TUGAS MAKALAH
STRATEGI BUDAYA AGAMA KRISTEN
PENGINJILAN KONTEKSTUAL
UNTUK DAERAH KAVLING LAMA –
BATU AJI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
PENGINJILAN KONTEKSTUAL
Yang Dibina Oleh :
Deborah Y.S. Kim, M.A, M.Th©
Nama : Roy Damanik
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Penginjilan merupakan suatu pekerjaan sedunia bagi semua
orang Kristen. Dalam Matius 28:19-20, dengan jelas menyampaikan tentang tugas
tersebut “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Dari nats tersebut kita dapat
melihat bahwa Allah menginginkan kita menyampaikan kabar keselamatan, sekaligus
Dia memberi jaminan kepada kita dalam proses penginjilan tersebut.
Menyampaikan tentang kabar keselamatan yakni Yesus Kristus
sudah seharusnya menjadi suatu cara hidup. Namun, dalam kenyataannya banyak
orang Kristen yang tidak menjadikan penginjilan sebagai cara hidup. Namun tidak
bisa dipungkiri, bahwa penginjilan tidak akan pernah berhenti, karena masih
banyak orang yang terbeban dalam tugas tersebut. Tentu sekali tidak mudah,
karena banyak tantangan yang ditemukan dalam proses penginjlan. Didalam makalah
ini penulis akan memaparkan berbagai hal yang menjadi kendala dalam penginjilan,
dan bagaimana metode penginjilan yang tepat agar berhasil. Secara khusus, dalam
makalah ini penulis akan memfokuskan penginjilan yang baik di daerah tertentu,
yakni Kavling Lama – Batu Aji.
- RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan
masalah dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penginjilan dan penginjilan
kontesktual?
2. Apa yang menjadi dasar dan apa saja kendala dalam
penginjilan?
3. Bagaimana strategi yang tepat dalam proses
penginjilan?
4. Bagaimana situasi sosial, ekonomi, budaya, dan
lingkungan di Kavling Lama?
5. Strategi apa yang tepat dalam proses penginjilan di
Kavling Lama?
- TUJUAN
Adapun tujuan penulisan
dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Mengerti dengan baik apa yang dimaksud dengan
penginjilan dan penginjilan kontekstual.
2. Memahami dengan baik apa yang menjadi dasar dan apa
saja kendala yang ditemukan dalam proses penginjilan.
3. Mengerti dengan baik, seperti apa strategi yang tepat
dalam proses penginjilan.
4. Memahami dengan tepat seperti apa situasi sosial,
ekonomi, budaya, dan lingkungan di Kavling Lama, sehingga mempermudah proses
penginjilan.
5. Memahami dengan tepat dan dapat memilih strategi yang
tepat dalam proses penginjilan di Kavling Lama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGINJILAN
A.1. Pengertian
Penginjilan
Istilah
penginjilan sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan
kehidupan gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja
lokal menanggapi penginjilan sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang
yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai
satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal
berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja lokal lainnya,
sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang
datang kepadanya.
Dalam
Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru mau pun dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada
hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “euaggeliξω” dibaca “evanggeliso” artinya : “mengumumkan, memberitakan, atau membawa
kabar baik, dan memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam
Yesus”. Dalam konteks aslinya kata evanggeliso merupakan satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran
Yunani. Kata ini memiliki arti upah yang diberikan kepada pembawa berita
kemenangan dari medan tempur, dan atau
berita kemenangan itu sendiri. Kemudian orang Kristen menggunakan kata
“evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya
Yesus Kristus.[1]
Dalam
kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain yang berhubungan dengan
penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau
mengajarkan. Tuhan Yesus sering menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh
penggunaannya dicatat dalam Mat. 10:7-15; 4:23; 7:28; 9:35; Mrk 1:21; 6:6; Luk.
10:4-12. Kata kedua yaitu : “μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya bersaksi, atau
menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami. Penginjilan dengan cara
ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2:40).[2]
Setelah
menyelidiki arti kata “penginjilan” secara etimologis, maka “penginjilan”
adalah :
1.
Satu tugas untuk
mengumumkan atau memberitakan kabar baik, dan atau kabar keselamatan di dalam
Yesus Kristus.
2.
Dilakukan dengan
cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang mengumumkan satu
dekrit, yaitu dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan
dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan dengan bersaksi berdasarkan
apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut.
3.
Tugas
penginjilan tidak dapat dibantah dan atau dilalaikan karena berita itu
menyangkut keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh pemberi perintah.
A.2. Pengertian
Penginjilan Kontekstual
Istilah
“Kontekstualisasi” baru ditambahkan pada bidang misi dan teologi oleh
Theological Education Fund (TEF) pada tahun 1972. Namun, para Misionaris
menyadari bahwa ide “Kontekstualisasi” sudah ada jauh sebelumnya yaitu terdapat
di dalam Alkitab. Yakob Tomatala mendefinisikan kata “Kontekstualisasi” sebagai
berikut : Kata “Kontekstualisasi” (Contextualisation) berasal dari kata
‘konteks’ (Context) yang diangkat dari kata Latin “Contextere” yang berarti
menenun atau menghubungkan bersama (menjadikan satu). Kata benda “Contextus”
menunjuk kepada apa yang telah ditenun (tertenun), di mana semuanya telah
dihubung-hubungkan secara keseluruhan menjadi satu.
Pengertian
ini menjelaskan bahwa berbicara tentang Kontekstualisasi perhatian ditujukan
kepada dua atau lebih komponen yang disatukan atau dengan kata lain
“Kontekstualisasi” berbicata tentang penyatuan beberapa komponen. Untuk
memahami istilah ini perlu memahami juga dua istilah yang saling berhubungan
yaitu Teks dan Konteks.[3]
Kontekstualisasi
adalah konsep usaha memahami konteks kehidupan manusia secara luas dalam
dimensi budaya, agama, sosial, ekonomi, dan politik dalam hubungannya dengan
situasi menyeluruh dengan tujuan agar pemberitaan Injil dapat dilakukan dengan
baik dan dipahami secara tepat oleh setiap orang yang hidup dalam konteks
tersebut.[4]
A.3. Dasar
Penginjilan
Selain
sebagai Amanat Agung, ada alasan-alasan lain mengapa kita harus melakukan
penginjilan yaitu[5]
:
1. Allah menghendaki semua orang diselamatkan (1 Tim. 2:3-4).
2. Kasih kepada Kristus dan sesama (2 Kor. 5:14, 18-2).
3. Ketaatan sebagai bukti kasih (Yohanes 14:21-23), “Barangsiapa
memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku”.
4. Kerelaan. (Yesaya 6:18)
A.4. Kendala
Dalam Proses Penginjilan
Dalam
proses penginjilan, kita harus memahami situasi sosial, ekonomi, budaya,
strategis, dan lain-lain. Dengan arti, dalam penginjilan kita akan menemui
beberapa kendala, adapun beberapa kendala dalam penginjilan, anatara lain[6] :
1.
Blindness
(Kebutaan Budaya), hal ini akan menjadikan kita menjadi komunikator yang tidak
efektif dalam konteks asing. Bahkan membuat kita berasumsi bahwa masalahnya
terletak pada orang lain dan bukan pada kita.
2.
World View yang
sempit, hal ini akan membuat kita salah dalam konsep berpikir.
Selain
kedua hal diatas, masih ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam proses
penginjilan, dan penghambat itu berasal dari diri kita sendiri, antara lain[7] :
1.
Kesuam-suam
kukuan kita dalam pelayanan.
2.
Sifat yang
berubah-ubah, atau tidak benar-benar menetapkan hati.
3.
Ketidaksiapan
pikiran dan hati.
4.
Memiliki rasa
takut yang berlebihan.
5.
Kita tidak siap
untuk melawan musuh kita, yakni iblis dan penguasa-penguasa di udara.
A.5. Strategi
Yang Baik Dalam Proses Penginjilan
Berikut
ini adalah langkah-langkah dalam proses penginjilan, antara lain :
Merencanakan, Mendoakan,
Menjajaki (orangnya, wilayahnya,
pendekatannya, dll), Menginjili, Membimbing[8].
1) Merencanakan, melalui perencanaan dalam penginjilan
akan melatih diri kita dalam membenahi kepribadian sebagai seorang Kristen yang
benar.
2) Mendoakan, kita harus meminta hikmat dan kuasa Tuhan
untuk menjamah hati orang-orang yang akan kita injili. (Yoh. 6:44). Berdoa
secara khusus meminta hikmat dari Tuhan tentang cara dan kata-kata yang tepat
dari Tuhan.
3) Menjajaki, melalui penjajakan kita akan berusaha
menjadikan orang yang akan kita injili menjadi teman kita. Kita akan mengadakan
pengenalan, kemudian berteman lalu menginjili.
4) Meminta bimbingan dari para mentor.
Selain
langkah-langkah tersebut diatas, kita juga perlu memperhatikan hal-hal yang
dibutuhkan oleh seorang penginjil, supaya proses penginjilan dapat berjalan
dengan baik, antara lain[9] :
1) Mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat pribadi.
2) Memiliki keyakinan kepastian akan keselamatan kekal.
3) Memiliki tujuan hidup yang seperti kehendak Allah.
4) Rela berkorban demi kehendak Allah yang berlaku dalam
hidupnya.
5) Mengasihi Allah dan Firman-Nya (Yoh. 13:14-17, 34-35).
6) Siap melayani Tuhan dalam segala kondisi (2 Tim.
4:1-5).
7) Mempercayai Allah untuk keberhasilan pelaksanaan
pelayanan-Nya.
8) Siap bekerja sama dengan semua orang (1 Kor. 3:6-9; Rom.
8:28).
9) Mengasihi sesama dalam kata dan perbuatan (Rom.
12:9-21).
10) Mampu bertahan dan menang terhadap dosa dan godaan
(Ayb. 28:28).
11) Mendisiplinkan diri untuk hidup takut akan Allah (1
Kor. 9:24-27).
12) Memiliki keberanian karena sesungguhnya ia dipimpin
oleh Roh Kudus (2 Tim. 1:7-12; Kis.
1:8; Rom. 8:16).
B. DAERAH
KAVLING LAMA – BATU AJI
B.1. Letak
Geografis
Batu
Aji bukan berarti batu keramat atau batu perhiasan. Batu aji adalah salah satu
kota yang terletak di barat daya pulau Batam. Dulunya Batu Aji hanya dikenal
sebagai satu kampung yang sekarang kampung tersebut lebih dikenal dengan
sebutan Kavling Lama, kemudian berkembang dengan dibentuknya daerah Kavling
Baru dan Sagulung, Puskopkar, Muka Kuning Indah, PJB, Aviari, dan Kavling
Duriangkang. Sekarang Batu Aji adalah sebuah kota sibuk yang aktivitasnya
terlihat dari subuh hari sampai ke tengah malam. Batu Aji berkembang menjadi
daerah pemukiman, edukasi, perdagangan, dan bisnis. Batu Aji juga memiliki
beberapa wilayah pusat perbelanjaan seperti Sagulung, Aviari, Melawai, Pasar
Melayu, dan Sentosa Perdana, yang didalamnya memiliki beberapa mall seperti
Sagulung Mall, Mitra Mall, Aviari Plaza, SP Plaza.[10]
B.2. Situasi
Pendidikan & Keagamaan
Sebagai
daerah hunian masyarakat yang cukup luas dan ramai. Kavling Lama memiliki cukup
banyak sekolah. Baik itu sekolah Negeri maupun Swasta. Adapun sekolah-sekolah
yang ada di Kavling Lama, antara lain[11] :
NAMA SEKOLAH
|
KETERANGAN
|
SD NEGERI 004
SAGULUNG
|
SEKOLAH NEGERI
UMUM
|
SD NEGERI 010
SAGULUNG
|
SEKOLAH NEGERI
UMUM
|
SDS AL - AZHAR
3
|
SEKOLAH SWASTA
ISLAM
|
SD CITRA
BAHTERA HAYAT
|
SEKOLAH SWASTA
ISLAM
|
SDS HARAPAN
BARU
|
SEKOLAH SWASTA
KRISTEN
|
SD HIDUP BARU
I
|
SEKOLAH SWASTA
KRISTEN
|
SMP BAPTIS
|
SEKOLAH SWASTA
KRISTEN
|
SMAN 5 BATAM
|
SEKOLAH NEGERI
UMUM
|
Daerah
Kavling Lama juga memiliki cukup banyak Gereja dengan berbagai denominasi,
adapun Gereja-Gereja tersebut antara lain[12] :
1)
Gereja Kasih
Karunia (GEKARI)
2)
Gereja Kristen
Protestan Indonesia (GKPI)
3)
Gereja Khatolik
4)
Huri Kristen
Indonesia (HKI)
5)
Gereja
Pentakosta Indonesia (GPI)
6)
Gereja
Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)
7)
Gereja Anugerah
Pembaharuan Indonesia (GAPI)
8)
Gereja Bethel
Indonesia Bethany (GBI Bethany)
9)
Huria Kristen
Batak Protestan (HKBP)
10) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI)
Selain
Gereja tersebut diatas, di Kavling lama juga terdapat banyak Musholah, Mesjid,
dan disana juga ada sebuah Vihara yang berdiri megah.
B.3. Situasi
Ekonomi, Sosial dan Budaya
B.3.1. Situasi
Ekonomi
Kavling Lama merupakan
daerah yang cukup ramai masyarakatnya. Perekonomian di Kavling Lama tidak jauh
berbeda dengan situasi perekonomian di daerah Batam secara umum. Penduduk
Kavling Lama rata-rata bekerja di Perusahaan, di Perkantoran, Guru, Pedagang,
Percetakan, Pangkas, Salon, dan lain-lain. Dilihat dari sisi perkembangan
masyarakatnya, Kavling Lama merupakan daerah dengan tingkat perekonomian diatas
rata-rata. Sehingga di Kavling Lama sangat jarang ditemukan kasus pencurian dan
kriminalitas lainnya.
B.3.2. Situasi
Sosial dan Budaya
Menurut pengamatan penulis,
dari sisi sosial dan budaya, daerah Kavling Lama dihuni kurang lebih 70% suku
Batak, dan 60% beragama Kristen. Hal ini terlihat dari jumlah Gereja yang cukup
banyak di daerah tersebut.
Diluar pengamatan
sehari-hari, karena penulis juga tinggal di Kavling Lama, sudah kurang lebih 4
Tahun. Pada 21 September dan 28 September 2014, penulis mencoba membuat sebuah
pengamatan khusus melalui perjalanan singkat disepanjang jalan besar Kavling
Lama. Di sepanjang jalan besar, ditemukan 10 Gereja tersebut diatas, namun di
depan Gereja-Gereja tersebut, penulis juga melihat cukup banyak kedai-kedai
kecil (sama seperti kedai di daerah Batak, di Sumatera Utara) yang dikunjungi
pemuda dan kaum bapak disaat jam ibadah Gereja sedang berjalan. Dari pengamatan
tersebut penulis melihat ada cukup banyak orang Kristen di daerah Kavling Lama
yang tidak mau memberi hati dalam pelayanan. Bahkan lebih memilih duduk di
kedai-kedai di hari Minggu, dibandingkan masuk dan beribadah di Gereja. Budaya
tersebut tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi dunia penginjilan, untuk
memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menyadarkan para Orang Kristen yang
tidak mau beribadah di daerah tersebut.
C. STRATEGI
PENGINJILAN YANG TEPAT UNTUK DAERAH KAVLING LAMA – BATU AJI
Sesuai
dengan pembahasan diatas, dimana daerah Kavling Lama secara garis besar dihuni
oleh orang Kristen, namun tidak mau ke Gereja dan tidak mau ikut serta dalam
pelayanan. Maka strategi yang baik untuk menjangkau jiwa-jiwa di daerah
tersebut, antara lain :
1) Menyelidiki latar belakang atau persoalan mengapa
mereka tidak mau ke gereja.
2) Konsultasi kepada Hamba Tuhan yang berkompeten di
bidang Penginjilan tentang hal apa yang seharusnya kita perbuat dan sampaikan
kepada mereka.
3) Mengadakan pendekatan secara pribadi.
4) Membangun komunikasi yang baik, serta menunjukkan
karakter Kristus dalam diri kita.
5) Masuk ke dunia mereka, dan memberikan dampak positif
kepada mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Penginjilan
merupakan tugas khusus yang dipercayakan Tuhan kepada orang Kristen, secara
khusus kepada mereka yang terbeban untuk menyampaikan kabar keselamatan.
Khususnya di zaman ini cukup banyak orang Kristen yang tidak mau ke Gereja,
bahkan tidak perduli terhadap pelayanan. Dari pemaparan penulis, dimulai dari
pentingnya penginjilan sampai kepada bagaimana menjadi penginjil yang baik. Secara
khusus untuk daerah Kavling Lama, perlu sekali diadakan penginjilan terhadap
mereka yang tidak mau ke Gereja. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan,
antara lain :
1. Membentuk tim penginjilan dalam gereja lokal, untuk
menjangkau jemaat yang sudah jarang ke Gereja.
2. Membentuk kelas pemuridan bagi jiwa-jiwa yang baru
pertama kali datang ke gereja atau masih baru dalam kehidupan gereja lokal,
supaya memiliki dasar kekristenan yang matang.
3. Perlu pengembangan jemaat menjadi jemaat yang
menginjili, melalui pengajaran dan bimbingan tentang penginjilan.
4. Perlu membuka pos-pos penginjilan di keluarga-keluarga
atau jemaat untuk memperluas penginjilan gereja lokal.
5. Saling mendukung dalam penginjilan lewat dana misi,
waktu, pikiran dan tenaga.
numpang nanya iya kakak2/abang2,,
BalasHapusyang dimaksud dengan penginjilan ke dalam ituu,, apa ya kak
Luar biasa bapak senior ini bahh ..sangat memberkati
BalasHapus