TUGAS
REFLEKSI 3 (KITAB SAMUEL)
Mata Kuliah : ESKPOSISI PL-2
Nama :
Roy Damanik
Dosen :
Dr © Martomo Wahyudianto, M.A.C.E, M.Th
Setelah mempelajarai
Eksposisi Kitab Samuel, ada beberapa hal penting yang saya dapatkan, yakni :
1) Ketaatan
diri Hana, dia tahu Allah menginginkan semua anak sulung Israel dikuduskan bagi
Allah. Lalu hana menyerahkan Samuel sejak kecil kepada Allah, yang pada
akhirnya Samuel diangkat menjadi hakim terakhir bagi Israel, merupakan awal
dari kehidupan Samuel. Melalui hal ini kita dapat belajar bahwa dari sejak
dini, kita sudah harus menyerahkan diri kita (atau lebih spesifik, anak kita)
total kepada Allah. Selanjutnya biar Allah yang menyatakan karyaNya.
2) Disaat
pernyataan Tuhan jarang,
menunjukkan kemerosotan hubungan Tuhan dengan Israel pada
masa itu. Namun disaat itu
pula Allah memanggil Samuel serta berbicara kepadanya. Dalam kondisi dimana
Samuel tidak tahu siapa yang memanggil dia, karena memang pada saat itu Samuel
masih muda bahkan belum mengenal Allah. Hal ini mengingatkan kepada kita, bahwa
sesungguhnya dimasa ini juga Allah melakukan hal yang sama. Yakni Allah sendiri
yang mengenalkan diri kepada kita melalui pengalaman-pengalaman kita bersama
Dia. Atau melalui “eli-eli” yang akan menuntun kita kepada pengenalan akan dia.
Ada saat dimana kita menjadi “Samuel” yang dituntun oleh “Eli” masuk kepada
pengenalan terhadap Allah. Namun, ada saatnya juga dimana kita akan menjadi
“Eli” yang akan menuntun “Samuel (orang lain atau anak-anak kita)”, untuk masuk
kepada pengenalan akan Allah. Oleh karena itu kita harus dengar-dengaran dan
peka terhadap suara Firman Allah.
3) Ketika
Allah menyampaikan pesan khusus kepada Samuel, mengenai umat Israel bahkan
mengenai keluarga Eli. Samuel enggan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada
Eli, karena pesan itu mengandung tentang kehancuran keluarga Eli. Disamping
itu, Eli merupakan salah satu orang yang sangat berperan penting dalam
kehidupannya, sehingga tidak mudah bagi dia untuk menyampaikan pesan Tuhan. Namun
Eli meminta Samuel untuk tidak menyembunyikan sedikitpun dari apa yang
disampaikan Allah kepadanya. Dan respon Eli sangat baik sekali untuk
diteladani, karena dia menyerahkan semuanya kepada Allah yang maha sempurna,
bahkan menerima keputusan Allah dengan hati yang ikhlas . Dalam hidup ini, kita
sering menyimpan kekurangan serta kesalahan orang lain dalam hati kita, dan
tidak mau menyampaikannya karena takut orang lain tersinggung. Kita tidak mau
menegor orang lain, karena dia Pendeta kita, Orang tua kita, Istri kita, Suami
kita atau bahkan pacar kita. Karena kita takut dengan konsekuensi, apabila kita
menyampaikan kekurangan mereka. Atau bahkan kita sendiri pun, sering sekali
tidak bisa menerima teguran dari orang lain. Melalui tokoh Samuel, kita diingatkan bahwa semua
manusia tidak ada yang sempurna, kita semua punya kelemahan dan kegagalan.
Secara khusus dalam pelayanan, kita harus saling mendukung. Tidak ada pelayan
yang sempurna, Allah memanggil kita untuk saling menasehatkan antara satu
dengan yang lainnya, serta saling melengkapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar