TUGAS REFLEKSI
REFLEKSI KISAH NYATA
4 KISAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
KOMUNIKASI
Yang Dibina Oleh :
Pdt. Sannur Tambunan, M.Th
KISAH
– I
KISAH
NYATA DARI LAGU “SENTUH HATIKU”
Mungkin banyak yang
dengar lagu Sentuh Hatiku, yang dinyanyikan oleh Maria Shandi. Akan tetapi di
balik lagu itu ternyata ada sebuah kisah yang luar biasa. Pencipta lagu ini
adalah seorang anak Tuhan. Kisah di dalam lagu itu adalah milik teman
sekolahnya. Temannya itu diperkosa oleh ayahnya sendiri dan menjadi gila,
sehingga harus dipasung (dirantai) di rumahnya.
Ia suka datang dan
mendoakan anak itu sambil sesekali menulis lirik lagu. Waktu pun berlalu.
Diapun pindah kota dan mulai sibuk dengan kegiatannya sendiri. Suatu ketika
anak perempuan itu menelepon dia. Tentu saja kaget bukan main, karena anak itu
kan gila. Dipasung pula? Kok sekarang bisa lepas, kok bisa telepon?
Akhirnya anak perempuan
itu cerita, suatu hari entah karena karat atau bagaimana rantainya lepas. Satu
hal yang langsung dia ingat, dia mau bunuh ayahnya. Tetapi saat dia bangun, ia
melihat Tuhan Yesus dengan jubah putihnya, berkata, “Kamu harus memaafkan ayah
kamu.” Tetapi anak itu tidak bisa dan dia terus menangis, memukul, dan
berteriak.
Sampai akhirnya Tuhan
memeluk dia dan berkata, “Aku mengasihimu.” Walaupun bergumul akhirnya anak
itupun memaafkan ayahnya, mereka sekeluarga menangis dan boleh kembali hidup
normal. Dari situlah lagu Sentuh Hatiku ditulis.
Betapa ku mencintai,
segala yang telah terjadi
Tak pernah sendiri, jalani
hidup ini, selalu menyertai
Betapa kumenyadari, di
dalam hidupku ini
Kau selalu memberi,
rancangan terbaik oleh karena kasih
Bapa sentuh hatiku,
Ubah hidupku, menjadi
yang baru
Bagai emas yang murni
Kau membentuk bejana
hatiku
Bapa ajarku mengerti
Sebuah kasih yang
selalu memberi
Bagai air mengalir
Yang tiada pernah
berhenti
Kasih-Mu ya Tuhan tak
pernah berhenti
Makna
Kisah – I
Banyak hal yang terjadi
dalam hidup kita, yang tidak dapat kita pahami bahkan membuat kita berubah
menjadi pribadi yang berbeda. Demikian halnya yang dialami oleh sang gadis
dalam cerita diatas. Diperkosa oleh ayah kandung, menjadi gila bahkan terpuruk.
Namun melalui doa, Tuhan mengubahkan hidup sang gadis. Meskipun doa kita
mungkin tidak langsung Tuhan jawab pada waktu kita berdoa, namun kita harus
meyakini bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan. Dalam waktu yang kita
tidak sangka-sangka, kita akan menemukan jawaban doa kita, bahkan kita akan
kaget dengan hasil doa kita. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ketika
Tuhan menjawab doa kita, kita juga harus mengalami perubahan. Seperti dalam
cerita, sang gadis harus memaafkan dulu sang ayah, yang secara manusiawi tidak
dapat dia lakukan. Namun, ketika dia berhasil memaafkan, Tuhan memulihkan
hidupnya. Mungkin kita dongkol, marah, ataupun benci kepada orang lain, marilah
kita mau membuka diri untuk memaafkan, supaya kita beroleh pemulihan dari Tuhan
kita Yesus Kristus. Kita tak pernah sendiri menjalani kehidupan ini, ada Allah
yang menyertai. Dia membentuk kita dengan caranya, supaya menjadi murni dan
berkenan padaNya.
KISAH
– II
YU
YUAN GADIS KECIL BERHATI MALAIKAT
Kisah tentang seorang
gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati
yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia
ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya
pernah datang dan saya sangat penurut.
Anak ini rela
melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan
sebanyak lebih dari 540.000 US yang didapat dari perkumpulan orang Chinese
seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan
kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia
rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah
tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa
yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi
She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena
miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus
mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar
olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, adalah saat dimana papanya menemukan
anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang
bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya
terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November, Jam 12.
Melihat anak kecil ini
menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau
tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.
Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan
berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian
papanya memberikan dia nama Yu Yan.
Ini adalah kisah
seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi
dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi
tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi
lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim
silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki
kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar,
walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.
Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup
dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah
membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan
memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda
dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan
dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa
yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak
boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk
sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan
menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak
berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya,
dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di
sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan
mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat
senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak
lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat
berbahagia.
Mulai dari bulan Mei
2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang
mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang
ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan
pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk
disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan
tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter
tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk
diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena
antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang
untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang
terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian
mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu
Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi
darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat
keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa,
dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit
tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$. Papanya mulai
cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki
satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang
kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.
Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan
harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang
singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya
yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih.
Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala
kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”. Papanya dengan
pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”.
“Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga,
tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”
Pada tanggal 18 juni,
Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat
keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu
juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki
permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai
baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada,
kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh
bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah
yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna
putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela
melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudian
memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum.
Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air
matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan
yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar
daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui
keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah
laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg
berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh
kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang
sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia.
Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini”.
Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap
orang.
Hanya dalam waktu
sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan
560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan
sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman
penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.
Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu
demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu
hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman
di-email bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan
kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke
sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku
tercinta.
Pada tanggal 21 Juni,
Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa
kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini
memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima
pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia
berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak
kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii
Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat
hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak
pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang
belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak
menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan
yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang
seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak
perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter
Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.
Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan
tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah
keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak
masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu
Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang
menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan
selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan
sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan
Yu Yuan.
Tetapi efek samping
yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi
dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat
lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20
agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau
menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan
tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan
kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan
itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu
agar bisa berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya
mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat
wasiat saya.”
Fu yuan kaget, sekali
membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang
pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan
tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga
halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu
Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu
nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante
wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan
meninggal. Tolong,….. .. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta
selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia
lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong
jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada
sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya
meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti
saya. Biar mereka lekas sembuh”. Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa
menahan tangis yang membasahi pipinya.
Saya pernah datang,
saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada
tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan
tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula
mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya.
Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan
perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan
transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan
para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan
pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah
menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua
orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang
suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.
Dikecamatan She Chuan,
sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang
mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk
setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu
sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakkanlah kedua sayapmu.
Terbanglah.. ……… ….” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26
Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka,
banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka
adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi
Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang
lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan
kepergian Yu Yuan.
Didepan kuburannya
terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya
tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30/11/1996-22/08/2005). Dan
dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat
terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia.
Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya
dirimu.
Sesuai pesan dari Yu
Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita
luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :
Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh
anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka
adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24
September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua
Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut
wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima
kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau,
kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah
datang dan aku sangat patuh”.
Makna
Kisah – II
Ada 3 hal dari 3 orang yang berbeda
yang dapat saya petik dari cerita diatas.
1.
Sang
Ayah, yang diberi Tuhan hati mengasihi,
sehingga mau mengorbankan hidupnya demi sang anak, yang sesungguhnya bisa saja
dia biarkan begitu saja, ketika dia temukan di tengah hamparan rumput. Namun,
dia rela mengorbankan hidupnya, bahkan tidak menikah demi sang anak. Lalu,
bagaimana dengan kita, ketika seseorang butuh pertolongan, apakah kita akan
menolong atau hanya bisa memberi kata penghiburan saja tanpa berbuat apa-apa,
atau bahkan membiarkan tanpa menolong.
2. Sang Anak,
cerita tentang sang anak membuat air mata saya mengalir tanpa terasa,
perjuangannya yang hebat tanpa keluhan. Bahkan mampu mempersiapkan segala
sesuatu untuk pemakamannya sendiri, dan membagi wasiat kepada orang lain atas
uang yang terkumpul untuk pengobatannya. Hal ini mengajarkan saya tentang
bagaimana menghargai hidup yang diberikan Tuhan. Tidak suka mengeluh, tidak suka
menyusahkan orang lain. Sedangkan kita sendiri, bahkan saya sendiri selalu saja
mengeluh dan suka menyusahkan orang lain. Melalui cerita ini, saya diajarkan
untuk menghargai hidup dengan sebaik-baiknya.
3.
Sang
Wartawan, dalam hidup kita butuh orang lain.
Melalui orang lain kita bisa merasakan kebaikan bahkan pertolongan. Kebaikan
hati sang wartawan dalam cerita ini, membuktikan bagaimana kita butuh
orang-orang di sekeliling kita, bukan hanya dalam hal materi saja. Kita terlalu
sering merasa butuh terhadap orang lain, karena ada maunya. Dari cerita ini,
saya melihat sang wartawan yang mau mempublikasikan kehidupan sang anak ke
media, dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Namun, lihatlah apa yang dia
lakukan dapat berdampak besar bagi kehidupan sang anak, bahkan bagi anak lain
yang dibantu oleh Yuan. Mengambil bagian untuk terbeban bagi orang lain, tentu
bukan hal yang gampang, namun mencoba melakukannya pasti menyenangkan.
KISAH
– III
RIWAYAT
SINGKAT JOHN SUNG ( TOKOH IMAN )
John Sung Shang Chieh =
John Song, penginjil China yang paling berpengaruh pada era tahun 1930.
Khotbahnya berdasarkan pada sesuatu yang ia pelajari dan imani sungguh-sungguh
yaitu Alkitab. Pekerjaannya nyata terutama didaerah-daerah Huaren seperti
Hongkong, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Banyak orang di daerah ini
bertobat dan menjadi Kristen. Mungkin salah satunya adalah orang tua kita.
29
September 1901-1920 : Lahir
Lahir di desa Hinghwa,
propinsi Hok-Kian (Fukien). Ayahnya seorang pendeta dari gereja lokal American
Wesleyan Methodist. Sering John Sung membantunya. Pada saat tertentu, waktu
ayahnya sakit atau ada keperluan, John Sung sering menggantikan dalam memimpin
upacara. Ia sering disebut pendeta cilik.
1920
: Ke Amerika
Pada usia 19 tahun John
Sung dikirim ke Amerika untuk melanjutkan studi. Ia menjadi mahasiswa pandai di
Ohio, Universitas Wesleyan dan Universitas Ohio State.
1925
: Doktor Chinese Pertama
Dalam waktu 5 tahun,
John Sung menjadi Doktor dalam ilmu kimia. Karya ilmiah, seperti dokumen
research dan essay-nya masih ada diperpustakaan saat ini. John Sung adalah
doktor Chinese pertama.
1926
: Masuk Seminari
Hatinya mulai tergerak
pada panggilan suara Roh Kudus. John Sung mengadakan suatu komitmen untuk
melayani Tuhan Yesus seumur hidupnya. Ia merasa dokter kimianya tidak cukup
dalam melayani Yesus dan studi di Union Theologie Seminary di New York.
10
Febuari 1927 : Kelahiran Baru
Pada hari itu, pada
saat John Sung berdoa, ia melihat suatu Pengalaman ajaib. Ia merasa bahwa ini
adalah pemberian dari Roh Kudus. John Sung berkata : "ini adalah kelahiran
baru rohaniku. Walau aku telah percaya Yesus sejak kecil, ada suatu pengalaman
baru yang merubah hidupku. John Sung dengan jelas dan detil menggambarkan
bagaimana Roh Kudus dicurahkan kepadanya. "Roh Kudus mencurahiku seperti
air pada puncak kepalaku dan terus menerus mengalir gelombang demi
gelombang".
Sejak pengalaman ini
sekarang John Sung merasa lebih kuat dan bersemangat dalam berkotbah digereja,
atau kepada orang yang ditemuinya. Ia menjadi orang yang berubah radikal dan ia
mulai berkotbah dengan semangat diruang kuliah dan kepada teman-teman dekatnya.
Mahasiwa liberal berpikir waktu itu John Sung sudah tidak wajar dan tidak waras
lagi, sehingga ia dikirim ke rumah sakit jiwa selama 193 hari.
Pada saat itu John Sung
menggunakan waktunya untuk membaca kitab suci seluruhnya dari kitab Kejadian
sampai Wahyu sebanyak 40 kali, sehingga John Sung tidak saja hafal, tetapi
mendalami seluruh Alkitab yang menjadi dasar penginjilan dan kebangunan rohani
John Sung pada abad 20 sampai ia wafat.
November
1927 : Kembali ke China
Tanpa lulus dari
seminari Theologi, John Sung pulang ketanah airnya setelah ia menghilang selama
8 tahun. Sebelum ia menginjak tanah airnya, ia membuang ijazah doktornya,
kecuali satu copy yang ia berikan pada ayahnya. Hal ini merupakan suatu tanda
adanya komitmen penuh dalam mengabarkan injil.
1927
- 1930 : Pekerjaan Mula
John Sung memulai
dengan pekerjaan mengabarkan injil di Minnan. Selama tiga tahun ia berkotbah
dengan hanya dua topik, yaitu Penyaliban Kristus dan Darah Yesus. Kotbahnya
yang dinamis itu bukannya mengada-ada, tetapi seluruhnya didasarkan pada ajaran
Alkitab yaitu : Kelahiran Baru, Keselamatan dan Memikul Salib Untuk Kristus.
1930/1931
: Pengabaran Injil
Di Shanghai ia mengikuti
: Sekolah minggu Bethel dan bersama para sarjana lain ia mendirikan Bethel
Evangelist Band. Topik kali ini adalah : Bagaimana lepas dari dosa. Hal itu
meliputi pandangan Alkitabiah-nya :
1.
Mengaku dosa-dosa saja
tidak cukup. Mereka harus bertobat dari dosa-dosaNya.
2. Setelah
pertobatan, terjadilah "Mengkoreksi dosa-dosa", artinya ialah engkau
telah berubah total dan bebas dari tabiat dosa.
3. Setelah
engkau berubah dari tabiat dosa terjadilah "Pengembalian dosa-dosa".
Artinya jika dulu engkau menipu atau mencuri uang, engkau harus mengembalikan
uang tersebut atau engkau secara formal : permintaan maaf yang menunjukkan
engkau benar-benar menyesal.
4. Mengucapkan
kata : “Tuhan, ampuni kami karena kami pendosa” tidak cukup. Selama berdoa,
jika engkau mau bertobat dari dosa engkau harus menggolongkan dosamu itu
termasuk dosa apa, secara keseluruhan dan menjabarkan satu persatu sampai detil
dosa kecilmu. John Sung menulis ada 20 macam dosa besar. Jika engkau melakukan
satu dosa besar ini, engkau harus bebas dari dosa itu dan bertobat dari dosa
pada masa doa bersama. John Sung sering begitu semangat sampai ia melompat di
mimbar . Selama berkotbah, ia selalu menyanyikan lagu pujian setiap 23 menit.
5.
Dalam menyampaikan
kotbahnya, sering ia menggunakan benda-benda sebagai ilustrasi. Suatu hari ia
membawa peti mayat. Ia berteriak : "uang naik, uang naik, peti mati juga
naik. ". Artinya, kita tak boleh berfokus pada mencari uang saja. Setelah
itu ia sendiri akan masuk dan tidur dalam peti mati. Semua yang ia lakukan akan
membuat jemaat lebih tertarik.
Makna
Kisah – III
Untuk mendedikasikan
diri menjadi seorang penginjil secara total, bukanlah hal yang mudah. Kita
harus dapat melepaskan hal indah yang ada pada kita, kemudian masuk kedalam hal
sulit, bahkan mungkin terpuruk. Hal itulah yang dilakukan oleh John Sung dalam
penyerahan diri totalnya terhadap panggilan Tuhan. Dia rela dikatakan gila,
bahkan masuk Rumah Sakit Jiwa. Dan yang paling sulit pastinya untuk kita
lakukan, dia melepaskan gelar doktornya, lalu menjadi seorang penginjil. Dari
hal ini saya belajar, tentu sekali Tuhan tidak menginginkan kita untuk
melepaskan apa yang kita miliki, tanpa jaminan yang pasti dariNya. Ketika kita
mau dan siap untuk melayaniNya dalam ladang misiNya, jaminan itu akan
menguatkan kita. Dan kita akan disanggupkan untuk mengerjakan pekerjaanNya.
KISAH
– IV
DIBAYAR
DENGAN SEGELAS SUSU
Kisah ini diambil dari
salah satu artikel yang tersebar di internet, yang mengisahkan tentang seorang
dokter yang penuh cinta kasih, bernama Dr. Howard Kelly. Memang inti dari
ceritanya tidak berubah, namun sepertinya terdapat beberapa hal yang terlalu berlebihan.
Hal ini dipertegas dengan adanya cerita di buku biografi dari Dr. Howard Kelly
sendiri. Oleh sebab itu, cerita inspiratif ini tetap diposting dan juga
disertai dengan cerita nyata yang sebenarnya terjadi. Selamat membaca.
Suatu hari, seorang
anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak memiliki uang memberanikan diri untuk
mengetuk pintu sebuah rumah untuk meminta makanan. Keberaniannya lenyap saat
pintu itu dibuka oleh seorang gadis muda. Ia tidak jadi meminta makanan dan
hanya meminta segelas air.
Gadis itu tahu bahwa
anak lelaki tersebut sebenarnya kelaparan, maka ia membawakan susu hangat
segelas besar. Anak lelaki itu meminum susu itu secara perlahan lalu bertanya,
“Berapa harga susu yang menjadi hutangku?” “Kau tidak berhutang apapun,” jawab
gadis itu. “Ibu mengajarkan kami untuk tidak meminta bayaran atas perbuatan
baik kami.” “Kalau begitu, aku sangat berterimakasih dari lubuk hatiku yang
terdalam.”
Tahun demi tahun
berlalu, gadis itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa, namun ia menderita
penyakit kronis yang para dokter di kotanya telah angkat tangan terhadap
penyakitnya. Ia pun dibawa ke rumah sakit di kota besar. Dokter Howard Kelly
dipanggil untuk melakukan pemeriksaan medis. Howard Kelly mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, wanita itu sembuh.
Saat menerima amplop
tagihan dari rumah sakit, wanita itu ketakutan. Ia tahu tidak akan mampu
membayar biayanya meskipun dengan mencicilnya seumur hidup. Dengan tangan
bergetar ia membuka amplop itu, dan
menemukan catatan di pojok tagihan: “Telah dibayar lunas dengan segelas susu.”
[Tertanda] Dokter Howard Kelly.
Menurut Biografi yang
ditulis oleh Audrey Davis dari pengetahuannya yang ia dapatkan selama berteman
20 tahun dengan Dr. Howard Kelly, dan juga melalui notebook serta jurnal yang
dokter tinggalkan setelah kematiannya, bahwa cerita tentang tagihan yang
dibayar dengan segelas susu adalah benar. Berikut adalah petikan dari isi
Biografi dari Dr. Howard Kelly : “Di suatu perjalanan menuju ke utara
Pennsylvania pada saat musim semi, Kelly berhenti di sebuah rumah petani yang
kecil untuk meminum segelas air dingin. Seorang gadis kecil membuka pintu
ketika Kelly mengetuk rumahnya, namun bukan air yang diberikan, gadis kecil itu
malah memberinya segelas susu segar. Setelah kunjungan singkat yang ramah itu,
Kelly pun melanjutkan perjalanannya. Beberapa tahun kemudian, gadis kecil itu
datang kepadanya untuk operasi. Dan sebelum ia sempat pulang ke rumah, ia
menerima tagihan operasinya, namun dengan tambahan tulisan tangan : Sudah
dibayar penuh dengan segelas susu.”
Makna
Kisah – IV
Memberi selalu
dihubungkan dengan menerima, menolong selalu dihubungkan dengan ditolong.
Mungkin hal ini sudah terpatri dihati banyak orang. Ketika kita melakukan
sesuatu, kita berharap akan mendapatkan imbalan dari apa yang kita lakukan.
Namun, kita tidak pernah sadari bahwa prinsip tersebut dapat membuat kita
kecewa. Karena ketika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan,
ternyata tidak kita dapatkan, maka kita akan kecewa. Namun, ketika kita
melakukan sesuatu dengan tulus hati, tanpa mengharapkan imbalan, maka kita akan
sangat bahagia dengan apa yang kita lakukan. Menolong orang lain, merupakan
sebuah cerminan positif bahwa kita butuh orang lain. Ketika kita menolong
orang, otomatis suatu saat kita juga akan ditolong oleh orang lain. Demikian
halnya dengan apa yang dilakukan sang dokter kepada sang gadis yang pernah
menolongnya, dia mau membiayai semua biaya pengobatan sang gadis. Tentu sekali,
apabila dihitung dari segi materi, segelas susu tidak akan bisa dibandingkan
dengan biaya pengobatan yang sangat mahal. Namun, dalam cerita ini saya melihat
dari sisi kebutuhan, disaat sang anak (sang dokter ketika kecil) membutuhkan
sesuatu untuk mengisi perutnya yang sangat lapar, sang gadis menyuguhkan
segelas susu hangat, dan anak itu pun sangat bersyukur. Lalu, ketika sang gadis
membutuhkan pengobatan untuk penyakitnya yang sangat parah, maka sang dokter
memberi pengobatan. Dalam hidup, kita tidak boleh hanya melihat dari sisi
materi saja. Namun kita juga perlu melihat dari sisi, bagaimana seseorang butuh
akan pertolongan.