TUGAS REFLEKSI BACAAN
BUKU : SUPREMASI
KRISTUS
Ajith Fernando
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Kelulusan Mata Kuliah
DOGMATIKA
3 - KRISTOLOGI
Yang Dibina Oleh :
Simon Andreas, S.Th
Nama : Roy Damanik
YESUS ADALAH
KEBENARAN
BAB I
SUPREMASI KRISTUS DAN TANTANGAN PLURARISME
Filsafat pluralisme merupakan pemikiran gerakan Zaman Baru
dan juga beberapa teologi “Kristen”. Filsafat ini juga melekat dalam pikiran
penganut Buddha dan Hindu. Pluralisme agama mendukung ide baru terhadap
pewahyuan. Selama ini orang Kristen mengerti wahyu sebagai pernyataan Allah
kepada manusia tentang kebenaran. Dia melakukan ini secara umum dan bisa
diketahui semua orang, contohnya melalui alam dan hati nurani, serta secara
khusus dalam Alkitab dan yang terutama dalam Yesus Kristus. Menurut pandangan
baru ini, kebenaran tidak dinyatakan kepada kita tapi ditemukan oleh kita
melalui pengalaman. Perbedaan agama adalah perbedaan ekspresi tentang yang
Absolut. Masing-masing berisi lapisan kebenaran. Namun orang-orang yang
mempelajari agama secara cermat mengakui bahwa masing-masing agama memiliki
poros yang berbeda. Sebenarnya, kesamaan yang ada di antara Kekristenan dan
agama-agama lain hanya pada bagian luarnya saja, bukan pada inti dari iman.
Maka mengatakan bahwa agama pada intinya mengajarkan hal yang sama merupakan
suatu kesalahan. Pelayanan Paulus di Atena (Kis. 17:16-34) dan Surat Paulus
kepada jemaat di Kolose dan Efesus merupakan contoh yang baik dari perlawanan
tersebut. Meskipun pandangan yang menolak supremasi Kristus mungkin mendapat
pendukung di seluruh dunia, kehidupan dan pekerjaan Yesus sendiri menunjukkan
dasar yang dapat diterima untuk percaya bahwa Yesus memang memiliki supremasi.
BAB II
YESUS ADALAH KEBENARAN ABSOLUT
Kita sering berkata bahwa Yesus adalah kebenaran. Dia
berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6). Ketika Yesus
berkata bahwa Dia adalah kebenaran ini berarti Dialah personifikasi atau
perwujudan kebenaran. Pendukung pluralisme berkata bahwa apa yang kita sebut
wahyu sebenarnya catatan pengalaman keagamaan yang dialami oleh manusia. Kita
mengatakan hal itu dinyatakan oleh Allah bukan ditemukan oleh manusia. Dari
pengajaran Yesus dalam Yohanes 14:6-7, dapat disimpulkan bahwa kebenaran
absolut bisa dikenal karena yang Absolut telah menjadi nyata dalam sejarah
dalam pribadi Yesus (lihat juga Yoh. 1:14-18). Inilah pembelaan kita terhadap
pernyataan bahwa kita percaya akan kebenaran yang absolut. Kita menyatakan
Yesus adalah Allah.
BAB III
PERKATAANNYA MENEGASKAN KEABSOLUTANNYA
Dalam Yohanes 14:10b, Yesus menjelaskan bagaimana kita
dapat mempercayai pernyataan-Nya bahwa Dia sama dengan Allah. “Apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
tinggal di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya.” Kita
mungkin mengira Yesus berkata, “Bapa berbicara melalui aku.” Sebaliknya Dia
berkata, “Bapa yang tinggal di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaan-pekerjaanNya.” Ini dikarenakan, seperti kata Archbishop William
Temple, “perkataan Yesus adalah pekerjaan Allah.” Apa yang dikatakan Yesus di
sini adalah kita harus menganggap serius perkataanNya karena saat Dia
berbicara, Tuhan berbicara. PerkataanNya menegaskan keilahianNya. Nilai
keaslian perkataan Yesus terletak dalam dua wilayah. Pertama, relevansi dan
pengertiannya yang mendalam menunjukkan ini bukan manusia biasa yang berbicara.
Di dalam perkataan-Nya ada jawaban Allah bagi masalah hidup. Kedua,
pernyataanNya mengenai diri-Nya membuat kita harus berkesimpulan kalau Dia
melihat Dirinya sebagai Allah.
BAB IV
PEKERJAANNYA MEMBUKTIKAN KEBENARAN PERKATAANNYA
Yesus berkata dalam Yohanes 14:11, “Percayalah kepada-Ku
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya,
percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” Maksud Yesus, jika kita
melihat pekerjaan-Nya, kita akan tertantang untuk memperhatikan perkataan-Nya
secara serius. Hal pertama untuk melihat pekerjaan-Nya adalah kehidupan-Nya
yang tidak berdosa. Hal kedua melihat pekerjaan Yesus adalah mujizat-mujizat
yang dilakukanNya. Di dalam kitab-kitab Injil, mujizat sering kali digunakan
sebagai bukti untuk mendukung pernyataan Kristus. Ketika orang banyak
membicarakan pernyataan Yesus kepada orang lumpuh bahwa dosanya sudah diampuni,
Dia menyembuhkan orang lumpuh tersebut “supaya kamu tahu bahwa Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa di bumi ini” (Mrk. 2:8-11). Saat orang Yahudi menuduh
Dia menghujat Allah dengan berkata, “sekalipun hanya seorang manusia saja,
menjadikan diri-Mu Allah” (Yoh. 10:33), Yesus menjawab, “Jikalau Aku tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi
jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa
di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (Yohanes 10:37-38).
BAB V
YESUS, MUJIZAT DAN PELAYANAN MASA KINI
Kaum liberal menyajikan sebuah pendapat dimana Yesus
adalah manusia ideal. Kaum liberal juga lebih memfokuskan pengajarannya kepada
Injil Sinoptik. Injil Yohanes dianggap terlalu Theologis, sedangkan tulisan
Paulus dianggap merupakan penafsiran ulang pesan Kristus. Sehingga, tulisannnya
tidak diberikan tempat penting. Penekanan kaum liberal lebih kepada Yesus
sebagai Juruselamat karena teladanNya, dan teladanNya harus diikuti. Sedangkan
kaum Injili fokus terhadap karya salib, dimana Yesus telah mati bagi dosa, dan
keselamatan diberikan kepada manusia dengan mati menggantikan kita. Dalam dunia
penginjilan, kehidupan Kristus haruslah menjadi fokus utama. Karena kematian
dan karyaNya tidak akan pernah bisa dipisahkan dari dunia penginjilan. Dalam
pelayanan Yesus selama hidupnya sebagai manusia Allah, Yesus merupakan pribadi
yang melakukan mukjizat. Ada 3 alasan mengapa Dia melakukannya :
1.
Menunjukkan belas
kasih;
2.
Memuliakan Allah;
dan
3.
Memberi bukti.
BAB VI
APAKAH KITAB-KITAB INJIL MEMILIKI KEAKURATAN HISTORIS
Jika kita percaya bahwa Injil memberikan catatan objektif
mengenai kehidupan Kristus, maka kita tidak bisa menerima pandangan kaum
pluralis masa kini. Ketuhanan Yesus yang absolut tidak berasal dari beberapa
teks bukti dalam beberapa perikop tersendiri dalam kitab-kitab Injil. Tetapi
terdapat di seluruh kitab-kitab Injil. Jika kita mengeluarkan perikop-perikop
yang berisi pengajaran tentang Ketuhanan Kristus yang absolut, kita tidak
memiliki catatan mengenai kehidupan Kristus. Materi yang sama yang membuktikan
bahwa Dia adalah manusia yang baik juga membuktikan Dia adalah Allah yang
absolut. Sulit untuk mengatakan bahwa Dia itu baik tetapi tidak absolut. Pandangan
kaum pluralis mengenai hal ini tidak bisa dipertahankan. Tentu saja, kaum
pluralis menolak historisitas dari tulisan-tulisan dalam kitab-kitab Injil dan
dengan dasar itu menolak pernyataan yang ada dalam kitab-kitab Injil tersebut
mengenai Yesus. Banyak orang dari kaum pluralis berkata bahwa
pernyataan-pernyataan ini tidak dibuat oleh Yesus sendiri tetapi dikarang oleh
para penulis Injil, berdasarkan pengalaman subjektif mereka dan pikiran mereka
tentang Kristus. Masing-masing orang
tertarik terhadap aspek-aspek yang berbeda dari pembelaan terhadap
absolutisitas Kristus. Pembelaan ini bersifat menyeluruh. Ketika mereka membuka
hati mereka bagi satu aspek, maka aspek lainnya akan mengikuti.
BAB VII
PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG LEBIH MENDESAK
Daya tarik utama dari Injil adalah dampak kumulatif dari
seluruh aspek. Sebagian orang telah mengajarkan hal-hal yang Yesus ajarkan.
Baru-baru ini seorang pengacara terkemuka di Sri Lanka menyajikan pembahasan
yang dianggap sebagai pembelaan terbaik terhadap keunikan agama Kristen dengan
menunjukkan bahwa ajaran etika Yesus juga ditemukan dalam agama lain. Hal ini,
sampai batas tertentu memang benar. Namun ajaran Yesus bukan hanya terdapat
dalam kitab-kitab Injil. Hal yang membuat Injil istimewa adalah kelengkapannya.
Yesus merupakan contoh sempurna manusia yang kudus dan kasih. Dia mengajarkan
kebenaran mulia, menyatakan diri setara dengan Allah, dan melakukan mujizat
untuk menegaskan pernyataan-Nya. Hal yang terpenting, Dia mengorbankan
hidup-Nya, menyatakan Diri mati untuk menyelamatkan dunia. Tuhan membuktikan
kebenaran rencana keselamatan ini dengan membangkitkan-Nya dari kematian. Hal
terakhir ini merupakan alasan yang menentukan, dan kita belum sampai di sana.
Hal yang terunik mengenai Injil Yesus adalah kematian dan kebangkitanNya untuk
menyelamatkan dunia. Hal ini yang membedakan Injil dari agama lain di dunia.
BAB VIII
SUKACITA KEBENARAN
Sukacita atas kebenaran lebih kuat di zaman Perjanjian
Baru. Saat kita datang kepada Yesus, saat kita berhubungan dengan kebenaran,
kita menyadari telah bersentuhan dengan yang Absolut. Inilah dasar yang teguh,
inilah yang diinginkan manusia. Betapa sukacitanya menemukan kebenaran itu!
Kebenaran tersebut memberi kita dasar yang di atasnya kita dapat membangun
kehidupan kita. Serta hal ini akan membuat kita merasa. Saat kita mengalami
kebenaran, kita terbebas dari ketergantungan terhadap dunia ini, terbebas dari
kuasa dosa, terbebas untuk berdiam dalam lingkungan kekal di mana terdapat
sumber sukacita kekal (Mazmur 16:11) yang akan memuaskan keinginan terdalam
kita. Mengenal Yesus sebagai Kebenaran merupakan pengalaman yang tidak bisa
dibandingkan dengan agama lain. Ini adalah pengalaman akan Allah yang kekal,
dan hanya Allah yang kekal yang bisa memberi kita sukacita yang kekal.
YESUS ADALAH
JALAN
BAB IX
ARTI SALIB
Kekristenan adalah Kristus, dan salib-Nya
adalah kunci untuk mengerti Dia. Halaman yang diberikan bagi minggu terakhir
sebelum Penyaliban menjadi bukti betapa penting para murid melihat arti
kematianNya. Pembahasan tersebut menghabiskan 30 persen Injil Matius, 37 persen
Injil Markus, 25 persen Injil Lukas, dan 41 persen Injil Yohanes. Keseluruhan
Kristus baik di sorga atau bumi diletakan pada hal yang diperbuat-Nya di salib.
Saat Yesus berkata Dia adalah jalan pada Yohanes 14:6, Dia ingin mengatakan
bahwa Dia akan menjadi jalan melalui kematian. Melalui penyaliban Kristus telah
dicapai enam konsep yang ditemukan dalam Perjanjian Baru.
1.
Pengganti
Aspek yang paling mendasar dari kematian Kristus adalah
Dia menggantikan kita dan menanggung hukuman akibat dosa kita. Dia menggantikan
kita. Petrus, yang pertama kali memberontak terhadap pemikiran Yesus akan
disalibkan, sesudah peristiwa tersebut menuliskan dua pernyataan penting
tentang hal tersebut: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di
kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24) dan “Sebab juga Kristus
telah mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang
tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1 Petrus 3:18).
2.
Pengampunan
Hasil langsung dari kematian Kristus adalah pengampunan
dosa. Kematian itu harus ada agar pengampunan diberikan. Ibrani 9:22
menjelaskan “hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah,
dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” Pesan pengampunan adalah
salah satu aspek revolusioner dari Injil Kristen, dan pesan ini tidak terlihat
dalam sistem agama lainnya.
3.
Penyucian
Berasal dari kehidupan keluarga, dimana hal-hal yang
kotor dibersihkan. Dimata Allah kita seorang perawan, itu juga merupakan hasil
penyucian dari kenajisan dan dosa.
4.
Propisiasi
Hal ini berhubungan dengan ritual yang diadakan di bait
Allah, di mana korban bakaran dipersembahkan kepada Allah untuk mengalihkan
murka-Nya atas dosa. Propisiasi berfokus pada seriusnya dosa dan murka Allah
atasnya, yang ditanggung oleh Yesus. Salah satu alasan kita sulit menerima hal
ini karena doktrin tentang murka Allah telah diabaikan oleh gereja. Pada masa
kini kita terkejut melihat penggambaran Allah seperti ini: “Mata-Mu terlalu
suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman” (Habakuk
1:13). Kita telah kehilangan rasa jijik terhadap dosa seperti yang ditemukan
dalam Alkitab. Namun baik Perjanjian Baru dan Lama, murka adalah bagian
esensial dari natur Allah.
5.
Penebusan
Penebusan berbicara mengenai keselamatan dibeli sesuai
harga dosa kita. Efesus 1:7 berkata, “Sebab di dalam Dia kita beroleh penebusan
oleh darah-Nya, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan anugerah-Nya.” Di sini
fokusnya ada pada kebebasan yang kita terima dari penawanan dosa, melalui harga
yang dibayar oleh Kristus.
6.
Pembenaran
Berarti “dinyatakan, diterima dan diperlakukan sebagai
yang benar.” Kata ini menunjukkan “suatu tindakan hukum dari kuasa hukum –
dalam hal ini menyatakan yang tertuduh tidak bersalah, dan membatalkan seluruh
tuntutan.” Roma 4:25 berkata, “Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran
kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita.
7.
Rekonsiliasi
Paulus berkata, “Sebab di dalam Kristus, Allah
mendamaikan dunia dengan diri-Nya tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka dan
Dia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami” ( 2 Korintus 5:19 ).
Rekonsiliasi diperlukan karena dosa adalah pemberontakan melawan Allah dan
hasilnya permusuhan antara Allah dan umat manusia. Roma 5:10 berkata, “Sebab
jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian
Anak-Nya.” Hasilnya adalah “hidup damai dengan Tuhan” (Roma 5:1) dan diangkat
menjadi anak ke dalam keluargaNya (Yohanes 1:12).
BAB X
SALIB MENANTANG KEMANDIRIAN MANUSIA
Yesus merupakan jalan keselamatan, Dia datang ke dunia
untuk membawa keselamatan bagi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak
bisa menyelamatkan diri sendiri dan tidak ada jalan lain menuju keselamatan
kecuali melalui Yesus. Kekristenan adalah agama anugerah, Allah bertindak di
dalam Kristus untuk menyelamatkan kita. Sebagian besar orang yang melawan
kepercayaan Kristen dalam anugerah bertanya, “Mengapa kita tidak bisa
menyelamatkan diri sendiri? Mengapa harus ada yang mati bagi kita?” Sebagian
besar orang ingin menyelamatkan diri sendiri. Stephen Neill berkata, “Hal yang
paling tidak diinginkan orang modern yang individualistis adalah bergantung
pada orang lain.” Pesan salib menusuk inti kesombongan manusia, yang menjadi
inti dosa. Dosa Adam dan Hawa adalah mereka ingin menyelamatkan diri sendiri,
bebas dari Allah. Mereka tidak mau bergantung pada Allah bagi keselamatan atau
hal lainnya. Hal yang sama terjadi dimasa kini. Orang sering berpikir mereka
sedang menyelamatkan diri sendiri. Kepercayaan Hinduisme dan gerakan Zaman Baru
yang mengatakan kita semua adalah bagian dari yang ilahi. Ini sangat berlawanan
dengan Alkitab yang mengatakan kita bersalah di hadapan Allah dan memerlukan
keselamatan. Swami Muktananda yang berpengaruh besar terhadap Werner Erhard
pendiri EST, seminar pengembangan diri. Dia menyatakan dengan jelas perasaan
orang di masa kini dengan pernyataannya: “Sembahlah dirimu. Hormati dan pujalah
dirimu. Allah berdiam di dalam engkau sebagai Engkau.” Seorang pengamat Zaman
Baru Theodore Roszak berkata tujuan kita adalah “membangunkan allah yang
berdiam di dalam diri manusia.” Manusia yang telah jatuh sudah sewajarnya
memiliki sifat memberontak terhadap Allah, dan lebih memilih pendekatan
keselamatan seperti ini. Dia menciptakan kita untuk hidup dengan Diri-Nya. Tapi
kita memilih untuk hidup terpisah dari-Nya. Oleh sebab itu kita meletakkan
beban rasa bersalah di atas diri sendiri. Mereka yang berusaha mengatasi hal
ini dengan usaha sendiri akan menemukan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan
untuk melakukannya. Sekuat apa pun usaha mereka, tetap saja tidak bisa menggerakkan
arah hidup mereka ke arah ketidakberdosaan. Injil Kristen berkata, walaupun
keadaan kita tidak berpengharapan, Pencipta kita tidak membuang kita. Dia
mendatangkan hukum kasih. Dia membiarkan hukum itu menyelamatkan kita. Tapi Dia
melakukannya tanpa melanggar hukum keadilan atau membatalkan tuntutannya. Apa
yang Dia lakukan dalam kasih adalah untuk memuaskan tuntutan tersebut. Tuntutan
keadilan tidak pernah diabaikan atau dibatalkan. Tuntutan tersebut dipenuhi dan
satu-satunya cara Allah dapat melakukan hal ini adalah dengan membuat Anak-Nya
yang tidak bersalah menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung. Ini
merupakan kasih yang luar biasa. Dia melakukan hal yang tidak mungkin kita
lakukan bagi diri sendiri. Kita menyebutnya anugerah, hasilnya adalah
keselamatan.
BAB XI
KEADILAN SALIB
Ada tuduhan ketidakadilan dalam Kekristenan, salah
satunya adalah Lord Byron. Dia menyampaikan bahwa, dasar agama Kristen adalah
ketidakadilan dimana Anak Allah yang murni yang tidak bersalah, dikorbankan
bagi yang bersalah. Namun, dalam hal ini kita harus pahami bahwa dengan
menyerahkan anakNya demi kita, Allah tidak gagal. Karena sebagai pencipta, dan
Tuhan atas semesta alam, dia bisa memutuskan bagaimana hukumNya bisa dipenuhi.
Dalam beberapa hal, orang yang menolak kebenaran ini mulai bertanya, bagaimana
mungkin kematian Yesus bisa memuliakan Allah?. Bukankah itu penghinaan bagi
Allah, dimana Allah harus mati demi manusia. Namun sesunggunya itu bukanlah
penghinaan, karena dengan mati Yesus membuktikan bahwa ia dapat mengalahkan
kematian. Dan melalui kematian Yesus, Dia membuka pintu agar orang percaya
dapat masuk kedalam kerajaan sorga. Begitu banyak pertanyaan tentang keadilan
salib : Apakah hal ini adil bagi yang
menggantikan; apakah hal ini adil bagi pihak yang menjadi korban; bukankah
Allah dapat langsung mengampuni tanpa mengorbankan Yesus; apakah kematian satu
orang cukup untuk membayar dosa semua orang; apakah kuasa itu masih berlaku
hingga setelah duaribu tahun. Salib dan kematian Kristus, merupakan inti dari
Injil. Diatas salib semuanya pertanyaan itu diselesaikan, rencana Allah
digenapi dan Allah dipermuliakan. Dan untuk semua keberatan tersebut diatas,
injil menjawabnya dengan baik.
YESUS ADALAH
HIDUP
BAB XII
KARUNIA HIDUP KEKAL
Salah satu aspek penting dari supremasi Kristus adalah
Yesus adalah hidup (Yoh. 14:6). Hidup kekal adalah hasil utama dari karya
penyelamatan Kristus (Yohanes 3:16; 5:24). Yesus sering berkata bahwa hidup ini
datang melalui hubungan yang kita miliki dengan Dia. Di dalam Yohanes 17:3 Dia
berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus.” Dalam Yohanes 10:11 Yesus mengajarkan bahwa hubungan yang kita miliki
dengan-Nya didasarkan pada komitmenNya bagi kita : “Akulah gembala yang baik.
Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Selanjutnya Yesus
merujuk pada orang-orang egois yang mengecewakan kita, orang yang tidak
memiliki komitmen seperti itu. Mereka membiarkan kita disaat kita membutuhkan
pertolongan bukannya memperhatikan kita seperti yang Yesus lakukan. Dia
berkata, “sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik
domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan
domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan
domba-domba itu” (Yohanes 10:12-13). Yesus tahu bahwa dunia ini penuh dengan
hubungan yang gagal. Faktanya, luka yang dalam yang disebabkan oleh orang yang
mengecewakan kita telah memiliki tempat yang sangat kuat dalam kehidupan emosi
kita. Fakta bahwa komitmen kasih-Nya untuk menyembuhkan kita dari luka yang
kita terima dalam hidup adalah aspek penting dari keunikan Kristus. Dalam
Yohanes 10:10, Yesus menggambarkan hidup yang Dia berikan dengan berkata, “Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan” (Yohanes 10:10). Itu merupakan pemenuhan dari suatu hubungan kasih
dengan Allah. Itu bukan kesenangan yang tanpa relasi atau “kesenangan” yang Dia
berikan kepada kita melalui pengalaman tertentu. Semua cara hidup yang lain
tidak menyamai kepenuhan hidup yang hanya dapat diberikan oleh Pencipta kita.
Inilah yang ditemukan oleh Francis of Assisi (1182-1226). Dia adalah anak dari
seorang pedagang yang kaya. Setelah kebangkitan rohaninya di umur dua puluhan,
ayahnya yakin kalau dia sudah gila dan memutuskan hubungan. Francis menjalani
gaya hidup miskin. Tapi dia tidak rindu terhadap kekayaan yang ditinggalkannya.
Dia berkata, “Bagi manusia yang telah merasakan Allah, seluruh kemanisan dunia
terasa pahit.” Yesus menjelaskan pemenuhan yang sama saat berkata, “Akulah roti
hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35). Allah menciptakan kita
untuk dapat memiliki hubungan dengan Dia. Tanpa hubungan ini kita sama saja
dengan mati. Seperti kata Yohanes, “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (1 Yoh. 5:12).
Saat manusia yang diciptakan untuk hidup, tidak memiliki tujuan ini, mereka
resah. St. Agustinus (354-430) berkata, “Engkau menciptakan kami untukMu, dan
hati kami resah sampai kami berdiam bersama dengan Engkau.” Penemu dan ahli
matematika terkenal dari Prancis Blaise Pascal (1623-62) menyebut keresahan ini
sebagai tempat kosong yang hanya bisa diisi oleh Tuhan di setiap diri manusia.
Karya Kristus di dalam hidup kita melenyapkan keresahan tersebut dan memberi
kita kelimpahan yang kita cari dalam hidup. Ini adalah aspek subjektif dari
keunikan Kristus, dan dalam dunia yang sangat menekankan pengalaman pribadi,
hal ini merupakan aspek yang paling menarik dari Kekristenan bagi mereka yang
masih ada di luar iman kita.
BAB XIII
UMAT MANUSIA YANG BARU
Allah juga membentuk kita untuk memiliki hubungan satu
sama lain, dan Injil memenuhi kebutuhan ini dengan cara yang unik, melalui apa
yang kita sebut manusia baru. Salah satu dampak terbesar dari karya Kristus
adalah membentuk manusia baru, yang Paulus sebut tubuh Kristus. Yesus berbicara
mengenai manusia baru dalam Yohanes 10. Dia berkata, “Ada lagi pada-Ku
domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun
juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan
dengan satu gembala” (Yoh. 10:16). Sebagian orang menggunakan pernyataan ini
untuk menegaskan adanya keselamatan bagi mereka yang berada di luar gereja.
Menurut mereka karya Kristus adalah bagi semua manusia, baik yang di dalam
maupun di luar gereja. Tetapi kecil kemungkinannya satu kitab yang sama yang
berbicara begitu banyak mengenai pentingnya percaya pada Yesus untuk
mendapatkan keselamatan tidak akan mengajarkan kemungkinan manusia diselamatkan
tanpa kepercayaan tersebut. Kata kerja pisteuo, “percaya,” muncul 98 kali dalam
Injil Yohanes. Di sini Yesus sebenarnya ingin berkata, “mereka juga akan
mendengarkan suara-Ku.” Implikasinya adalah mereka akan menjawab panggilan
Injil. Ketika Yesus mengatakan “kandang domba ini,” dia sedang menunjuk orang
Yahudi. Sehingga “domba lain” adalah orang non-Yahudi. Yesus ingin mengatakan
bahwa kematian-Nya akan membawa orang non-Yahudi masuk ke dalam kawanan. Tema
ini juga muncul dalam Injil Yohanes (11:52; 12:20-21). Hal ini tersirat dalam
pernyataan yang menegaskan Yesus sebagai Juruselamat seluruh dunia (Yohanes
1:29; 3:16-17). Hasil dari membawa domba ke dalam kawanan adalah penciptaan
manusia baru “di dalam Kristus.” Paulus membandingkan manusia baru dan manusia
lama dalam Roma 5:10-20 dan 1 Korintus 15:20-22. Bagian-bagian ini mengatakan,
mereka yang ada di dalam Adam ikut berdosa akibat dosa Adam, sedangkan mereka
yang berada dalam Kristus mengalami penyelamatan Yesus. Yohanes 10:16
mengajarkan, kematian Kristus memungkinkan domba-domba lain masuk ke dalam
kawanan domba Kristus. Tapi caranya adalah melalui gereja yang menjangkau
keluar dan membawa mereka masuk. Yohanes 10:16 menjadi ayat yang dipakai
berkaitan dengan misi. William Barclay, mengomentari ayat ini, “impian Kristus
bergantung pada kita; kitalah yang menolong dia menjadikan dunia ini menjadi
sekawanan dombaNya.” Maka penggambaran kematian Yesus dalam Yohanes 10:11-15
sangat tepat dengan puncaknya pada tantangan untuk bermisi dalam ayat 16.
Teolog besar Skotlandia bernama James Denney (1856-1917) ketika berbicara dalam
pertemuan misionaris menghabiskan waktunya membahas arti dari propisiasi, hal
ini mengejutkan bagi semua yang hadir. Dia berkata bahwa jika propisiasi benar,
maka membawa pesan Injil kepada dunia (misi) harus menjadi prioritas kita. Pada
bagian akhir Yohanes 10:16, Yesus mengatakan hasil dari masuknya domba-domba
lain ini: “mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Di sini kita
memiliki pernyataan awal mengenai gereja universal yang Paulus ajarkan kemudian
secara lebih detail. Dia menggunakan kiasan tubuh Kristus yang menunjukkan
gereja dan melihat orang-orang yang berada “di dalam Kristus” melalui iman
menjadi bagian di dalamnya. Yesus ingin mengatakan bahwa orang-orang non-Yahudi
akan masuk, dan menjadi satu kawanan dengan orang-orang Yahudi. Jika
orang-orang Yahudi yang mendengar bisa mengerti maksud perkataan Yesus ini, hal
ini tetap merupakan suatu pikiran yang revolusioner bagi mereka. Mereka selalu
menganggap bangsa mereka berbeda dan lebih tinggi dari bangsa lain karena
mereka adalah umat pilihan Allah. “Hanya dengan menjadi warga penuh seorang
non-Yahudi bisa masuk ke dalam kelompok agama Yahudi.” Yesus ingin mengatakan
bahwa kematian-Nya membuat hal tersebut tidak diperlukan lagi. Aspek penting
dari gambaran Alkitab tentang pekerjaan Kristus adalah penekanan Alkitab
tentang bagaimana Salib dan Kebangkitan menghancurkan tembok pemisah di antara
manusia. Ini adalah tema yang Gereja sering gagal beritakan dan lakukan, tetapi
merupakan aspek yang unik yang Injil tawarkan bagi dunia yang telah
tercabik-cabik oleh pertengkaran dan prasangka dalam masyarakat.
BAB XIV
SALIB DAN MASALAH PENDERITAAN
Dilema manusia didunia ini adalah kejahatan dan
penderitaan. Agama-agama lain menawarkan jawaban mereka masing-masing untuk
dilema tersebut.
1.
Buddhisme, memiliki
dasar Empat Kebenaran Mulia, dan mereka percaya terhadap “karma”
2.
Hinduisme,
menjelaskan bahwa penderitaan adalah merupakan akibat dari karma.
3.
Zoroastrianisme,
agama persia kuno, percaya bahwa kejahatan berasal dari roh perusak yang
sifatnya kejam dan merusak.
4.
Plato, filsuf
Yunani kuno, dan filsuf-filsuf modern lainnya seperi : John Stuart Mill, Edgar
Sheffield Brightman, dan Peter Bertocci berusaha menjawab masalah kejahatan
dengan menyatakan bahwa walaupun Allah itu baik, Dia terbatas.
5.
Jawaban orang
Muslim, melihat penderitaan merupakan suatu hukuman atas kesalahan dan juga
sebagai ujian iman. Orang muslim berjuang dan menunjukkan militansi yang kuat
ketika harus berjuang bagi Allah dan agamanya, seperti yang ditunjukkan oleh
komitmen Jihad atau perang suci mereka.
Alkitab menjawab bahwa kejahatan berasal dari kejatuhan
manusia kedalam dosa. Iblis mendapat tempat berpijak dalam ciptaan Allah
melalui pemberontakan manusia. Namun, penderitaan juga bisa merupakan akibat
langsung dari dosa manusia. Alkitab mencatat bahwa penderitaan manusia bisa
merupakan hukuman Allah atas dosa mereka. Orang-orang benar juga turut bergumul
dalam dilema, karena memang orang benar juga ada yang mengalami penderitaan,
misalnya Ayub. Kejatuhan manusia kedalam dosa, menjadikan dunia terkutuk. Itu
sebabnya dosa dan dilema penderitaan dan kejahatan ada diantara manusia. Namun,
walaupun Alkitab mengatakan bahwa dunia terkutuk akibat dosa dan pelanggaran
yang dilakukan manusia. Manusia diberi rasa solidaritas dan saling menolong
untuk tetap berjalan dalam dunia, sehingga dalam kekristenan penderitaan
tidaklah dianggap sebagai sebuah karma. Rasa solidaritas terhadap sesama pada
akhirnya mendorong orang Kristen untuk menanggung penderitaan secara sukarela.
Panggilan utama bagi orang Kristen, termasuk panggilan untuk menderita (Matius
16:23-24). Namun muncul pertanyaan, mengapa Allah tidak langsung melenyapkan
saja segala kejahatan dari muka bumi?. Dia tidak melakukan itu, meskipun dia
bisa melakukannya. Alkitab mengatakan bahwa Yesus pada akhirnya akan
mengalahkan musuh-musuhnya dan menyempurnakan karya yang telah dimulainya di
atas kayu salib. Dalam hal inilah seorang Kristen menantikan penggenapan mulia
yang telah direncanakan oleh Allah sejak semula. Dan pusat dari tindakan
penggenapan penebusan tersebut adalah Yesus sendiri. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa, didalam Yesus dan melalui karyaNya kita akan melihat jawaban Allah atas
masalah kejahatan, sebuah jawaban yang sudah ada dalam rencanaNya sebelum dunia
diciptakan.
BAB XV
KEBANGKITAN ADALAH BUKTI
Kekristenan membuat sebuah pernyataan atau klaim tentang
keunikan dan kekhususan pendirinya (yakni Tuhan Yesus) tidak seperti yang
dibuat agama mana pun yang ada di dunia ini. Bagaimana kita tahu klaim ini
benar? Para Rasul akan menjawab bahwa KebangkitanNya-lah jawabannya. Pada
kesimpulan pesannya kepada orang Athena, Paulus berkata, “Ia memberikan kepada
semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara
orang mati” (Kisah Para Rasul 17:31). Walaupun Yesus telah menjelaskan mengenai
misiNya, para muridNya masih bingung akan kematianNya, bahkan para muridnya
tidak siap menerima kematian Tuhan Yesus. Pada Minggu Paskah para wanita datang
dan memberitahu mereka kabar Kebangkitan yang diberitahukan oleh Malaikat. Lukas
24:11 berkata, “Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong
kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.” Tapi ketika
mereka tahu Dia memang bangkit, mereka tidak bisa berhenti. Mereka langsung
berhadapan dengan orang-orang di Yerusalem yang sangat memusuhi mereka dan menyatakan
bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus). Petrus menyatakan bahwa Kebangkitan Yesus
menunjukkan bahwa “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi
Tuhan dan Kristus” (Kisah Para Rasul 2:36). Maka Perjanjian Baru menegaskan
bahwa Kebangkitan adalah pengesahan Allah akan supremasi Yesus.
BAB XVI
BUKTI KEBANGKITAN
Dari awal telah begitu banyak dibahas tentang realitas
kebangkitan Kristus. Namun, yang menjadi pertanyaannya apakah peristiwa
Kebangkitan itu benar-benar terjadi. Ada beberapa pendapat dan
pandangan-pandangan mengenai kebenaran kebangkitan tersebut.
1.
C. H. G. Venturini
dan H. E. G. Paulus, menyajikan teori bahwa Yesus tidak benar-benar meninggal,
namun hanya sakit dan kehilangan darah sehingga pingsan, lalu dianggap
meninggal. Mereka mengangkat pendapat tersebut berdasarkan Pilatus yang kaget
karena Yesus begitu cepat meninggal.
2.
J. Duncan M.
Derrett, seorang sarjana Alkitab, mengajukan pandangan bahwa Yesus telah mati
secara klinis ketika nafas dan denyutNya kelihatan berhenti. Tetapi Dia bangkit
sesaat sebelum mengalami mati otak dan dikremasi oleh para murid di Kedron.
3.
Barbara Thiering
dari Sydney University, mengusulkan sebuah teori imajinatif yang berusaha
menjelaskan bahwa sesungguhnya Yesus tidak mati diatas kayu salib. Ia berkata
bahwa anggur yang diberikan kepada Yesus adalah anggur beracun, sehingga Dia
pingsan. Obat-obatan kemudian diberikan saat dia berada di gua untuk
menghilangkan racunnya. Kemudian Dia pulih dari efek racun dan ditolong
melarikan diri dari kubur oleh teman-temanNya, dan tinggal bersama mereka
sampai Dia mencapai Roma, tempat Dia menyatakan diri pada tahun 64.
4.
Sekte Islam, yang
bernama Ahmadiya juga mengemukakan bahwa mereka percaya Yesus tinggal cukup
lama dengan para muridNya, kemudian pergi keutara dan bertemu Paulus ketika
sedang berada dalam perjalanan menuju Damsyik. Bahkan diberitakan pergi ke
India Utara untuk memberitakan pesanNya kepada “domba terhilang dari kaum
Israel”. Kemudian mati dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir.
Keempat hal diatas tentu sekali dapat menggeser iman
percaya kekristenan kita, tentang kebenaran kebangkitan Yesus. Namun, bagaimana
Alkitab menjawab hal tersebut.
1.
Perjanjian Baru
dengan jelas menyatakan bahwa Yesus memang mati dan mayatNya ditempatkan dalam
sebuah kubur (Mat. 27:50,57-66; Kis. 13:28-29; 1 Kor. 15:3-4; 1 Ptr. 3:18; Yoh.
19:31-34; Mrk. 15:44).
2.
Murray Harris
menjelaskan bahwa ada bukti diluar Perjanjian Baru yaang dapat membuktikan
bahwa Yesus mati, yakni : Sejarawan Yahudi Josephus, dan Sejarawan Roma
Tacitus, menulis tentang penyaliban Yesus.
3.
Sangat tidak
mungkin ada orang yang selamat dari penyiksaan orang Romawi, yakni disalibkan.
4.
Di dalam Perjanjian
Baru, ada sekitar 30 kali frasa “dari antara orang mati” “Yesus telah bangkit”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar