LAPORAN BACA BUKU
IKHTISAR
BIMBINGAN & KONSELING
DI SEKOLAH
Zainal Aqib
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
BIMBINGAN KONSELING
Yang Dibina Oleh :
Sondiana Siagian, S.Pd.K
Nama : Roy Damanik
BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan
dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karier, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
1.
Bidang Pelayanan
Bimbingan dan Konseling, meliputi :
1.1. Pengembangan
kehidupan pribadi, membantu peserta didik memahami dan mengembangkan potensi.
1.2. Pengembangan
kehidupan sosial, membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sosial
masyarakat.
1.3. Pengembangan
kemampuan belajar, membantu peserta didik untuk mampu belajar mandiri.
1.4. Pengembangan
karier, membantu peserta didik dalam menilai informasi dan mengambil keputusan
dalam karier.
2.
Fungsi Bimbingan dan
Konseling, untuk :
2.1. Pemahaman,
membantu memahami diri dan lingkungannya.
2.2. Pencegahan,
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari masalah.
2.3. Pengentasan,
mampu mengatasi masalah yang dialami.
2.4. Pemeliharaan
dan pengembangan, mampu memelihara dan menumbuhkembangkan potensi kearah yang
positif.
2.5. Advokasi,
membantu peserta didik untuk memperoleh pembelaan utuk kepentingannya.
3.
Prinsip dan Asas
Bimbingan Konseling, meliputi :
3.1. Prinsip
yang berkenaan dengan sasaran, permasalahan, program, serta tujuan dan
pelaksanaan pelayanan nara didik.
3.2. Meliputi
asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus dan tut
wuri handayani.
4.
Jenis Layanan Bimbingan
dan Konseling, meliputi :
4.1. Orientasi,
pemahaman terhadap lingkungan baru.
4.2. Informasi,
pemahaman terhadap diri, sosial, belajar, karier, dan pendidikan lanjutan.
4.3. Penempatan
dan penyaluran, pemahaman terhadap penempatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4.4. Penguasaan
konten, menguasai kebiasaan tertentu, misalnya kebiasaan di sekolah, dll.
4.5. Bimbingan
dan konseling perorangan, layanan untuk mengentaskan masalah pribadi.
4.6. Bimbingan
kelompok, layanan untuk mengembangkan kemampuan hubungan.
4.7. Bimbingan
dan konseling kelompok, layanan untuk mengentaskan masalah pribadi melalui
dinamika kelompok.
4.8. Konsultasi,
layanan agar memiliki wawasan, pemahaman dan cara menangani kondisi.
4.9. Mediasi,
membantu menyelesaikan masalah dan memperbaiki hubungan antar sesama.
5.
Kegiatan pendukung,
antara lain : aplikasi intrumentasi; himpunan data; konferensi kasus; kunjungan
rumah; tampilan kepustakaan; alih tangan kasus.
6.
Format kegiatan,
terdiri atas : individual; kelompok; klasikal; lapangan; pendekatan khusus.
7.
Program pelayanan,
meliputi : program tahunan; program semesteran; program bulanan; program
mingguan; program harian.
8.
Perencanaan kegiatan.
9.
Pelaksanaan kegiatan : didalam
pembelajaran sekolah/madrasah; diluar jam pembelajaran sekolah/madrasah.
10. Penilaian dan pengawasan
kegiatan.
BAB II
DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Perlunya Layanan
Bimbingan Dan Konseling
Hal
ini didasari karena situasi global, situasi global memiliki dampak positif dan
negative. Dampak positifnya mendorong manusia untuk terus berpikir dan
meningkatkan kemampuan. Sedangkan dampak negatifnya : keresahan meningkat;
kecenderungan pelanggaran disiplin; ambisi kelompok yang mengacu kepada
konflik; mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan masalah. Untuk mengatasi pengaruh negatif tersebut, diperlukan
insan dengan SDM yang bermutu, untuk mendidik dan mempersiapkan para penerus
bangsa yang berkarakter baik, untuk menggolkan visi dan misi pendidikan
nasional.
B.
Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling
BK muncul pertama sekali di Amerika pada abad XX dengan
tokoh antara lain : Frank Parson, Jesse B. Davis, Eli Weaver, John Brever, dan
masih banyak lainnya. Sedangkan di Indonesia BK lebih sering dilakukan di
sekolah, pada awalnya bimbingan hanya sebatas akademis saja (1960). Lalu pada
tahun 1964 di SMA muncul istilah bimbingan dan penyuluhan. Namun hal tersebut
tidak berkembang, karena pembimbing yang kurang profesional. Dengan
percobaan-percobaan bimbingan, oleh PPSP, IPBI, bahkan dalam UU No. 2/1989,
sistem bimbingan mulai menjadi hal yang dianggap sangat penting untuk persiapan
penerus bangsa. Dalam BK tidak bisa dilakukan bimbingan dengan sembarangan,
dibutuhkan pemahaman yang baik dan benar, agar BK bisa berjalan dengan baik,
dan menghasilkan goal yang baik juga.
C.
Landasan Bimbingan Dan Konseling
C.1.
Landasan Filosofis, landasan ini harus dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi
konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan BK yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan. Filosofis berarti berbicara tentang, apakah manusia
itu?, maka sebelum mengadakan BK, maka konselor haruslah memahami dulu dengan
baik apa hakikat manusia itu, sehingga upaya BK yang diharapkan tidak
menyimpang.
C.2.
Landasan Psikologis, dalam hal ini, seorang konselor harus dapat memahami perilaku individu yang
menjadi konsele, adapun kajian yang penting diperhatikan, antara lain : motif
dan motivasi; pembawaan dan lingkungan; perkembangan individu; belajar; dan
kepribadian.
C.3.
Landasan Sosial Budaya, dalam BK mungkin akan terjadi komunikasi personal antara
konselor dan konsele, yang bisa saja latar belakang sosial dan budaya konselor
dan konsele berbeda. Oleh karena itu konselor haruslah berusaha lebih dulu
memahami sosial budaya konsele, agar tercipta suasana BK yang nyaman.
C.4.
Landasan IPTEK, belakangan
ini sudah sangat sering diadakan bimbingan melalui media internet, misalnya
bimbingan karier dan bimbingan konseling pendidikan. Itu artinya seorang
konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang BK, baik
berdasarkan pemikiran kritis maupun berbagai penelitian.
D.
Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu
bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di
dalamnya terkandung beberapa makna, seperti : menunjukkan, menentukan,
mengatur, atau mengemudikan. Sedangkan konseling, berasal dari kata counseling
dengan kata kerja to counsel yang berarti menasehati atau menganjurkan kepada
seseorang.
E.
Hubungan Antara Pendidikan, Bimbingan Dan Konseling
E.1.
Bimbingan dan Pendidikan, kedua hal ini tidaklah berbeda secara prinsip, namun
tidak identik. Bimbingan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, sehingga
bimbingan yang baik, menjadi salah satu faktor keberhasilan kegiatan
pendidikan.
E.2.
Hubungan Antara Bimbingan dan Pendidikan, ada lima pola hubungan fungsional bimbingan dengan
pendidikan : bimbingan identik dengan pendidikan; bimbingan sebagai pelengkap
pendidikan; pola kurikuler BK; pola layanan, urusan kesiswaan; bimbingan
sebagai subsistem pendidikan.
E.3.
Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling, ada beberapa pendapat tentang hubungan BK, antara lain :
E.3.1. Tidak ada perbedaan yang fundamental antara keduanya.
E.3.2. Berbeda baik dasar maupun cara kerjanya.
E.3.3. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
E.3.4. Konseling itu sebagai jantungnya pola bimbingan.
E.3.5. Konseling adalah hal yang penting dalam bimbingan.
F.
Tujuan Bimbingan Dan Konseling, secara umum tujuan BK adalah untuk memberikan pertolongan
kepada individu. Dan agar dapat mencapai tujuan tersebut, seorang konsele
hendaknya mendapat kesempatan sebagai berikut :
F.1.
Mengenal,
merencanakan dan melaksanakan tujuan hidupnya.
F.2.
Mengenal dan
memahami kebutuhannya.
F.3.
Mengenal dan
menanggulangi kesulitan yang dihadapinya.
F.4.
Mengenal dan
mengembangkan kemampuannya.
F.5.
Mempergunakan
kemampuan untuk kepentingan pribadi, umum, dan bersama.
F.6.
Menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan lingkungan.
F.7.
Mengembangkan
segala yang dimiliki dengan tepat.
Dalam program
pendidikan di sekolah, layanan bimbingan ditujukan kepada siswa, dengan harapan
bahwa para siswa sekolah dapat :
F.1.
Mengembangkan
kemampuan dan pemahaman diri dalam kemajuannya di sekolah.
F.2.
Mengembangkan
pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja & tanggung jawab.
F.3.
Mengembangkan
pengetahuan untuk memilih kesempatan yang ada.
F.4.
Mewujudkan
penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain.
Layanan bimbingan
di sekolah dalam program pendidikan, dapat juga dirumuskan tujuannya sebagai
berikut :
M.1.
Membantu siswa
agar dapat membuat pilihan.
M.2.
Membantu siswa
agar dapat melewati tahap-tahap di sekolah.
M.3.
Membantu siswa
agar memperoleh penyesuaian kepribadian.
M.4.
Membantu siswa
agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.
G.
Fungsi Layanan Bimbingan Dan Konseling
G.1.Fungsi
Menyalurkan, membantu siswa
memilih jurusan sekolah, jenis sekolah sambungan atau lapangan kerja, sesuai
dengan cita-cita, minat, bakat dan kepribadian.
G.2.Fungsi
Mengadaptasikan, membantu petugas
disekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program kepada minat,
kemampuan, dan kebutuhan siswa.
G.3.Fungsi
Menyesuaikan, membantu siswa
untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal.
H.
Paradigma, Visi Dan Misi BK
H.1.
Paradigma BK
adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya,
pelayanan BK berdasarkan kaidah keilmuan dan tekhnologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kajian
terapan BK yang diwarnai budaya lingkungan.
H.2.
Visi
pelayanan BK adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayan bantuan dalam pemberian dukungan
perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara
optimal, mandiri & bahagia.
H.3.
Misi
H.3.1. Misi Pendidikan : Memfasilitasi pengembangan peserta
didik melalui pembentukan perilaku efektif normatif dalam kehidupan kesehatan
dan masa depan.
H.3.2. Misi Pengembangan : Memfasilitasi pengembangan potensi
dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
H.3.3. Misi Pengentasan Masalah : Memfasilitasi pengentasan
masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.
H.3.4. Misi BK di sekolah : Menunjang pengembangan diri siswa
secara optimal dan memandirikan siswa untuk dapat menyelenggarakan kehidupan
secara efektif.
I.
Prinsip-Prinsip Bimbingan
I.1.
Prinsip-Prinsip Umum
I.1.1.Dasar BK tidak terlepas dari dasar negara, yakni
Pancasila.
I.1.2.Tujuan BK membantu tercapainya tujuan pendidikan.
I.1.3.Fungsi BK harus sejalan dengan langkah pendidikan.
I.1.4.Diperuntukkan untuk semua individu.
I.1.5.Merupakan proses bantuan kepada individu dalam proses
perkembangannya.
I.1.6.Mengutamakan segi preventif.
I.1.7.Berpusat pada individu yang dibimbing.
I.1.8.Diberikan secara profesional, yakni oleh orang yang
benar-benar ahli.
I.1.9.Membantu individu untuk menyatakan dan mengaktualisasikan
diri.
I.1.10. Bimbingan adalah individualisasi dan sosialisasi dalam
pendidikan.
I.1.11. Diberikan sesuai kode etik BK.
I.1.12. Harus senantiasa diadakan
penilaian untuk mengetahui manfaat dan hasil.
I.2.
Prinsip-Prinsip Khusus
I.2.1.
Prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang
dibimbing.
I.2.2.Pelayanan BK harus diberikan kepada semua siswa.
I.2.3.Harus berpusat kepada siswa.
I.2.4.Harus dapat memenuhi kebutuhan individu yang
bersangkutan.
I.2.5.Keputusan terakhir ditentukan oleh individu yang
dibimbing.
I.2.6.Individu yang dibimbing harus berangsur-angsur dapat
membimbing dirinya.
I.2.7.Prinsip khusus
yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan.
I.2.8.Petugas bimbingan harus melakukan tugas sesuai kemampuan.
I.2.9.Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri.
I.2.10. Petugas bimbingan harus menyesuaikan diri terhadap
individu yang dibimbing.
I.2.11. Menghormati dan menjaga kerahasiaan individu yang
dibimbingnya.
I.2.12. Menggunakan berbagai metode dan teknik yang tepat dalam
melakukan tugasnya.
I.2.13. Memperhatikan minat belajar individu yang dibimbing.
I.2.14. Prinsip khusus
yang berhubungan dengan organisasi.
I.2.15. Bimbingan dilaksanakan secara kontiniu.
I.2.16. Harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu.
I.2.17. Program disusun sesuai kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.
I.2.18. Pembagian waktu diatur dengan baik.
I.2.19. Dilaksanakan dalam situasi individu, kelompok, sesuai
dengan masalah atau metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah.
I.2.20. Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga berhubungan
dengan BK.
I.2.21. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan.
J.
Asas-Asas Bimbingan, adapun asas-asas BK, antara lain : kerahasiaan; kesukarelaan; keterbukaan;
kekinian; kemandirian; kegiatan; kedinamisan; keterpaduan; kenormatifan;
keahlian; alih tangan (referral); tut wuri handayani.
K.
Teknik-Teknik Bimbingan
K.1.
Bentuk Bimbingan Kelompok (Group Guidance), ada beberapa bentuk-bentuk khusus bimbingan kelompok,
antara lain : home room program; karyawisata; diskusi kelompok; kegiatan
kelompok; organisasi murid; sosiodrama; psikodrama; remedial teaching.
K.2.
Bentuk Bimbingan Individual (Individual Guidance), metode ini biasanya dilakukan dengan konseling dimana
hanya Konselor dan Konseli saja yang berbicara berdua.
L.
Pendekatan Dalam Bimbingan Dan Konseling
L.1.
Pendekatan Tradisional, pendekatan ini lebih fokus kepada siswa yang mengalami
kelainan, sehingga kegiatannya hanya terbatas kepada sebagian kecil dari
keseluruhan siswa saja.
L.2.
Pendekatan Developmental, pendekatan ini berbeda dengan tradisional, karena fokus
perhatiannya ditujukan kepada seluruh siswa, seluruh siswa tingkat umur dan
seluruh aspek pertumbuhan siswa.
L.3.
Pendekatan Neotradisional, pendekatan ini merupakan masa transisi antara pendekatan
tradisional dan deelopmental.
M.
Program Bimbingan, dalam program bimbingan dibutuhkan program yang baik, agar :
M.1.
Ada kejelasan
kegiatan bimbingan diantara keseluruhan program.
M.2.
Penyediaan
alat atau fasilitas akan menjadi lebih tepat.
M.3.
Setiap langkah
kegiatan bimbingan menjadi jelas.
M.4.
Setiap petugas
menyadari akan peranan dan tugas serta tanggung jawabnya.
M.5.
Pemberian
layanan bimbingan akan menjadi lebih teratur
M.6.
Memudahkan
kerjasama dengan pihak yang ada hubungannya dengan BK.
Dalam penyusunan program BK di sekolah, menurut Miller
ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan, seperti berikut :
M.1.
Bimbingan hendaknya
merupakan usaha bersama dan berkembang step by step.
M.2.
Bimbingan hendaknya
mempunyai tujuan ideal dan pelaksanaan yang realistik.
M.3.
Program
bimbingan hendaknya mendorong komunikasi antara anggota staf.
M.4.
Program
bimbingan hendaknya mempunyai fasilitas yang khusus.
M.5.
Program
bimbingan hendaknya berhubungan dengan program pendidikan.
M.6.
Program
bimbingan hendaknya diberikan kepada semua siswa.
M.7.
Program
bimbingan hendaknya melaksanakan peranan penting dalam masyarakat.
M.8.
Bimbingan hendaknya
memberikan kesempatan penilaian terhadap diri sendiri.
M.9.
Bimbingan hendaknya
menjamin keseimbangan penerimaan pelayanan dalam :
M.9.1. Pelayanan kelompok dan individual.
M.9.2. Pelayanan oleh berbagai jenis petugas bimbingan.
M.9.3. Studi individual dan konseling individual.
M.9.4. Penggunaan teknik alat pengumpul data yang subjektif dan
objektif.
M.9.5. Pemberian jenis-jenis bimbingan.
M.9.6. Konseling secara umum dan khusus.
M.9.7. Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah.
M.9.8. Penggunaan sumber disekolah dan diluar sekolah.
M.9.9. Kebutuhan individu dan masyarakat.
M.9.10.
Kesempatan
untuk berpikir dan berbuat.
N.
Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling, penilaian program bimbingan merupakan suatu usaha untuk
menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan dan terlaksananya fungsi program BK,
pelaksanaannya harus dikelola seefisien serta seefektif mungkin selaras dengan
prinsip-prinsip suatu program. Ada beberapa metode evaluasi BK, antara lain : metode
survei; metode observasi; metode eksperimental; metode studi kasus.
BAB III
PELAKSANAAN BK DI SEKOLAH
A.
Pola BK di Sekolah, adapun pola BK disekolah, antara lain :
A.1.
Seluruh
kegiatan BK didasari satu pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang wawasan
dasar BK yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asas BK.
A.2.
Kegiatan BK
secara menyeluruh, meliputi empat bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar, dan bimbingan karier.
A.3.
Kegiatan BK
dalam keempat bidang bimbingannya itu diselenggarakan melalui tujuh jenis
layanan, yaitu : orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran,
konseling perseorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
B.
Organisasi dan Administrasi BK, kepala sekolah secara penuh bertanggungjawab dan berperan
langsung dalam pelaksanaan BK. Kepala sekolahnya yang berperan aktif
bersama-sama petugas bimbingan dalam fungsi administrasi BK, yaitu sejak dari
perencanaan sampai dengan penilaian. Ada tiga sarana yang paling penting di
sekolah, yakni : sarana personal; sarana materil (fisik dan teknis); dan anggaran.
C.
Macam-Macam Bimbingan, ada beberapa jenis bimbingan ditinjau dari berbagai aspek.
C.1.
Dari Jumlah Individu Yang Dihadapi : bimbingan individu dan bimbingan kelompok.
C.2.
Dari Lingkungan Atau Tempatnya : bimbingan keluarga; bimbingan sekolah; bimbingan masyarakat;
bimbingan di tempat-tempat ibadah.
C.3.
Dari Segi Objeknya : bimbingan pendidikan; bimbingan jabatan; bimbingan sosial; bimbingan
pribadi.
C.4.
Dari Problem Yang Dihadapi : bimbingan perkembangan kesehatan dan perkembangan fisik;
bimbingan hubungan rumah dan keluarga; bimbingan pengisian waktu luang;
bimbingan kepribadian; bimbingan keagamaan dan rumah ibadah; bimbingan sekolah;
bimbingan sosial; bimbingan jabatan.
C.5.
Dari Sifat dan Langkah-Langkahnya : bimbingan preventif (pencegahan); bimbingan kuratif (penyembuhan);
bimbingan preservatif (pemeliharaan).
D.
Layanan Bimbingan di Sekolah, meliputi : layanan bimbingan bagi guru; layanan bimbingan
bagi kepala sekolah; layanan bimbingan bagi orang tua; layanan bimbingan bagi
sekolah.
E.
Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung BK
E.1.
Jenis-Jenis Layanan BK : layanan orientasi; layanan informasi; layanan penempatan
dan penyaluran; layanan pembelajaran; layanan konseling perorangan; layanan
bimbingan kelompok; layanan konseling kelompok.
E.2.
Kegiatan Pendukung BK : aplikasi instrumentasi bk; penyelenggaraan himpunan data;
konferensi kasus; kunjungan rumah; alih tangan kasus (referal).
F.
BK di Dunia Pendidikan, BK juga sangat diprlukan diberbagai tingkatan pendidikan,
tentu sekali dengan konsep yang berbeda, BK juga sangat diperlukan di PAUD/TK; SD/MI;
Sekolah Lanjutan; dan juga Perguruan Tinggi.
G.
Bimbingan Karier dan Bimbingan Jabatan, bimbingan karier lebih menitikberatkan kepada perencanaan
kehidupan, yang terlebih dulu haruslah mempertimbangkan potensi-potensi diri
yang dimilikinya serta lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan memiliki
pandangan yang luas terhadap peranan positif yang dapat dilaksanakannya di
masyarakat.
H.
Psikologi Konseling (Psikoterapi), sama halnya seperti ilmu pengetahuan dan aspek pendidikan
lainnya, konseling juga mengalami perkembangan. Dalam BK, kita sering mendengar
istilah psikoterapi, psikodiagnosis, intervensi psikososial, dan penyuluhan.
Keempat hal ini sering digunakan sesuai dengan gejala psikis konsele. Konseling
dan Psikoterapi memiliki perbedaan, konseling dilakukan khhusus untuk individu
yang mengalami gangguan terhadap perannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Psikoterapi hanya dikhususkan untuk individu normal yang mengalami
gangguan emosional berat dan harus dilakukan rekonstruksi kepribadian.
I.
Konseling Traumatik, konseling ini berfungsi untuk membantu klien yang mengalami trauma dalam
hubungan pribadi klien. Ada banyak hal yang menjadikan orang menjadi trauma.
Untuk mengatasi trauma dibutuhkan konseling. Strategi konseling traumatik
berbeda dengan konseling biasa. Perbedaanya terletak pada waktu, fokus,
aktivitas dan tujuan. Konseling ini memerlukan waktu yang lebih pendek
dibanding konseling biasa. Fokus dari konseling ini juga tertuju pada satu
masalah saja, yakni masalah yang menjadikan klien taruma. Konseling traumatik
melibatkan lebih banyak orang dalam membantu klien. Tujuan dari konseling ini
adalah menekankan pada pulihnya kembali klien pada keadaan sebelum trauma. Ada
empat keterampilan yang harus dimiliki konselor dalam strategi konseling
traumatik : pandangan yang realistik; orientasi yang holistik; fleksibillitas;
keseimbangan antara empati dan ketegasan.
J.
Media Teknologi dalam BK, proses BK dapat dilakukan tidak hanya melalui bertatap
muka saja. Sejurus dengan perkembangan teknologi yang semakin melesat, BK juga
dapat dilakukan melalui Teknologi Komputer dan juga Teknologi Telepon.
BAB IV
PROFESIONALITAS PELAKSANA BK
A.
Peran Kepala Sekolah, Konselor, Pengawas, dan Guru dalam
Layanan BK
Kepala Sekolah adalah pemimpin institusi pendidikan yang
mempunyai peran sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah. Dalam
BK, kepala sekolah merupakan penanggung jawab seluruh kegiatan yang ada di
sekolah. Sedangkan Konselor memiliki tanggung jawab yang tidak ringan, dia
harus mengadakan penelitian terhadap lingkungan sekolah, membimbing anak-anak,
serta memberikan saran yang berharga. Pengawas sendiri mempunyai tugas untuk
melakukan pengawasan dan pembinaan untuk memastikan apakah BK yang disusun
terlaksana sesuai rancangan program atau tidak.
B.
Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Personal BK
B.1.
Kepala Sekolah
B.1.1.
Mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pendidikan.
B.1.2.
Menyediakan
prasarana yang dibutuhkan dalam BK.
B.1.3.
Memberikan
kemudahan bagi terlaksananya BK di sekolah.
B.1.4.
Menetapkan
supervisi terhadap pelaksanaan BK.
B.1.5.
Menetapkan
koordinator guru BK yang bertanggung jawab.
B.1.6.
Membuat surat tugas
guru BK.
B.1.7.
Menyiapkan surat
pernyataan untuk melakukan BK.
B.1.8.
Mengadakan
kerjasama dengan instansi yang berhubungan dengan BK.
B.2.
Wakil Kepala Sekolah
B.2.1.
Mengkoordinasikan
pelaksanaan BK kepada semua pihak.
B.2.2.
Melaksanakan
kebijakan pimpinan sekolah, terutama pelaksanaan BK.
B.3.
Koordinator BK
B.3.1.
Mengkoordinasikan
para guru dalam proses BK.
B.3.2.
Membuat usulan
kepada KEPSEK dalam pemenuhan tenaga, sarana & prasarana.
B.3.3.
Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kegiatan BK kepada KEPSEK.
B.4.
Konselor/Guru Pembimbing
B.4.1.
Memasyarakatkan
kegiatan BK, terutama kepada siswa.
B.4.2.
Merencanakan
program BK bersama koordinator BK.
B.4.3.
Merumuskan
persiapan kegiatan BK.
B.4.4.
Melaksanakan kegiatan
BK.
B.4.5.
Mengevaluasi proses
dan hasil kegiatan layanan BK.
B.4.6.
Menganalis hasil
evaluasi.
B.4.7.
Melaksanakan tindak
lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
B.4.8.
Mengadministrasikan
kegiatan BK.
B.4.9.
Mempertanggungjawabkan
tugas dan kegiatan kepada koordinator atau KEPSEK.
B.4.10. Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak
mulia.
B.4.11. Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah.
B.5.
Guru Mata Pelajaran
B.5.1.
Membantu
memasyarakatkan kegiatan BK kepada siswa.
B.5.2.
Melakukan kerjasama
dengan guru BK dalam mengidentifikasi siswa.
B.5.3.
Mengalihtangankan
siswa yang membutuhkan BK.
B.5.4.
Mengadakan upaya
lanjut layanan BK.
B.5.5.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh BK.
B.5.6.
Membantu
mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam layanan BK.
B.5.7.
Menerapkan
nilai-nilai BK.
B.5.8.
Bertanggungjawab memberikan
layanan BK pada siswa.
B.6.
Wali Kelas
B.6.1.
Membantu guru BK
dalam melaksanakan BK.
B.6.2.
Membantu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerima layanan BK.
B.6.3.
Memberikan info
tentang keadaan siswa kepada guru BK untuk memperolah BK.
B.6.4.
Menginformasikan
kepada guru MP tentang siswa yang perlu diperhatikan.
B.6.5.
Ikut serta dalam
konferensi kasus.
B.7.
Staff Administrasi
B.7.1.
Membantu guru BK
& koordinator BK dalam mengadministrasikan kegiatan BK.
B.7.2.
Membantu guru BK
dalam menyiapkan seluruh kegiatan BK.
B.7.3.
Membantu guru BK
dalam menyiapkan sarana yang diperlukan dalam proses BK.
C.
Kegiatan Profesional Konselor, seorang konselor haruslah bersikap profesional, adapun
kegiatan-kegiatan keprofesionalan konselor, antara lain : nilai, sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang baik; pengakuan kewenangan; kegiatan
profesional; testing; riset; layanan individual : hubungan dengan klien; serta
konsultasi dan hubungan yang baik dengan klien.
D.
Kode Etik BK, menurut
Bimo Walgito, ada beberapa kode etik BK, antara lain :
D.1.
Pembimbing
harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
D.2.
Pembimbing
harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik.
D.3.
Pembimbing
berkaitan langsung dengan kehidupan klien, maka pembimbing harus :
D.3.1.
Dapat menyimpan
rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
D.3.2.
Menunjukkan sikap
hormat kepada klien.
D.3.3.
Menunjukkan
penghargaan yang sama kepada seluruh klien.
D.3.4.
Pembimbing tidak
diperkenankan :
D.3.4.1.
Menggunakan tenaga
pembantu yang tidak ahli.
D.3.4.2.
Menggunakan alat
yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
D.3.4.3.
Mengambil tindakan
yang mungkin menimbulkan hal yang tidak baik.
D.3.4.4.
Mengalihkan klien
kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
D.3.5.
Meminta bantuan
ahli dalam bidang lain, apabila diperlukan.
D.3.6.
Pembimbing harus
memiliki jiwa pengabdian penuh.
E.
Aplikasi Pendidikan Karakter dalam Layanan Konseling
Kelompok, melalui konseling ada banyak
keuntungan bagi perkembangan karakter anak secara khusus. Dan melalui
konseling, hendaknya siswa dapat memiliki kompetensi sebagai berikut :
E.1.
Memahami
proses perkembangan diri sendiri&mengoptimalkan perkembangan tersebut.
E.2.
Memahami
potensial diri sendiri yang selayaknya dikembangkan secara optimal.
E.3.
Memahami
kekuatan dan kelemahan diri sendiri & upaya penanggulangannya.
E.4.
Memahami
lingkungan, memelihara dan memanfaatkannya untuk pengembangan diri.
E.5.
Mengambil
keputusan untuk pengembangan diri dan berkehidupan sosial.
E.6.
Memahami
tuntutan hidup dan pengembangan diri sendiri, serta tuntutan kehidupan sosial
budaya kemasyarakatan yang maju dan modern, serta melakukan upaya memenuhi
tuntutan tersebut.
BAB V
BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN (BK KOMPREHENSIF)
A.
Konsep BK Perkembangan
Dimulai sejak 1970-an, konsep NK sebenarnya sudah
beroriantasi kepada perkembangan. Dimana rumusan BK yaitu untuk membantu
peserta didik mengembangkan diri sesuai potensinya yang optimal. Bahkan untuk
mengembangkan diri secara maksimal dalm hal perkembangan akademis dan
perkembangan karier serta perkembangan personal-sosial.
B.
Pengertian BK Perkembangan
BK perkembangan diartikan sebagai perspektif, pendekatan
dalam BK yang berlandaskan pada teori-teori perkembangan dan bertujuan
mengembangkan individu kearah perkembangan optimal dalam (dan mengembangkan)
lingkungan perkembangan yang mendukung.
C.
Prinsip Dasar BK Perkembangan, adapun prinsip dasar BK, antara lain :
C.1.
Perkembangan Individu terjadi karena proses belajar dan menghasilkan kematangan.
C.2.
Masa Peka adalah rentangan waktu tertentu dalam masa
perkembangan individu saat semua fungsi dalam diri manusia memiliki kemungkinan
berkembang paling optimal.
C.3.
Perkembangan Berkesinambungan merupakan pekembangan individu terjadi secara bertahap.
Kematangan parafase sebelumnya melandasi perkembangan berikutnya. Perkembangan
individu manusia mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan.
C.4.
Penyediaan Lingkungan Perkembangan proses belajar untuk mencapai kematangan terjadi melalui
interaksi individu dengan lingkungan. Dengan demikian, lingkungan perlu
direkayasa agar menjadi lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan
individu.
D.
Model dan Pola BK Perkembangan
D.1.
Model Bimbingan
D.1.1. Frank Parson
(1908-1909), ada tiga faktor
dalam penentuan karier manurut Parson, yakni : analisis diri; analisis
pekerjaan; perbandingan hasil dan analisis. Dan menurut dia fokus bimbingan
adalah karier.
D.1.2. John M. Brewer
(1932), menurut dia fokus bimbingan adalah
pemberian informasi dan konseling. Dan menurut dia juga tugas pendidikan adalah
mempersiapkan siswa-siswi memasuki berbagai bidang kehidupan.
D.1.3. William M.
Proctor, menurut William bimbingan
memiliki dua fungsi pokok, yakni fungsi penyaluran dan distributif, yaitu
membantu siswa-siswi memilih berbagai bidang belajar. Dan yang kedua fungsi
penyesuasian, yakni membantu siswa agar konsisten menjalani pilihan.
D.1.4. Model Klinis, fokus bimbingan Model Klini adalah penanganan masalah
berat.
D.1.5. Arthur Jones
(1963-1970) dan Martin Katz, menurut
Jones bimbingan adalah bantuan bagi siswa untuk membuat pilihan dan penyesuaian
diri dalam rumpun masalah akademik dan pekerjaan.
D.1.6. Ruth Strang
(1964-1965) dan Arthur E. Traxler, menurut
mereka bimbingan adalah suatu tindakan elektis, yaitu menggabungkan atau
memilih berbagai teori atau metode yang cocok dengan kebutuhan individu.
D.1.7. Kenneth B.
Hoyt, menurut Kenneth yang menjadi
sasaran bimbingan adalah perkembangan optimal siswa.
D.1.8. Chris D.
Kehas, dkk, menurut mereka bimbingan adalah bantuan untuk
perkembangan personal individu.
D.1.9. Julius
Menacher (1976), menurut Julius fokus pelayanan BK adalah
mengadakan perubahan pada lingkungan hidup siswa, memanipulasi lingkungan agar
kondusif untuk perkembangan siswa.
D.2.
Pola Dasar Pelaksanaan Bimbingan
D.2.1. Pola Generalis
D.2.1.1.
Pelayanan BK
tersebar secara luas.
D.2.1.2.
Koordinator BK
harus seorang tenaga ahli dalam bidang BK.
D.2.1.3.
Mengutamakan
pelayanan bimbingan kelompok.
D.2.2. Pola Spesialis
D.2.2.1.
Menggunakan
implikasi praktis berupa unit pelayanan BK.
D.2.2.2.
Ditangani oleh
tenaga ahli khusus.
D.2.2.3.
Masing-masing unit
ditangani oleh tenaga ahli seperti psikolog, psikiater, pekerja sosial, dokter,
dan perawat sekolah.
D.2.3. Pola Kurikuler
D.2.3.1.
Kegiatan bimbingan
di institusi pendidikan harus dimasukkan kurikulum dalam bentuk pelajaran
khusus, seperti mata pelajaran.
D.2.3.2.
Koordinator
bimbingan tidak diperlukan, karena program bimbingan dan materi khusus sudah
ditentukan.
D.2.4. Pola
Relasi-relasi Manusia
D.2.4.1.
BK bekerja dengan
menciptakan relasi antarmanusia sebab manusia diyakini akan hidup bahagia dan
mentalnya menjadi sehat dengan relasi.
D.2.4.2.
Membentuk kelompok
perkembangan untuk belajar, pemahaman diri, berpikir pemahaman diri, merasa
bersikap berperilaku dewasa, berpikir merasakan bersikap dewasa, jika liku
pergaulan, dll.
D.2.4.3.
Personal pelaksan
BK adalah guru BK dan guru MP, mereka menjadi promotor dan pendamping
kelompok-kelompok bimbingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar