TUGAS MAKALAH KELOMPOK
TEORI BELAJAR
JEAN PIAGET
Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Kelulusan
Mata Kuliah
TEORI
BELAJAR – PAK
Yang Dibina Oleh :
Sondiana Siagian,
S.Pd.K
Nama Kelompok :
Cahniari Purba
Chica Afrida Hutagaol
Ramiana Sihombing
Roy
Damanik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang supaya
memiliki keterampilan
dan pengetahuan. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan kompetensi personal.
Dalam kesempatan ini, kelompok kami akan membahas Teori
Belajar yang dicetuskan oleh Jean Piaget yakni Teori Belajar Kognitif. Belajar
menurut Teori Belajar Kognitif merupakan proses mental aktif untuk memperoleh,
mengingat dan menggunakan pengetahuan. Kegiatan
atau aktivitas pembelajaran
didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses
pembelajaran oleh karena itu kegiatan pembelajaran harus berlandaskan pada teori-terori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Teori belajar berisi serangkaian prinsip yang
terorganisasi yang menjelaskan bagaimana
individu belajar serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru. Teori belajar perlu dipahami oleh guru atau dapat
merancang proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Teori belajar
yang bersifat penjelasan atau deskritif dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memahami proses belajar yang lebih baik. Pemahaman
yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk
menciptakan kegiatan belajar seperti yang diharapkan, salah satunya Teori
Belajar Kognitif.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini, antara lain :
1.
Latar Belakang Jean
Piaget
2.
Pengertian dan
Perkembangan Proses Belajar Kognitif
3.
Klasifikasi Belajar
Kognitif
4.
Implementasi Teori Belajar
Kognitif Dalam Pembelajaran
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui Latar
Belakang Jean Piaget
2.
Mengetahui Pengertian
dan Perkembangan Proses Belajar Kognitif
3.
Mengetahui Klasifikasi
Belajar Kognitif
4.
Mengetahui
Implementasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG JEAN PIAGET
Jean Piaget
lahir di Neuchatel,
Swiss pada 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun.
Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss. Dia terkenal karena hasil
penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Ayahnya, Arthur Piaget,
adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchatel. Dalam keterangan
lain dijelaskan bahwa ayahnya adalah ahli sejarah di bidang sejarah literatur.
Piaget adalah seorang anak yang sangat cepat menjadi matang, yang mengembangkan
minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, dan dalam usia 21 tahun
mendapat gelar doctor dengan disertasi tentang moluska (kerang-kerangan). Bahkan menerbitkan
sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Bahkan, kariernya yang panjang
dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan
diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino.
Di
Grange-aux-Belles, Perancis, ia mengajar di sekolah
untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet. Ketika ia menolong
menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia, Piaget memperhatikan
bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk
pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada
jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang
kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak
dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan
Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang
lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa. Selanjutnya Piaget menjabat
sebagai profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1975 dan
menjadi terkenal karena menyusun kembali teori perkembangan kognitif ke dalam
serangkaian tahap, yakni : Masa
Infancy; Pra-Sekolah; Anak-anak, dan Remaja.[1]
B.
PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN
PROSES BELAJAR KOGNITIF
1)
PENGERTIAN BELAJAR KOGNITIF
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi[2],
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih
menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran
manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan berbekas”. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap
yang bersifat relatif dan berbekas.[3]
2)
PERKEMBANGAN PROSES BELAJAR KOGNITIF
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada
anak-anak adalah sebagai berikut :[4]
a)
Anak mempunyai
struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang
dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri
dalam belajar.
b)
Perkembangan mental
pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi
semua anak.
c)
Walaupun
berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu,
tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah
sama pada setiap anak.
d)
Perkembangan mental
anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a.
Kematangan (fisik,
mental dan nalar)
b.
Pengalaman
c.
Interaksi sosial
d.
Equilibration
(proses dari penggabungan ketiga faktor di atas bersama-sama untuk membangun
dan memperbaiki struktur mental).
e)
Ada 3 tahapan
perkembangan, yaitu:
a.
Berpikir secara
intuitif + 4 tahun
b.
Beroperasi secara
konkret + 7 tahun)
c.
Beroperasi secara
formal + 11 tahun
Perlu diketahui pula bahwa dalam perkembangan intelektual
terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda
dan sebagainya, dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada
tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya.
C.
KLASIFIKASI BELAJAR KOGNITIF
Menurut Piaget, tahap perkembangan intelektual anak
secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap
orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap
anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut :[5]
1.
Tahap Sensorimotor
Tahap paling awal dari perkembangan kognitif terjadi pada
waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap
sensorimotor. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada
tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,
mendengar, membau dan lain-lain. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini
adalah sebagai berikut :
a.
Berfikir melalui
perbuatan (gerak).
b.
Perkembangan fisik
yang dapat diamati adalah gerak-gerak reflex sampai ia dapat berjalan dan
bicara.
c.
Belajar
mengkoordinasi akal dan geraknya.
d.
Cenderung intuitif
egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
2.
Tahap Pra-Operasional (2-7 Tahun)
Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit
menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan
alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa
benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Karakteristik anak pada
tahap ini adalah sebagai berikut :
a.
Anak dapat
mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman
pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang
miliknya dipegang oleh orang lain.
b.
Anak belum memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran.
c.
Anak belum mampu
melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu
bernalar secara individu.
d.
Anak belum mampu
membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini
terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi
mereka.
3.
Tahap Konkret-Operasional (7-11 Tahun)
Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan hal-hal yang logis. Tahap ini juga dapat ditandai dengan adanya
pemahaman berdasarkan apa yang kelihatan nyata/konkret. Adapun ciri-ciri dari tahap
ini, antara lain :
a.
Pada tahap ini,
seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman
dan objek yang dialami.
b.
Anak mulai dapat
melihat suatu objek atau persoalan secara menyeluruh dengan melihat
apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat
bersama-sama mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
c.
Pada tahap ini
seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat interval jarak
suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudah sapat mengerti relasi urutan waktu
dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar
akan konsep waktu dan kecepatan.
d.
Pada tahap ini anak
jarang berbicara dengan suatu alasan, tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi.
Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan
secara menyeluruh.
e.
Pada tahap ini,
anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang
lain dapat mempunyai pikiran lain.
4.
Tahap Formal-Operasional (11-15 Tahun)
Tahap Formal operational merupakan tahap terakhir dalam
perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah
dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal dan hipotesis,
dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dapat diamati. Cara berpikir yang
abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok tahap ini adalah pemikiran deduktif
hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
a.
Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik
kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Dalam pemikiran remaja, Piaget
dapat mendeteksi adanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada
kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu
logis.
b.
Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang
lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut
juga dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat
membuat hipotesis, menentukan eksperimen, mencatat hasil, dan menarik
kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang
berbeda pada waktu yang sama.
c.
Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi[6]
dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu
tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
D.
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF PEAGET DALAM
PEMBELAJARAN
Teori kognitif dan teori pengetahuan piaget sangat banyak
mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran
Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun
kurikulum, memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di
sekolah-sekolah. Maka dari karya besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan
pada proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu
sendiri. Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap
perkembangan kognitif anak usia sekolah :[7]
Pokok
Bahasan : Bangun Ruang.
Sub
Pokok Bahasan : Kubus; Balok; Tabung;
Prisma; Limas; Kerucut; Bola.
a)
Pembelajaran di
tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
a.
Anak-anak baru
hanya diperkenalkan dengan bentuk.
b.
Pembahasan hanya
terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual.
c.
Materi kubus cukup
pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
d.
Demikian untuk
balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui nama dan
bentuknya saja.
b)
Pembelajaran
ditingkat Sekolah Dasar (SD).
a.
Anak sudah mulai di
perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia ketahui tersebut.
b.
Pengelompokan
bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok dan yang lainnya
termasuk bangun ruang.
c.
Anak-anak juga
berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada pemahamannya tentang
apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus, tentu memiliki
panjang, lebar dan juga tinggi.
c)
Pembelajaran
ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
a.
Anak diajarkan
mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang yang ada.
b.
Tiap-tiap bangun
ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas sisi, volume serta
bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun tersebut.
c.
Khusus dijenjang
SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang terdapat pada bangun
ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran itu.
d)
Pembelajaran di
Perguruan Tinggi.
a.
Di perguruan tinggi
bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah geometri.
b.
Pendalamannya lebih
dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan kognitif merupakan tahap perkembangan
manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses berpikir
secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep abstrak dan logis. Jean
Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan
kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia
terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Keempat tahap perkembangan itu
digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :
1.
Tahap Sensorimotor
: umur 0 – 2 tahun.
Anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya.
2.
Tahap
Pra-Operasional : umur 2 – 7 tahun.
Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol, bahasa
serta tanda.
3.
Tahap Operasional
Konkret : umur 7 – 11 tahun.
Anak mulai berpikir secara logis.
4.
Tahap Operasional
Formal : umur 11-15.
Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif
dan induktif serta logis.
B.
SARAN
Hendaknya pengetahuan tentang Teori Belajar Kognitif
siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi mensukseskan
proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang Teori Belajar Kognitif siswa,
guru akan mengalami kesulitan dalam mengajar di kelas, yang pada akhirnya
mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di
kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.
[2] Kognisi adalah
kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang
seseorang atau sesuatu
[5] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008-Cetakan 14), hal. 69-75.
[6] Berpikir analogi
ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena
yang biasa/pernahdialami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar