TUGAS
PRIBADI
TOKOH PENDIDIKAN
MASA REFORMASI
TOKOH-TOKOH
REFORMASI
1.
John
Wyclife (1324-1384)
John
Wyclife merupakan seorang reformator yang hidup sebelum peristiwa reformasi
pada tahun 1517. Dia disebut sebagai “the
Morning Star of the Reformation” (bintang fajar Reformasi) karena ketegasannya
terhadap otoritas Paus (bahkan nantinya ia menyebut Paus sebagai si
Anti-Kristus) dan penolakannya terhadap praktik dan pengajaran yang tidak
alkitabiah di dalam gereja; semangat yang nantinya diteruskan oleh para
reformator. Sumbangsih terbesar Wyclife untuk gereja ialah usahanya
menerjemahkan Alkitab dalam bahasa asli ke dalam bahasa setempat, dalam hal ini
bahasa Inggris. Pada masa itu, Gereja Roma Katolik menggunakan kitab Suci
maupun tata ibadah (baik doa dan kotbah) berbahasa Latin, meskipun banyak
jemaat tidak mengerti bahasa Latin. Akibatnya, ibadah menjadi tak ubahnya
seperti upacara yang wajib jemaat hadiri tiap minggu tanpa mengerti apa makna
dan faedahnya. Gereja juga melarang jemaat memiliki dan membaca Alkitab untuk
menghindari apa yang mereka sebut salah tafsir. Namun, Wyclife menentang kedua
hal tersebut. Ia beranggapan bahwa jemaat berhak membaca dan memiliki Alkitab
serta memahaminya dalam bahasa mereka sendiri. Menggunakan salinan tulisan tangan
Vulgata (Alkitab terjemahan bahasa Latin), Wycliffe berusaha keras membuat
Kitab Suci agar dapat dimengerti oleh orang- orang sebangsanya yang berbahasa
Inggris. Edisi pertama diterbitkan. Penerbitan kedua mengalami perbaikan tetapi
baru selesai dikerjakan setelah Wycliffe meninggal. Edisi itu dikenal sebagai “Alkitab
Wycliffe”, dan dibagi- bagikan secara ilegal oleh para Lollard (skolar dari
Oxford). Tindakan Wyclife ini menimbulkan kebencian yang mendalam pada kubu
Roma Katolik. Sedemikian bencinya, tiga puluh satu tahun setelah Wycliffe
dikuburkan, Konsili Konstanz mengucilkan dan menghukum dia. Pada tahun 1428
kuburannya digali dan tulang-tulangnya dibakar, abunya disebarkan di sungai
Swift. Namun, sebagaimana air mengalirkan abunya kemana-mana, semangatnya juga
menyebar dan membangkitkan kesadaran banyak orang pentingnya membaca dan
memahami Alkitab.
2.
Martin
Luther (1483-1546)
Luther
kecil terlahir dari kalangan keluarga bangsawan, maka tidaklah mengherankan
bila ia mendapatkan kesempatan untuk belajar di universitas terkemuka.
Pendidikan yang ia terima, membuatnya menjadi seorang yang kritis dan disegani.
Namun, sebuah pengalaman selamat dari bahaya petir membuatnya meninggalkan
semua itu dan berkomitmen untuk menyerahkan hidupnya menjadi seorang biarawan,
meski orang tuanya tidak menyetujui keinginannya tersebut. Namun, Luther tak
peduli. Selama menjalani pembentukan di biara, Luther merupakan seorang yang
sangat pandai dan saleh. Semua itu diperbuatnya untuk mencapai kepastian
tentang keselamatannya. Tetapi, semuanya justru membawa dia dalam
ketidakpastian. Pembelajarannya terhadap Roma 1:16-17 akhirnya membawa dia pada satu keyakinan
bahwa kesalehan seseorang tidak akan membawa seseorang dekat kepada Tuhan. Hanya
oleh anugerah Tuhan yang diterima melalui iman lah, Tuhan membawa seseorang
berkenan kepadanya. Pemahaman ini membuat dia merasa celik dan bersukacita. Penemuan
Luther ini tidak menjadi titik tolak meletusnya gerakan reformasi. Pada masa
pemerintahan Paus Leo X diadakan penjualan Surat Indulgensia (penghapusan
siksa) untuk pembangunan gedung Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan
hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan memiliki Surat Indulgensia,
dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan imam
tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh.
Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas
pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat mata uang
berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan
dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa. Luther tidak dapat
menerima praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak.
Itulah sebabnya ia mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan
perdebatan teologis mengenai Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther
merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg,
31 Oktober 1517. Akibat dari penempelan dalil ini membuat ia harus mengalami
bermacam tekanan dari Roma Katolik, namun ia tidak peduli, sebab ia tidak bisa
membiarkan hati nuraninya terdiam melihat gereja menginjak-injak kebenaran
Allah. Tanggal penempelan dalil ini kemudian diperingati sebagai Hari
Reformasi.
3.
Ulrich
Zwingli (1484-1531)
Zwingli
lahir di Swis dan terdidik dalam keluarga Katolik Roma yang taat. Pola pikirnya
cukup dipengaruhi oleh seorang pemikir besar humanis pada waktu itu, yakni
Erasmus. Pada tahun 1518, ia dipanggil menjadi imam di Zurich dan mulai berkotbah
menurut urutan kitab Perjanjian Baru. Tujuannya ialah mengajarkan Kristus dari
sumbernya dan menyatakan Kristus yang sejati dalam hati umat. Sama seperti
Luther, Zwingli juga mengajarkan bahwa Alkitab lah, dan bukan gereja, yang
menjadi sumber kebenaran Kristen. Ketika di Zurich juga terjadi penjualan surat
Indulgensia, Zwingli memperingatkan umatnya agar jangan membeli surat tersebut.
Selama dua tahun pertama, ia berusaha mengambil sikap netral. Ia hanya berusaha
mengajarkan kebenaran Injil apa adanya. Namun, ketika kebebasannya untuk
mengajarkan Injil dibatasi, ia mulai merasa gerah. Ia mulai mewujudkan
ketidaksetujuannya dengan menikahi Anna Reinhard di tahun 1522. Ia meminta
dewan kota mengadakan perdebatan agama. Ia juga menerbitkan 67 dalil yang menunjukkan
bahwa hanya Kristus juruselamat dan pengantara. Perdebatan yang diadakan pada
tahun 1523 membuat dewan kota simpatik padanya. Dalam 67 dalilnya, ia
menunjukkan bahwa Alkitab ialah otoritas utama yang menjadi petunjuk bagi
Kekristenan, Kristus adalah satu-satunya pengantara sehingga tidak perlu ada
pengantara-pengantara yang lain. Reformasi berkembang dari Zurich ke kota-kota
lainnya. Perkembangan ini menimbulkan ketegangan yang memuncak pada peperangan
antara kota-kota Katolik dan kota Reformatoris pada tahun 1529. Peperangan
berakhir dengan kekalahan pihak Reformatoris, dan Zwingli gugur dalam
pertempuran di Kappel.
4.
John
Calvin (1509-1564)
Luther
memang merupakan seseorang yang berjasa besar dalam membuka pintu Reformasi,
namun dalam hal menata isi sebuah sistem Reformasi, kita sangat berhutang pada
Calvin. Sebab hampir semua konsep teologi Reformed hari ini merupakan buah
pikiran atau pengembangan dari buah pikiran Calvin, meskipun Calvin sendiri
mengembangkan pemikiran Agustinus. Calvin lahir di Noyon, Prancis pada tahun
1509, 8 tahun sebelum Luther memakukan 95 tesisnya di pintu gereja di
Wittenberg, Calvin adalah tokoh Reformasi generasi kedua. Ia belajar di
beberapa sekolah untuk mendapat pendidikan humanisme. Di antara banyak
kontribusi yang diberikan oleh Calvin bagi Reformasi, buku Institutio merupakan
yang paling bertahan. Pada awalnya, buku ini merupakan sebuah pembelaan yang
ditujukan Calvin pada raja Perancis, untuk menunjukkan bahwa Protestanisme
bukanlah ajaran sesat, melainkan justru sebuah ajaran yang berlandaskan
Alkitab. Menjelang penerbitan edisi terakhirnya tahun 1559, buku ini telah
bertumbuh dari eksposisi ringan doktrin Kristen (enam bab) menjadi karya
teologi Reformasi yang paling signifikan. Mula-mula buku ini adalah suatu diskusi
tentang Sepuluh Perintah Allah, Pengakuan Iman Rasuli, dan Doa Bapa Kami. Dalam
bentuk finalnya yang terdiri dari delapan puluh bab, buku ini diorganisasi
menjadi empat buku yang terdiri dari pokok bahasan tentang Allah, Kristus, Roh
Kudus, dan gereja. Setidaknya ada tiga konsep teologis Calvin yang mempengaruhi
gereja Reformed. Pertama, soal kedaulatan Allah. Ide-ide Calvin, seperti juga
ide-ide Luther, pada dasarnya menghidupkan kembali Augustinianisme. Prinsip
fundamental yang mengisi setiap bab Institutes-nya adalah pandangannya tentang
Allah sebagai Raja yang berdaulat atas segala ciptaan. Kedaulatan Allah
bukanlah suatu ide yang abstrak dan spekulatif, tetapi merupakan suatu prinsip
yang dinamis, suatu realitas yang menginformasikan kehidupan yang konkrit, yang
membentuk diskusi Calvin tentang setiap doktrin. Kedua, soal manusia. Karena
Allah adalah Raja yang berdaulat yang memerintah atas ciptaan-Nya, maka segala
sesuatu yang diciptakan-Nya, termasuk manusia, harus melayani dan memuliakan
Dia. Motto Calvin menjelaskan tugas kita: “Hatiku kupersembahkan kepada-Mu, O
Tuhan, siap dan tulus.” Karena manusia telah berdosa, mereka tidak hidup sesuai
maksud asali mereka. Seperti Luther, Augustinus, dan Paulus, Calvin dengan
tajam mempertentangkan kemuliaan dan ketulusan asali manusia sebagai gambar
Allah dengan kerusakan dan kefasikannya setelah kejatuhan. Kerusakan yang kita
warisi berarti bahwa setiap kehendak individual diperbudak oleh dosa, dan kita
sama sekali tidak dapat melakukan yang baik. Manusia yang jatuh tidak memunyai
kehendak bebas moral. Karena kehendak manusia dalam keadaan naturalnya, belum
ditebus, adalah hamba dosa, hanya orang-orang yang telah dibebaskan oleh
anugerah Allah-lah yang adalah agen-agen moral yang bebas. Dan ketiga, soal predestinasi.
Bahwa dalam kehancuran manusia, Allah yang berdaulat itu, dalam keagungan
hikmat-Nya, telah memilih sebagian manusia untuk diselamatkan dan membiarkan
sisanya tetap dalam kebinasaan. Allah menjamin keselamatan mereka hingga
akhirnya mereka diserupakan seperti Kristus.
5.
Philip
Melanchton (1497-1560)
Melanchthon
dilahirkan dari keluarga yang terhormat dan saleh pada 16 Februari 1497 di
Bretten, Palatin, Jerman. Ia adalah salah seorang sarjana Jerman yang matang
sebelum waktunya. Ia memiliki keahlian dalam banyak bidang ilmu pengetahuan
terutama philologi klasik. Pada umur 17 tahun ia telah memperoleh gelar MA dari
Universitas Tubingen. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa Yunani, Latin lebih
baik daripada orang Jerman lainnya. Puisi-puisinya disusun juga dalam
bahasa-bahasa itu. Ia memulai karyanya di depan umum di Universitas Tubingen
sebagai dosen bahasa-bahasa klasik. Namanya terkenal di mana-mana sehingga
datanglah tawaran untuk menjadi mahaguru pada Universitas Ingolstadt, Leipzig
dan Wittenberg. Ia memutuskan untuk pergi ke Wittenberg untuk menjadi mahaguru
Yunani. Di Wittenberg, Melanchthon mendapat penghormatan yang besar dari rekan
mahagurunya serta pendengar-pendengarnya. Melanchthon adalah seorang yang
berperawakan tinggi, berdahi lebar, bermata biru yang bagus. Kecendekiawannya
tidak perlu diragukan dan demikian juga dengan kesalehan dan hidup
keagamaannya. Melanchthon mempersiapkan suatu theologia yang sistematis untuk
golongan reformatis sementara Luther berada di Watburg. Karangannya itu disebut
LOCI COMMUNES, yang diselesaikannya pada tahun 1521. Dalam buku ini Philip
Melanchthon menguraikan ajaran-ajaran pokok reformatis terutama mengenai dosa
dan anugerah; pertobatan dan keselamatan. Loci merupakan buku dogmatik pertama
dari kalangan reformatoris serta mempersiapkan jalan kepada Pengakuan Augsburg,
di mana Melanchthon menyusunnya sendiri. Pengakuan Augsburg ini adalah salah
satu surat pengakuan resmi Gereja Lutheran. Melanchthon memainkan peranan
penting dalam diet-diet yang diadakan oleh kaisar Karel V. Ia hadir dalam Diet
Speyer, 1529; di Margburg, 1529. Dalam diet Margburg ia menentang dengan keras
ajaran Zwingli tentang perjamuan kudus. Melanchthon di masa-masa akhir hidupnya
mencurahkan perhatiannya kepada mengorganisir gerejanya di Saksen atas dasar
semi-episkopal. Karena pandangan-pandangan theologinya mirip dengan Calvin,
maka Philip Melanchthon sering dicurigai sebagai Cripto-Calvinisme (Calvinisme
tersembunyi). Melanchthon meninggal pada tahun 1560 di Wittenberg.
6.
John
Knox (1514-1572)
Lahir
sekitar 1514 di Skotlandia, Knox memainkan pernanan penting dalam reformasi
gereja di Skotlandia. Tidak diketahui jelas kanapan pertobatannya, namun yang
jelas pada akhir Maret 1543, ia mulai berkomitmen terhadap Injil Kristus. Ia
dididik di universitas St. Andrew. Ketika memiliki kesempatan untuk berkotbah
dari Daniel 7:24-24, terlihat jelas bahwa sebenarnya, ia sedang mempersipakan
dirinya untuk menyerang akar sistem Katolisisme. Setelah dibebaskan dari kerja
paksa di tahun 1549, Knox tinggal di Inggris dan menjadi pelayan dan Gereja
Inggris. Ia sempat berpindah ke Franfurt dan Jenewa, namun akhirnya kembali
lagi ke Inggris. Di Jenewa, Knox belajar di bawah bimbingan Calvin, itulah mengapa
pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Calvin. Pada tahun 1559, Knox kembali ke
Skotlandia dan membantu memperbaharui gereja di sana. Ia merupakan salah satu
dari enam tokoh reformasi terpenting di Skotlandia. Knox meninggal tahun 1572. Selama
hidupnya Knox berhasil menyusun beberapa karya, dengan bantuan orang lain
maupun hasil pemikirannya sendiri, di antaranya: Book of Discipline (Buku
Disiplin, 1561), Book of Common Order (Buku Aturan Umum, 1564), Scots
Confession (Pengakuan Iman Skotlandia yang diterima Parlemen Skotlandia dan
menjadi Pengakuan Iman Gereja Reformasi Skotlandia sampai tahun 1647, hingga
Pengakuan Iman Westminster menggantikannya), serta menulis History of the
Reformation of Religion within the Realm of Scotland (Sejarah Reformasi Agama
dalam Kerajaan Skotlandia, yang baru terbit secara lengkap tahun 1644).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar