contoh yang baik
bagi anak-anaknya dan mampu memberi rasa nyaman terhadap istrinya. Tidak ada
suami yang sempurna. Tidak ada kepala keluarga yang siap 100% untuk menjadi
kepala keluarga yang sempurna. Berbagai keterbatasan dan kekurangan, baik
secara fisik, mental dan pikiran yang ada dalam diri seorang suami membuatnya
sadar bahwa dia memerlukan seorang penolong dan Allah telah merespon hal ini
dengan memberinya seorang istri. Seseorang yang di mata Allah dapat menjadi
penolong yang sepadan bagi suami.
Ketidaksempurnaan seorang suami tidak
perlu membuatnya berputus asa, tetapi seharusnya mendorong dia untuk terus
belajar memahami dan mempraktekkan kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupannya.
Perubahan demi perubahan akan dialami bila secara konsisten taat pada Firman
Tuhan. Dalam pernikahan Kristen seorang suami diharapakan menjadi pribadi yang
memenuhi kehendak Allah.
Keluarga merupakan suatu sistem sosial
terkecil yang di dalamnya terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang masing-masing
memiliki peran. Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak-anak memiliki
pemikiran kritis akan banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa. Pertanyaan-pertanyaan
yang terlontar dari mulut seorang anak sebaiknya dijawab dengan jawaban yang
jujur dan dapat memuaskan hati anak. Pendidikan moral dan kejujuran bagi
seorang anak berawal dari kelurga, melalui orang tua secara khusus ayah. Hal
ini yang dapat membentuk karakter anak di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab
Enklaar,
I.H; E.G. Homrighausen: Pendidikan Agama
Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
Gunarsa,
Singgih D: Psikologi Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)
Harianto:
Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab
& Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012)
Kristianto,
Paulus Lilik: Prinsip & Praktik
Pendidikan Agama Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan
Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008)
https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
[2] Paulus Lilik Kristianto: Prinsip & Praktik Pendidikan Agama
Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama,
dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008) hal. 139-140.
[3] I.H. Enklaar; E.G. Homrighausen:
Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2011) hal. 128-129.
[4] Harianto GP: Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab &
Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012) hal. 69.
[5] https://dermawanlaoli.wordpress.com/2013/04/09/ringkasan-buku-rencana-allah-bagi-rumah-tangga-kristen-joice-coon-isaac-margareth-simbiri/
[6]
http://kbbi.web.id/tanggung%20jawab
[7] https://pembaharuankeluarga.wordpress.com/2011/03/25/414/
[8] Singgih D. Gunarsa: Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)
[9] Paulus Lilik Kristianto: Prinsip & Praktik Pendidikan Agama
Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama,
dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008) hal. 147-149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar