Jumat, 16 November 2012

SEMESTER 1 (Analisa Persamaan Dan Perbedaan Fase Perkembangan Anak)


ANALISA PERSAMAAN  & PERBEDAAN
FASE PERKEMBANGAN ANAK
MENURUT 4 TOKOH PSIKOLOGI
SIGMUN FREUD
JEAN PIAGET
ELIZABETH B. HURLOCK
CHARLOTTE BUHLER 

Diserahkan kepada:
Dosen : Diah Styaningsih, Spd. M.A
Sebagai bagian dari Tugas Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan Anak
Nama: Roy Damanik
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
Oktober 2012

KATA PENGANTAR
Shalom, Salam sejahtera, Puji dan syukur bagi TUHAN YESUS KRISTUS, yang telah memberi nafas kehidupan, pengetahuan, kesehatan dan waktu yang berharga ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pribadi ini tepat pada waktunya sebagai tugas pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak.
Dalam tugas mengenai pembahasan Fase Perkembangan Anak menurut 4 tokoh (SIGMUN FREUD, JEAN PIAGET, ELIZABETH B. HURLOCK, dan CHARLOTTE BUHLER) ini, saya mencoba menguraikan fase-fase perkembangan anak, pembagian, gejala-gejala serta ciri-ciri dari perkembangan tersebut. Dimana sumber yang saya pakai antara lain media internet dan diktat Psikologi Perkembangan Anak. Dalam pembuatan tugas ini tentunya tidak akan luput dari kesalahan, oleh sebab itu segala bentuk perbaikan, masukan, kritik  dari Ibu Dosen sangatlah saya harapkan.
Akhir kata, semoga tugas/pembahsan ini dapat membawa manfaat.

Puji Tuhan!!!

Hormat Saya,

Roy Damanik


  I.                  PANDANGAN TENTANG FASE PERKEMBANGAN
1.     FASE PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUN FREUD[1]
Teori Sigmund Freud didasarkan pada perkembangan psikoseksual, yang kemudian dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut[2] :
a.      Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama interaksi bayi terjadi pada mulut, sehingga kebiasaan dan refleks mengisap menjadi sangat penting, dan kesenangan atau kepuasan bayi didapatkan melalui kegiatan rangsangan oral seperti mencicipi dan mengisap susu ibu. Bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi[3] oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan atau menyusui. Jika fiksasi[4] terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah ketergantungan atau agresi[5]. Fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah seperti, merokok atau menggigit kuku.
b.      Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido[6] adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet, anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Pengembangkan kontrol ini menghasilkan prestasi dan kemandirian. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara orang tua dalam pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini merupakan dasar yang baik untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang kompeten, produktif dan kreatif.
c.       Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga sudah menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai menganggap ayah mereka sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang ibu. Perasaan ini menggambarkan keinginan memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga mengalami kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah karena perasaan ini.
d.      Fase Latent
Periode latent adalah saat eksplorasi[7] di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase latent sebagai salah satu yang relatif stabil. Fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
e.       Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.

2.    FASE PERKEMBANGAN MENURUT JEAN PIAGET[8]
Teori Jean Piaget didasarkan pada Perkembangan Kognitif[9] Anak, yang dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut[10] :
a.      Tahap Sensorimotor (lahir – 2 tahun)
Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau ’pola kesiapan’. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.
b.      Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain :
·         egosentrisme,
·         ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik,
·         kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili,
·         kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan,
·         kebingungan tentang identitas orang dan objek.
c.       Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th  – 12 tahun)
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif[11] orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu.
d.      Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif.  Formal operational biasanya dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan pemikiran deduksi[12]. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang panjang. 

3.     ELIZABETH B. HURLOCK[13]
Elisabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Development psychology, memaparkan tahapan perkembangan sebagai berikut[14] :
a.      Prenatal (sebelum lahir) atau pralahir
Dimulai dari masa konsepsi sampai usia 9 bulan dalam kandungan ibu.
b.      Masa Natal
Tahap ini meliputi Infancy atau neonates (dari lahir sampai 14 hari), merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
c.       Masa bayi ( antara 2 minggu – 2 tahun )
Pada fase ini bayi tidak berdaya dan sangat tergantung pada lingkungan. Lama kelamaan bayi mulai berusaha melepaskan diri dan mulai belajar berdiri sendiri. Hal ini dimungkinkan karena tubuhnya semakin kuat dan dapat menguasai gerakan-gerakan ototnya, misalnya : jalan sendiri, bicara, makan dan bermain.
d.      Masa anak ( 2-10/11 tahun )
Anak masih immature, tanda-tandanya meliputi usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga anak merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan. Penyesuaian sosial melalui pergaulan dan berbagai pertanyaan. Strum und Drang, yaitu pada usia 3 tahun anak mengalami situasi dimana segala hal ditanyakan dan diragukan.
e.       Masa remaja ( 11/12 – 20-21 tahun )
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju dewasa. Tahap ini meliputi :
1.      Praremaja ( 11/12 – 13/14 ), merupakan fase yang pendek yaitu hanya 1 tahun. Perempuan mulai pada usia 11/12 – 12/13 tahun, sedangkan laki-laki 12/13 – 13/14 tahun. Fase ini sering juga disebut fase negative, yaitu fase yang sukar untuk anak dan orangtua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh dan seks juga terganggu.
2.      Remaja awal (13/14 – 17 tahun ), terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan mencapai puncaknya. Terjadi juga ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal. Mencari identitas diri dan hubungan social yang berubah.
3.      Remaja lanjut ( 17 – 20/21 ), ingin selalu jadi pusat perhatian, ingin menonjolkan diri, idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy yang besar, ingin memantapkan identitas diri dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional. 
f.       Dewasa
Tahap ini meliputi :
1.      Dewasa awal ( 21 – 40 tahun ), penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, harapan mengembangkan nilai-nilai, sifat-sifat yang serba baru. Diharapkan menikah, mempunyai anak, mengurus keluarga, karier dan mencapai prestasi.
2.      Dewasa menengah ( 40 – 60 tahun ), merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa equilibrium-disequilibrum. Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua, wanita kehilangan kemampuan reproduksi.

4.     CHARLOTTE BUHLER[15]
Charlotte Buhler  membagi fase perkembangan sebagai berikut[16] :
a.      Fase Pertama (0-1 Tahun),
Fase ini merupakan masa menghayati berbagai objek di luar diri sendiri serta melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik[17], yakni fungsi yang berhubungan dengan gerak anggota badan.
b.      Fase Kedua (2-4 Tahun),
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif di luar diri sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat subjektif[18].
c.       Fase Ketiga (5-8 Tahun),
Pada fase ini anak mulai bersosialisasi, pada masa ini anak mulai memasuki masyarakat luas, misalnya Taman Kanak-kanak, pergaulan dengan teman sepermainan, dan Sekolah Dasar, yang penting dari fase ini adalah berlangsungnya sosialisasi.
d.      Fase Keempat (9-11 Tahun),
Pada fase ini anak mencapai objektivitas[19] tertinggi, mereka suka menyelidik, mencoba dan bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.
e.       Fase Kelima (14-19 Tahun),
Fase ini merupakan masa tercapainya synthese[20] diantara sikap ke dalam batin sendiri dan ke luar, pada dunia objektif. Pada fase ini anak mulai belajar melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan minatnya kepada lapangan hidup konkret, yang dulu dikenalnya sebagai subjektif belaka. Setelah masa ini individu mulai masuk masa kedewasaan

  II.               PERSAMAAN FASE PERKEMBANGAN
Dari seluruh pembahasan dan pendapat para tokoh seperti yang sudah disampaikan diatas, Ada beberapa persamaan dari fase perkembangan anak yang dikemukakan oleh keempat ahli Psikologi tersebut diatas, adapun persamaannya antara lain :
1.      Mempelajari dan membahas perubahan dan perkembangan stuktur jasmani manusia.
2.      Mempelajari dan membahas perubahan dan perkembangan perilaku manusia.
3.      Mempelajari dan membahas perubahan dan perkembangan fungsi mental manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang dewasa bahkan sampai mati.
4.      Sama-sama menyoroti persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi jasmani.
5.      Mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja, sampai dewasa.

 III.        PERBEDAAN FASE PERKEMBANGAN
Bahkan juga ada beberapa perbedaan dalam fase perkembangan anak dari keempat ahli Psikologi tersebut, adapun perbedaannya antara lain : 
1.      Sigmund Freud lebih cenderung kepada sebuah pendapat bahwa perkembangan anak lebih kepada perkembangan psikoseksualnya, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, bahkan perkembangan emosional atau perasaan seseorang. Sigmun freud juga lebih mengacu kepada hasil atau kesenangan bahkan kepuasan yang didapatkan melalui kegiatan atau perkembangan psikoseksual tersebut (seperti rangsangan oral pada saat mencicipi dan mengisap susu ibu), serta kekhawatiran yang dirasakan anak saat dia berada pada masa fase Phalic.
2.      Jean Piaget mendasarkan pendapatnya pada Perkembangan Kognitif Anak, yang dibagi dalam beberapa periode, dimana perkembangan akan kelihatan dari cara anak merespon kejadian dengan gerak refleks, dan kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Cukup berbeda dengan sigmun freud yang lebih kepada perkembangan Psikoseksual dan Emosional.
3.      Elisabeth B. Hurlock berpendapat bahwa perkembangan seseorang akan kelihatan ketika seseorang itu berusaha melepaskan diri dan mulai belajar berdiri sendiri, memiliki jiwa sosial melalui pergaulan, serta munculnya ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan. Serta harapan-harapan yang muncul ketika sudah berada pada fase dewasa, seprti harapan menikah, mempunyai anak, mengurus keluarga, karier dan mencapai prestasi.
4.      Menurut Charlotte Buhler perkembangan ditandai dengan kemampuan untuk mengenal dunia objektif di luar diri sendiri dan kemampuan bersosialisasi.

  IV.           KESIMPULAN
      Dalam proses perkembangan abak peran Orang Tua sangat penting terutama dalam perkembangan psikologi dan sosial anak, serta perkembangan otak (daya tangkap) anak sehingga anak bisa menjadi lebih pintar. Karena tidak bisa dipungkiri bahwasanya perkembangan anak tidak lepasa dari asupan makanan perhatian penuh dari orang tua.
      Berdasarkan hasil tulisan dapat diambil kesimpulan bahwasanya :“Perkembangan berkaitan dengan fungsi organ atau individu sehingga dapat digunakan dengan baik.”

   DAFTAR PUSTAKA
2.      Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 3 – Catatan Tambahan
4.      Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 4 – Catatan Tambahan
6.      Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 7&8 – Catatan Tambahan
8.      Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 9&10



[1] http://psikologi45.blogspot.com/2011/03/tahap-perkembangan-sigmund-freud.html
[2] Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 3 – Catatan Tambahan
[3] dorongan; rangsangan
[4] perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu secara berlebihan
[5] perasaan marah atau tindakan kasar
[6] nafsu berahi yang bersifat naluri
[7] Penelitian dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak
[8] http://winanti5599.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/29/perkembangan-kognitif-menurut-jean-piaget/
[9] berdasar kepada pengetahua fakta yang ada
[10] Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 4 – Catatan Tambahan
[11] sudut pandang; pandangan
[12] penarikan kesimpulan dari keadaan yg umum; penyimpulan dari yang umum ke yang khusus

[13] http://likeendt.blogspot.com/2011/01/psikologi-perkembangan-tahap-tahap.html
[14] Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 7&8 – Catatan Tambahan
[15] http://jawharie.blogspot.com/2010/11/fase-dan-tugas-perkembangan.html
[16] Diah Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 9&10
[17] bersangkutan dng penggerak
[18] mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri
[19] sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi dalam  mengambil putusan atau tindakan
[20] paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yg selaras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar