TUGAS MAKALAH
TOKOH TEOLOGIA LIBERAL
ALBERCH RITSCHL
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
TEOLOGI KONTEMPORER
Yang Dibina
Oleh :
Dr. © Martomo Wahyudianto,
M.A.C.E., M.Th
Nama Kelompok :
Chica Afrida Hutagaol
Devi Mei
Natalia Damanik
Ramiana Sihombing
Rasita Situmorang
Resmiwati Siregar
Rohani Sitorus Pane
Roy Damanik
Tobok
Pirmauli Sitinjak
BAB – I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tugas makalah ini
adalah bagian dari mata kuliah Teologi Kontemporer, dan yang melatarbelakangi
penulisan makalah ini adalah, banyaknya teologi-teologi baru yang berkembang di
masa kini khususnya dikalangan Kristen, dan salah satunya adalah Teologi
Liberal. Banyak Orang Percaya yang tidak mengenal bahkan tidak mengetahui apa
yang dimaksud dengan Teologi Liberal. Bahkan tanpa disadari oleh para pemimpin
gereja dan jemaatnya, mereka telah masuk di dalam sebuah pengajaran yang
sepertinya sesuai dengan firman Allah, namun tidak. Dalam makalah ini penulis
(kelompok) akan memaparkan tentang Teologi Liberal, secara khusus dalam makalah
ini, kelompok akan membahas Teologi Liberal dari salah satu tokohnya yaitu Alberch Ritschl.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Seperti apa
latar belakang kehidupan Ritschl?
2. Bagaimana paham Teologi Ritschl, dan seperti apa
pemikirannya?
3. Seperti
apa latar belakang kehidupan Ritschl?
4.
Apa yang mendasari
Teologi Ritschl, bagaimana perkembangannya, dan bagaimana pengaruhnya?
C.
TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini, antara lain :
1.
Menjelaskan dan
mendeskripsikan pengertian dari Teologi Liberal.
2. Memaparkan
tokoh-tokoh liberal yang cukup terkenal.
3. Menjelaskan
latar belakang kehidupan Ritschl.
4.
Menjelaskan dan
mendeskripsikan dasar Teologi Ritschl, perkembangan Teologinya serta
pengaruhnya.
BAB – II
PEMBAHASAN
A.
LATAR
BELAKANG KEHIDUPAN RITSCHL
A.1. RIWAYAT
HIDUP
Albrecht Ritschl adalah
seorang teolog Kristen yang menganut paham liberalisme. Sepanjang abad ke-19,
Albrecht Ritschl termasuk salah satu tokoh liberalis yang paling berpengaruh. Albrecht
Benjamin Ritschl dilahirkan di Berlin pada tahun 1822. Ritschl adalah anak
seorang pendeta di Berlin. Ayahnya yang bernama George Carl Benjamin Ritschl. Ia
mempelajari teologi di beberapa kota seperti Bonn, Halle, Heidelberg dan Tubingen.
Selama menjadi mahasiswa, Ritschl sangat tertarik mempelajari filsafat Hegel. Ritschl
kemudian mengajar teologi di kota Bonn dari tahun 1846 hingga 1864. Ia pun
pernah menjadi guru besar bidang teologi di kota Tubingen selama dua tahun dari
tahun 1862 hingga 1864. Selanjutnya ia mengajar di Gottingen sampai ia
meninggal dunia pada tahun 1889. Pemikirannya sangat dipengaruhi oleh
neo-kantianisme°. Dengan berpegang pada
prinsip-prinsip historis, ia kemudian berusaha memeriksa kembali tentang
kekristenan. Sejak tahun 1875, pengaruhnya di sejumlah universitas di kota
Jerman semakin besar. Semakin banyak orang tertarik mempelajari psikologi agama,
perbandingan agama dan bidang lainnya yang serupa dengan itu.[1]
A.2. KARYA-KARYA
RITSCHL
Adapun yang menjadi karya-karya
Ritschl yang cukup terkenal, antara lain[2]
:
1.
Die Christliche Lehre
der Rechtfertigung und Versohnung (Doktrin Kristen tentang Pembenaran dan
Pendamaian) 3
jilid (1870-1874).
2. Geschichte
des Pietismus (Sejarah Pietisme) terdiri tiga jilid yang dibuat dari tahun 1880
hingga 1886. Ini ditulis Ritschl untuk mengkritik gerakan Pietisme.
3. Pemikirannya
tentang Kerajaan Allah memberi sumbangan berharga yang turut mendorong gerakan
Injil sosial di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Walter Rauschenbusch.
B. TEOLOGI RITSCHL
B.1. PEMIKIRAN
DAN
PANDANGAN TEOLOGI RITSCHL
Albrecht Ritschl (1822-1889), Teolog ini berasal dari Protestanisme
Jerman, seperti halnya Schleiermacher, ia mengajarkan bahwa agama tidak boleh
teoritis, tetapi praktis. Ia menolak baik spekulasi filosofi
dari para filsuf maupun
penekanan atas pengalaman dari Schleiermacher. Ia mengajarkan kepentingan dari
nilai etika. “Hal itu harus dimulai dengan pertanyaan, Apa yang
harus saya lakukan untuk diselamatkan?” tetapi apabila pertanyaan itu berarti “Bagaimana saya dapat pergi ke surga ketika saya mati?” maka
hal itu merupakan pertanyaan yang bersifat teoritis. Diselamatkan berarti hidup
dalam suatu kehidupan yang baru, diselamatkan dari dosa, keegoisan, ketakutan
dan kebersalahan.
Ritschl menekankan aspek etikal dan praktikal; pengajarannya
menjadi dasar bagi injil sosial. Sedangkan pandangan
Ritschl terhadap doktrin Kristen,
antara lain : menolak dosa
asal, menolak inkarnasi dan kebangkitan Kristus,
serta menyangkal mukjizat.
Ritschl
mendefinisikan dosa
sebagai keegoisan.[3]
Ritschl memandang
persekutuan dalam gereja
sangatlah penting. Manusia hanya akan menerima pembenaran dan pendamaian dalam
Tuhan hanya bila ia berada di dalam komunitas orang percaya yang dibangun oleh Kristus
sendiri. Dalam tulisannya tentang doktrin kristen mengenai pembenaran dan
pendamaian, Ritschl menegaskan bahwa manusia tidak akan bisa mencapai dan
memelihara iman bila ia merasa seperti orang asing dalam persekutuan bersama
saudara seiman. Dengan kata lain, seseorang tidak akan benar-benar menjadi
Kristen bila ia sendirian. Ini sama halnya dengan permainan sepak bola yang
tidak bisa terjadi bila hanya ada satu orang pemain. Sedangkan mengenai Kerajaan Allah,
Ritschl bersama dengan Adolf
von Harnack mempunyai pemikiran yang sama. Kerajaan
Allah bagi mereka secara etis merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja
dalam segala aktivitas yang dikerjakannya. Melalui gereja, persaudaraan dari
Kerajaan Allah dinyatakan, terutama tampak dalam setiap karya yang dilakukan
orang-orang Kristen dan dengan ketaatan mereka terhadap ajaran-ajaran Yesus.[4]
Menurut Ritschl Teologi
Liberal berusaha membebaskan manusia Kristen dari pemikiran yang berbau imani
dan tradisi dan mencoba mengikuti pola manusia moderen yang dianggap telah
lahir baru dan mampu menggunakan rasionya dalam penelitian Alkitab. Beberapa
pokok pikiran yang dipegang oleh Ritschl diantaranya[5]
:
1.
Pandangan yang skeptis
mengenai supernaturalisme Kristen yang historis sifatnya; suatu ketidakrelaan
untuk memperlakukan apapun seperti membenarkan sesuatu karena alasan Alkitab
atau gereja yang menegaskannya.
2. Pandangan
mengenai Alkitab sebagai tulisan pikiran religius manusia yang dapat salah dan
pengalaman yang lebih dari pemyataan mengenai kebenaran dan dunia, keraguan
mengenai fakta-fakta historis dari apa yang penulis laporkan
3. Suatu
imanensi bahwa ide tentang Allah secara filosofis, sosiologis, moral, dan
assketis, suatu kristologi non-inkarnatif yang menempatkan Yesus sebagai model
dan pelopor agama, seorang yang dipenuhi Allah lebih dari pada seorang
penyelamat Ilahi dan dunia yang optimis dan berkembang.
4. Suatu
pandangan yang optimistik mengenai kuasa kebudayaan manusia yang merasakan
Allah melalui refleksi mengenai pengalaman tersebut dan kemudian menyusun suatu
teologi natural yang benar.
5.
Suatu penyangkalan
bahwa kejatuhan dalam dosa merupakan suatu kegagalan yang mendatangkan rasa
bersalah, polusi dan pentingnya kehidupan rohani atas semua umat.
Albert Ritschel memandang Yesus hanya
dalam aspek manfaatnya bagi manusia dan etika moral, juga menekankan natur
kemanusiaan manusia, sambil membuang natur keilahianNya yang supernatural. Ia
menolak semua bentuk teologi natural dan metafisik, berargumentasi bahwa
teologi harus berkonsentrasi pada realita moral dan etis. Ia juga menolak
pandangan tradisional mengenai dosa asal, inkarnasi, penyataan, kebangkitan,
gereja, dan kerajaan Allah.[6]
Ritschl menganggap konsep-konsep dosa dan
penyelamatan lebih serius dari pada Schleieermacher, tetapi belum memadai juga.
Ia menolak doktrin dosa warisan dan ia menandaskan bahwa orang dapat hidup
tanpa dosa. Tidak ada murka Allah terhadap dosa, dan pendamaian yang dibawa
Yesus sebenarnya hanyalah perobahan sikap manusia. Ritschl memandang enteng
pribadi Yesus, sama seperti Schleiermacher bisa berbicara tentang keilahian
Yesus tetapi maksud mereka adalah kemanusiaan Yesus yang sempurna. Yesus adalah
Allah dalam arti bahwa Ia mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang Allah dan
dipersatukan dengan Dia oleh ketaatan moral.[7]
B.2. DOKTRIN
TEOLOGIA LIBERAL
Ritschl merupakan seorang
tokoh Teologia Liberal yang cukup terkenal, tentu sekali dia dipengaruhi bahkan
memegang kuat doktrin Teologia Liberal. Adapun yang menjadi doktrin Teologia
Liberal, antara lain[8] :
1) DOKTRIN ALKITAB
Alkitab adalah buah pikiran manusia, bukan berita dari
Allah. Oleh karena mengandung unsur manusia, maka tidak luput dari
kesalahan-kesalahan. Alkitab tidak dapat disebut sebagai Firman Allah,
melainkan hanya sebuah buku agama atau buku puisi saja. Bila kita membaca atau
menyelidikinya, haruslah menurut akal dan sejarah. Kaum Liberal menolak urutan
sejarah yang dimuat dalam Alkitab, karena tidak sesuai dengan ajaran evolusi
dalam sejarah. Fakta-fakta yang terdapat di dalam Alkitab disaring dan
dibersihkan dari unsur-unsur yang dianggap bersifat dan berbau khayalan
religius. Setelah itu, urutan sejarah dalam Alkitab disusun ulang dan
disesuaikan dengan ajaran evolusi dalam sejarah. Menurut mereka Alkitab
hanyalah merupakan pengalaman dan pikiran manusia saja. Dengan demikian, mereka
menggantikan Allah dengan pikiran dan perasaan manusia. Mereka mengakui
kewibawaan Alkitab, tetapi bukan sebagai Firman Allah, melainkan sebagai sebuah
pikiran dan pengalaman keagamaan manusia.
2) DOKTRIN TENTANG ALLAH
Allah adalah pangkal dari segala sesuatu dan merupakan
kekuatan kekal. Allah tidak beroknum, tapi eksistensinya secara obyektif berada
dibenak manusia. Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini, pada hakekatnya
bukan ciptaan Allah, melainkan memang sudah ada dan secara perlahan-lahan
mencapai kemajuan.
3) DOKTRIN TENTANG YESUS KRISTUS
Yesus Kristus bukan Allah dan bukan Anak Allah yang
diperanakkan oleh dara Maria. Kebenaran tentang "Firman menjadi
Manusia" hanyalah sebuah ilham Filsafat yang dalam. Kebenaran tentang
"dilahirkan oleh anak dara" hanyalah cerita alegoris saja. Mereka
tidak menyangkal Yesus sebagai Guru Yang Agung; Orang Saleh yang mempunyai
tingkah-laku dan moral yang baik; Manusia yang sempurna. Karena kehidupan Yesus
Kristus yang tidak bercacat cela, menimbulkan kekaguman bagi murid-murid dan
kemudian meninggikanNya sebagai Allah.
4) DOKTRIN TENTANG ROH KUDUS
Yang dimaksud dengan Roh Kudus adalah perasaan
keadilan yang ada dalam diri manusia dan bukan sebagai Oknum ketiga dari Allah
Tritunggal. Dengan kata lain, Roh Kudus adalah hati nurani manusia.
5) DOKTRIN TENTANG DOSA
Manusia hanya merupakan sebagian dari proses evolusi,
tetapi tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tidak pernah berdosa, bahkan
makin hari makin maju dan mencapai kesempurnaan. Kesalahan yang dilakukan
manusia hanya karena keadaan sosial. Jika keadaan sosial sudah diperbaiki, maka
secara otomatis semuanya menjadi baik. Mereka sangat mementingkan gerakan untuk
mengadakan perombakan-perombakan yang radikal di bidang sosial. Karena
aktivitas di bidang sosial ini, maka gerakan mereka disebut Pekabaran Injil
Sosial (Sosial Gospel).
6) DOKTRIN TENTANG KESELAMATAN
Menurut mereka, manusia harus giat berbuat amal. Amal
itu akan mempengaruhi keselamatan manusia. Cerita tragis tentang Yesus Kristus
disalib tidak dapat diterima, karena cerita ini berasal dari pengaruh takhyul
abad pertengahan. Injil keselamatan dengan darah, sudah ketinggalan zaman.
Manusia tidak boleh egois, jangan mengira diri sendiri sudah diselamatkan itu
cukup, melainkan juga mementingkan keselamatan orang lain. Tuntutan Tuhan atas
diri manusia, yaitu berbuat amal dan menjadi manusia baik.
7) DOKTRIN TENTANG PENGHAKIMAN
Kaum Liberal
dengan berani menyangkal hukuman akibat kesalahan dosa. Tokoh Liberal
Schleiermacher dan Ritschl menolak untuk mengakui keberadaan dosa secara
obyektif. Keberadaan dosa hanya bersifat subyektif dari ingatan manusia saja.
Ingatan tentang dosa ini, disebabkan kerisauan hati manusia terhadap kemurkaan
Allah. Ritschl dalam pernyataannya memberi jaminan dan penghiburan dengan
berkata bahwa manusia tidak perlu takut terhadap murka dan hukuman Allah,
karena Allah yang Mahakasih tidak mungkin akan marah terhadap manusia sampai
menghukum dan membuang manusia ke dalam neraka.
C. PENGARUH TEOLOGI
ALBERCH RITSCHL
Pengaruh utama Ritschl
adalah munculnya teologia "Social Gospel", yaitu Injil yang memberi
pengaruh langsung bagi kesejahteraan sosial[9].
Pengajaran Social Gospel mengemukakan bahwa Gereja harus menjadi jawaban atas
permasalahan sosial yang marak terjadi, dan cara satu-satunya adalah dengan
menyadari inti dari Injil, yaitu Kerajaan Allah. Injil Sosial berpusat kepada
Kerajaan Allah dan ia sendiri bahkan mengatakan bahwa hakekat dari Injil Sosial
adalah Kerajaan Allah. Yang paling mencolok dari Social Gospel adalah ajarannya
bahwa Kerajaan Allah itu bersifat “masa kini” saja, padahal dalam teologi
konservatif, Kerajaan Allah memiliki dua sisi waktu, yaitu masa kini (already),
dan masa akan datang (not yet) yang tak seorang pun ketahui waktunya. Namun ajaran
ini mengatakan bahwa makna Kerajaan Allah yang saat inilah yang lebih penting,
yaitu bagaimana kita dapat menghadirkan Kerajaan Allah dalam dunia yang sudah
kacau, dalam tatanan sosial yang sudah amburadul. Paham ini memaparkan, bahwa
karakteristik Kerajaan Allah adalah bersifat sosial, artinya bukan hanya
menggambarkan hubungan Allah dengan manusia saja, tapi juga antar manusia,
sehingga komunitas secara bersama dapat membangun Kerajaan Allah di muka bumi
ini.[10]
BAB III
KESIMPULAN
Teologi
Ritschl
adalah Teologi Liberal yang menekankan nilai etika
dalam
masyarakat dan menolak nilai spiritual. Nilai etika harus nyata dalam masyarakat karena langsung dipraktekkan. Unsur nilai yang bersifat teori ditolak olehnya.
Nilai etika harus terealissasi dalam kehidupan masyarakat sehingga masyarakat
jauh dari dosa karena dosa adalah sifat keegoisan. Ritschl menerapkan nilai moral yang dilihat dari Yesus untuk diaplikasikan dalam masyarakat. Etika sangat dijunjung tinggi oleh Ritchl, sehingga ia melihat ke arah natur kemanusiaan Yesus
yang bersosialisasi sepenuhnya dalam masyarakat. Albrecht Ritchl menolak aspek
supranatural dari hidup Yesus dan menafsirkan mukjizat Yesus dalam kerangka idealisme liberal, dan menjadikan etika sebagai jantung
agama.
Ia berpikir secara idealis (rasio) dalam meneliti ajaran Alkitab, karena Alkitab menurutnya tulisan yang ditulis oleh manusia dan dapat salah.
Pengaruh
Teologi Ritschl sangat nyata dengan terbentuknya Injil Sosial yang real dalam masyarakat yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian, walaupun teologi Ritschl membawa pengaruh besar dalam hidup masyarakat, tetapi jelas bahwa teologi ini tidak Alkitabiah,
karena menafsirkan injil sesuai logika dan tidak
mengakui keberadaan Allah yang berinkarnasi sebagai Yesus.
° Aliran
filsafat idealisme yang muncul di Jerman
pada tahun 1860an. Aliran
ini berasal dari dua kata yaitu, neo yang berarti baru dan Kant yang
berarti nama filsuf, Imanuel Kant. Dari penggabungan dua kata
tersebut, Neo
Kantianisme berarti kembali kepada Kant, yaitu mengembangkan kembali
unsur-unsur idealis, metafisis dan dialektis.
[2] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2007) hal. 201-202.
[4] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2007) hal. 201-202.
[7] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2007) hal. 201-202.
[8]
http://learning.sabda.org/baca.php?b=teo_kontem#00017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar