LAPORAN BACAAN
BUKU
THEORIES OF
LEARNING
TEORI-TEORI
PEMBELAJARAN
Konsepsi,
Komparasi Dan Signifikansi
By : Winfred F.
Hill
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
TEORI BELAJAR - PAK
Yang Dibina Oleh :
Sondiana Siagian, S.Pd.K
Nama : Roy Damanik
BAB 1
BAGAIMANA PARA PSIKOLOG MENGKAJI MASALAH PEMBELAJARAN
Dalam psikologi, apa yang dipelajari tidak harus “benar”,
tidak harus dengan sadar atau sengaja dan tidak harus melibatkan tindakan
lahiriah. Mengapa orang tertarik untuk lebih memahami tentang pembelajaran?
Banyak alasan yang membuat orang ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai
pembelajaran.
Pembelajaran di Sekolah. Tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama yaitu di sekolah.
Anak-anak di sekolah menghadapi situasi yang amat kompleks. Situasi
pembelajaran itu kompleks dari sudut pandang mereka, jauh lebih kompleks lagi
dari sudut pandang para psikolog yang dengan gigih berusaha untuk
menganalisisnya. Anak-anak mendapatkan pengaruh dari beranekaragam aspek yang
ada di situasi kelas. Mereka belajar banyak hal dari para guru, termasuk
hal-hal yang tidak dirumuskan dalam kurikulum dan hal-hal yang tidak disadari oleh
guru dan murid itu sendiri. Mereka juga belajar dari buku-buku, dari sesama
teman, dan dari tatanan fisik sekolah mereka.
Pembelajaran di Laboratorium. Pada pembelajaran di
laboratorium bisa dilakukan manipulasi variabel tertentu, mempertahankan
konstanta dan mengukur secara teliti perubahan perilaku yang diakibatkannya.
Kita akan melihat bahwa banyak keterkaitan antara situasi pembelajaran yang
kompleks dan situasi pembelajaran di laboratorium yang lebih terkontrol dengan
baik.
Hubungan antara pembelajaran di kelas dengan pembelajaran
di laboratorium yaitu meskipun subjek, tugas dan penguat yang digunakan di
laboratorium dan di ruang kelas sama, perbedaan antara bekerja sendirian dalam
situasi yang tidak familiar (laboratorium) dan bekerja bersama dalam situasi
kelompok yang familiar (ruang kelas) bisa menghasilkan banyak perbedaan
perilaku. Sekalipun demikian, studi-studi laboratorium di samping menghasilkan
pengetahuan dasar mengenai proses pembelajaran juga menyediakan banyak
kemungkinan untuk diterapkan di ruang kelas dan situasi lainnya.
BAB 2
HAKIKAT TEORI-TEORI PEMBELAJARAN
Variabel Dan Hukum. Ada dua jenis variabel, yakni
Variabel Dependen (hal yang hendak kita buat prediksinya) dan Variabel
Independen (hal yang kita gunakan untuk membuat prediksi). Variabel Independen
bisa dimanipulasi dan juga ada yang tidak bisa dimanipulasi. Dalam ilmu
tertentu misalnya ilmu fisika Variabel Independen bisa dimanipulasi. Namun
dalam beberapa kasus tidak bisa, misalnya peneliti tidak bisa mengubah IQ yang
merupakan variabel independen, untuk memperbaiki tingkat pembelajaran yang
merupakan variabel dependen. Hukum ilmiah terkadang tidak dapat diprediksi
dengan tepat. Ada kalanya benar, ada kalanya kurang tepat. Namun dalam semua
kasus hukum ilmiah, Variabel Dependen dan Variabel Independen memiliki
hubungan. Dan hal tersebut menjadi fokus pokok Ilmu Pengetahuan..
Abstraksi adalah deskripsi dari suatu masalah pada level
generalisasi tertentu, sehingga memungkinkan kita untuk berkonsentrasi pada
aspek kunci dari masalah tersebut tanpa memperhatikan hal-hal detail. Proses
abstraksi ini dijalankan lebih jauh lagi dalam hukum-hukum ilmiah daripada
dalam statemen-statemen jenis lainnya.
Nilai Hukum Ilmiah.
Hukum ilmiah memiliki dua tujuan pokok. Yakni, bersifat praktis
(menyediakan sarana untuk memprediksi dan mengontrol kejadian-kejadian),
misalnya : biro cuaca dan penasehat investasi. Dan yang tidak terlalu praktis
(mendapatkan pengetahuan untuk menjawab rasa ingin tahu). Kedua tujuan ilmu ini
terkandung dalam studi psikologi pembelajaran.
Apa itu teori-teori pembelajaran? Teori merupakan interpretasi sistematis atas sebuah bidang
pengetahuan. Dalam psikologi pembelajaran, barangkali lebih baik digunakan
istilah sistem atau interpretasi sistematis daripada istlah teori, karena
terkadang tori digunakan dalam pengertian yang lebih sempit.
Tiga Fungsi Teori,
ada 3 fungsi teori, antara lain : pendekatan terhadap suatu bidang
pengetahuan, menganalisis dan meneliti pembelajaran; berupaya untuk meringkas
sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum pembelajaran kedalam ruang yang
cukup kecil; berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran.
BAB 3
TIGA TEORITISI KONEKSIONISME YANG PERTAMA
Pengkondisian
Pavlov. Dalam penelitiannya yang
menjalankan operasi yang cukup rumit, membuka lambung seekor anjing melalui
dinding perutnya, ia mengamati bahwa munculnya kelenjar sekresi dalam perut
pertama-tama dipicu bukan karena adanya makanan yang mamasuki perut melainkan
karena ajning tersebut mengunyah atau melihat makanan, dan disini ia mencatat
bagaimana sekresi antisipatoris ini menunjukkan aspek paling menarik dari
proses pencernaan. Istilah stimulus tidak berkondisi (unconditioned stimulus)
dan stimulus berkondisi (conditioned stimulus) munkin terdengar agak jangkal
bila kita mengingat pengertian yang dikandungnya.
Eksitasi dan Inhibisi. Eksitasi (eksitation) adalah proses pembangkitan, proses yang
cenderung membuat respon terjadi, sementara inhibisi (inhibition) adalah proses
penekanan, yang cenderung mencegah terjadinya respon. Mari kita dalami satu
contoh pengkondisian dimana sebuah lonceng sebagai stimulus berkondisi
diberikan kepada anjing sesaat sebelum tepung daging diberikan sebagai stimulus
tidak berkondisi. Kedua stimulus ini menhasilkan eksitasi di lapisan luar
(cortex) otak, masing-masing dititik tertentu dalam korteks yang sesuai dengan
stimulus tersebut. Karena makanan penting bagi kelangsungan hidup anjing,
sementara lonceng secara bilologis merupakan stimulus yang tidak begitu
penting, eksitasi yang dihasilkan oleh makanan lebih kuat daripada yang
dihasilkan lonceng. Sebagai akibatnya lonceng yang mirip memiliki kecenderungan
terbesar untuk menghasilkan efek yang sama dengan yang diakibatkan oleh
stimulus berkondisi (berupa respon berkondisi).
Pembelajaran dalam Interpretasi Watson. Kita terlahir
dengan koneksi-koneksi stimulus respon yang disebut sebagai refleks. Contohnya
antara lain bersin sebagai respon sebagai gangguan di hidung dan refleks
tendangan lutut sebagai respon terhadap tepukan keras dilutut kita.
Refleks-refleks inilah yang menurut Watson merupakan perbendaharaan perilaku
yang kita warisi. Sesungguhnya demikian, kita bisa membangun sebagai koneksi
stimulus respon yang baru melalui respon pengkondisian. Jika sebuah stimulus
baru terjadi berbarengan dengan stimulus bagi respon refleks, setelah beberapa
kali berpasangan (pairing) seperti itu maka stimulus yang baru itu sendiri saja
akan menghasilkan respon. Hal ini yang menurut Watson merupakan cara kita
belajar merespon situasi-situasi baru.
Koneksionisme awal Thorndike. Istilah satisfier dan annoyer mungkin terdengar amat subjektif
untuk suatu teori yang berfokus pada proses penempaan hubungan stimulus respon
yang bersifat mekanis. Istilah tersebut jauh lebih mirip dengan bahasa para
filosof hedonistik dibandiungkan istilah
para psikolog behavioristik. Thorndike memang dikritik oleh kaum behavioristik
karena cara penyampaiannya menenai pembelajaran seperti ini.
BAB 4
TEORI PEMBELAJARAN MENURUT GUTHRIE
Guthrie adalah pengajar di Universitas Washington. Ia
tidak pernah belajar kepada Watson, dan pendidikan pascasarjananya pun di
bidang filsafat dan bukan psikologi. Meski begitu, interpretasinya mengenai
pembelajaran akan terlihat mirip sekali dengan interpretasi Watson seandainya
saja ia memiliki kesempatan satu dasawarsa lagi untuk mengerjakan topik
tersebut. Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi
stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya
sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Teori guthrie ini mengatakan bahwa
hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan
belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan
stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Guthrie juga mengemukakan empat
unsur yang dapat ditarik dari perkataan, apakah kita memiliki hasrat, tujuan,
atau maksud untuk melakukan sesuatu, antara lain : 1). Kompleksitas stimuli
pemelihara yang membuat organisme tetap aktif; 2). Sesuatu yang mencegah
dilakukannya sesuatu secara serta-merta yang akan menghilangkan stimuli
pemelihara saat itu juga; 3). Kesiapan otot untuk membuat respon tertentu; 4).
Kesiapan otot untuk menghadapi konsekuensinya. Bayangkan misalnya seseorang
berada di gedung bertingkat yang sedang terbakar. Ia berniat melompat untuk
selamat. Dalam kasus ini, keempat komponennya adalah : 1). Panas yang berasal
dari api, sensasi menyesakkan dari asap, dan rasa takut; 2). Api dan ketinggian
yang mencegah orang itu untuk tidak lari begitu saja; 3). Menegangnya otot-otot
sebagai persiapan melompat; 4). Bersiapnya tubuh untuk menghadapi guncangan
bila jatuh.
BAB 5
PEMBENTUKAN TEORI FORMAL MENURUT HULL
Di antara semua teori pembelajaran koneksionis, yang
paling ambisius adalah teori yang disusun Clark L. Hull (1884-1952). Teori Hull merupakan rekaan yang bersifat
logis. Ketika sebuah teori terbukti,
teoremanya juga pasti benar. Perlu
dibuat perbandingan antara teorema
dengan hukum actual mengenai perilaku yang ditunjukan oleh eksperimen. Bagi seorang yang tidak terbiasa dengan
filsafat ilmu, pendekatan ini mungkin terlihat janggal. Para teoritis bertolak dari postulat-postulat
yang mungkin benar atau tidak. Mereka kemudian membuktikan secara logis. Meskipun pendekatan teoritis ini mungkin
kedengaran rumit dan anieh, hal ini sebenarnya sejalan dengan apa yang kita
lakukan dalam berbagai situasi sehari-hari.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa, teori-teori yang
diungkapkan oleh Hull dan pendahulunya hanya bersifat teoritis ilmiah yang
menjadi acuan dalam proses pembelajaran serta pemecahan masalah guna
mempermudah proses belajar dan mengajar. Hal ini disebabkan proses pembelajaran
disuatu wilayah atau komunitas tertentu sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sosial dan psikologi objeknya. Buktinya, dalam menganalisis permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran tetap menyesuaikan pada situasi dan kondisi
objek yang bersangkutan. Misalnya, seperti yang digambarkan dalam buku Theories
of Learning yakni seorang siswa yang sulit untuk menjawab atau mengerjakan soal
di depan kelas mempunyai alasan yang beragam, baik yang bersifat akademik
ataupun psikis (rasa takut salah, rasa malu, dsb).
BAB 6
TEORI PEMBELAJARAN MENURUT SKINNER
Skinner mengemukakan ada dua jenis pembelajaran. Kedua
jenis pembelajaran ini berbeda karena masing-masing mencakup jenis perilaku
tersendiri. Yaitu perilaku responden dan perilaku operan. Apabila perilaku
responden dicirikan oleh kemunculannya sebagai respon atas stimuli, perilaku
operan dicirikan oleh operasinya terhadap lingkungan untuk menjaga berlangsungnya
konsekuensi tertentu. Sebagian besar perilaku tergolong dalam jenis ini :
berjalan, berbicara, bekerja, dan bermain semuanya terbentuk. Perilaku operan
bertolak belakang dengan perilaku responden menarik tangan ketika menyentuh
kompor panas, yang dihasilkan nyaris tanpa memandang kondisi-kondisi lainnya.
Walau Skinner berfokus pada penguat positif (positive
reinforcers), ia juga mengakui keberadaan penguat negatif (negative
reinforcers). Penguat negative berwujud stimuli penghindaran. Hilangnya penguat
negative akan meningkatkan kemungkinan respon sebelumnya, sama halnya seperti
adanya penguat positif. Satu hal terpenting mengenai penguat, yang positif
maupun yang negatif, bahwa keduanya bisa dikondisikan. Penguatan negative
berasal dari hilangnya suatu penguat negative, sementara hukuman mengadakan
suatu penguat negative. Secara umum Skinner memandang hukuman sebagai metode
yang buruk untuk mengontrol perilaku. Salah satu penyebabnya adalah karena
kemungkinan menjadi bumerang tersebut, yang menghasilkan efek bertolak belakang
dengan yang diinginkan. Meskipun demikian Skinner tidak mengklaim hukuman tidak
bernilai sebagai alat mengubah perilaku.
Peran Stimuli. Stimuli bisa menentukan apakah operan
tertentu akan terjadi atau tidak. Individu telah belajar mendiskriminasi antara
stimuli, stimuli itu disebut stimuli diskriminatif. Stimulus diskriminatif
positif adalah stimulus yang menunjukkan bahwa merespon akan dikuatkan;
stimulus deskriminatif negative menunjukkan bahwa merespon tidak akan
dikuatkan. Dalam hal ini teori pembelajaran menurut Skinner cukup berbeda
dengan teori-teori pembelajaran pada umumnya. Karena Skinner adalah tipe orang
yang tidak suka memakai teori orang lain. Skinner menghilangkan sistem hukuman
dengan alasan yang cukup kuat karena terkadang seorang siswa yang diberi
hukuman bukan menyadari kesalahannya malah berbalik marah terhadap gurunya yang
memberikan hukuman.
BAB 7
APLIKASI DAN IMPLIKASI TEORI SKINNER
Skiner mencoba menerapkan sistem atau metode ‘Modifikasi
Perilaku’ di dalam ilmu pendidikan sebagai suatu teknik psikoterapis, yang
berguna untuk menangani masalah psikosis pada anak didik dan juga pada orang-
orang yang mengalami masalah kejiwaan.
Metode ini dilakukan dengan cara pendekatan. Pendekatan ini pada
dasarnya serupa dengan Guthrie namun di tambah dengan elemen penguatan;
pendekatan ini menjadi landasan bagi
berbagai teknik modifikasi perilaku (behavior modification) dalam psikoterapi.
Pendekatan modifikasi perilaku bisa diilustrasikan dengan
sebuah kasus di sebuah taman anak-anak disembuhkan dari kebiasaan menangis yang berlebihan dengan
pendekatan Skineria, memulai dengan mendiferensiasikan perilaku anak sebagai
responden dan operan. Semua guru taman anak-anak dilatih untuk mengenali dan mengabaikan tangisan operan. Sekalipun
demikian, ketika anak-anak bermain secara konstruktif, guru-guru memuji mereka
dan menujukan kasih sayang kepada mereka. Jadi yang semula anak-anak selalu
menangis dengan tangisan operannya ketika diperhatikan oleh gurunya, kini
tangisan operanpun menghilang. Teori yang diterapkan oleh Skinner ini sangat
baik untuk dijadikan pegangan oleh calon pendidik untuk menghadapi para calon
peserta didik. Dengan cara modifikasai perilaku atau cara pendekatan terhadap
anak didik, kita dapat memahami karakteristik anak tersebut dan mencoba
mengatasi masalah psikis yang mungkin
terjadi pada anak peserta didik.
BAB 8
TEORI GESTALT
Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan
yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan
bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process yang selama ini
dihindari karena abstrak, namun dapat mempertahankan aspek ilmiah dan
empirisnya. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan
menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher
mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan
kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight, dan problem
solving beroperasi.
Ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi
dari aliran Gestalt. Beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain : 1). Manusia
bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara
intelektual, juga secara fisik, emosional, sosial dsb; 2). Belajar adalah penyesuaian
diri dengan lingkungan; 3). Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak kecil
sampai dewasa; 4). Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih
luas; 5). Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh
insight; 6). Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar; 7). Belajar
akan berhasil kalau ada tujuan; 8). Belajar merupakan suatu proses bila
seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi; 9). Belajar sangat
menguntungkan untuk kegiatan memecahkan masalah.
BAB 9
TEORI- TEORI KOGNITIF EROPA YANG LAIN
Teori Gestalt bermula di Eropa dan tumbuh sebagai
perspektif dengan ciri khas Eropa. Kita membahas dua di antaranya, yang satu
dengan penekanan dalam hal motivasi, yang lainnya dalam hal perkembangan.
System Kurt
Lewin,Ia mempunyai minat yang berbeda
dengan yang lainnya dalam beberapa hal. apabila yang lain fokus pada masalah teknis
di seputar persepsi, pembelajaran dan pikiran, ia berfokus pada motivasi,
kepribadian dan psikologi sosial. Untuk mengkaji hal ini ia tidak mengembangkan
sebuah sistem berupa teori pembelajaran melainkan sistem deskripsi di mana
pembelajaran, motivasi, kepribadian dan perilakusosial semuanya bisa dikaji.
Piaget dan perkembanbgan
kognitf, Teoritisi kognitif yang telah
kita bahas sampai disini menekankan penjelasan mengenai persepsi, motivasi, dan
pemecahan masalah di mana semua itu beroperasi pada individu pada saat
tertentu. Sungguhpun demikian, tradisi kognitif Eropa tidak mengabaikan
perubahan semacam itu. Anak-anak menalar dan memecahkan masalah mereka dengan
cara-cara yang seringkali berbeda dengan cara orang dewasa, dan proses
perkembangan pemikiran anak-anak menjadi pemikiran orang dewasa pun telah
diamati oleh sejumlah psikilog, baik eropa maupun bukan. Salah satu cara
mengidentifikasi seorang teoritisi adalah dengan melihat variabel perantara
yang ia postulasikan. Piaget menggunakan skema sebagai variable perantara
favoritnya. Adapun versi paling gamblang dari kwalifikasi Piaget terdiri atas
empat tahapan : sensori-motor; praoperasional; operasi konkret dan operasi
formal. Masing-masing tahapan menunjukan adanya peningkatan atas peningkatan
sebelumnya dalam hal kemampuan anak dalam memikir abstrak memprediksi dunia
secara tepat, menjelaskan sebab-sebab terjadi sesuatu secara akurat, dan
caranya menghadapi dunia secara intelektual.
BAB 10
TEORI-TEORI KOGNITIF DALAM TRADISI BEHAVIORISME
Edward
Chace Tolman (1886-1959) memiliki karya utama “Purposive Behaviour in
Animals and Men”. Dari teori Tolman, sistem Tolman disebut behaviorisme
purposif karena sistem ini mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan tujuan yang
hendak dicapai melalui perilaku tersebut. Perilaku yang hendak dikaji Tolman
adalah perilaku molar. Istilah ini
bukan merujuk pada jenis perilaku, namun pada cara kita menganalisis perilaku.
Dalam teorinya, Tolman menggunakan Variabel Perantara. Perbedaan sistem ini
dengan teori kognitif lain, ada pada penekanannya. Dalam teorinya, Tolman
banyak meminjam ide bukan hanya dari Lewin saja. Namun, dari para psikolog
gestalt, freid dan bahkan guthrie juga.
Teori
Kognitif Behavioristik Terbaru Dari Bolles, Robert C. Bolles berasal dari
Universitas Washington, Bolles merumuskan teori kognitif sebagai cara untuk
memprediksi perilaku, dengan memperhatikan tiga jenis peristiwa yang bisa
dipelajari secara organisme. Yakni : 1). Stimulus yang berlaku sebagai sinyal
“S”; 2). Respon “R”; 3). S*. Dari hubungan ketiga jenis peristiwa ini akan bisa
terbentuk pengharapan. Dalam proses pembuktian teorinya, meskipun mengalami
kesulitan, sistem Bolles nampak lebih ringkas dibandingkan persebaran vektor
dan peta kognitif Tolman.
BAB 11
PERGESERAN DARI KONEKSIONISME KE KOGNITIVISME
Selama paruh pertama abad-20,
interpretasi pembelajaran koneksionis mendominasi psikologi Amerika, sementara
para teoretisi kognitif tinggal sebagai pengkritik. Begitu banyak para
teoritisi yang mencoba memberikan sanggahan terhadap teori koneksionisme.
Dimulai dari O. Howart Mowrer, Dollard and Miller yang sepakat bahwa yang
pertama sekali dipelajari adalah apa yang harus ditakuti dan kemudian belajar
apa yang harus dilakukan untuk itu. Mowrer juga mengemukakan bahwa, hal penting
mengenai stimuli bukanlah bahwa stimuli mendatangkan respon tertentu melainkan
bahwa stimuli memiliki makna tertentu. Interpretasi baru ini membuat Mowrer
lebih kognitif daripada teoritisi yang mengembangkan sistem mereka dalam
tradisi koneksionisme.
BAB 12
ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Ketika teori-teori pembelajaran tumbuh semakin formal dan
menghasilkan statemen-statemen kuantitatif yang lebih akurat mengenai perilaku,
teori-teori tersebut cenderung menggunakan bahasa dan konsep-konsep yang
berasal dari matematika, cabang-cabang teknologi, dan ilmu pasti.
Pada awal 1950-an, muncul beberapa model statistik, salah
satunya oleh William K. Estes (1919). Sistem Estes merupakan sebuah model
pembelajaran karena, setidaknya pada awalnya, sistem tersebut tidak diusahakan
untuk menjadi teori yang komplet dan menyeluruh. Salah satu contoh, Estes
mencatat apakah seorang pemain bola basket berhasil memasukkan bola ke
keranjang atau tidak, tanpa memandang jumlah kontraksi otot yang tidak
terhitung banyknya yang menghasilkan salah satu dari dua hal diatas.
Menurut Estes, situasi stimulus apapun terbentuk dari
banyak elemen stimulus kecil. Estes membagi semua kemungkinan respon dalam
situasi tertentu menjadi dua kelompok, dan ia membagi semua kemungkinan aspek
situasi stimulus menjadi banyak elemen yang tiadk tertentukan. Dengan kata
lain, masing-masing elemen stimulus cenderung untuk menghasilkan entah itu A1
atau A2 sekaligus. Dan bagi Estes perubahan semacam inilah yang dinamakan
sebagai pembelajaran.
Untuk memahami proses pengkondisian Estes, kita perlu
memperhatikan proses pengambilan sampel stimulus. Estes berasumsi bahwa hanya
sejumlah kecil elemen dalam stimulus tertentu yang benar-benar mempengaruhi
respon pada suatu percobaan. Prediksi-prediksi dari teori Estes tidak kalah
akuratnya dengan teori-teori lain. Ia mengemas segenap teorinya dalam ungkapan
probabilitas : probabilitas mengenai bagaimana suatu elemen akan dijadikan
sampel dan probabilitas mengenai bagaimana suatu respon akan terjadi. Dalam
rumusan awal, Estes berasumsi bahwa pembelajaran berlangsung melalui prinsip
kontiguitas. Kapan saja terjadi respon, semua elemen stimulus menjadi
terkondisikan dengan respon itu.
Estes memandang teori sampling stimulus sebagai perluasan
matematis dari teori transfer elemen identik Thorndike. Yakni, teori itu
dikembangkan untuk membuat prediksi yang tepat tentang transfer training dari
satu situasi ke-situasi yang lain, berdasarkan elemen-elemen stimulus yang sama
untuk keduanya. Dalam sampling stimulus, belajar terjadi dengan cara sekaligus
atau tidak sama sekali dan hanya dibutuhkan kontiguitas antara stimulus dan
respons tertentu.
BAB 13
KOGNISI DAN KOMPUTER
Model-model koneksionis mendominasi sebagian besar
sejarah teori pembelajaran Amerika, dan hanya baru-baru ini saja model-model
kognitif mulai disukai oleh banyak psikolog. Pada umumnya orang berpandangan
bahwa perilaku diri mereka dan sebagian orang lain terkait dengan pengetahuan,
keyakinan, dan gagasan. Sungguhpun demikian, yang jauh lebih berpegangan dalam
hal ini adalah sebuah perkembangan lain yang membuat aktivitas kognitif bukan
hanya menjadi bagian dari dunia ilmiah melainkan juga bagian dari dunia
teknologi. Perkembangan ini adalah maraknya penggunaan komputer dalam ilmu
pengetahuan, bisnis, dan kemudian dalam segala segi kehidupan masyarakat.
Seiring perkembangan teknologi, teori kognisi ini juga
dikorelasikan dengan kecerdasan yang ada pada teknologi mutahir, khususnya komputer.
Komputer digunakan untuk menganalisis data, untuk memunculkan stimuli bagi
subjek-subjek eksperimen, menyampaikan program-program pengajaran, dan
menjalankan berbagai tugas lainnya. Komputer melaksanakan berbagai proses yang
mirip sekali dengan proses belajar manusia, mengingat dan berpikir.
BAB 14
KONEKSIONISME MODEL BARU
Pada
tahun 1980-an mulia muncul keraguan tentang komputer. Salah satunya adalah
penemuan yang menunjukkan bahwa para ahli di kalangan manusia ternyata
menyelesaikan persoalan bukan hanya dengan mengikuti ketentuan. Yang kedua
berasal dari pemikiran tentang sistem saraf. Dan yang ketiga yang mendorong
pergeseran pandangan para teoritisi berasal dari komputer itu sendiri. Hingga
pada akhirnya muncul sebuah model baru yakni, NETtalk. NETtalk merupakan suatu
sistem yang dikembangkan oleh Terrence Sejnowski dan Charles Rosenberg (1987)
yang melakukan konversi teks bahasa Inggris menjadi suara bicara manusia.
Pembuatan NETtalk dimaksudkan untuk membangun model sederhana yang dapat
menjelaskan kompleksitas tugas dari tingkat kognisi manusia. Sistem ini bisa
belajar membaca dengan bunyi keras. Stimulinya berupa rangkaian huruf tercetak,
yang tersusun 26 abjad ditambah spasi. Responnya berupa bunyi yang menyerupai
penuturan, terbentuk dari 55 fonem (bunyi ucapan) yang ada pada Abjad Fonetik
Internasional. Pembuatan NETTalk dimaksudkan untuk membangun model sederhana
yang dapat menjelaskan kompleksitas tugas dari tingkat kognisi manusia.
BAB 15
PERIHAL MOTIVASI
Dewasa ini ada tiga tren interpretasi mengenai penguatan,
dua diantaranya bertolak dari kerangka reduksi-dorongan dan yang satunya tidak.
Dalam reduksi-dorongan, orang berfokus pada dorongan apa yang bersifat bawaan.
Salah satu dorongan yang banyak diperhatikan orang adalah dorongan yang
dipuaskan melalui pengalaman baru. Dorongan ini dikenal dengan berbagai nama
seperti dorongan ingin tahu, dorongan eksplorasi, dorongan manipulasi atau
dorongan mencari hal baru. Dorongan jenis kedua dipuaskan melalui aktivitas.
Sedangkan dorongan jenis ketiga disebut sebagai kenyamanan kontak. Kenyamanan
kontak adalah dorongan yang dipuaskan melalui kontak tertentu secara fisik.
Trend kedua berupa modifikasi atas teori dorongan. Teori
ini disebut gairah optimal. Teori gairah optimal berpandangan bahwa penguatan
tidak harus berupa reduksi dorongan melainkan berupa perubahan dorongan ke arah
level optimal tertentu. Teori gairah optimal memungkinkan kita untuk memahami
fakta yang sering kita lihat dimana orang-orang terkadang mengusahakan
stimulasi lebih banyak lagi alih-alih lebih sedikit. Teori gairah optimal
mempertahankan gagasan mengenai level gairah yang terkait dengan penguatan,
namun memperluas interpretasinya mengenai seperti apa hubungan gairah itu
dengan penguatan.
Trend ketiga dalam teori penguatan, diluar kerangka
reduksi-dorongan, mengaitkan penguatan dengan respon subjek sendiri ke arah
satu tujuan. Penguatan bukan tergantung pada apa yang terjadi pada individu,
melainkan pada apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
BAB 16
INTERPRETASI MENGENAI MEMOR
Underwood mengemukakan sebuah pertanyaan, mengapa kita lupa?
Bila sesuatu telah kita ingat, mengapa hal itu tidak kita ingat untuk
selamanya? Dari berbagai penjelasan yang ada, yang paling berpengaruh adalah
interpretasi penimpaan atau interferensi, bahwa kita lupa karena penjagaan atau
retensi kita atas item tertentu ditimpa oleh item lain yang kita pelajari yang
serupa dengan item tertentu tersebut.
Dalam pandangan koneksionis sendiri, apa yang diingan
atau dilupakan adalah respon, dan sebab utama mengapa respon-respon tertentu
dilupakan adalah karena adanya kompetisi dari respon lain terhadap stimuli yang
sama.
BAB 17
EVOLUSI DAN PEMBELAJARAN
Para ahli biologi dan antropolog fisik amat tertarik
dengan perubahan-perubahan evolusioner, namun sebagian besar psikolog kurang
tertarik dengan masalah ini. meski para teoritisi pembelajaran telah melakukan
penelitian terhadap satu ragam spesies tertentu, mereka jarang berfokus pada
perbedaan di antara spesies, perbedaan yang merupakan produk evolusi. Mereka
lebih tertarik dengan kemiripan yang ada di antara spesies, sementara perbedaan
yang ada diabaikan karena dianggap sebagai hal yang rumit dan tidak relevan.
BAB 18
TEORI PEMBELAJARAN :
MASA LALU, MASA KINI, DAN MASA MENDATANG
Setiap teori-teori pembelajaran pasti memiliki persoalan
dan perbedaan yang membedakan dengan teori yang lainnya, selain itu juga
memiliki perubahan dari masa ke masa menuju keperbaikan. Persoalan yang
mendasar antara lain persoalan mengenai hakikat pembelajaran dan proses
pembentukan teori (Hilner 1978). Delapan persoalan yang kontrofersial antara
lain : variabel perantara yang digunakan, hal-hal tertentu yang berperan
sebagai variable perantara dalam teori bersifat kognitif atau koneksionisme,
penguatan yang digunakan dalam teori merupakan hakikat dasar dan inti dalam
pembelajaran, suatu pembelajaran yang harus dianalisis pada level molar atau
pada level molecular, persoalan selanjutnya yaitu apakah teori tersebut
disajikan secara formal atau informal, luas cakupan teori tersebut, penekanan
diberikan pada pengaruh aspek bawaan terhadap perilaku dan pada pengaruh
batasan-batasan biologis terhadap pembelajaran, dan persoalan yang terakhir
yaitu mengenai kepraktisan teori tersebut. Persoalan-persoalan teori tersebut
diperdebatkan oleh para teoritis yaitu seperti Tolman, Hull, Skinner,
Thorndike, Watson, Guthrie, Estes dan Miller. Mereka memperdebatkan
masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori-teori yang mereka kemukakan.
Jenis teori ideal yang diperjuangkan oleh para teoritis
yang paling ambisius adalah yang mirip dengan cita-cita yang digagas oleh Hull
namun gagal diwujudkan yaitu: format, akurat, konsisten secara internal,
sekaligus juga cukup luas cakupannya sehingga meliputi seluruh topik mengenai
pembelajaran dan motivasi. Teori tersebut memiliki berbagai postulat dan
teorema dan terkonstruksi sedemikian rupa sehingga bisa diubah untuk menangani
bukti baru ketika teorema tertentu gagal dikukuhkan oleh eksperimen. Teori
tersebut juga harus berguna dalam menyelesaikan persoalan-persoalan praktis. Teori-teori
ideal mengandung variabel-variabel perantara yang dinyatakan secara eksplisit. Variabel-variabelnya
jauh lebih kognitif dibandingkan pada teori-teori terdahulu, namun teori tersebut
juga terkait dengan topik perkembangan yang menjelaskan bagaimana manusia
berfungsi seperti apa yan dilakukan.
Ada dua aspek pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam
teori ini, yang pertama adalah hakikat memori. Pembelajaran yang berfokus pada
pengetahuan dan pembelajaran melalui pengamatan, nampaknya lebih konsisten bila
membahas memori sebagai pengulang kembali informasi simpanan dari berabagai
respon-respon. Di sisi lain digunakan untuk keahlian yang amat praktis,
termasuk keahlian verbal, teori interferensi. Selain itu teori yang komplit
menggunakan cara asimilasi pengalaman baru kedalam skemata.
Aspek yeng kedua yaitu persepsi. Kebanyakan teoritis
pembelajaran memandang persepsi sebagai hal yang tidak perlu dipersoalkan.
Sementara itu kalangan Gestalt yang berfokus pada persepsi tergolong kelompok
teoritis pembelajaran yang sekunder. Pembelajaran tidak bisa berlangsung
melebihi input perceptual yang mendasarinya, sehingga persepsi tidak bisa
diabaikan oleh semua teori yang dianggap komplit. Istilah register sensori yang
dikemukakan Atkinson dan Shiffri adalah salah satu contoh konsep persepsi dalam
teori pembelajaran.
Sebenarnya tidak ada teori yang sempurna. Semuanya
memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Tetapi kita harus bisa mempergunakan
teori yang ada dengan sebaik-baiknya. Pada umumnya teori-teori pembelajaran
memiliki dua arti penting yang pokok. Pertama, teori pembelajaran menyediakan
kosa kata dan kerangka konseptual yang bisa kita gunakan untuk menginterpretasi
contoh-contoh pembelajaran yang kita amati. Hal ini penting artinya bagi siapa
saja yang hendak mengamati dunia secara seksama. Kedua, masih terkait dengan
yang pertama, teori pembelajaran menuntun kita kemana harus mencari solusi atas
persoalan-persoalan praktis. Teori memang tidak memberikan kita solusi, namun
teori mengarahkan perhatian kita kepada variable-variabel yang bermanfaat untuk
menemukan solusi.
Masing-masing teori menekankan aspek tertentu dalam
proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Semuanya memiliki fungsi
memperkaya kita terhadap situasi-situasi pembelajaran yang kita amati dan
membantu kita menemukan solusi atas problema pembelajaran praktis yang kita
hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar