TUGAS PAPER
KHOTBAH TOPIKAL
“PERSEMBAHAN YANG BENAR”
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
HOMILETIKA 1
Yang Dibina
Oleh :
Agripa Sally, M.A., M.Th©
Nama : Roy Damanik
ISI KHOTBAH
A. PENDAHULUAN
Ketika
kita pergi ke Gereja atau ketika kita mengikuti persekutuan, kita tidak akan
lepas dari apa yang namanya “Persembahan”. Apakah kita pernah berpikir mengapa
kita harus memberi persembahan?, atau apakah kita memberikannya begitu saja,
tanpa memahami dengan baik, kenapa kita harus memberikan persembahan?, dan
kepada siapa persembahan itu kita berikan? Didalam kitab Mazmur, Asaf
menuliskan bahwa Allah tidak membutuhkan persembahan kita, karena dunia dan
segala isinya adalah milik-Nya, jika Ia membutuhkan sesuatu, Ia tidak perlu
meminta kepada manusia. Tetapi mengapa kita harus memberi persembahan? Karena
rutinitaskah atau kebiasaan yang diadakan dalam setiap ibadah atau karena malu
jika tidak memberi persembahan akan diperhatikan oleh sekeliling kita? Kita
harus tahu mengapa harus memberi persembahan, yaitu sebagai ucapan syukur yang
lahir dari hati.
Ketika
di bait Allah, Yesus memperhatikan setiap orang yang memasukkan uang ke dalam
peti persembahan dan Yesus berkata kepada murid-muridNya, bahwa seorang janda
miskin yang memasukkan 2 peser memberi lebih banyak daripada semua orang yang
memasukkan persembahan, karena ia memberi dari kekurangannya, bahkan semua yang
ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Jadi harus diingat bahwa ada sepasang
mata yang memperhatikan kita ketika memasukkan uang ke dalam persembahan, yaitu
Allah, Yesus sendiri melihat bagaimana ketika kita memberi bagi Tuhan, dan apa
yang menjadi motivasi kita memberi persembahan. Ada beberapa alasan orang-orang
memberi persembahan, namun sebagai orang percaya, kita harus memahami dengan
baik, bagaimana kita harus memberi persembahan.
B. ISI KHOTBAH
1.
Persembahan Bukan Hanya Sekedar Pemberian (Mzm. 5:4).
Persembahan bukanlah hanya sekedar
pemberian atau sumbangan ke Gereja ataupun kepada Gembala dan Majelis.
Persembahan merupakan korban ucapan syukur kepada Tuhan, bukan kepada manusia.
Ketika kita menganggap memberi persembahan adalah sumbangan atau sekedar
pemberian, maka kita akan memberi dengan asal-asalan. Itu sebabnya banyak orang
memilih uang yang paling buruk dan sudah tidak layak diberikan kepada manusia
atau bahkan tidak laku lagi untuk membeli sesuatu, lalu memakainya sebagai
persembahan. Ketika ini dilakukan sama halnya menista Tuhan. Persembahan itu
harus dikhususkan, harus dipisahkan, dan beri yang terbaik dari seluruh uang
kita, jangan yang paling buruk. Mzm. 5:4,
“Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur
persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” Daud tahu memberi
persembahan yang terbaik dengan mempersiapkannya terlebih dahulu, bukan
asal-asalan dan Daud tahu persis bahwa Allah berkenan akan persembahannya. Jadi
janganlah kita memberi dengan asal-asalan persembahan kita dan menganggapnya
sebagai sekedar pemberiaan atau sumbangan saja ketika mempersembahkan suatu
persembahan, karena persembahan adalah satu ucapan syukur kita kepada Tuhan.
2.
Persembahan Diberikan Bukan Untuk Umpan Balik (Luk.
6:38; Mal. 3:10).
Dalam dunia politik dan
ekonomi, ada banyak orang yang melakukan sogokan untuk menutupi kejahatannya
dengan memberikan sejumlah uang. Kebiasaan ini tidak jauh berbeda dengan apa
yang terjadi dalam persekutuan kekristenan. Ada sekelompok orang yang dengan
luar biasa menyumbang ke Gereja, dengan harapan dapat melunakkan hati Tuhan,
karena berpikir dengan memberikan persembahan, maka dosanya akan dihapuskan
Tuhan. Pemahaman ini hampir mirip dengan pemahaman Teologi Kontemporer “dengan
berbuat baik, maka selamat”. Ayat
Alkitab yang sering dipakai dalam pemahaman ini, Luk. 6:38 “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang
dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam
ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
dan Mal. 3:10 “Bawalah seluruh
persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada
persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam,
apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan
berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Pemahaman yang salah tentang memberi
dengan motivasi umpan balik ini, sangat tidak baik untuk diserap. Jika motivasi
kita memberi, supaya kita menerima sebaliknya, maka kita tidak akan memperoleh
apa-apa dan sia-sialah kita memberi. Kita harus pahami bahwa persembahan adalah
sikap hati. Tuhan tidak melihat jumlah, tetapi jika kita memiliki penghasilan
besar dan kita mempersembahkan kepada Tuhan dengan nilai yang sangat kecil,
bukankah itu tergolong orang kikir? Memberi persembahan bukan hanya berbicara
memasukkan sejumlah uang ke dalam kantong persembahan. Namun, ketika kita mau
membantu orang lain yang membutuhkan, itu juga merupakan bagian dari sikap hati
kita memberi kepada Tuhan. Memberi jangan karena kasihan, tetapi harus memiliki
belas kasihan. Jadi Tuhan melihat motivasi dan sikap hati kita.
3.
Persembahan Merupakan Bentuk Ketaatan Kepada Tuhan
(Kel. 23:15).
Kita akan kembali kepada
pertanyaan, mengapa kita harus memberikan persembahan? Dalam Kel. 23:15
dikatakan “…janganlah orang menghadap
hadirat-Ku dengan tangan hampa”. Artinya ketika kita menghadap Tuhan harus
dengan membawa ucapan syukur sebab Tuhan telah berkarya dalam kehidupan kita.
Tetapi dalam membawa ucapan syukur atau persembahan kepada Tuhan harus
dilakukan dengan benar, sehingga persembahan kita menjadi dupa yang harum di
hadapan Tuhan. Dalam hal ini, jelas disampaikan bahwa persembahan merupakan
perintah Tuhan, dan kita harus menaatinya. Dalam ketaatan, kita harus memahami
dan memperhatikan tiga hal yang sangat penting mengenai memberikan persembahan
sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan:
1. Kita
Memberikan Persembahan Karena Pengenalan Akan Tuhan
Umat Israel
diperintahkan Tuhan untuk memungut bagi-Nya persembahan khusus dari setiap
orang yang terdorong hatinya. Orang yang tergerak hatinya karena pengenalan
akan karya Tuhan di dalam hidupnya. Karya Tuhanlah yang menggerakkan hati kita
memberikan persembahan bukan karena terpaksa atau dipaksa, bukan pula
memberikan dengan bersungut-sungut, tetapi memberikan persembahan dengan
sukacita, “Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena
paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor.
9:7). Kita memberikan persembahan kita bukanlah supaya kita memperoleh beberapa
kali lipat dari Tuhan, tetapi kita memberikan persembahan karena kita telah
menerima dari Tuhan. Dan dalam ketaatan, kita kembalikan apa yang menjadi
bagianNya Tuhan. Kita memberikannya dengan kerelaan hati dan sukacita, karena
Allah mengasihi yang memberi dengan sukacita.
2. Berikan
Persembahan Yang Terbaik Untuk Tuhan
Dalam beberapa nats Alkitab, Tuhan memberikan daftar
yang harus dipersembahkan umat Israel kepada-Nya. Semua yang didaftar tersebut
adalah perbendaharaan yang terbaik dan berharga yang dimiliki umat Israel. “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya:
“Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini
dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit
balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.”
(Kej. 43:11); “Yang terbaik dari buah
bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu.
Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.” (Kel. 23:19). Kedua
nats tersebut dengan jelas menyampaikan, bagaimana umat Israel harus memberikan
persembahan kepada Allah, dan persembahan mereka haruslah dari yang terbaik
yang mereka miliki. Demikian halnya
dengan kita saat ini, dituntut untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada
Tuhan sebab kita pun sudah menerima yang terbaik dari Tuhan. Apa yang terbaik
dari perbendaharaan yang kita miliki, itulah yang harus kita persembahkan.
Berbicara persembahan yang terbaik bukanlah hanya sekedar berbicara mengenai
berapa banyak yang harus kita berikan, tetapi yang paling penting adalah apakah
kita memberikan persembahan tersebut karena dorongan pengenalan akan karya
Tuhan di dalam hidup kita atau tidak. Sebab dengan mengenal akan karya Tuhan
dan berkat-Nya dalam kehidupan kita pastilah hati kita tergerak untuk
mempersembahkan yang terbaik.
3. Mempersembahkan
Hidup Sebagai Tempat Kudus Bagi Tuhan
Puncak dari ketaatan kepada Tuhan, adalah
mempersembahkan hidup. Tuhan memerintahkan melalui firman-Nya supaya umat-Nya
membuat tempat kudus bagi-Nya sebab hanya dengan demikian Tuhan berdiam
ditengah-tengah umat-Nya. Dalam Rom. 12:1, dikatakan “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Hidup kita hendaknya merupakan hidup yang dikhususkan untuk melakukan kehendak
Allah, melakukan segala hal yang berkenan dihadapan-Nya, yaitu dengan hidup
bersekutu, bersaksi dan hidup melayani Tuhan dengan baik. Hanya gereja dan
orang percaya yang menunaikan tugas dan panggilannya, ditengah-tengah mereka
Tuhan akan tinggal dan berdiam. Tubuh
kita adalah Bait Allah, sebab itu pakailah hidupmu untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik yang berkenan di hadapan-Nya. “Betapa hatiku berterimakasih Yesus. Kau
mengasihiku, Kau mencintaiku. Hanya ini Tuhan persembahanku, terimalah Tuhan
permohonanku. Pakailah hidupku sebagai alatMu, seumur hidupku” demikian
syair nyayian rohani yang mengajak kita untuk mempersembahkan hidup kita
sebagai tanda terimakasih dan syukur kita kepada Tuhan. Korban syukur bukan
hanya berupa materi atau uang, tetapi tubuh kita sebagai persembahan atau ibadah
sejati, yaitu memberi hidup kita untuk hidup benar dan taat dihadapan Allah. Dalam
Maz. 50:23a, dikatakan “Siapa yang
mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku.” Jadi dengan
memberi persembahan, kita memuliakan Tuhan.
C. KESIMPULAN
Dalam setiap ibadah dan persekutuan yang kita ikuti, selalu terdapat seruan untuk memberikan
persembahan. Kita sangat penting untuk tetap merenungkan makna dari memberikan
persembahan, kepada siapa kita memberikannya, atau kenapa kita memberikannya, dan
bagaimana kita harus memberikannya? sehingga hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang rutinitas
kita lakukan tanpa makna. Oleh sebab itu, dalam setiap memberikan persembahan, mari kita
mengingat dan merenungkan serta
menetapkan dalam hati kita masing-masing bahwa: persembahan yang kita berikan itu adalah untuk tuhan, oleh karena
itu, ketika
kita memberikan persembahan harus didasari oleh dorongan hati serta pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidup kita, sehingga kita mempersembahkan yang
terbaik dan mempersembahkan hidup kita menjadi tempat kudus bagi Tuhan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar