TUGAS MAKALAH
TANGGAPAN TERHADAP KEBERATAN
ATAS KEILAHIAN KRISTUS
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Kelulusan
Mata Kuliah
DOGMATIKA 3 (KRISTOLOGI)
Yang Dibina Oleh :
Simon Andreas, S.Th
Nama : Roy Damanik
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang
Kristen percaya dan juga menyatakan dengan iman bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
yang menjelma menjadi manusia. Bahkan hal tersebut juga merupakan salah satu inti
pengajaran Kekristenan. Pengajaran ini sangat penting. Namun, pengajaran ini menjadi
pertanyaan bahkan diperdebatkan dari dulu sampai sekarang. Jika pengajaran ini benar
maka Kekristenan itu sangat unik, jika tidak maka Kekristenan tidak berbeda dengan
agama yang lain. Melalui makalah ini, penulis akan memaparkan pandangan-pandangan yang setuju
dan juga yang tidak setuju dengan kebenaran bahwa “Yesus adalah Allah”.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
- Benarkah Yesus merupakan inkarnasi Allah ?
- Apa saja pandangan dari paham-paham yang keberatan terhadap keilahian Yesus Kristus ?
- Bagaimana tanggapan terhadap keberatan atas keilahian Yesus Kristus ?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah sebagai
berikut :
- Memaparkan kebenaran bahwa Yesus adalah Inkarnasi Allah.
- Memaparkan pendapat tentang keberatan dari paham-paham yang tidak setuju atas keilahianYesus.
- Menanggapi dengan tepat keberatan-keberatan atas keilahian Yesus, dan memaparkan bukti-bukti yang mendukung bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Ilahi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
YESUS KRISTUS ADALAH INKARNASI ALLAH
Inkarnasi berasal dari kata
Latin, incanatio (“in” : masuk ke dalam; “caro/carnis” : daging). Secara bebas
kata ini bisa diartikan sebagai : “masuknya Allah ke dalam daging manusia dalam
diri Yesus Kristus”. Menurut Calvin inkarnasi berbicara tentang kesatuan antara
ilahi dan kemanusiaan dalam pribadi Yesus Kristus, tetapi bukan peleburan keduanya.
Mungkin Calvin mengacu pada Kristologis Distinctio sed non separatio (ide-ide
dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.[1]
Dalam Yohanes 1:14, Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Dalam hal ini terdapat dua opsi, opsi
yang pertama yakni Firman telah menjadi manusia, yang telah ada bersama-sama
dengan manusia. Dan opsi ke dua, yakni Anak Allah menyatakan dirinya melalui
inkarnasi, serta hidup sama dengan manusia yang lainnya. Diapun memiliki apa
yang dimiliki manusia. Hal ini menunjukkan kemanusiaan Yesus yang 100%. Dalam
kitab Yohannes terdapat bukti-bukti kemanusiaan Yesus, antara lain[2]:
1.
Yesus datang sebagai manusia (Yoh. 1:14; 1 Yoh. 4:2).
2.
Yesus memiliki tubuh maupun jiwa (Yoh. 11:33, 1 Yoh. 3:16).
3.
Yesus mengalami kelemahan Fisik (Yoh. 4:6).
4.
Yesus memiliki emosi (Yoh. 11:33-35; 12:27; Yoh. 7:44;10:31).
Selain bukti kemanusiaan, Yesus
juga mempunyai bukti keilahian-Nya. Dia melakukan hal yang tidak dapat
dilakukan oleh manusia dan melakukan apa yang dapat
dilakukan oleh Allah. Yesus melakukan mukjizat penyembuhan, Dia memiliki kuasa
untuk membangkitkan orang mati sama seperti Bapa (Yoh. 5:21), bahkan diri-Nya pun
bangkit dari antara orang mati. Yesus juga menunjukan bahwa Dia adalah Allah,
dengan menyebutkan bahwa Dia adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6).
Kedua pernyataan di atas sama-sama
menyatakan bahwa Allah berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus. Yesus memiliki
sifat kemanusiaan-Nya 100% dan memiliki sifat keilahiaan-Nya 100%.
B.
KEBERATAN ATAS KEILAHIAN YESUS KRISTUS
Penolakan terhadap keilahian
Yesus Kristus, bukanlah hal yang baru dalam dunia Kekristenan. Namun, hal tersebut
sudah terjadi sejak kelahiran Yesus sendiri. Apa yang menjadi dasar penolakan
tersebut, itulah yang terutama yang akan dipaparkan dalam karya tulis ini.
Dalam kesempatan ini, ada beberapa paham yang akan disampaikan, yakni :
1.
ARIANISME
Arianisme adalah ajaran yang
dikeluarkan oleh Uskup Arius pada tahun 300. Arius menganggap bahwa Yesus
hanyalah merupakan ciptaan Allah saja, yakni
ciptaan paling agung, lalu dia menyimpulkan bahwa “Yesus bukan Allah”. Pandangannya ini kemudian mempengaruhi munculnya sebuah gerakan yang
disebut Arianisme. Pemikiran Arius mengenai keilahian Kristus kemudian ditolak
dalam Konsili Nicea dan ia dikucilkan dari gereja.[3]
Arius juga menambahkan, bahwa hanya
Allah Bapa yang merupakan Allah, sedangkan Kristus atau Sang Anak hanya
merupakan makhluk ciptaan Allah Bapa yang sulung dan tertinggi, tetapi bukan
Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, maka Kristus tidaklah kekal.[4] Alexander tidak menyetujui pandangan Arius ini. Menurut Alexander Sang Anak
haruslah benar-benar Allah agar dapat menyelamatkan manusia. Tahun 318
Alexander mengadakan sinode di Alexandria yang memutuskan agar Arius dihukum.
Alexander mengutuk ajaran Arius. Arius juga dikutuk bersama lima orang
presbiter dan enam orang diaken lain.[5]
2.
NESTORIANISME
Nestorianisme adalah ajaran
yang dikeluarkan oleh Uskup Nestorius pada tahun 400. Nestorianisme mengajarkan
bahwa esensi kemanusiaan dan esensi keilahian Kristus itu terpisah dan oleh
karena itu ada dua pribadi, yakni pribadi manusia Yesus Kristus, dan pribadi
Logos (putra Allah) yang ilahi, yang berdiam dalam manusia Yesus Kristus.
Sebagai konsekuensinya, kaum Nestorian menolak adanya istilah-istilah seperti “Allah menderita” atau “Allah telah disalibkan”, karena kemanusiaan Yesus
Kristus yang menderita itu terpisah dari keilahiannya.[6]
Dalam jemaat Nestorius terjadi
perselisihan mengenai gelar Bunda Allah (Theotokos) dan bunda Manusia
(Antropotokos). Nestorius berpendapat bahwa
gelar tersebut akan menimbulkan salah paham. Menurut Nestorius sebenarnya gelar
itu tidak dapat dikenakan kepada Maria, karena Maria tidak mengandung Allah, melainkan
mengandung seorang manusia. Maria hanyalah alat untuk penggenapan rencana Allah. Nestorius kemudian menciptakan gelar baru bagi Maria, yaitu Bunda Kristus
(Kristokos). Sebab dalam pandangannya,
Kristus adalah Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun Nestorius tidak
berhasil memperdamaikan jemaatnya. Malah ia semakin ditentang oleh Ciryllus,
uskup Aleksandria yang mempertahankan bahwa kedua tabiat Kristus itu bercampur
sedemikian rupa, sehingga menjadi satu tabiat saja. Cyrillus juga
mempertahankan penggunaan gelar Theotokos bagi Maria. Pertikaian ini bertambah
hangat dan keras, maka kaisar mengadakan konsili yang bersidang di Efesus.
Dalam konsili ini ajaran Nestorius dikutuk oleh pengikut Cyrillus, demikian
pula sebaliknnya sehingga perdamaian tidak dapat dicapai.[7]
3.
ADOPTIANISME
Aliran adoptianisme dipengaruhi
oleh gagasan ebionitisme dan monarkianisme. Aliran ini muncul terutama di
Spanyol pada abad-8. Konteks pengaruh Islam di Spanyol ketika itu ikut
melatarbelakangi pemikiran ini, bahwa Allah tidak mungkin punya anak. Intinya,
Yesus Kristus diangkat (adopsi) oleh Allah sebagai anak. Yesus hanyalah manusia
biasa, namun mendapat perlakuan khusus dari Allah, dengan diangkat sebagai
anak. Paham ini tidak menerima inkarnasi.[8]
4.
EBIONITISME
Aliran ini berkembang di antara
kelompok asketik Kristiani abad 1-2, yang memandang bahwa Yesus sepenuhnya
adalah manusia, anak Maria dan Yoseph, lalu kemudian Roh Kudus turun
atas-Nya saat pembaptisan. Aliran ini
sangat menghargai santo Yakobus, namun menolak Paulus. Pemikiran ini menganut
paham dualistik.[9]
5.
EUNOMIANISME
Pemikiran ini dikemukakan oleh
uskup Cyzicus, Eunomius. Dia mengatakan bahwa Allah merupakan pribadi yang tidak
dijadikan. Namun, dia memandang Putera sebagai ciptaan pertama Bapa, dan Roh
Kudus kemudian diciptakan oleh Putera.[10]
6.
UNITARIANISME
Unitarianisme merupakan suatu
ajaran yang menekankan ketunggalan Allah.
Ajaran ini
muncul pertama kali di Transylvania di sekitar gereja Lutheran. Unitarianisme adalah teologi Kristen yang menyatakan bahwa Allah adalah Esa
(Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinitas (Allah sebagai tiga pribadi yang
satu). Paham ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah bukanlah Yesus. Yesus
hanyalah seorang Nabi dan Hamba Allah. Ajaran Unitarianisme ini menolak
persoalan Trinitas yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi
satu.[11]
7.
YUDAISME
Yudaisme pada umumnya menganggap Yesus sebagai salah satu dari
sekian banyak mesias palsu yang muncul dalam
sejarah. Yesus dianggap sebagai salah
satu mesias palsu yang paling berpengaruh, dan menimbulkan kerusakan yang
paling parah di antara semua mesias palsu. Kebanyakan
orang Yahudi percaya bahwa Mesias belum datang dan zaman Mesianik belum tiba.
Itu sebabnya Yudasime tidak pernah menerima klaim penggenapan apapun yang
diberikan oleh orang Kristen kepada Yesus. Yudaisme juga melarang orang
menyembah seseorang dalam bentuk penyembahan berhala, karena kepercayaan utama
dalam Yudaisme adalah satu Allah.
Kepercayaan
akan keilahian Yesus dianggap tidak kompatibel[12] dengan Yudaisme. Eskatologi
Yahudi percaya bahwa kedatangan Mesias akan dihubungkan dengan runtunan
peristiwa tertentu yang belum terjadi, termasuk kembalinya orang Yahudi ke
tanah air mereka dan pembangunan Bait Suci, suatu era Mesianik yang penuh
kedamaian dengan pengertian di mana pada era itu “pengetahuan akan Allah” akan
memenuhi bumi. Dan karena orang Yahudi percaya bahwa tidak ada di antara
peristiwa ini terjadi dalam kehidupan Yesus
atau
setelahnya, kecuali kepulangan orang Yahudi ke tanah Israel, maka mereka
menyimpulkan bahwa Yesus bukan Mesias (yang Ilahi).[13]
C.
KEBENARAN ATAS KEILAHIAN YESUS
KRISTUS
Keilahian Kristus merupakan inti pokok iman Kristen,
karena iman Kristen dilandaskan pada kenyataan bahwa Yesus adalah benar-benar
Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Namun, keilahian Kristus telah menjadi
masalah yang paling hangat, mulai dari dulu hingga saat ini, lalu bagaimana
kekristenan menanggapi hal tersebut. Alkitab menjadi jawaban terbaik untuk
setiap keberatan atas keilahian Kristus. Dibawah ini ada 3 hal yang menjadi
bukti keilahian.
1.
KESADARAN DIRI YESUS
Kesadaran diri Yesus sebagai pribadi Allah sangat
banyak disinggung dalam Injil Yohanes. Perikop yang paling terkenal dalam Yohanes adalah
dalam pasal 10:30-33, disitu dikatakan, “Aku dan Bapa adalah Satu.” Dalam ayat ini muncul arti yang dalam dan menarik, dalam
bahasa Yunani
dari A.T Robertson, kita mendapatkan : “Satu (Hen) bersifat netral, bukan maskulin (Heis). Jadi
bukan satu orang (bdg. Heis dalam Gal. 3:28), tapi satu inti atau satu sifat dasar”.
Robertson
menambahkan kemudian, “Pernyataan yang tegas dan mengenai ini adalah puncak dari pengakuan Kristus tentang
hubungan di antara Bapa dan diriNya sendiri (Anak). Ia
membangkitkan luapan amarah orang - orang Farisi. ”Kemudian dalam Yohanes 5:17-18, tentang Yesus menyebut
Allah BapaNya sendiri. Lebih lanjut A.T Robertson menjelaskan bagian ini “Yesus dengan jelas mengatakan, “BapaKu” (
Ho pater muu). Bukan “Bapa kita” yang menunjukkan suatu hubungan khas dengan Bapa. Bekerja sampai sekarang (heos
artiergazetai... Yesus menempatkan diriNya
sebagai teman sekerja Allah, dengan
demikian Dia
berhak untuk menyembuhkan pada hari Sabat.
Yohanes 3:34; 11:42 yang membahas tentang
gelar Yesus sebagai Anak Allah mendukung ajaran tentang keadaan Yesus yang sudah ada sebelum segala sesuatu, karena ia tidak dapat diutus kecuali jika
Ia sudah ada
sebelum segala sesuatu ada. Hubungan antara Bapa dan Anak
terlihat sebagai kesinambungan hubungan yang sudah ada sebelum inkarnasi. Hal lain yang terlihat di dalam Injil Yohanes
seperti dalam ayat berikut (6:64; 8:19; 14:8-9; 10:15; 10:18; 15:15; 12:49-50), sangat-sangat jelas menunjukan keyakinan Yesus yang teguh bahwa
pikiran dan
kata-katanya seluruhnya dikuasai
oleh
kesadaranNya akan Allah. Hal lain yang menarik masalah kesadaran pribadi Yesus sebagai Allah adalah Ego Eimi (Akulah).
Kata-kata ini sangat jelas menunjukan
pernyataan
Yesus sendiri mengenai keAllahanNya.[14]
2.
PENGAKUAN PARA MURID
Selain Yesus secara spesifik mengklaim diriNya sebagai
Allah, para muridNya juga mengakui keilahian Kristus. Mereka mengklaim bahwa
Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, sesuatu yang hanya dapat dilakukan
oleh Tuhan karena dosa adalah melawan Tuhan (Kis. 5:31; Kol. 3:13). Berhubungan
erat dengan klaim yang terakhir ini, Yesus juga disebut sebagai yang akan
“menghakimi orang yang hidup dan yang mati” (2 Timotius 4:1). Thomas berseru
kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Paulus menyebut Yesus,
“Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita” dan menunjuk bahwa sebelum Yesus berinkarnasi,
Yesus sudah ada dalam “rupa Allah” (Filipi 2:5-8). Penulis Ibrani mengatakan
tentang Yesus, "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya”
(Ibrani 1:8). Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1).[15]
Yesus
juga diberikan gelar-gelar yang hanya diberikan kepada Yahweh dalam Perjanjian
Lama. Gelar “Penebus” dalam Perjanjian Lama (Maz. 130:7;
Hosea 13:14) digunakan untuk Yesus dalam Perjanjian
Baru (Tit. 2:13; Why 5:9). Yesus disebut Imanuel
(“Allah beserta kita” dalam Mat. 1). Dalam Zak. 12:10 Yahweh berkata "dan mereka akan memandang
kepada Dia (Bahasa Inggris : “kepadaKu”) yang telah mereka tikam”.
Namun Perjanjian Baru menerapkan ayat ini kepada penyaliban Yesus
(Yoh. 19:37; Why.
1:7). Jikalau Yahweh adalah yang ditikam dan dipandang, dan Yesus adalah yang
ditikam dan dipandang, maka Yesus adalah Yahweh. Paulus menafsirkan Yes. 45:22-23 dengan menerapkannya kepada Yesus dalam Filipi
2:10-11. Nama
Yesus juga digunakan bersama-sama dengan nama Yahweh dalam doa,
“Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari
Tuhan Yesus Kristus” (Gal. 1:3; Ef. 1:2). Jikalau Kristus tidak bersifat ilahi, ini adalah
suatu penghujatan. Nama Yesus disandingkan kembali dengan nama Yahweh dalam perintah
Yesus untuk membaptis “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).[16]
Dalam tulisan Paulus juga terdapat penekanan tentang
keilahian Kristus. Hal tersebut terlihat dalam penekanan paulus bahwa Kristus
adalah “dari surga”\ (1 Kor. 15:47; 2 Kor. 8:9). Paulus menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol.
2:9).[17]
3.
KEBANGKITAN YESUS
Bukti
ketiga adalah kebangkitan Yesus. Hal ini merupakan bukti terpenting, terkuat dan
terbaik. Pada dasarnya manusia yang mati tidak dapat bangkit atau hidup
kembali secara fisik. Namun Yesus mati, dan pada hari yang ketiga Ia bangkit (Mat. 28:1-10, 11-15; Mark. 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh.
20:1-10).
Kebangkitan Yesus dari kematian membuktikan Ia Allah,
karena hanya Allah yang berkuasa atas kehidupan, kematian dan kebangkitan,
sedangkan manusia tidak berkuasa atas hidupnya, sehingga semua manusia akan
mati dan tidak mampu bangkit kembali. Yesus yang adalah Allah, berkuasa atas hidup-Nya, karena itu Ia bangkit pada hari
yang ke tiga.[18]
Apakah
Yesus benar-benar bangkit secara fisik, atau hanya sebuah mitos?. Menjadi
pertanyaan bagi banyak pihak. Untuk menjawab keraguan tersebut, setidaknya ada
6 hal yang dapat membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian.
1) KuburNya
kosong
Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus
telah bangkit (Mat. 28; Mar. 16; Luk. 24; Yoh. 20,21).
2) Penampakan
diriNya
1. Kepada Maria Magdalena (Mar. 16:9; Yoh.
20:11-14).
2. Kepada perempuan sekembalinya dari kubur
(Mat. 28:9,10).
3. Kepada Petrus (Luk. 24:34; 1 Kor. 15:5).
4. Kepada murid-murid di Emaus (Luk.
24:13-32).
5. Kepada rasul-rasul (Luk. 24:36-43; Yoh.
20:19-24; 20:26-29).
6. Kepada 7 orang di danau Tiberias (Yoh.
21:1-23).
7. Kepada lebih dari 500 orang percaya di
bukit Galilea (1 Kor. 15:6).
8. Kepada Yakobus (1 Kor. 15:7).
9. Kepada murid-murid (Mat. 28:16-20; Luk.
24:33-52; Kis. 1:3-12).
10. Saat kenaikan Yesus ke surga (Kis.
1:3-12).
11. Kepada Stefanus (Kis. 7:55).
12. Kepada Paulus (Kis. 9:3-6; 1 Kor. 15:8).
13. Kepada Paulus saat di Bait Allah (Kis.
22:17-21; 23:11).
14. Kepada Yohanes di pulau Patmos (Why.
1:9-20).
15. Yesus dilihat lebih dari 500 orang (1
Kor. 15:6).
16. Yesus menyatakan mempunyai daging dan
tulang (Luk. 24:39).
17. Yesus makan ikan (Luk. 24:42, 43).
3) Perubahan
para Murid
Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid
menyembah Dia (Matius 28:9). Para murid Yesus berani menyampaikan Firman dengan
mengorbankan nyawanya karna Yesus sudah menjamin keselamatannya. Jaminan
keselamatan telah Yesus nyatakan, yakni Yesus naik ke surga untuk menyiapkan
tempat bagi para pengikutnya yang setia kepadanya.
4) Lahirnya
Gereja
Lima puluh hari setelah kematian Yesus,
Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan
berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesias.
Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari
seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta, dan ketika
Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya, tetapi juga
memberikan respon terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi
murid-murid Yesus, dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan
Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada
Yesus (Kis. 2:14-42).
5) Ibadah
pada hari Minggu
Sejak kebangkitan Kristus, Gereja
berkumpul untuk berbakti pada hari Minggu (Kis. 20:7; 1 Kor. 16:2), dan Gereja
menyebut hari itu sebagai hari Tuhan (Why. 1:10).
6) Penulisan
PB
Kebangkitan Yesus juga dibuktikan melalui penulisan
PB. Itu terbukti, dimana pembahasan tentang kebangkitan tersebut menghabiskan
30% Injil Matius, 37% Injil Markus, 25% Injil Lukas, dan 41% Injil Yohanes.
“Jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1 Kor. 15:17). Kebangkitan terutama
mensahkan apa yang telah dilakukan atau diajarkan Kristus. Semua kebenaran, yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat pembenarannya
setelah Kristus, oleh kebangkitan-Nya, memberikan bukti terhadap otoritas
ilahi-Nya. Kebangkitan-Nya menegaskan
ke-Allah-an Yesus.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah memaparkan tentang
keberatan dan bukti kebenaran tentang keilahian Yesus. Dapat disimpulkan bahwa Yesus tidak hanya manusia biasa, namun Dia adalah Allah yang
ilahi. Alkitab sendiri membuktikannya : Yesus menerima penyembahan dari manusia, Yesus
tidak berdosa, Yesus hidup penuh dengan mujizat, dan Yesus bangkit dari
kematian.
Hal tersebut membuktikan
bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Dia telah menebus dosa kita,
dan berdiri sebagai pembela kita di hadapan Allah.
Sekuat apapun teori yang
disampaikan oleh para tokoh yang menolak keilahian Kristus, Alkitab pasti punya
jawabannya. Bukti terkuat keilahian Yesus adalah kebangkitannya. Karena apabila
Yesus tidak benar-benar bangkit, maka murid-murid tentu sekali bukan orang
bodoh yang mau mengorbankan nyawanya demi orang yang mati. Namun karena Yesus
yaitu Allah yang hidup itu telah menjamin keselamatan para murid dan orang
percaya, maka iman kita tidak sia-sia, karena kita menyembah Allah yang hidup,
bukan Allah yang mati.
Tentu
dalam hal iman, akal pikiran kita akan menjadi lawan kita. Namun, kita perlu
pahami, walaupun pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami hal-hal yang
tidak terbatas yakni Allah, namun kita mempunyai cukup informasi untuk
mengetahui Ke-Allahan yang berusaha menyelamatkan kita dari dosa dan menjamin
suatu tempat bagi kita dalam kerajaan Allah.
[3]H. Berkhof,
I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia) hal. 53-54.
[5] F.D. Wellem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung
Mulia) hal. 21-25.
[7]F.D. Wellem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung Mulia) hal.
142-143.
[12]Kompatibel :
Kesesuaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar