Halaman

Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (TUGAS MAKALAH - TANGGAPAN TERHADAP KEBERATAN ATAS KEILAHIAN KRISTUS)

TUGAS MAKALAH

TANGGAPAN TERHADAP KEBERATAN
ATAS KEILAHIAN KRISTUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
DOGMATIKA 3 (KRISTOLOGI)
Yang Dibina Oleh :
Simon Andreas, S.Th


Nama : Roy Damanik

BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG
Orang Kristen percaya dan juga menyatakan dengan iman bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Bahkan hal tersebut juga merupakan salah satu inti pengajaran Kekristenan. Pengajaran ini sangat penting. Namun, pengajaran ini menjadi pertanyaan bahkan diperdebatkan dari dulu sampai sekarang. Jika pengajaran ini benar maka Kekristenan itu sangat unik, jika tidak maka Kekristenan tidak berbeda dengan agama yang lain. Melalui makalah ini, penulis akan memaparkan pandangan-pandangan yang setuju dan juga yang tidak setuju dengan kebenaran bahwa “Yesus adalah Allah.

   B.    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, adalah sebagai berikut :

  1. Benarkah Yesus merupakan inkarnasi Allah ?
  2. Apa saja pandangan dari paham-paham yang keberatan terhadap keilahian Yesus Kristus ?
  3. Bagaimana tanggapan terhadap keberatan atas keilahian Yesus Kristus ?

   C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah sebagai berikut :

  1. Memaparkan kebenaran bahwa Yesus adalah Inkarnasi Allah.
  2. Memaparkan pendapat tentang keberatan dari paham-paham yang tidak setuju atas keilahianYesus.
  3. Menanggapi dengan tepat keberatan-keberatan atas keilahian Yesus, dan memaparkan bukti-bukti yang mendukung bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Ilahi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    YESUS KRISTUS ADALAH INKARNASI ALLAH
Inkarnasi berasal dari kata Latin, incanatio (“in” : masuk ke dalam; “caro/carnis” : daging). Secara bebas kata ini bisa diartikan sebagai : “masuknya Allah ke dalam daging manusia dalam diri Yesus Kristus”. Menurut Calvin inkarnasi berbicara tentang kesatuan antara ilahi dan kemanusiaan dalam pribadi Yesus Kristus, tetapi bukan peleburan keduanya. Mungkin Calvin mengacu pada Kristologis Distinctio sed non separatio (ide-ide dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.[1]
Dalam Yohanes 1:14, Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Dalam hal ini terdapat dua opsi, opsi yang pertama yakni Firman telah menjadi manusia, yang telah ada bersama-sama dengan manusia. Dan opsi ke dua, yakni Anak Allah menyatakan dirinya melalui inkarnasi, serta hidup sama dengan manusia yang lainnya. Diapun memiliki apa yang dimiliki manusia. Hal ini menunjukkan kemanusiaan Yesus yang 100%. Dalam kitab Yohannes terdapat bukti-bukti kemanusiaan Yesus, antara lain[2]:
   1.     Yesus datang sebagai manusia (Yoh. 1:14; 1 Yoh. 4:2).
   2.     Yesus memiliki tubuh maupun jiwa (Yoh. 11:33, 1 Yoh. 3:16).
   3.     Yesus mengalami kelemahan Fisik (Yoh. 4:6).
   4.     Yesus memiliki emosi (Yoh. 11:33-35; 12:27; Yoh. 7:44;10:31).

Selain bukti kemanusiaan, Yesus juga mempunyai bukti keilahian-Nya. Dia melakukan hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia dan melakukan apa yang dapat dilakukan oleh Allah. Yesus melakukan mukjizat penyembuhan, Dia memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati sama seperti Bapa (Yoh. 5:21), bahkan diri-Nya pun bangkit dari antara orang mati. Yesus juga menunjukan bahwa Dia adalah Allah, dengan menyebutkan bahwa Dia adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6).
Kedua pernyataan di atas sama-sama menyatakan bahwa Allah berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus. Yesus memiliki sifat kemanusiaan-Nya 100% dan memiliki sifat keilahiaan-Nya 100%.

B.    KEBERATAN ATAS KEILAHIAN YESUS KRISTUS
Penolakan terhadap keilahian Yesus Kristus, bukanlah hal yang baru dalam dunia Kekristenan. Namun, hal tersebut sudah terjadi sejak kelahiran Yesus sendiri. Apa yang menjadi dasar penolakan tersebut, itulah yang terutama yang akan dipaparkan dalam karya tulis ini. Dalam kesempatan ini, ada beberapa paham yang akan disampaikan, yakni : 

   1.     ARIANISME
Arianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Arius pada tahun 300. Arius menganggap bahwa Yesus hanyalah merupakan ciptaan Allah saja, yakni ciptaan paling agung, lalu dia menyimpulkan bahwa “Yesus bukan Allah”. Pandangannya ini kemudian mempengaruhi munculnya sebuah gerakan yang disebut Arianisme. Pemikiran Arius mengenai keilahian Kristus kemudian ditolak dalam Konsili Nicea dan ia dikucilkan dari gereja.[3]
Arius juga menambahkan, bahwa hanya Allah Bapa yang merupakan Allah, sedangkan Kristus atau Sang Anak hanya merupakan makhluk ciptaan Allah Bapa yang sulung dan tertinggi, tetapi bukan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, maka Kristus tidaklah kekal.[4] Alexander tidak menyetujui pandangan Arius ini. Menurut Alexander Sang Anak haruslah benar-benar Allah agar dapat menyelamatkan manusia. Tahun 318 Alexander mengadakan sinode di Alexandria yang memutuskan agar Arius dihukum. Alexander mengutuk ajaran Arius. Arius juga dikutuk bersama lima orang presbiter dan enam orang diaken lain.[5]

   2.     NESTORIANISME
Nestorianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Nestorius pada tahun 400. Nestorianisme mengajarkan bahwa esensi kemanusiaan dan esensi keilahian Kristus itu terpisah dan oleh karena itu ada dua pribadi, yakni pribadi manusia Yesus Kristus, dan pribadi Logos (putra Allah) yang ilahi, yang berdiam dalam manusia Yesus Kristus. Sebagai konsekuensinya, kaum Nestorian menolak adanya istilah-istilah seperti Allah menderita atau Allah telah disalibkan, karena kemanusiaan Yesus Kristus yang menderita itu terpisah dari keilahiannya.[6]
Dalam jemaat Nestorius terjadi perselisihan mengenai gelar Bunda Allah (Theotokos) dan bunda Manusia (Antropotokos). Nestorius berpendapat bahwa gelar tersebut akan menimbulkan salah paham. Menurut Nestorius sebenarnya gelar itu tidak dapat dikenakan kepada Maria, karena Maria tidak mengandung Allah, melainkan mengandung seorang manusia. Maria hanyalah alat untuk penggenapan rencana Allah. Nestorius kemudian menciptakan gelar baru bagi Maria, yaitu Bunda Kristus (Kristokos). Sebab dalam pandangannya, Kristus adalah Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun Nestorius tidak berhasil memperdamaikan jemaatnya. Malah ia semakin ditentang oleh Ciryllus, uskup Aleksandria yang mempertahankan bahwa kedua tabiat Kristus itu bercampur sedemikian rupa, sehingga menjadi satu tabiat saja. Cyrillus juga mempertahankan penggunaan gelar Theotokos bagi Maria. Pertikaian ini bertambah hangat dan keras, maka kaisar mengadakan konsili yang bersidang di Efesus. Dalam konsili ini ajaran Nestorius dikutuk oleh pengikut Cyrillus, demikian pula sebaliknnya sehingga perdamaian tidak dapat dicapai.[7]

   3.     ADOPTIANISME
Aliran adoptianisme dipengaruhi oleh gagasan ebionitisme dan monarkianisme. Aliran ini muncul terutama di Spanyol pada abad-8. Konteks pengaruh Islam di Spanyol ketika itu ikut melatarbelakangi pemikiran ini, bahwa Allah tidak mungkin punya anak. Intinya, Yesus Kristus diangkat (adopsi) oleh Allah sebagai anak. Yesus hanyalah manusia biasa, namun mendapat perlakuan khusus dari Allah, dengan diangkat sebagai anak. Paham ini  tidak menerima inkarnasi.[8]

   4.     EBIONITISME
Aliran ini berkembang di antara kelompok asketik Kristiani abad 1-2, yang memandang bahwa Yesus sepenuhnya adalah manusia, anak Maria dan Yoseph, lalu kemudian Roh Kudus turun atas-Nya saat pembaptisan.  Aliran ini sangat menghargai santo Yakobus, namun menolak Paulus. Pemikiran ini menganut paham dualistik.[9]

   5.     EUNOMIANISME
Pemikiran ini dikemukakan oleh uskup Cyzicus, Eunomius. Dia mengatakan bahwa Allah merupakan pribadi yang tidak dijadikan. Namun, dia memandang Putera sebagai ciptaan pertama Bapa, dan Roh Kudus kemudian diciptakan oleh Putera.[10]

   6.     UNITARIANISME
Unitarianisme merupakan suatu ajaran yang menekankan ketunggalan Allah. Ajaran ini muncul pertama kali di Transylvania di sekitar gereja Lutheran. Unitarianisme adalah teologi Kristen yang menyatakan bahwa Allah adalah Esa (Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinitas (Allah sebagai tiga pribadi yang satu). Paham ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah bukanlah Yesus. Yesus hanyalah seorang Nabi dan Hamba Allah. Ajaran Unitarianisme ini menolak persoalan Trinitas yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi satu.[11]

   7.     YUDAISME
Yudaisme pada umumnya menganggap Yesus sebagai salah satu dari sekian banyak mesias palsu yang muncul dalam sejarah. Yesus dianggap sebagai salah satu mesias palsu yang paling berpengaruh, dan menimbulkan kerusakan yang paling parah di antara semua mesias palsu. Kebanyakan orang Yahudi percaya bahwa Mesias belum datang dan zaman Mesianik belum tiba. Itu sebabnya Yudasime tidak pernah menerima klaim penggenapan apapun yang diberikan oleh orang Kristen kepada Yesus. Yudaisme juga melarang orang menyembah seseorang dalam bentuk penyembahan berhala, karena kepercayaan utama dalam Yudaisme adalah satu Allah. Kepercayaan akan keilahian Yesus dianggap tidak kompatibel[12] dengan Yudaisme. Eskatologi Yahudi percaya bahwa kedatangan Mesias akan dihubungkan dengan runtunan peristiwa tertentu yang belum terjadi, termasuk kembalinya orang Yahudi ke tanah air mereka dan pembangunan Bait Suci, suatu era Mesianik yang penuh kedamaian dengan pengertian di mana pada era itu “pengetahuan akan Allah” akan memenuhi bumi. Dan karena orang Yahudi percaya bahwa tidak ada di antara peristiwa ini terjadi dalam kehidupan Yesus atau setelahnya, kecuali kepulangan orang Yahudi ke tanah Israel, maka mereka menyimpulkan bahwa Yesus bukan Mesias (yang Ilahi).[13]

C.    KEBENARAN ATAS KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Keilahian Kristus merupakan inti pokok iman Kristen, karena iman Kristen dilandaskan pada kenyataan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Namun, keilahian Kristus telah menjadi masalah yang paling hangat, mulai dari dulu hingga saat ini, lalu bagaimana kekristenan menanggapi hal tersebut. Alkitab menjadi jawaban terbaik untuk setiap keberatan atas keilahian Kristus. Dibawah ini ada 3 hal yang menjadi bukti keilahian.
  
   1.     KESADARAN DIRI YESUS
Kesadaran diri Yesus sebagai pribadi Allah sangat banyak disinggung dalam Injil Yohanes. Perikop yang paling terkenal dalam Yohanes adalah dalam pasal 10:30-33, disitu dikatakan, “Aku dan Bapa adalah Satu.” Dalam ayat ini muncul arti yang dalam dan menarik, dalam bahasa Yunani dari A.T Robertson, kita mendapatkan : “Satu (Hen) bersifat netral, bukan maskulin (Heis). Jadi bukan satu orang (bdg. Heis dalam Gal. 3:28), tapi satu inti atau satu sifat dasar”. Robertson menambahkan kemudian, “Pernyataan yang tegas dan mengenai ini adalah puncak dari pengakuan Kristus tentang hubungan di antara Bapa dan diriNya sendiri (Anak). Ia membangkitkan luapan amarah orang - orang Farisi. ”Kemudian dalam Yohanes 5:17-18, tentang Yesus menyebut Allah BapaNya sendiri. Lebih lanjut A.T Robertson menjelaskan bagian ini “Yesus dengan jelas mengatakan, “BapaKu” ( Ho pater muu). Bukan “Bapa kita” yang menunjukkan suatu hubungan khas dengan Bapa. Bekerja sampai sekarang (heos artiergazetai... Yesus menempatkan diriNya sebagai teman sekerja Allah, dengan demikian Dia berhak untuk menyembuhkan pada hari Sabat. Yohanes 3:34; 11:42 yang membahas tentang gelar Yesus sebagai Anak Allah mendukung ajaran tentang keadaan Yesus yang sudah ada sebelum segala sesuatu, karena ia tidak dapat diutus kecuali jika Ia sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Hubungan antara Bapa dan Anak terlihat sebagai kesinambungan hubungan yang sudah ada sebelum inkarnasi. Hal lain yang terlihat di dalam Injil Yohanes seperti dalam ayat berikut (6:64; 8:19; 14:8-9; 10:15; 10:18; 15:15; 12:49-50), sangat-sangat jelas menunjukan keyakinan Yesus yang teguh bahwa pikiran dan kata-katanya seluruhnya dikuasai oleh kesadaranNya akan Allah. Hal lain yang menarik masalah kesadaran pribadi Yesus sebagai Allah adalah Ego Eimi (Akulah). Kata-kata ini sangat jelas menunjukan pernyataan Yesus sendiri mengenai keAllahanNya.[14]

   2.     PENGAKUAN PARA MURID
Selain Yesus secara spesifik mengklaim diriNya sebagai Allah, para muridNya juga mengakui keilahian Kristus. Mereka mengklaim bahwa Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan karena dosa adalah melawan Tuhan (Kis. 5:31; Kol. 3:13). Berhubungan erat dengan klaim yang terakhir ini, Yesus juga disebut sebagai yang akan “menghakimi orang yang hidup dan yang mati” (2 Timotius 4:1). Thomas berseru kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Paulus menyebut Yesus, “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita” dan menunjuk bahwa sebelum Yesus berinkarnasi, Yesus sudah ada dalam “rupa Allah” (Filipi 2:5-8). Penulis Ibrani mengatakan tentang Yesus, "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” (Ibrani 1:8). Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1).[15]
Yesus juga diberikan gelar-gelar yang hanya diberikan kepada Yahweh dalam Perjanjian Lama. Gelar “Penebus” dalam Perjanjian Lama (Maz. 130:7; Hosea 13:14) digunakan untuk Yesus dalam Perjanjian Baru (Tit. 2:13; Why 5:9). Yesus disebut Imanuel (“Allah beserta kita” dalam Mat. 1). Dalam Zak. 12:10 Yahweh berkata "dan mereka akan memandang kepada Dia (Bahasa Inggris : “kepadaKu”) yang telah mereka tikam”. Namun Perjanjian Baru menerapkan ayat ini kepada penyaliban Yesus (Yoh. 19:37; Why. 1:7). Jikalau Yahweh adalah yang ditikam dan dipandang, dan Yesus adalah yang ditikam dan dipandang, maka Yesus adalah Yahweh. Paulus menafsirkan Yes. 45:22-23 dengan menerapkannya kepada Yesus dalam Filipi 2:10-11. Nama Yesus juga digunakan bersama-sama dengan nama Yahweh dalam doa, “Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus” (Gal. 1:3; Ef. 1:2). Jikalau Kristus tidak bersifat ilahi, ini adalah suatu penghujatan. Nama Yesus disandingkan kembali dengan nama Yahweh dalam perintah Yesus untuk membaptis “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).[16]
Dalam tulisan Paulus juga terdapat penekanan tentang keilahian Kristus. Hal tersebut terlihat dalam penekanan paulus bahwa Kristus adalah “dari surga”\ (1 Kor. 15:47; 2 Kor. 8:9). Paulus menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9).[17]

   3.     KEBANGKITAN YESUS
Bukti ketiga adalah kebangkitan Yesus. Hal ini merupakan bukti terpenting, terkuat dan terbaik. Pada dasarnya manusia yang mati tidak dapat bangkit atau hidup kembali secara fisik. Namun Yesus mati, dan pada hari yang ketiga Ia bangkit (Mat. 28:1-10, 11-15; Mark. 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh. 20:1-10).
Kebangkitan Yesus dari kematian membuktikan Ia Allah, karena hanya Allah yang berkuasa atas kehidupan, kematian dan kebangkitan, sedangkan manusia tidak berkuasa atas hidupnya, sehingga semua manusia akan mati dan tidak mampu bangkit kembali. Yesus yang adalah Allah, berkuasa atas hidup-Nya, karena itu Ia bangkit pada hari yang ke tiga.[18]
Apakah Yesus benar-benar bangkit secara fisik, atau hanya sebuah mitos?. Menjadi pertanyaan bagi banyak pihak. Untuk menjawab keraguan tersebut, setidaknya ada 6 hal yang dapat membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian.
   1)     KuburNya kosong
Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Mat. 28; Mar. 16; Luk. 24; Yoh. 20,21).
   2)     Penampakan diriNya
1.     Kepada Maria Magdalena (Mar. 16:9; Yoh. 20:11-14).
2.     Kepada perempuan sekembalinya dari kubur (Mat. 28:9,10).
3.     Kepada Petrus (Luk. 24:34; 1 Kor. 15:5).
4.     Kepada murid-murid di Emaus (Luk. 24:13-32).
5.     Kepada rasul-rasul (Luk. 24:36-43; Yoh. 20:19-24; 20:26-29).
6.     Kepada 7 orang di danau Tiberias (Yoh. 21:1-23).
7.     Kepada lebih dari 500 orang percaya di bukit Galilea (1 Kor. 15:6).
8.     Kepada Yakobus (1 Kor. 15:7).
9.     Kepada murid-murid (Mat. 28:16-20; Luk. 24:33-52; Kis. 1:3-12).
10.  Saat kenaikan Yesus ke surga (Kis. 1:3-12).
11.  Kepada Stefanus (Kis. 7:55).
12.  Kepada Paulus (Kis. 9:3-6; 1 Kor. 15:8).
13.  Kepada Paulus saat di Bait Allah (Kis. 22:17-21; 23:11).
14.  Kepada Yohanes di pulau Patmos (Why. 1:9-20).
15.  Yesus dilihat lebih dari 500 orang (1 Kor. 15:6).
16.  Yesus menyatakan mempunyai daging dan tulang (Luk. 24:39).
17.  Yesus makan ikan (Luk. 24:42, 43).
   3)     Perubahan para Murid
Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid menyembah Dia (Matius 28:9). Para murid Yesus berani menyampaikan Firman dengan mengorbankan nyawanya karna Yesus sudah menjamin keselamatannya. Jaminan keselamatan telah Yesus nyatakan, yakni Yesus naik ke surga untuk menyiapkan tempat bagi para pengikutnya yang setia kepadanya.
   4)     Lahirnya Gereja
Lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesias. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta, dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya, tetapi juga memberikan respon terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus, dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).
   5)     Ibadah pada hari Minggu
Sejak kebangkitan Kristus, Gereja berkumpul untuk berbakti pada hari Minggu (Kis. 20:7; 1 Kor. 16:2), dan Gereja menyebut hari itu sebagai hari Tuhan (Why. 1:10).
   6)     Penulisan PB
Kebangkitan Yesus juga dibuktikan melalui penulisan PB. Itu terbukti, dimana pembahasan tentang kebangkitan tersebut menghabiskan 30% Injil Matius, 37% Injil Markus, 25% Injil Lukas, dan 41% Injil Yohanes.

Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu (1 Kor. 15:17). Kebangkitan terutama mensahkan apa yang telah dilakukan atau diajarkan Kristus. Semua kebenaran, yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat pembenarannya setelah Kristus, oleh kebangkitan-Nya, memberikan bukti terhadap otoritas ilahi-Nya. Kebangkitan-Nya menegaskan ke-Allah-an Yesus.

BAB III
KESIMPULAN

Setelah memaparkan tentang keberatan dan bukti kebenaran tentang keilahian Yesus. Dapat disimpulkan bahwa Yesus tidak hanya manusia biasa, namun Dia adalah Allah yang ilahi. Alkitab sendiri membuktikannya : Yesus menerima penyembahan dari manusia,  Yesus tidak berdosa, Yesus hidup penuh dengan mujizat, dan Yesus bangkit dari kematian. Hal tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Dia telah menebus dosa kita, dan berdiri sebagai pembela kita di hadapan Allah.
Sekuat apapun teori yang disampaikan oleh para tokoh yang menolak keilahian Kristus, Alkitab pasti punya jawabannya. Bukti terkuat keilahian Yesus adalah kebangkitannya. Karena apabila Yesus tidak benar-benar bangkit, maka murid-murid tentu sekali bukan orang bodoh yang mau mengorbankan nyawanya demi orang yang mati. Namun karena Yesus yaitu Allah yang hidup itu telah menjamin keselamatan para murid dan orang percaya, maka iman kita tidak sia-sia, karena kita menyembah Allah yang hidup, bukan Allah yang mati.
           Tentu dalam hal iman, akal pikiran kita akan menjadi lawan kita. Namun, kita perlu pahami, walaupun pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami hal-hal yang tidak terbatas yakni Allah, namun kita mempunyai cukup informasi untuk mengetahui Ke-Allahan yang berusaha menyelamatkan kita dari dosa dan menjamin suatu tempat bagi kita dalam kerajaan Allah.



[1]Alister E. Mcgrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008) hal. 288
[2]Donal Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta :BPK Gunung Mulia, 2008) hal. 248
[3]H. Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia) hal. 53-54.
[4] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia) hal. 23-25.
[5] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia) hal. 21-25.
[6] http://xxxproject.blogspot.com/2011/08/konsili-dan-penetapan-doktrin-kristen.html
[7]F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia) hal. 142-143.

[12]Kompatibel : Kesesuaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar