ANALISA PERSAMAAN &
PERBEDAAN
FASE PERKEMBANGAN ANAK
MENURUT 4 TOKOH PSIKOLOGI
SIGMUN FREUD
JEAN PIAGET
JEAN PIAGET
ELIZABETH B. HURLOCK
CHARLOTTE BUHLER
Diserahkan kepada:
Dosen : Diah Styaningsih, Spd. M.A
Sebagai bagian dari Tugas Mata
Kuliah
Psikologi
Perkembangan Anak
Nama:
Roy Damanik
Oktober
2012
KATA PENGANTAR
Shalom, Salam sejahtera, Puji dan syukur bagi TUHAN YESUS
KRISTUS, yang telah memberi nafas kehidupan, pengetahuan, kesehatan dan waktu
yang berharga ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pribadi ini tepat
pada waktunya sebagai tugas pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak.
Dalam tugas mengenai pembahasan Fase Perkembangan Anak
menurut 4 tokoh (SIGMUN FREUD, JEAN PIAGET, ELIZABETH B. HURLOCK, dan CHARLOTTE
BUHLER) ini, saya mencoba menguraikan fase-fase perkembangan anak, pembagian,
gejala-gejala serta ciri-ciri dari perkembangan tersebut. Dimana sumber yang
saya pakai antara lain media internet dan diktat Psikologi Perkembangan Anak.
Dalam pembuatan tugas ini tentunya tidak akan luput dari kesalahan, oleh sebab
itu segala bentuk perbaikan, masukan, kritik
dari Ibu Dosen sangatlah saya harapkan.
Akhir
kata, semoga tugas/pembahsan ini dapat membawa manfaat.
Puji
Tuhan!!!
Hormat
Saya,
Roy
Damanik
I.
PANDANGAN TENTANG FASE PERKEMBANGAN
1.
FASE PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUN FREUD[1]
Teori
Sigmund Freud didasarkan pada perkembangan psikoseksual, yang kemudian dibagi
dalam beberapa fase sebagai berikut[2] :
a.
Fase
Oral
Pada tahap oral,
sumber utama interaksi bayi terjadi pada mulut, sehingga kebiasaan dan refleks
mengisap menjadi sangat penting, dan kesenangan atau kepuasan bayi didapatkan
melalui kegiatan rangsangan oral seperti mencicipi dan mengisap susu ibu. Bayi
juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi[3]
oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan atau menyusui. Jika
fiksasi[4]
terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah ketergantungan
atau agresi[5].
Fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah seperti, merokok atau menggigit kuku.
b.
Fase
Anal
Pada tahap anal,
Freud percaya bahwa fokus utama dari libido[6]
adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada
tahap ini adalah pelatihan toilet, anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Pengembangkan kontrol ini menghasilkan prestasi dan
kemandirian. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada
cara orang tua dalam pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan
pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong
hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya
bahwa pengalaman positif selama tahap ini merupakan dasar yang baik untuk
menjadikan seseorang menjadi pribadi yang kompeten, produktif dan kreatif.
c.
Fase
Phalic
Pada tahap
phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga sudah
menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak
laki-laki mulai menganggap ayah mereka sebagai saingan untuk mendapatkan kasih
sayang ibu. Perasaan ini menggambarkan keinginan memiliki ibu dan keinginan
untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga mengalami kekhawatiran bahwa ia akan
dihukum oleh ayah karena perasaan ini.
d.
Fase
Latent
Periode latent
adalah saat eksplorasi[7] di
mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti
pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud
menggambarkan fase latent sebagai salah satu yang relatif stabil. Fase ini
tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi
sebagai suatu periode terpisah.
e.
Fase
Genital
Pada tahap akhir
perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada
lawan jenis.
2.
FASE PERKEMBANGAN MENURUT JEAN PIAGET[8]
Teori
Jean Piaget didasarkan pada Perkembangan Kognitif[9]
Anak, yang dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut[10] :
a.
Tahap
Sensorimotor (lahir – 2 tahun)
Perkembangan
kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan
observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari
perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan
cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau ’pola kesiapan’. Mereka
belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.
b.
Tahap
Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Pra-operasional
ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi
simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan
di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta
bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau
jika mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental
operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap
pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain :
·
egosentrisme,
·
ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan
tentang sebab-sebab dunia di fisik,
·
kebingungan antara simbol dan objek yang
mereka wakili,
·
kemampuan untuk fokus pada satu dimensi
pada satu waktu dan,
·
kebingungan tentang identitas orang dan
objek.
c.
Tahap
Concrete Operational (6 atau 7 th – 12
tahun)
Pada tahap
konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan
merupakan aktivitas yang mudah. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai
berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat
dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif[11]
orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang
melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan
perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa
waktu.
d.
Tahap
Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi
formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan
dari kedewasaan kognitif. Formal
operational biasanya dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun.
Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan
beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi
kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Ada beberapa
feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan
menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran
hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan
simbol dan pemikiran deduksi[12].
Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman
mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang
panjang.
Elisabeth
B. Hurlock (1978) dalam bukunya Development psychology, memaparkan tahapan
perkembangan sebagai berikut[14] :
a.
Prenatal
(sebelum lahir) atau pralahir
Dimulai dari masa konsepsi sampai
usia 9 bulan dalam kandungan ibu.
b.
Masa
Natal
Tahap ini meliputi Infancy atau
neonates (dari lahir sampai 14 hari), merupakan fase penyesuaian terhadap
lingkungan. Pada masa ini bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi
perubahan.
c.
Masa
bayi ( antara 2 minggu – 2 tahun )
Pada fase ini bayi tidak berdaya
dan sangat tergantung pada lingkungan. Lama kelamaan bayi mulai berusaha
melepaskan diri dan mulai belajar berdiri sendiri. Hal ini dimungkinkan karena
tubuhnya semakin kuat dan dapat menguasai gerakan-gerakan ototnya, misalnya :
jalan sendiri, bicara, makan dan bermain.
d.
Masa
anak ( 2-10/11 tahun )
Anak masih immature, tanda-tandanya
meliputi usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga anak merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari lingkungan. Penyesuaian sosial melalui pergaulan
dan berbagai pertanyaan. Strum und Drang, yaitu pada usia 3 tahun anak
mengalami situasi dimana segala hal ditanyakan dan diragukan.
e.
Masa
remaja ( 11/12 – 20-21 tahun )
Masa remaja
adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju dewasa. Tahap ini
meliputi :
1.
Praremaja
( 11/12 – 13/14 ), merupakan fase yang pendek yaitu hanya
1 tahun. Perempuan mulai pada usia 11/12 – 12/13 tahun, sedangkan laki-laki
12/13 – 13/14 tahun. Fase ini sering juga disebut fase negative, yaitu fase
yang sukar untuk anak dan orangtua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh dan seks
juga terganggu.
2.
Remaja
awal (13/14 – 17 tahun ), terjadi perubahan fisik yang
sangat cepat dan mencapai puncaknya. Terjadi juga ketidakseimbangan emosional
dan ketidakstabilan dalam banyak hal. Mencari identitas diri dan hubungan
social yang berubah.
3.
Remaja
lanjut ( 17 – 20/21 ), ingin selalu jadi pusat perhatian,
ingin menonjolkan diri, idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan
mempunyai energy yang besar, ingin memantapkan identitas diri dan ingin
mencapai ketidaktergantungan emosional.
f.
Dewasa
Tahap ini meliputi :
1. Dewasa awal ( 21 – 40 tahun ),
penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, harapan mengembangkan nilai-nilai,
sifat-sifat yang serba baru. Diharapkan menikah, mempunyai anak, mengurus
keluarga, karier dan mencapai prestasi.
2. Dewasa menengah ( 40 – 60 tahun ),
merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa
equilibrium-disequilibrum. Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua, wanita
kehilangan kemampuan reproduksi.
Charlotte
Buhler membagi fase perkembangan sebagai
berikut[16] :
a.
Fase
Pertama (0-1 Tahun),
Fase ini merupakan masa menghayati
berbagai objek di luar diri sendiri serta melatih fungsi-fungsi, khususnya
fungsi motorik[17],
yakni fungsi yang berhubungan dengan gerak anggota badan.
b.
Fase
Kedua (2-4 Tahun),
Fase ini merupakan masa pengenalan
dunia objektif di luar diri sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat
subjektif[18].
c.
Fase
Ketiga (5-8 Tahun),
Pada fase ini anak mulai
bersosialisasi, pada masa ini anak mulai memasuki masyarakat luas, misalnya
Taman Kanak-kanak, pergaulan dengan teman sepermainan, dan Sekolah Dasar, yang
penting dari fase ini adalah berlangsungnya sosialisasi.
d.
Fase
Keempat (9-11 Tahun),
Pada fase ini anak mencapai
objektivitas[19]
tertinggi, mereka suka menyelidik, mencoba dan bereksperimen yang distimulasi
oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.
e.
Fase
Kelima (14-19 Tahun),
Fase ini merupakan masa tercapainya
synthese[20]
diantara sikap ke dalam batin sendiri dan ke luar, pada dunia objektif. Pada
fase ini anak mulai belajar melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri
dan lebih mengarahkan minatnya kepada lapangan hidup konkret, yang dulu
dikenalnya sebagai subjektif belaka. Setelah masa ini individu mulai masuk masa
kedewasaan
II.
PERSAMAAN FASE PERKEMBANGAN
Dari seluruh pembahasan
dan pendapat para tokoh seperti yang sudah disampaikan diatas, Ada beberapa
persamaan dari fase perkembangan anak yang dikemukakan oleh keempat ahli
Psikologi tersebut diatas, adapun persamaannya antara lain :
1.
Mempelajari dan membahas perubahan dan perkembangan
stuktur jasmani manusia.
2.
Mempelajari dan membahas perubahan dan
perkembangan perilaku manusia.
3.
Mempelajari dan membahas perubahan dan
perkembangan fungsi mental manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui
pembuahan hingga menjelang dewasa bahkan sampai mati.
4.
Sama-sama menyoroti persamaan dan
perbedaan fungsi-fungsi jasmani.
5.
Mempelajari bagaimana proses berpikir
pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian
seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja, sampai dewasa.
III.
PERBEDAAN FASE PERKEMBANGAN
Bahkan juga ada beberapa perbedaan dalam fase
perkembangan anak dari keempat ahli Psikologi tersebut, adapun perbedaannya
antara lain :
1.
Sigmund Freud lebih cenderung kepada
sebuah pendapat bahwa perkembangan anak lebih kepada perkembangan psikoseksualnya,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, bahkan perkembangan
emosional atau perasaan seseorang. Sigmun freud juga lebih mengacu kepada hasil
atau kesenangan bahkan kepuasan yang didapatkan melalui kegiatan atau
perkembangan psikoseksual tersebut (seperti rangsangan oral pada saat mencicipi
dan mengisap susu ibu), serta kekhawatiran yang dirasakan anak saat dia berada
pada masa fase Phalic.
2.
Jean Piaget mendasarkan pendapatnya pada
Perkembangan Kognitif Anak, yang dibagi dalam beberapa periode, dimana perkembangan
akan kelihatan dari cara anak merespon kejadian dengan gerak refleks, dan
kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Cukup berbeda
dengan sigmun freud yang lebih kepada perkembangan Psikoseksual dan Emosional.
3.
Elisabeth B. Hurlock berpendapat bahwa
perkembangan seseorang akan kelihatan ketika seseorang itu berusaha melepaskan
diri dan mulai belajar berdiri sendiri, memiliki jiwa sosial melalui pergaulan,
serta munculnya ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan. Serta
harapan-harapan yang muncul ketika sudah berada pada fase dewasa, seprti harapan
menikah, mempunyai anak, mengurus keluarga, karier dan mencapai prestasi.
4.
Menurut Charlotte Buhler perkembangan
ditandai dengan kemampuan untuk mengenal dunia objektif di luar diri sendiri
dan kemampuan bersosialisasi.
IV.
KESIMPULAN
Dalam proses
perkembangan abak peran Orang Tua sangat penting terutama dalam perkembangan
psikologi dan sosial anak, serta perkembangan otak (daya tangkap) anak sehingga
anak bisa menjadi lebih pintar. Karena tidak bisa dipungkiri bahwasanya
perkembangan anak tidak lepasa dari asupan makanan perhatian penuh dari orang
tua.
Berdasarkan hasil tulisan dapat diambil
kesimpulan bahwasanya :“Perkembangan berkaitan dengan fungsi organ atau
individu sehingga dapat digunakan dengan baik.”
DAFTAR PUSTAKA
2. Diah
Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 3 – Catatan
Tambahan
4. Diah
Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 4 – Catatan
Tambahan
6. Diah
Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 7&8 –
Catatan Tambahan
8. Diah
Styaningsih, Spd. M. A, Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 9&10
[1] http://psikologi45.blogspot.com/2011/03/tahap-perkembangan-sigmund-freud.html
[2] Diah Styaningsih, Spd. M. A,
Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 3 – Catatan Tambahan
[3] dorongan; rangsangan
[4] perasaan terikat atau terpusat
pada sesuatu secara berlebihan
[5] perasaan marah atau tindakan
kasar
[6] nafsu berahi yang bersifat
naluri
[7] Penelitian dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak
[8]
http://winanti5599.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/29/perkembangan-kognitif-menurut-jean-piaget/
[9] berdasar kepada pengetahua fakta
yang ada
[10] Diah Styaningsih, Spd. M. A,
Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 4 – Catatan Tambahan
[11] sudut pandang; pandangan
[12] penarikan kesimpulan dari
keadaan yg umum; penyimpulan dari yang umum ke yang khusus
[13]
http://likeendt.blogspot.com/2011/01/psikologi-perkembangan-tahap-tahap.html
[14] Diah Styaningsih, Spd. M. A,
Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 7&8 – Catatan Tambahan
[15]
http://jawharie.blogspot.com/2010/11/fase-dan-tugas-perkembangan.html
[16] Diah Styaningsih, Spd. M. A,
Diktat Psikologi Perkembangan Anak, Hal 9&10
[17] bersangkutan dng penggerak
[18] mengenai atau menurut pandangan
(perasaan) sendiri
[19] sikap jujur, tidak dipengaruhi
pendapat dan pertimbangan pribadi dalam mengambil
putusan atau tindakan
[20] paduan (campuran) berbagai
pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yg selaras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar