TUGAS MAKALAH KELOMPOK
SEJARAH GEREJA
DI NEGARA AFGHANISTAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan
Mata Kuliah
SEJARAH
GEREJA ASIA
Yang Dibina Oleh :
Yulianus Bani, S.Th
Nama Kelompok :
Roy
Damanik
Rohani
Sitorus Pane
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LETAK GEOGRAFIS
Republik Islam Afghanistan adalah sebuah negara di Asia
Tengah. Afghanistan berbatasan dengan Iran di sebelah barat; Pakistan di
selatan; di sebelah timur Tajikistan dan Turkmenistan; sedangkan di sebelah
utara Uzbekistan; dan Republik Rakyat Cina di ujung timur. Afghanistan juga
berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan
Pakistan. Afghanistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Afghanistan juga merupakan negeri yang bergunung-gunung, walau ada dataran di
utara dan barat daya. Sebagian besar negara ini kering, dan pasokan air bersih
terbatas. Afghanistan memiliki iklim tanah, dengan musim panas yang panas
sekali dan musim salju yang dingin. Negara ini sering menjadi pusat gempa bumi.[1]
II.
BUDAYA DAN TRADISI
Adapun
budaya serta tradisi negara Afghanistan, antara lain[2]
:
1.
Etnis dan Budaya
Afghanistan
Afghanistan memiliki jumlah penduduk ±30 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari
berbagai etnis yang sebagian besar didominasi oleh etnis Pashtun dan Pushtus
sebesar 42%, sementara sisanya merupakan etnis Tajik sebanyak 27%, Hazara 9%, Uzbekistan
9%, Aimak 4%, Turkmen 3%, dan Baloch 2%. Berbagai macam etnis tersebut membawa
keragaman mereka sendiri dan berperan besar dalam menyumbang kekayaan budaya
Afghanistan.
2.
Cara Berpakaian
Secara tradisional, pakaian Afghanistan biasanya ditandai
dengan desain yang indah dan menampilkan berbagai warna. Namun, syariah Islam
menetapkan norma-norma yang ketat tentang cara berpakaian orang di Afghanistan.
Para pria biasanya mengenakan salwar-kameez, sedangkan perempuan diharapkan
mengenakan burqa.
3.
Bahasa
Afghanistan memiliki 2 bahasa nasional yaitu Dari dan
Pashto. Bahasa Dari merupakan dialek dari bahasa Persia yang secara luas
digunakan di wilayah utara dan tengah Afghanistan, sedangkan penggunaan Pashto
lebih menonjol di wilayah selatan. Selain dua bahasa tersebut, sebagian
populasi Afghanistan juga menggunakan bahasa lain seperti Uzbekistan, Balochi,
dan Turkmen.
4.
Gaya Hidup dan
Kepribadian
Para penduduk Afghanistan hidup dari hasil pertanian dan
beternak hewan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada abad ke 8 Masehi,
etnis Pashtun mulai memperkenalkan agama Islam, yang sejak saat itu merubah dan
mempengaruhi sebagian besar kebudayaan Afghanistan. Orang-orang kemudian
cenderung untuk secara teratur mempelajari Islam dan mengikuti hampir semua
aturan-aturan dalam agama Islam, termasuk tidak adanya daging babi dan alkohol,
serta aturan bahwa perempuan harus menutupi rambut mereka.
III.
AGAMA
Afghanistan merupakan negara Islam dengan mayoritas
penduduk menganut agama Islam. Sekitar 80 persen penganut Islam merupakan Sunni, sementara 19 persen
adalah Syiah. Orang-orang
dari agama-agama lain, seperti Sikh dan Hindu juga terdapat di negara ini
meskipun jumlah mereka sangat sedikit.[3]
BAB II
PEMBAHASAN
I.
MASUKNYA KEKRISTENAN KE AFGHANISTAN
Negara Afghanistan adalah sebuah Negara muslim yang cukup
ketat dengan aturan keagamaannya. Kekristenan masuk di Afghanistan pada abad 15
M yang dibawa oleh kaum Nestorian. Akan tetapi perkembangan gereja di
Afghanistan berjalan lambat karena rakyat Afghanistan sendiri telah menganut
agama Zoroaster[4]
dan Muslim yang sangat ketat.[5]
II.
PERKEMBANGAN, KENDALA DAN KESEMPATAN
1.
GEREJA PERTAMA
Pada bulan Desember 1952, Dr. J. Christy Wilson, Jr mulai
mengaktifkan Community Christian Church (Komunitas Masyarakat Kristen di negara
ini. Kemudian, pada tahun 1970, Gereja protestan pertama berhasil didirikan dan
diresmikan melalui salah satu badan organisasi “National Organization
Ophthalmic Rehabilitation”. Namun pada 13 Juni 1973 bangunan tersebut disita
oleh pemerintah Afghanistan, dan pada tanggal 16 Juli 1973 para pekerja
pemerintah membuldozer Gereja tersebut rata sampai tanah. Bersamaan dengan hal
tersebut, dua institut khusus tuna netra yang dioperasikan oleh Internasional
Afghan Mission, ditutup. Pada tanggal 21 Oktober 1973, pemerintahan Aghanistan
juga memerintahkan para dokter dan perawat yang bekerja di Kabul untuk
meninggalkan Afghanistan dengan batas waktu 120 hari.[6]
2.
PELAYANAN UMUM / SOSIAL
Kekristenan dimulai dari sisi
pelayanan sosial masyarakat. Adapun pelayanan sosial yang dikembangkan oleh
misi kekristenan di negara ini, yakni :[7]
1)
Maret 1951,
pemberantasan buta huruf oleh tim Dr. Frank Laubach.
2)
Karena Afghanistan
sebagian besar petani, maka raja meminta agar bebek-bebek dari Long Island
diimpor. Empat lusin telur yang sudah dibuahi dipesan oleh orang Kristen pada
musim panas tahun 1957. Namun butuh waktu 18 hari untuk membawa telur itu ke
Afghanistan, sehingga dikawatirkan bahwa tidak akan ada telur yang bertahan.
Sehingga orang Kristen berdoa, supaya Tuhan membuat paling sedikit satu pasang
bisa hidup, lalu tiga menetas satu betina dan dua jantan. Lalu betina
satu-satunya itu bertelur 80 butir pada musim pertama.
3)
Dalam bidang peternakan,
juga cukup membantu. Dimana sudah cukup lama domba-domba sakit karena ditulari
penyakit yang dibawa keong. Bebek memakan keong, dan setidaknya lingkaran hidup
parasit keong terhadap domba tersebut cukup terbatasi.
4)
Tahun 1966,
International Afghan Mission didirikan.
5)
Institut tunanetra.
6)
Rumah sakit khusus
mata dibangun tahun 1973.
3.
KENDALA/TANTANGAN YANG MENJADI KESEMPATAN
Dalam
perjalanan misi Kekristenan di Afghanistan, cukup banyak kendala-kendala serta
tantangan yang dihadapi oleh para pekabar Injil. Namun kendala tersebut tidak
menyusutkan semangat para pekabar Injil. Bahkan melalui kendala dan tantangan
yang dihadapi, muncul model pelayanan baru yang cukup berhasil. Adapun kendala dan tantangan yang dihadapi para pekabar
Injil, antara lain :[8]
1) Hampir 95% masyarakat
Afghanistan buta huruf. Tentu hal ini menyulitkan dalam penyampaian injil.
Namun melalui hal ini, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Kekristenan
menjadi sarana pemberantasan buta huruf.
2)
Di daerah ini
obat-obatan yang
berasal dari ganja mudah ditemukan, sehingga banyak orang muda yang kecanduan
ganja, serta berkeliaran dengan cara hidup yang tidak teratur. Dalam hal ini, Kekristenan juga memulai pelayanan
“Youth With A Mission”, dimana pada akhirnya, banyak orang muda yang bertobat.
3)
Semakin lama, semakin banyak orang Afghanistan yang keluar
dari negara tersebut,
baik sebagai mahasiswa, pengusaha, diplomat, dll. Dan melalui
hal ini injil punya kesempatan untuk masuk
kenegara tersebut. Namun, hukum
kemurtadan Islam di Afghanistan sangat tinggi, dimana apabila seorang Muslim
berubah imannya, akan dibunuh. Bahkan apabila seorang Afghanistan menerima
Kristus ketika berada diluar negeri, ia akan menerima penganiayaan ketika
kembali. Sehingga banyak orang Afghanistan yang pada akhirnya mati demi Imannya
kepada Kristus Yesus.
III.
KEKRISTENAN SAAT INI
Belakangan ini, kebebasan beragama di Afghanistan telah
memburuk, Republik Islam Afghanistan tidak mengakui warga Afghanistan sebagai orang Kristen.
Secara hukum warga Afghanistan tidak diizinkan untuk masuk agama Kristen. Hanya
ada satu gereja yang diakui secara hukum di Afghanistan dan terletak di dalam
kantong diplomatik, dan tidak terbuka untuk warga negara setempat.
Ada juga sarana ibadah Kristen di pangkalan militer
asing, seperti gereja Ortodoks Timur di pangkalan Rumania di Kandahar.
Ada juga sumber lain yang mengklaim bahwa ada sebuah gereja bawah
tanah rahasia Kristen Afghanistan yang tinggal di Afghanistan.[9]
Tidak adanya toleransi terhadap
agama lain di negara ini, mengakibatkan banyak orang Kristen yang menjadi
pelarian. Sekitar 200-250 orang Afghanistan yang telah meninggalkan Islam dan menjadi
pemeluk Kristen, takut akan
mengalami penganiayaan dari pihak berwenang Afghanistan dan Taliban. Akhirnya mereka memutuskan
untuk meninggalkan Afghanistan dan menemukan tempat
perlindungan di Delhi. Jumlah
petobat Kristen semakin meningkat di Afghanistan sejak kehadiran Amerika di
negara itu menyusul jatuhnya rejim Taliban, kebanyakan dari para petobat
Kristen tinggal di daerah pinggiran, sehingga ancaman dari Taliban tidak
terlalu besar. Para petobat Kristen mulai meninggalkan Afghanistan karena takut
identitas mereka akan diketahui umum. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke India
ketika gereja-gereja tempat dimana mereka beribadah secara rahasia, disiarkan
oleh stasiun televisi Noorin, jaringan televisi yang berpusat di kota Kabul,
pada bulan Mei 2009. Hidup mereka terus berada dalam bahaya hingga tahun 2010,
dimana seorang anggota majelis yang berpengaruh di parlemen Afghanistan,
Abdul Sattar Khawasi, menyerukan supaya para petobat Kristen itu dihukum mati.
Hingga pada akhirnya banyak dari orang Kristen Afghanistan memilih mengungsi ke India karena
kemiripan adat istiadat. Dan juga karena mereka
cukup mengenal Negara tersebut.[10]
Tidak ada satupun lagi gereja Kristen yang diketahui
publik di Afghanistan. Gereja Kristen yang diketahui publik yang terakhir di
Afghanistan dihancurkan pada bulan Maret 2010. Pada tanggal 5 Agustus 2010,
sepuluh anggota tim Bantuan Misi Internasional ditemukan tewas di Kuran wa Munjan Provinsi Badakhshan di
Afghanistan. Satu anggota berhasil melepaskan diri sedangkan sisanya tewas.
Mereka membunuh enam
orang Amerika, dua warga Afghanistan, satu warga Inggris dan satu Jerman. Hingga
saat ini, Republik Islam Afghanistan tidak mengakui warga Afghanistan sebagai
orang Kristen. Warga Afghanistan juga secara hukum tidak diperbolehkan untuk
masuk
Kristen. Meskipun tidak ada hukum eksplisit yang melarang
penginjilan, namun pemerintah dan sebagian besar masyarakat menganggap praktek tersebut bertentangan
dengan
kepercayaan Islam.[11]
IV.
KEADAAN AFGHANISTAN SAAT INI
Setelah Amerika Serikat memerdekakan Afghanistan dari
kekuasaan Taliban, kondisi negara ini menjadi semakin tidak karuan. Saat ini
Afghanistan dipimpin oleh Hamid Karzai, seorang birokrat korup, yang sepertinya
tidak cakap dan tidak siap untuk mengatasi kemiskinan yang melanda negerinya.
Tingkat kekerasan terhadap kaum perempuan pun sangat umum terjadi, dan sekarang
Afghanistan menduduki
peringkat ke 8 sebagai negara termiskin dengan tingkat kematian tertinggi di dunia.[12]
V.
KEMUNGKINAN LAIN MASUKNYA KRISTEN
Ketika membaca sumber-sumber tentang Kekristenan di
negara Afghanistan. Kelompok kami mencoba membuat kemungkinan lain tentang
masuknya agama Kristen ke Afghanistan, yakni : Negara Afghanistan pernah dijajah oleh Britania Raya
(Inggris Raya), dan baru merdeka pada 19 Agustus 1919. Britania Raya terdiri
dari (Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia dan Wales). Seperti kita ketahui keempat negara tersebut
merupakan negara beragama Kristen. Sehingga besar kemungkinan kekristenan telah
masuk kesana melalui penjajahan Britania Raya, meskipun tujuan utamanya bukan
penginjilan.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Pelayanan Misi di Afghanistan telah berjalan dalam kurun
waktu yang cukup panjang. Dimulai dari pelayanan kaum Nestorian, peresmian
Gereja pertama oleh badan American Army, pelayanan rumah sakit mata,
pemberantasan buta huruf, pelayanan tuna netra. Bahkan, perjalanan misi juga
bekerja melalui sektor pertanian dan peternakan.
Pekabaran Injil tentu saja bukanlah hal yang mudah, itu
terbukti dari begitu banyaknya penolakan dan penganiayaan yang dialami para
pekabar Injil. Bahkan, dialami juga oleh rakyat Afghanistan sendiri, yakni
mereka yang menerima Yesus sebagai juruselamat. Namun Tuhan tidak akan pernah
berhenti menggerakkan hati para umatnya, untuk berjuang memenangkan para
jiwa-jiwa di Afghanistan. Meskipun harus melalui begitu banyak kendala, bahkan
harus melalui pelayanan Gereja bawah
tanah.
Doakan terus Afganistan agar ada suasana yang damai di
sana. Kita juga perlu memohon pada Roh Kudus untuk bekerja di hati orang-orang
Taliban sehingga mereka dapat menerima Kebenaran Isa Almasih sebagai Mesias.
II.
APLIKASI
Menurut kelompok kami, Tuhan tidak akan pernah tinggal
diam ketika kita mau melayani dalam pekabaran Injilnya. Bahkan ditengah masalah
Tuhan selalu turut campur tangan. Ketika masalah dan kendala datang kedalam
kehidupan kita, kita sering merasa Tuhan jauh, dan kita hampir menyerah. Namun
setelah membahas tentang perjalanan Misi Kekristenan di Afghanistan. Terutama
di Bab. II, Point 3, kami menyadari bahwa lewat Kendala sekalipun, “Tuhan Sanggup
Buka Jalan”.
Terimakasih,
Tuhan Yesus Memberkati.
[6] Donal E. Hoke : Sejarah Gereja Asia Vol. 1(Malang :
Gandum Mas, 2000) hal 73.
[7] Ibid, hal. 74-77.
[8] Ibid, hal. 78-82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar