REFLEKSI
BELAJAR – I
ð Kristologi mempunyai 3 masalah yang kontemporer, yakni
bagaimana hubungan antara iman dengan sejarah; bagaimana hubungan penyelidikan
tentang pribadi Kristus dengan studi karyaNya; serta bagaimana makna
sesungguhnya dari Inkarnasi Yesus.
ð Ada banyak usaha yang dilakukan oleh para peneliti untuk
menemukan Yesus yang sebenarnya. Mereka menduga bahwa Yesus Sejarah berbeda
dengan Yesus yang diceritakan dalam PB. Usaha tersebut disebut “The Quest of
Historical Jesus”. Ada banyak usaha lainnya, seperti berikut.
o
Ada yang menganggap
bahwa Yesus hanyalah pribadi manusia yang berkarakter baik. Namun bukan oknum
kedua dari Allah.
o
Harnack menolak
adanya mujizat karena menurut dia, dunia ini diatur oleh hukum alam yang tidak
berubah. Harnack memiliki paham Prostestan Liberal, yakni tidak setuju bahwa
Allah itu manusia Yesus.
o
Rudolf Bultmann menafsirkan
perumpamaan dan cerita mukjizat secara harafiah, dan menentang hal yang tidak logis.
ð Ada 2 pendekatan Kristologi, yakni Kristologi Atas dan Bawah.
Kedua pendekatan tersebut memang berbeda akan tetapi saling melengkapi dan memperbanyak
pemahaman tentang Kristologi.
o
Kristologi atas
bertitik tolak dari Logos yang menjelma menjadi manusia. Pendekatan ini
menekankan pada kejatuhan manusia yang membutuhkan pengampunan. Yesus menderita
untuk menebus dosa manusia supaya terjalin hubungan dengan Allah.
o
Kristologi bawah
bertitik tolak dari sejarah hidup Kristus sebagai manusia. Berbeda dengan
Kristologi dari atas, Allah di sini dipahami sebagai Allah yang berada di dalam
dan tinggal di dunia ini. Yesus yang
dipahami sebagai pemuda Yahudi yang baik,
yang menjadi guru dan pengajar.
REFLEKSI BELAJAR – II
PRIBADI DAN KARYA KRISTUS
1.
Skolastik
memisahkan antara pribadi dan karya Kristus. Hal tersebut mengakibatkan
Kristologi tidak lagi relevan.
2.
Pada masa
Reformasi, Martin Luther melakukan reaksi terhadap teolog Skolastik. Dan pada
masa ini Philipp Melanchthon melanjutkan penekanan Luther, dengan menyampaikan
bahwa “Mengenal Kristus berarti mengenal berkat-berkat yang ditawarkanNya”.
3.
Sedangkan F.
Schleiermacher menekankan bahwa unsur utama Kristologi adalah pengalaman kita
bersama Kristus dalam diri kita.
4.
Menurut Tillich,
kita harus memberi perhatian khusus terhadap makna simbolis dalam Alkitab,
karena melalui itu kita akan mengerti dengan jelas makna universal peristiwa
Kristus.
5.
Ada beberapa
pandangan yang menganggap bahwa Inkarnasi tidak dapat diartikan secara harafiah
melalui sejarah. Bahkan Bultman menyimpulkan bahwa sebagian besar PB adalah
mitos. Itu dikarenakan mereka memusatkan perhatian terhadap Yesus yang hidup 30
tahun saja, namun tidak memperhatikan bahwa Yesus diam dalam kita secara
sempurna.
6.
Hegel menyatakan
bahwa peristiwa Kristus tidak terlalu berarti. Peristiwa tersebut hanyalah
sebuah lambang.
7.
Sesungguhnya
penegasan Inkarnasi adalah bahwa Allah dengan sukarela datang kedunia untuk
menyelematkan umat manusia. Dalam PB ada penekanan Kristologi yang cukup
tinggi.
REFLEKSI BELAJAR – III
Keilahian Kristus merupakan inti pokok iman Kristen,
karena iman Kristen dilandaskan pada kenyataan bahwa Yesus adalah Allah yang
berinkarnasi menjadi manusia. Namun, keilahian Kristus telah menjadi masalah
yang paling hangat, mulai dulu hingga saat ini, lalu bagaimana kekristenan
menanggapi hal tersebut. Alkitab menjadi jawaban terbaik untuk setiap keberatan
atas keilahian Kristus. Ada 3 hal yang menjadi bukti keilahian Kristus.
1.
Kesadaran diri
Yesus, hal ini dibuktikan melalui ucapannya. “Anak Manusia akan menyuruh
malaikat-malaikatnya” (Mat.13:41); Mengampuni dosa (Mrk.2:15); diriNya
merupakan hakim dunia (Mat.25:34-46); “Anak Manusia juga Tuhan atas hari Sabat”
(Mrk.2:27-28); Ia satu dengan Bapa (Yoh.10:30); Siapa yang melihat Dia, maka ia
melihat Bapa (Yoh.14:7-9); Ia ada sebelum abraham (Yoh.8:58); pengakuan diriNya
sebagai Mesias (Mat.26:62-66); Ia menerima gelar keilahian (Yoh.20:28); Ia
berkata bahwa Ia berkuasa atas kematian dan kehidupan.
2.
Pengakuan para
Murid, hal pertama dapat kita lihat melalui pengakuan Yohanes dalam Injil
Yohanes, bahwa Firman yaitu Allah menjadi Manusia Yesus, berarti Yesus adalah
Allah. Dalam kitab Ibrani juga dengan tegas menyatakan bahwa Yesus adalah
cahaya kemuliaan dan gambar wujud Allah, yang olehNya Allah menciptakan. Lebih
jelas lagi Paulus mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang bersedia menjadi
manusia demi keselamatan kita. Gelar Kurios, sebutan untuk Allah YHWH dalam PL
juga dipakai untuk Yesus.
3.
Bukti yang paling
hebat dari semua bukti Keallahan Kristus adalah kebangkitanNya dari maut.
kebangkitanNya dibuktikan melalui : Kubur kosong; Penampakan diriNya; Perubahan
para Murid; Lahirnya Gereja; Ibadah pada hari Minggu dan Penulisan PB.
Saya percaya Bahwa Yesus adalah Allah, meskipun banyak
perdebatan yang bisa saja membuat iman kita goyah. Namun, melalui bukti diatas
saya percaya bahwa Dia adalah Allah yang telah menjadi manusia untuk
menyelamatkan kita. Menurut saya juga, para murid tentu sekali tidak akan mau
menyampaikan Injil kemana-mana, bahkan sampai mati, Matius
dibunuh dengan pedang, Markus
di seret dengan kuda, Lukas
di gantung, Petrus di salib, Yakobus
anak Zebedeus dipenggal kepalanya. Tentu sekali tidak akan ada orang yang rela mati demi
sesuatu yang tidak benar-benar nyata, kecuali orang bodoh.
REFLEKSI BELAJAR – IV
Ada beberapa ajaran
menyimpang dalam pemahaman Kristologi, antara lain :
1.
Ebionisme, paham
ini mengemukakan pendapat, bahwa Yesus hanya manusia biasa hasil perkawinan
Yusuf dan Maria, Yesus juga dianggap sebagai orang yang memiliki garis nasib
sebagai pemimpin, dan menurut paham ini Yesus diangkat menjadi Mesias setelah
dibabtis. Menurut paham ini, untuk menjadi Kristen haruslah menjadi Yahudi
dulu.
2.
Arianisme, paham
ini memakai hukum kontradiksi. Menurut paham ini tidak ada makhluk lain yang
memiliki sifat seperti Allah, jikalau itu ada, maka Allah bukan Allah lagi.
Paham ini menganggap bahwa semua makhluk lain merupakan ciptaan Allah, termasuk
Yesus. Ajaran ini ditolak dan dianggap sesat melalui konsili Nicea (325), namun
ajaran ini masih tetap ada melalui Saksi Yehova.
3.
Kristologi
Fungsional, paham ini tidak perduli tentang siapa itu Yesus, namun mereka lebih
fokus kepada apa yang Yesus lakukan. Kaum pluraris sangat menekankan Kristologi
Fungsional. Menurut mereka, Kristologi merupakan sebuah doktrin yang berfokus
pada “peristiwa” dan bukan tentang sifat-sifat.
Setelah
mempelajari tentang ajaran menyimpang seputar Kristologi, saya mulai mengerti
bahwa dalam mengikut Yesus, kita tidak bisa hanya percaya dan berdoa saja.
Namun, kita juga harus memiliki dasar yang kuat tentang kebenaran Yesus, agar
siap dalam menghadapi ajaran menyimpang. Karena hidup kita diperhadapkan bukan
hanya kepada masalah ekonomi dan emosional saja, namun kita juga diperhadapkan
kepada pandangan-pandangan yang salah terhadap Yesus. Sekuat apapun teori yang
disampaikan oleh para tokoh yang menolak keilahian Kristus, Alkitab pasti punya
jawabannya. Tentu dalam hal iman, akal pikiran kita akan menjadi lawan kita.
Namun, kita perlu pahami, walaupun pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami
hal-hal yang tidak terbatas yakni Allah, namun kita mempunyai cukup informasi
untuk mengetahui Ke-Allahan Yesus yang telah menyelamatkan kita dari dosa dan
menjamin suatu tempat bagi kita dalam kerajaan Allah.
REFLEKSI BELAJAR – V (Kesatuan Pribadi Kristus)
Secara
umum, kita percaya bahwa Yesus 100% manusia serta 100% Allah. Namun muncul
persoalan, bagaimana hubungan kedua sifat tersebut dalam satu pribadi Yesus.
Beberapa tidak setuju dengan kesatuan tersebut, karena menurut mereka tidak
mungkin Allah masuk kedalam tubuh manusia yang memiliki natur jahat. Paham yang
tidak setuju akan kesatuan tersebut, juga mengangkat ayat Alkitab untuk mendukung
pendapat mereka.
1.
Yesus tidak
menunjukkan adanya dualistik dalam doanya (Yoh. 17:21-22).
2.
Yoh. 1:14; Gal.
4:4; 1 Tim. 3:16 – hanya menunjuk kepada diri Yesus yang satu saja.
3.
Karya Yesus tidak
pernah dinyatakan sebagai karya dari ilahi atau manusia (Ef. 2:16-18; 1 Yoh.
2:1-2, 4:15, 5:5)
Lalu bagaimana
untuk menjawab keberatan tersebut.
Ketika
Yesus berinkarnasi, (Filipi 2:6-7), “Ia mengosongkan diri dengan mengambil rupa
seorang hamba” berarti ia mengosongkan diri dari kesetaraan dengan Allah dan
bukan kehilangan KeilahianNya. Dengan arti, ketika Dia menjadi manusia, Dia menerima
keterbatasan atas berfungsinya sifat keilahiaanNya. Melalui pembatasan tersebut
maka terjadilah apa yang disebut “kesatuan pribadi dalam Yesus”. Dan setiap
tindakan Yesus merupakan hasil kesatuan kedua sifatNya. Namun dalam hal ini,
kuasanya dibatasi karena Yesus memiliki tubuh manusia yang terbatas, namun
bukan berarti terjadi pengurangan atas kekuasaan KeilahianNya.
Satu
analogi penting untuk mendukung hal diatas, ketika seorang juara lari dunia
harus mengikuti lomba lari 3 kaki, dimana salah satu kakinya diikatkan ke kaki
seorang pelari amatiran. Tentu saja dia tidak bisa berlari secepat
kemampuannya, dia harus membatasi diri supaya dapat mensejajarkan kecepatan
dengan rekannya, namun bukan berarti dia kehilangan kemampuan berlarinya.
Demikian
halnya dalam pemahaman kita atas kesatuan pribadi Kristus, kita sering sekali
membuat pendekatan yang salah untuk memahaminya. Sehebat dan sekuat apapun
teori kita, tidak akan pernah bisa menyangkali kesatuan pribadi Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar