SEJARAH SINGKAT RAJA DAUD
Diserahkan
kepada:
Dosen:
Yulianus Bani, S.Th
Sebagai bagian dari Tugas Mata Kuliah
Pembimbing Perjanjian Lama - I
BAB I - PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG RAJA DAUD
Setelah
bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka berjalan menuju tanah perjanjian. Tanah
yang subur, kaya akan anggur dan madu. Bersamaan dengan itu zaman kepemimpinan
Musa berakhir ketika umat Israel hampir melangkahkan kakinya di tanah Kanaan.
Pada waktu itu, bangsa Israel dipimpin oleh Tuhan sendiri, Tuhan berjalan di
depan mereka dengan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Boleh
dikatakan zaman Musa dan sesudahnya adalah jaman dimana Tuhan sendiri yang
menjadi raja atas bangsa Israel. Tuhan
memerintah dan berfirman melalui perantaraan Musa, Yosua, dan hakim-hakim yang
dipilih sendiri olehNya sampai dengan Nabi Samuel. Kemunculan Samuel sekaligus
mengakhiri zaman hakim-hakim dan dimulainya zaman raja-raja. Singkat
kata, muncullah Saul, seorang yang tinggi besar, gagah, dan terhormat. Dialah
raja pertama yang dipilih orang Israel. Tentunya masih dengan campur tangan
Tuhan. Tugas pertama Saul adalah menaklukan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada
Musa, tanah Kanaan. Karena tanah itu sudah ditempati orang lain. Di jaman Raja
Saul dan Nabi Samuel inilah Daud kecil dilahirkan.
Daud
ialah cicit dari Rut dan Boas, Daud dilahirkan di Betlehem, Efrata, di daerah
yang bernama Yudea (1 Samuel 16). Ayahnya bernama Isai. Anak bungsu dari 8
bersaudara (1 Samuel 17: 12), dan dipersiapkan untuk menjadi gembala. Dalam
pekerjaan inilah ia ditempa menjadi berani (1 Samuel 17:34-35). Dalam pekerjaan
itu juga ia belajar kelemahlembutan dan jiwa pengasuhan terhadap kawanan
dombanya, yang di belakang hari disyairkannya sebagai sifat-sifat Allah-nya.
Seperti Yusuf, ia menderita karena niat-niat jahat dan hati yang cemburu dari
kakak-kakaknya, barangkali karena bakat-bakat yang dikaruniakan Allah kepadanya
(1 Samuel 18:28). Di satu pihak ia rendah hati menyebut kaum keluarganya (1 Sam
18:18), tapi di pihak lain Daud menjadi bapak leluhur dari keturunan yang
ternama, seperti tertera pada silsilah Tuhan Yesus dalam Injil Matius (Matius
1:1-17).
BAB II – PEMBAHASAN
1.
KEHIDUPAN RAJA DAUD
a.
MEMBUNUH GOLIAT
Ketika pasukan
Filistin dan Israel berhadap-hadapan di suatu tempat antara Sokho dan Lembah
Tarbantin, sekitar 9 km dari Betlehem. Dengan segenap kekuatan yang ada, orang
Filistin berada di atas angin, apalagi mereka memiliki pendekar gagah perkasa
yang bernama Goliat. Betapa luar biasanya Goliat tingginya enam hasta
sejengkal, memakai baju zirah bersisik seberat lima ribu syikal tembaga (yang
berarti bahwa baju itu kuat sekali), dan bersenjatakan tombak yang spektakuler.
Itu semua untuk memperlihatkan bahwa Goliat adalah pribadi yang hebat, penuh
kejayaan, dan tak terkalahkan. Melihat raksasa yang aslinya berasal dari Gat
itu, orang Israel tentu saja jadi menggigil ketakutan. Sungguh kontras dengan
pihak Filistin yang sangat bersemangat berhubung kemenangan rasanya sudah ada
di depan mata. Goliat dengan gagah menantang duel satu lawan satu dan dari
pihak Israel tidak seorang pun berani menanggapi tantangan itu. Dalam situasi
yang kritis itu tampillah seorang penolong yang dilihat dari fisik dan
pengalamannya sama sekali tidak andal, yaitu Daud. Anak muda ini betul-betul
tidak kompeten. Ia hanyalah seorang gembala, datang ke situ pun karena
kebetulan disuruh ayahnya menengok kakak-kakaknya di medan perang. Tetapi,
dengan segala keterbatasannya, Daud tetap berani maju menghadapi Goliat. Karena
disertai oleh Tuhan semesta alam, Daud mengalahkan Goliat, hanya dengan katapel
dan sebuah batu (1 Samuel 17).
b.
MENJADI RAJA ISRAEL
Sesudah Allah
membuang Saul dari kedudukan raja Israel, maka Allah menyatakan Daud sebagai penggantinya kepada Samuel,
yang kemudian mengurapinya di Betlehem tanpa publisitas (1 Samuel 16: 1-13).
Sebagai akibat dari tindakan Allah itu ialah undurnya Roh Allah dari Saul.
Mula-mula semuanya berjalan baik. Raja Saul berkenan dengan sang pemuda ini dan
menetapkan dia menjadi pembawa senjatanya. Lalu
peristiwa yang sangat terkenal antara Daud dan Goliat, raksasa unggulan
Filistin, mengubah segala-galanya (1 Samuel 17). Ketangkasan dan keterampilan
Daud menggunakan umpannya memusnahkan kekuatan dan mematikan raksasa Goliat,
adalah awal kerontokan orang Filistin. Jalan
sudah terbuka bagi Daud untuk memetik pahala yang dijanjikan Saul, yaitu
mempersunting putri raja, dan kebebasan membayar pajak bagi sanak keluarga ayah
Daud. Tapi
Raja Saul cemburu melihat pejuang Israel yang baru ini. Sewaktu ia pulang dari
pertempuran mengalahkan Goliat, kaum perempuan Israel menyongsong dia dengan
nyanyian ’Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa’. Raja
Saul, tidak seperti Yonatan, anaknya, Saul sangat iri, dan tentang itu
tertulis,’Sejak itu maka Saul selalu mendengki Daud’ (1 Samuel 18:7-9).
Sesudah
raja Saul meninggal, Daud menanyakan kehendak Allah dan ia dibimbing kembali ke
tanah Yehuda, ke daerah sukunya sendiri. Di sinilah dia diurapi menjadi raja
oleh teman-teman sesukunya, dan menjadikan Hebron kota kedudukan raja. Pada
saat itu umurnya 30 thn dan memerintah di Hebron 7½ tahun. Selama 2 tahun
pertama pemerintahannya, terjadi perang saudara antara pendukung Daud dan
penghuni-penghuni istana Saul, yang menobatkan Esybaal (Isyboset), anak Saul,
menjadi raja di Mahanaim. Bisa saja dianggap bahwa Esybaal tidak lebih dari
boneka yang dikendalikan ‘Oleh Abner, panglima Saul yang setia. Dengan matinya
kedua orang ini karena terbunuh, maka berakhirlah perlawanan yang terorganisir
terhadap Daud. Ia diurapi menjadi raja atas ke-12 suku Israel di Hebron, dan
dari sana segera ibukotanya dipindahkan ke Yerusalem (2 Samuel pasal 3-5). Inilah
masa paling gemilang dalam pemerintahan raja Daud, yang masih akan berjalan
selama 33 tahun lagi. Dalam diri Daud terpadu dengan baik sekali keberanian
pribadi dengan’ keterampilan sebagai panglima dan dengan bakat ini ia memimpin
bangsa Israel menundukkan musuh-musuhnya secara teratur – yaitu orang Filistin,
Kanaan, Moab, Arnon, Aram, Edom dan Amalek.
Kelemahan
yang pada saat itu timbul serentak menimpa kekuatan-kekuatan yang ada di daerah
Nil dan Efrat memberikan kemungkinan baginya, dengan jalan menaklukkan dan
dengan jalan persekutuan, untuk memperluas daerah pengaruhnya dari perbatasan
Mesir dan Teluk Akaba ke daerah Efrat hulu. Sesudah menaklukkan benteng orang
Yebusi, bernama Yerusalem, yang dianggap orang pada waktu itu tak tertaklukkan,
ia menjadikan kota itu ibukota kerajaannya. Dari situlah ia mengendalikan kedua
bagian utama kerajaannya, yang di kemudian hari terbagi dua menjadi kerajaan
Yehuda dan Israel. Dibangunnya sebuah istana, dibukanya jalan-jalan raya,
dipulihkannya jalan-jalan perdagangan sehingga kemakmuran kerajaan itu
terjamin. Tapi bukan hal itu yang utama, yang menjadi cita-cita dari Daud
‘seorang yang berkenan di hati TUHAN’ (1 Samuel 13:14). Dibawanya
tabut perjanjian dari Kiryat- Yearim dan ditempatkan dalam Kemah Suci yang
dibangun khusus untuk itu di Yerusalem. Waktu membawa tabut perjanjian itu
terjadi suatu peristiwa yg mengakibatkan kematian
Uza (2 Samuel 6:6-8).
Di bidang
politik, Daud tampil sebagai raja yang bijak dan berwibawa. Dua kerajaan
menjadi satu di bawah pemerintahannya, meski harus diakui bahwa mereka tetaplah
dua negara yang terpisah. Di bidang militer, keunggulan Daud tak perlu
diragukan lagi. Di bawah pimpinan Daud, Israel memenangkan peperangan demi
peperangan melawan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Orang Filistin yang sekian
lama menjadi ancaman dan mengganggu ketenteraman hidup mereka takluk kepadanya.
Pada masa pemerintahan Daud, meski Israel hanyalah suatu negara kecil, rakyat
menikmati kemakmuran dan kesejahteraan.
c.
DAUD LARI DARI ISTANA
Kadar
permusuhan Saul terhadap Daud semakin hari semakin tinggi. Kemudian ia
dibohongi dalam hal putri yang sudah dijanjikan kepadanya, dan akhirnya
dikawinkan dengan putri Saul yang lain, yaitu Mikhal. Persetujuan perkawinan
ini pun sebenarnya dimaksudkan untuk kematian Daud (1 Samuel 18:25).
Dalam 1 Samuel
24:10 dinyatakan bahwa di istana Saul ada sekelompok orang yang sengaja
mempertajam permusuhan Saul terhadap Daud. Saul berusaha membunuh Daud dengan
lembingnya namun gagal, disusul oleh usaha berikutnya untuk memenjarakan Daud,
tapi digagalkan oleh muslihat Mikhal, istri Daud (1 Samuel 19:8-17). Pada saat
ini, anak Saul, Yonatan dan Mikhal, bersekutu dengan Daud dan menentang bapak
mereka sendiri, Saul.
Tahap-tahap
berikutnya dalam kehidupan Daud ialah, dia harus terus-menerus lari dari
pemburuan Saul, yang terus berusaha membunuhnya. Tidak ada tempat persembunyian
bagi Daud yang dapat dipakai untuk waktu yang lama. Seorang Nabi atau Imam
sekalipun tak dapat memberikan perlindungan, dan orang-orang yang membantu Daud
dihukum secara kejam oleh raja yang sudah menjadi gila itu (1 Samuel 22:6-19).
Sesudah luput
dari pemusnahan oleh perwira-perwira perang Filistin, Daud membentuk kelompok
Adulam, mula-mula sebagai kumpulan para pelarian dari berbagai bangsa, tapi
kemudian menjadi kekuatan perang yang menghantam penyerang-penyerang asing,
melindungi hasil tanaman dan kambing domba dari kelompok-kelompok Israel yang
jauh dan hidup dari kemurahan hati mereka. Salah seorang peternak domba yang
kaya bernama Nabal (1 Samuel 25) menceritakan peristiwa bagaimana Nabal
memperkenalkan Abigail anaknya, yang di kemudian hari menjadi salah seorang
istri Daud.
Pasal 24 dan 26
dari 1 Samuel mencatat. dua peristiwa, tatkala Daud meluputkan Saul dari
kematian, kebajikan yg timbul dari perpaduan antara kesalehan dan kemurahan
hati. Akhirnya, Daud yang tak mampu mematahkan rasa permusuhan raja Saul,
berbaikan dengan raja Akhis, orang Gat, raja Filistin. Daud beroleh kota
perbatasan Ziklag sebagai imbalan karena raja Akhis sewaktu-waktu mempergunakan
kelompok perang Daud. Tapi tatkala orang Filistin keluar untuk berperang
melawan Saul, perwira-perwira Filistin keberatan Daud ikut karena mereka takut
kalau-kalau ia berubah setia.
2.
KEJATUHAN RAJA DAUD
Ada dua jenis
dosa yang dilakukan Daud : perzinahan dan pembunuhan. Daud berdosa kepada
Tuhan karena melakukan perzinahan dengan Batsyeba, padahal dia adalah istri
Uria, panglima perang Daud sendiri. Dan lebih keji lagi, Daud juga melakukan
pembunuhan berencana terhadap Uria. Daud mengirim surat kepada Yoab agar
menempatkan Uria di barisan terdepan saat bertempur. Inilah perintah Daud
“Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat,
kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” (2
Samuel 11:15). Sungguh, betapa jahatnya hati Daud, Demi mendapatkan Batsyeba,
Daud tega membunuh Uria. Kemudian Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur dan
memperingati Daud. Nabi Natan datang pada Daud dengan perumpamaan antara orang
kaya yang memiliki banyak kambing, domba dan lembu, sapi, dengan orang miskin
yang tidak memiliki apa-apa, hanya punya satu-satunya anak domba betina kecil
yang dibeli dan dipelihara serta sangat dikasihinya. Ketika si kaya dapat tamu,
ia tidak mau mengorbankan miliknya tapi menyembelih satu-satunya anak domba
milik si miskin itu. Mendengar perkara seperti ini Daud langsung menjawab bahwa
si kaya harus dihukum mati karena tidak berbelas kasihan..! Daud gampang
menjatuhi hukuman dan menghakimi orang lain tapi tidak berkaca siapa dia saat
menjatuhi hukuman tersebut. Natan katakan ..dialah orang kaya itu. Daudlah
seharusnya yang dijatuhi hukuman mati. Maka dengan penuh penyesalan Daud datang
kepada Tuhan dan memohon pengampunan. Ia mengakui betapa keji perbuatannya
dengan berseru, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah
pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari
kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” (Mazmur 51:3-4). Sekalipun Daud
telah diampuni dosanya oleh Tuhan, dia tetap harus menerima ganjaran atas perbuatannya
itu. Tuhan memang telah menghapus dosanya, tetapi ada konsekuensi yang harus
diterima Daud: “…pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai
selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang
Het itu, untuk menjadi isterimu.” dan “…pastilah anak yang lahir bagimu itu
akan mati.” (ayat 10,14 dari 2 Samuel). Anak yang dilahirkan Batsyeba harus
mati; pedang pun tidak berlalu dari keturunan Daud sampai selamanya; Absalom
anak Daud melakukan pemberontakan, bahkan mencemari isteri-isteri ayahnya. Jadi
sekali pun dosa Daud telah diampuni, ganjaran dari Tuhan harus diterima dan
dijalaninya. Tuhan kita adalah Pribadi yang penuh dengan kasih, tetapi Dia juga
Tuhan yang adil, tidak ada kompromi terhadap dosa.
b.
HUKUMAN ATAS DOSA DAUD
Mazmur
32:1-5.
Dari
Daud. Nyanyian pengajaran.
Berbahagialah
orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah
manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa
penipu!
Selama
aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang
hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi
kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan
kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN
pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
Mazmur ini
ditulis Daud setelah Natan menegur dosa perzinahannya dengan Batsyeba dan aksi
pembunuhan terhadap Uria, suami Batsyeba. Daud semula berusaha menutupi dosanya
dan mengira tidak ada seorangpun yang tahu apa yang diperbuatnya. Ia mengira
rahasianya rapi tertutup dengan matinya Uria. Tuhan menunggu pengakuan Daud.
Entah berapa tahun Tuhan mendiamkan keadaan ini. Selama menjadi penipu, hidup dalam
dusta, kemunafikan, dan berdiam diri tanpa pengakuan, tulang-tulang Daud
menjadi lesu. Sumsumnya kering seperti terbakar panas matahari. Ia menderita
mengeluh sepanjang hari. Tangan Tuhan menekan Daud sampai ia mengaku dosa dan
Tuhan mengampuninya.
Daud sadar akan
dosanya. Ia menulis (Mazmur 51:1-19) sebagai reaksi dari teguran Tuhan melalui
nabi Natan. Daud mengakui dosanya tapi ia harus menanggung akibat dari dosa
itu. Tuhan mengampuni Daud sehingga ia tidak harus mati (2 Sam.13:13). Tapi
hukuman dosa harus ditanggung Daud dan keluarganya. Daud harus bayar harga yang
sangat mahal atas dosa ini. Ia telah melanggar hukum taurat yang sangat serius.
Ia sudah berjinah, membunuh, dan mengingini istri sesama. Tiga pasal hukum taurat
telah dilanggarnya, padahal Daud adalah seorang raja yang memutuskan perkara
benar dan salah jika rakyat datang padanya untuk suatu masalah hukum. Pedang tidak akan
berhenti terjadi bagi rumah tangga Daud. Anak hasil hubungan gelapnya mati,
istri-istri Daud akan ditiduri orang disiang hari secara terbuka tanpa
tersembunyi. Absalom, anaknya sendiri yang melakukan aib terhadap 10 gundik
Daud dengan disaksikan oleh orang Israel.
c.
DAUD BERDOA UNTUK ANAKNYA’
Ketika anak dari
Raja Daud sakit keras, dia berpuasa dan berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan
anaknya. Dia bahkan tengkurap berdoa sepanjang malam. Penatua-penatua di
rumahnya berdiri disampingnya dan berusaha untuk membujuk dia tetapi dia tidak
mau dan menolak untuk makan. Dengan kata lain dia sudah sangat putus asa dengan
keadaan anaknya. Dia berharap agar keadaan berubah sesuai dengan keinginnannya
yaitu agar anaknya dapat sembuh.
Pada hari yang
ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan
kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak
itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan
perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati?,
Jangan-jangan ia akan mencelakakan
dirinya sendiri!" Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya
berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya
kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka:
"Sudah." Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan
bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah
itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya
roti, lalu ia makan (2 Samuel 12:15-20).
Raja Daud telah
merespon dengan iman meskipun dia berada pada titik yang terendah di dalam hidupnya.
Dia bisa saja mempertanyakan dan menyalahkan Tuhan akan kematian anaknya tetapi
dia tidak bereaksi seperti itu. Dia bangkit dengan iman dari keadaannya dan dia
menolak untuk berada pada kondisi itu untuk jangka waktu yang lama. Pasti, dia
berduka untuk anaknya, tetapi dia juga memiliki keyakinan di hatinya bahwa
Allah mengetahui yang terbaik. Dia juga memastikan bahwa hal pertama yang
dilakukannya adalah untuk pergi ke bait Allah dan menyembah Tuhan.
Ratapan
Daud yang menyayat hati karena dukacitanya mendengar berita kematian Absalom,
adalah suatu gema yang sayup-sayup yang keluar dari lubuk hatinya yang tersiksa
karena mengetahui bahwa kematian itu dan banyak lagi kematian lainnya, hanyalah
sebagian dari tuaian buah hawa nafsunya dan tipuannya yang ditanamnya puluhan
tahun sebelumnya.
Pemberontakan
Absalom pada waktu itu kerajaan utara tetap setia kepada Daud segera disusuli
oleh pemberontakan di pihak kerajaan utara yang dipimpin oleh Seba, orang
Benyamin. Pemberontakan ini ditumpas oleh Yoab, begitu juga pemberontakan
Absalom. Saat-saat menjelang kematian Daud nampak suram, karena rencana Adonia
dan Salomo mengenai pewaris takhtanya, dan juga karena ia sadar akan bahaya pertumpahan
darah seperti sudah dipraucapkan oleh nabi Natan masih harus terjadi.
Raja
Daud meninggal dalam keadaan sakit dan tua, kira-kira dalam usia 70 tahun.
Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia (1Taw 3:16) dan pada zaman Kristus
(Kis 2:29).
Namun,
di hari tuanya, Daud rupanya direpotkan oleh pertikaian dan perselisihan di
kalangan keluarganya sendiri. Anak-anaknya berebut kekuasaan dan tak segan
saling membunuh demi mencapai tujuan yang mereka inginkan itu. Absalom malah
berani melancarkan pemberontakan melawan ayahnya. Ia didukung oleh suku-suku di
utara yang rupanya mulai tidak puas dengan kepemimpinan Daud. Pemberontakan ini
sangat berbahaya dan berhasil memaksa Daud sejenak melarikan diri dari
Yerusalem. Hanya karena pengalamannya yang sangat luas, Daud berhasil
mematahkan pemberontakan itu. Menjelang akhir hayatnya, Daud lalu mengangkat
Salomo menjadi raja menggantikannya. Pengangkatan ini bukan tanpa konflik.
Adonia, putra Daud yang lain, tidak terima dengan pengangkatan itu. Ia berusaha
menjadi raja tandingan, meski akhirnya bisa digagalkan.
BAB III – KESIMPULAN
Raja
Daud adalah contoh seorang manusia kecil yang digunakan oleh Tuhan dalam karya
– karyaNya yang besar. Seorang dengan ketrampilan luas, talenta seni yang
tinggi, kemampuan perang yang baik dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. Namun
demikian, (2 Samuel 11 & 12) mencatat kegagalan rohani yang serius dari
Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.
Kisah
dosa-dosa dan aneka tragedi yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga
Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang
percaya, bukan hanya untuk bangsa Israel. Mengenai aneka peristiwa yang mirip
pada masa keluaran, Roh Kudus melalui Paulus menekankan, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk
menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah
tiba”; oleh karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak menginginkan
hal-hal jahat, bertindak mesum, dan mencobai Tuhan. Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya
seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan Roh Kudus.
Ketika Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang
berkenan di hati Allah; akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil
istrinya, Daud telah menghina Allah dan firman-Nya.
Sekalipun
Daud bertobat dari dosa-dosanya dan menerima pengampunan Allah, Allah tidak
meniadakan akibat dosa-dosanya. Demikian pula, seorang percaya mungkin
melakukan dosa-dosa yang hebat, dan kemudian melalui dukacita menurut kehendak
Allah dan pertobatan yang sungguh-sungguh menerima kasih karunia dan
pengampunan Allah. Sekalipun demikian, pulihnya hubungan seorang dengan Allah
tidaklah berarti bahwa orang itu akan lolos dari hukuman jasmani atau
dibebaskan dari dampak-dampak dosa tertentu pada waktu itu.
Akhir
kata semoga kisah Raja Daud yang diangkat melalui makalah ini, menjadi teladan
sekaligus pelajaran bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W.
Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal.
193-194
2.
W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W.
Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal.
335-340
5.
Timotius Subekti, Kehidupan Daud
(Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 38-39
6.
Timotius Subekti, Kehidupan Daud
(Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 66
8.
Timotius Subekti, Kehidupan Daud
(Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 85-88
10.
Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah
Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 522
11.
Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah
Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 523