Kamis, 11 Desember 2014

SEMESTER V (KHOTBAH TOPIKAL)

TUGAS PAPER

KHOTBAH TOPIKAL
“PERSEMBAHAN YANG BENAR”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
HOMILETIKA 1

Yang Dibina Oleh :
Agripa Sally, M.A., M.Th©


Nama : Roy Damanik

ISI KHOTBAH

A.    PENDAHULUAN

Ketika kita pergi ke Gereja atau ketika kita mengikuti persekutuan, kita tidak akan lepas dari apa yang namanya “Persembahan”. Apakah kita pernah berpikir mengapa kita harus memberi persembahan?, atau apakah kita memberikannya begitu saja, tanpa memahami dengan baik, kenapa kita harus memberikan persembahan?, dan kepada siapa persembahan itu kita berikan? Didalam kitab Mazmur, Asaf menuliskan bahwa Allah tidak membutuhkan persembahan kita, karena dunia dan segala isinya adalah milik-Nya, jika Ia membutuhkan sesuatu, Ia tidak perlu meminta kepada manusia. Tetapi mengapa kita harus memberi persembahan? Karena rutinitaskah atau kebiasaan yang diadakan dalam setiap ibadah atau karena malu jika tidak memberi persembahan akan diperhatikan oleh sekeliling kita? Kita harus tahu mengapa harus memberi persembahan, yaitu sebagai ucapan syukur yang lahir dari hati.

Ketika di bait Allah, Yesus memperhatikan setiap orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan dan Yesus berkata kepada murid-muridNya, bahwa seorang janda miskin yang memasukkan 2 peser memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan persembahan, karena ia memberi dari kekurangannya, bahkan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Jadi harus diingat bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan kita ketika memasukkan uang ke dalam persembahan, yaitu Allah, Yesus sendiri melihat bagaimana ketika kita memberi bagi Tuhan, dan apa yang menjadi motivasi kita memberi persembahan. Ada beberapa alasan orang-orang memberi persembahan, namun sebagai orang percaya, kita harus memahami dengan baik, bagaimana kita harus memberi persembahan.

B.     ISI KHOTBAH

1.         Persembahan Bukan Hanya Sekedar Pemberian (Mzm. 5:4).
Persembahan bukanlah hanya sekedar pemberian atau sumbangan ke Gereja ataupun kepada Gembala dan Majelis. Persembahan merupakan korban ucapan syukur kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Ketika kita menganggap memberi persembahan adalah sumbangan atau sekedar pemberian, maka kita akan memberi dengan asal-asalan. Itu sebabnya banyak orang memilih uang yang paling buruk dan sudah tidak layak diberikan kepada manusia atau bahkan tidak laku lagi untuk membeli sesuatu, lalu memakainya sebagai persembahan. Ketika ini dilakukan sama halnya menista Tuhan. Persembahan itu harus dikhususkan, harus dipisahkan, dan beri yang terbaik dari seluruh uang kita, jangan yang paling buruk. Mzm. 5:4, “Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” Daud tahu memberi persembahan yang terbaik dengan mempersiapkannya terlebih dahulu, bukan asal-asalan dan Daud tahu persis bahwa Allah berkenan akan persembahannya. Jadi janganlah kita memberi dengan asal-asalan persembahan kita dan menganggapnya sebagai sekedar pemberiaan atau sumbangan saja ketika mempersembahkan suatu persembahan, karena persembahan adalah satu ucapan syukur kita kepada Tuhan.

2.         Persembahan Diberikan Bukan Untuk Umpan Balik (Luk. 6:38; Mal. 3:10).
Dalam dunia politik dan ekonomi, ada banyak orang yang melakukan sogokan untuk menutupi kejahatannya dengan memberikan sejumlah uang. Kebiasaan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam persekutuan kekristenan. Ada sekelompok orang yang dengan luar biasa menyumbang ke Gereja, dengan harapan dapat melunakkan hati Tuhan, karena berpikir dengan memberikan persembahan, maka dosanya akan dihapuskan Tuhan. Pemahaman ini hampir mirip dengan pemahaman Teologi Kontemporer “dengan berbuat baik, maka selamat”.  Ayat Alkitab yang sering dipakai dalam pemahaman ini, Luk. 6:38 “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” dan Mal. 3:10 “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Pemahaman yang salah tentang memberi dengan motivasi umpan balik ini, sangat tidak baik untuk diserap. Jika motivasi kita memberi, supaya kita menerima sebaliknya, maka kita tidak akan memperoleh apa-apa dan sia-sialah kita memberi. Kita harus pahami bahwa persembahan adalah sikap hati. Tuhan tidak melihat jumlah, tetapi jika kita memiliki penghasilan besar dan kita mempersembahkan kepada Tuhan dengan nilai yang sangat kecil, bukankah itu tergolong orang kikir? Memberi persembahan bukan hanya berbicara memasukkan sejumlah uang ke dalam kantong persembahan. Namun, ketika kita mau membantu orang lain yang membutuhkan, itu juga merupakan bagian dari sikap hati kita memberi kepada Tuhan. Memberi jangan karena kasihan, tetapi harus memiliki belas kasihan. Jadi Tuhan melihat motivasi dan sikap hati kita.

3.         Persembahan Merupakan Bentuk Ketaatan Kepada Tuhan (Kel. 23:15).
Kita akan kembali kepada pertanyaan, mengapa kita harus memberikan persembahan? Dalam Kel. 23:15 dikatakan “…janganlah orang menghadap hadirat-Ku dengan tangan hampa”. Artinya ketika kita menghadap Tuhan harus dengan membawa ucapan syukur sebab Tuhan telah berkarya dalam kehidupan kita. Tetapi dalam membawa ucapan syukur atau persembahan kepada Tuhan harus dilakukan dengan benar, sehingga persembahan kita menjadi dupa yang harum di hadapan Tuhan. Dalam hal ini, jelas disampaikan bahwa persembahan merupakan perintah Tuhan, dan kita harus menaatinya. Dalam ketaatan, kita harus memahami dan memperhatikan tiga hal yang sangat penting mengenai memberikan persembahan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan:

1.      Kita Memberikan Persembahan Karena Pengenalan Akan Tuhan
Umat Israel diperintahkan Tuhan untuk memungut bagi-Nya persembahan khusus dari setiap orang yang terdorong hatinya. Orang yang tergerak hatinya karena pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidupnya. Karya Tuhanlah yang menggerakkan hati kita memberikan persembahan bukan karena terpaksa atau dipaksa, bukan pula memberikan dengan bersungut-sungut, tetapi memberikan persembahan dengan sukacita, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor. 9:7). Kita memberikan persembahan kita bukanlah supaya kita memperoleh beberapa kali lipat dari Tuhan, tetapi kita memberikan persembahan karena kita telah menerima dari Tuhan. Dan dalam ketaatan, kita kembalikan apa yang menjadi bagianNya Tuhan. Kita memberikannya dengan kerelaan hati dan sukacita, karena Allah mengasihi yang memberi dengan sukacita.

2.      Berikan Persembahan Yang Terbaik Untuk Tuhan
Dalam beberapa nats Alkitab, Tuhan memberikan daftar yang harus dipersembahkan umat Israel kepada-Nya. Semua yang didaftar tersebut adalah perbendaharaan yang terbaik dan berharga yang dimiliki umat Israel. “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: “Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.” (Kej. 43:11); “Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.” (Kel. 23:19). Kedua nats tersebut dengan jelas menyampaikan, bagaimana umat Israel harus memberikan persembahan kepada Allah, dan persembahan mereka haruslah dari yang terbaik yang mereka miliki.  Demikian halnya dengan kita saat ini, dituntut untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan sebab kita pun sudah menerima yang terbaik dari Tuhan. Apa yang terbaik dari perbendaharaan yang kita miliki, itulah yang harus kita persembahkan. Berbicara persembahan yang terbaik bukanlah hanya sekedar berbicara mengenai berapa banyak yang harus kita berikan, tetapi yang paling penting adalah apakah kita memberikan persembahan tersebut karena dorongan pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidup kita atau tidak. Sebab dengan mengenal akan karya Tuhan dan berkat-Nya dalam kehidupan kita pastilah hati kita tergerak untuk mempersembahkan yang terbaik.
 
3.      Mempersembahkan Hidup Sebagai Tempat Kudus Bagi Tuhan
Puncak dari ketaatan kepada Tuhan, adalah mempersembahkan hidup. Tuhan memerintahkan melalui firman-Nya supaya umat-Nya membuat tempat kudus bagi-Nya sebab hanya dengan demikian Tuhan berdiam ditengah-tengah umat-Nya. Dalam Rom. 12:1, dikatakan “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Hidup kita hendaknya merupakan hidup yang dikhususkan untuk melakukan kehendak Allah, melakukan segala hal yang berkenan dihadapan-Nya, yaitu dengan hidup bersekutu, bersaksi dan hidup melayani Tuhan dengan baik. Hanya gereja dan orang percaya yang menunaikan tugas dan panggilannya, ditengah-tengah mereka Tuhan  akan tinggal dan berdiam. Tubuh kita adalah Bait Allah, sebab itu pakailah hidupmu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang berkenan di hadapan-Nya. “Betapa hatiku berterimakasih Yesus. Kau mengasihiku, Kau mencintaiku. Hanya ini Tuhan persembahanku, terimalah Tuhan permohonanku. Pakailah hidupku sebagai alatMu, seumur hidupku” demikian syair nyayian rohani yang mengajak kita untuk mempersembahkan hidup kita sebagai tanda terimakasih dan syukur kita kepada Tuhan. Korban syukur bukan hanya berupa materi atau uang, tetapi tubuh kita sebagai persembahan atau ibadah sejati, yaitu memberi hidup kita untuk hidup benar dan taat dihadapan Allah. Dalam Maz. 50:23a, dikatakan “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku.” Jadi dengan memberi persembahan, kita memuliakan Tuhan.

C.    KESIMPULAN
Dalam setiap ibadah dan persekutuan yang kita ikuti, selalu terdapat seruan untuk memberikan persembahan. Kita sangat penting untuk tetap merenungkan makna dari memberikan persembahan, kepada siapa kita memberikannya, atau kenapa kita memberikannya, dan bagaimana kita harus memberikannya? sehingga hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang rutinitas kita lakukan tanpa makna. Oleh sebab itu, dalam setiap memberikan persembahan, mari kita mengingat dan merenungkan serta menetapkan dalam hati kita masing-masing bahwa: persembahan yang kita berikan itu adalah untuk tuhan, oleh karena itu, ketika kita memberikan persembahan harus didasari oleh dorongan hati serta pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidup kita, sehingga kita mempersembahkan yang terbaik dan mempersembahkan hidup kita menjadi tempat kudus bagi Tuhan.
Amin. 

SEMESTER V (TUGAS REFLEKSI: KISAH NYATA)

TUGAS REFLEKSI

REFLEKSI KISAH NYATA
4 KISAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
KOMUNIKASI

Yang Dibina Oleh :

Pdt. Sannur Tambunan, M.Th

KISAH – I
KISAH NYATA DARI LAGU “SENTUH HATIKU”

Mungkin banyak yang dengar lagu Sentuh Hatiku, yang dinyanyikan oleh Maria Shandi. Akan tetapi di balik lagu itu ternyata ada sebuah kisah yang luar biasa. Pencipta lagu ini adalah seorang anak Tuhan. Kisah di dalam lagu itu adalah milik teman sekolahnya. Temannya itu diperkosa oleh ayahnya sendiri dan menjadi gila, sehingga harus dipasung (dirantai) di rumahnya.
Ia suka datang dan mendoakan anak itu sambil sesekali menulis lirik lagu. Waktu pun berlalu. Diapun pindah kota dan mulai sibuk dengan kegiatannya sendiri. Suatu ketika anak perempuan itu menelepon dia. Tentu saja kaget bukan main, karena anak itu kan gila. Dipasung pula? Kok sekarang bisa lepas, kok bisa telepon?
Akhirnya anak perempuan itu cerita, suatu hari entah karena karat atau bagaimana rantainya lepas. Satu hal yang langsung dia ingat, dia mau bunuh ayahnya. Tetapi saat dia bangun, ia melihat Tuhan Yesus dengan jubah putihnya, berkata, “Kamu harus memaafkan ayah kamu.” Tetapi anak itu tidak bisa dan dia terus menangis, memukul, dan berteriak.
Sampai akhirnya Tuhan memeluk dia dan berkata, “Aku mengasihimu.” Walaupun bergumul akhirnya anak itupun memaafkan ayahnya, mereka sekeluarga menangis dan boleh kembali hidup normal. Dari situlah lagu Sentuh Hatiku ditulis.

Betapa ku mencintai, segala yang telah terjadi
Tak pernah sendiri, jalani hidup ini, selalu menyertai
Betapa kumenyadari, di dalam hidupku ini
Kau selalu memberi, rancangan terbaik oleh karena kasih

Bapa sentuh hatiku,
Ubah hidupku, menjadi yang baru
Bagai emas yang murni
Kau membentuk bejana hatiku
Bapa ajarku mengerti
Sebuah kasih yang selalu memberi
Bagai air mengalir
Yang tiada pernah berhenti
Kasih-Mu ya Tuhan tak pernah berhenti
Makna Kisah – I
Banyak hal yang terjadi dalam hidup kita, yang tidak dapat kita pahami bahkan membuat kita berubah menjadi pribadi yang berbeda. Demikian halnya yang dialami oleh sang gadis dalam cerita diatas. Diperkosa oleh ayah kandung, menjadi gila bahkan terpuruk. Namun melalui doa, Tuhan mengubahkan hidup sang gadis. Meskipun doa kita mungkin tidak langsung Tuhan jawab pada waktu kita berdoa, namun kita harus meyakini bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan. Dalam waktu yang kita tidak sangka-sangka, kita akan menemukan jawaban doa kita, bahkan kita akan kaget dengan hasil doa kita. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ketika Tuhan menjawab doa kita, kita juga harus mengalami perubahan. Seperti dalam cerita, sang gadis harus memaafkan dulu sang ayah, yang secara manusiawi tidak dapat dia lakukan. Namun, ketika dia berhasil memaafkan, Tuhan memulihkan hidupnya. Mungkin kita dongkol, marah, ataupun benci kepada orang lain, marilah kita mau membuka diri untuk memaafkan, supaya kita beroleh pemulihan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tak pernah sendiri menjalani kehidupan ini, ada Allah yang menyertai. Dia membentuk kita dengan caranya, supaya menjadi murni dan berkenan padaNya.

KISAH – II
YU YUAN GADIS KECIL BERHATI MALAIKAT

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.
Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak lebih dari 540.000 US yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November, Jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.
Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”. Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”
Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini”. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman di-email bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”
Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,….. .. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”. Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.
Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ……… ….” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30/11/1996-22/08/2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.
Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.

Makna Kisah – II
Ada 3 hal dari 3 orang yang berbeda yang dapat saya petik dari cerita diatas.
1.      Sang Ayah, yang diberi Tuhan hati mengasihi, sehingga mau mengorbankan hidupnya demi sang anak, yang sesungguhnya bisa saja dia biarkan begitu saja, ketika dia temukan di tengah hamparan rumput. Namun, dia rela mengorbankan hidupnya, bahkan tidak menikah demi sang anak. Lalu, bagaimana dengan kita, ketika seseorang butuh pertolongan, apakah kita akan menolong atau hanya bisa memberi kata penghiburan saja tanpa berbuat apa-apa, atau bahkan membiarkan tanpa menolong.
2.      Sang Anak, cerita tentang sang anak membuat air mata saya mengalir tanpa terasa, perjuangannya yang hebat tanpa keluhan. Bahkan mampu mempersiapkan segala sesuatu untuk pemakamannya sendiri, dan membagi wasiat kepada orang lain atas uang yang terkumpul untuk pengobatannya. Hal ini mengajarkan saya tentang bagaimana menghargai hidup yang diberikan Tuhan. Tidak suka mengeluh, tidak suka menyusahkan orang lain. Sedangkan kita sendiri, bahkan saya sendiri selalu saja mengeluh dan suka menyusahkan orang lain. Melalui cerita ini, saya diajarkan untuk menghargai hidup dengan sebaik-baiknya.
3.      Sang Wartawan, dalam hidup kita butuh orang lain. Melalui orang lain kita bisa merasakan kebaikan bahkan pertolongan. Kebaikan hati sang wartawan dalam cerita ini, membuktikan bagaimana kita butuh orang-orang di sekeliling kita, bukan hanya dalam hal materi saja. Kita terlalu sering merasa butuh terhadap orang lain, karena ada maunya. Dari cerita ini, saya melihat sang wartawan yang mau mempublikasikan kehidupan sang anak ke media, dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Namun, lihatlah apa yang dia lakukan dapat berdampak besar bagi kehidupan sang anak, bahkan bagi anak lain yang dibantu oleh Yuan. Mengambil bagian untuk terbeban bagi orang lain, tentu bukan hal yang gampang, namun mencoba melakukannya pasti menyenangkan.
KISAH – III
RIWAYAT SINGKAT JOHN SUNG ( TOKOH IMAN )

John Sung Shang Chieh = John Song, penginjil China yang paling berpengaruh pada era tahun 1930. Khotbahnya berdasarkan pada sesuatu yang ia pelajari dan imani sungguh-sungguh yaitu Alkitab. Pekerjaannya nyata terutama didaerah-daerah Huaren seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Banyak orang di daerah ini bertobat dan menjadi Kristen. Mungkin salah satunya adalah orang tua kita.

29 September 1901-1920 : Lahir
Lahir di desa Hinghwa, propinsi Hok-Kian (Fukien). Ayahnya seorang pendeta dari gereja lokal American Wesleyan Methodist. Sering John Sung membantunya. Pada saat tertentu, waktu ayahnya sakit atau ada keperluan, John Sung sering menggantikan dalam memimpin upacara. Ia sering disebut pendeta cilik.

1920 : Ke Amerika
Pada usia 19 tahun John Sung dikirim ke Amerika untuk melanjutkan studi. Ia menjadi mahasiswa pandai di Ohio, Universitas Wesleyan dan Universitas Ohio State.

1925 : Doktor Chinese Pertama
Dalam waktu 5 tahun, John Sung menjadi Doktor dalam ilmu kimia. Karya ilmiah, seperti dokumen research dan essay-nya masih ada diperpustakaan saat ini. John Sung adalah doktor Chinese pertama.

1926 : Masuk Seminari
Hatinya mulai tergerak pada panggilan suara Roh Kudus. John Sung mengadakan suatu komitmen untuk melayani Tuhan Yesus seumur hidupnya. Ia merasa dokter kimianya tidak cukup dalam melayani Yesus dan studi di Union Theologie Seminary di New York.

10 Febuari 1927 : Kelahiran Baru
Pada hari itu, pada saat John Sung berdoa, ia melihat suatu Pengalaman ajaib. Ia merasa bahwa ini adalah pemberian dari Roh Kudus. John Sung berkata : "ini adalah kelahiran baru rohaniku. Walau aku telah percaya Yesus sejak kecil, ada suatu pengalaman baru yang merubah hidupku. John Sung dengan jelas dan detil menggambarkan bagaimana Roh Kudus dicurahkan kepadanya. "Roh Kudus mencurahiku seperti air pada puncak kepalaku dan terus menerus mengalir gelombang demi gelombang".
Sejak pengalaman ini sekarang John Sung merasa lebih kuat dan bersemangat dalam berkotbah digereja, atau kepada orang yang ditemuinya. Ia menjadi orang yang berubah radikal dan ia mulai berkotbah dengan semangat diruang kuliah dan kepada teman-teman dekatnya. Mahasiwa liberal berpikir waktu itu John Sung sudah tidak wajar dan tidak waras lagi, sehingga ia dikirim ke rumah sakit jiwa selama 193 hari.
Pada saat itu John Sung menggunakan waktunya untuk membaca kitab suci seluruhnya dari kitab Kejadian sampai Wahyu sebanyak 40 kali, sehingga John Sung tidak saja hafal, tetapi mendalami seluruh Alkitab yang menjadi dasar penginjilan dan kebangunan rohani John Sung pada abad 20 sampai ia wafat.

November 1927 : Kembali ke China
Tanpa lulus dari seminari Theologi, John Sung pulang ketanah airnya setelah ia menghilang selama 8 tahun. Sebelum ia menginjak tanah airnya, ia membuang ijazah doktornya, kecuali satu copy yang ia berikan pada ayahnya. Hal ini merupakan suatu tanda adanya komitmen penuh dalam mengabarkan injil.

1927 - 1930 : Pekerjaan Mula
John Sung memulai dengan pekerjaan mengabarkan injil di Minnan. Selama tiga tahun ia berkotbah dengan hanya dua topik, yaitu Penyaliban Kristus dan Darah Yesus. Kotbahnya yang dinamis itu bukannya mengada-ada, tetapi seluruhnya didasarkan pada ajaran Alkitab yaitu : Kelahiran Baru, Keselamatan dan Memikul Salib Untuk Kristus.

1930/1931 : Pengabaran Injil
Di Shanghai ia mengikuti : Sekolah minggu Bethel dan bersama para sarjana lain ia mendirikan Bethel Evangelist Band. Topik kali ini adalah : Bagaimana lepas dari dosa. Hal itu meliputi pandangan Alkitabiah-nya :
1.      Mengaku dosa-dosa saja tidak cukup. Mereka harus bertobat dari dosa-dosaNya.
2.      Setelah pertobatan, terjadilah "Mengkoreksi dosa-dosa", artinya ialah engkau telah berubah total dan bebas dari tabiat dosa.
3.      Setelah engkau berubah dari tabiat dosa terjadilah "Pengembalian dosa-dosa". Artinya jika dulu engkau menipu atau mencuri uang, engkau harus mengembalikan uang tersebut atau engkau secara formal : permintaan maaf yang menunjukkan engkau benar-benar menyesal.
4.      Mengucapkan kata : “Tuhan, ampuni kami karena kami pendosa” tidak cukup. Selama berdoa, jika engkau mau bertobat dari dosa engkau harus menggolongkan dosamu itu termasuk dosa apa, secara keseluruhan dan menjabarkan satu persatu sampai detil dosa kecilmu. John Sung menulis ada 20 macam dosa besar. Jika engkau melakukan satu dosa besar ini, engkau harus bebas dari dosa itu dan bertobat dari dosa pada masa doa bersama. John Sung sering begitu semangat sampai ia melompat di mimbar . Selama berkotbah, ia selalu menyanyikan lagu pujian setiap 23 menit.
5.      Dalam menyampaikan kotbahnya, sering ia menggunakan benda-benda sebagai ilustrasi. Suatu hari ia membawa peti mayat. Ia berteriak : "uang naik, uang naik, peti mati juga naik. ". Artinya, kita tak boleh berfokus pada mencari uang saja. Setelah itu ia sendiri akan masuk dan tidur dalam peti mati. Semua yang ia lakukan akan membuat jemaat lebih tertarik.

Makna Kisah – III
Untuk mendedikasikan diri menjadi seorang penginjil secara total, bukanlah hal yang mudah. Kita harus dapat melepaskan hal indah yang ada pada kita, kemudian masuk kedalam hal sulit, bahkan mungkin terpuruk. Hal itulah yang dilakukan oleh John Sung dalam penyerahan diri totalnya terhadap panggilan Tuhan. Dia rela dikatakan gila, bahkan masuk Rumah Sakit Jiwa. Dan yang paling sulit pastinya untuk kita lakukan, dia melepaskan gelar doktornya, lalu menjadi seorang penginjil. Dari hal ini saya belajar, tentu sekali Tuhan tidak menginginkan kita untuk melepaskan apa yang kita miliki, tanpa jaminan yang pasti dariNya. Ketika kita mau dan siap untuk melayaniNya dalam ladang misiNya, jaminan itu akan menguatkan kita. Dan kita akan disanggupkan untuk mengerjakan pekerjaanNya.

KISAH – IV
DIBAYAR DENGAN SEGELAS SUSU

Kisah ini diambil dari salah satu artikel yang tersebar di internet, yang mengisahkan tentang seorang dokter yang penuh cinta kasih, bernama Dr. Howard Kelly. Memang inti dari ceritanya tidak berubah, namun sepertinya terdapat beberapa hal yang terlalu berlebihan. Hal ini dipertegas dengan adanya cerita di buku biografi dari Dr. Howard Kelly sendiri. Oleh sebab itu, cerita inspiratif ini tetap diposting dan juga disertai dengan cerita nyata yang sebenarnya terjadi. Selamat membaca.
Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak memiliki uang memberanikan diri untuk mengetuk pintu sebuah rumah untuk meminta makanan. Keberaniannya lenyap saat pintu itu dibuka oleh seorang gadis muda. Ia tidak jadi meminta makanan dan hanya meminta segelas air.
Gadis itu tahu bahwa anak lelaki tersebut sebenarnya kelaparan, maka ia membawakan susu hangat segelas besar. Anak lelaki itu meminum susu itu secara perlahan lalu bertanya, “Berapa harga susu yang menjadi hutangku?” “Kau tidak berhutang apapun,” jawab gadis itu. “Ibu mengajarkan kami untuk tidak meminta bayaran atas perbuatan baik kami.” “Kalau begitu, aku sangat berterimakasih dari lubuk hatiku yang terdalam.”
Tahun demi tahun berlalu, gadis itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa, namun ia menderita penyakit kronis yang para dokter di kotanya telah angkat tangan terhadap penyakitnya. Ia pun dibawa ke rumah sakit di kota besar. Dokter Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan medis. Howard Kelly mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, wanita itu sembuh.
Saat menerima amplop tagihan dari rumah sakit, wanita itu ketakutan. Ia tahu tidak akan mampu membayar biayanya meskipun dengan mencicilnya seumur hidup. Dengan tangan bergetar ia  membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok tagihan: “Telah dibayar lunas dengan segelas susu.” [Tertanda] Dokter Howard Kelly.
Menurut Biografi yang ditulis oleh Audrey Davis dari pengetahuannya yang ia dapatkan selama berteman 20 tahun dengan Dr. Howard Kelly, dan juga melalui notebook serta jurnal yang dokter tinggalkan setelah kematiannya, bahwa cerita tentang tagihan yang dibayar dengan segelas susu adalah benar. Berikut adalah petikan dari isi Biografi dari Dr. Howard Kelly : “Di suatu perjalanan menuju ke utara Pennsylvania pada saat musim semi, Kelly berhenti di sebuah rumah petani yang kecil untuk meminum segelas air dingin. Seorang gadis kecil membuka pintu ketika Kelly mengetuk rumahnya, namun bukan air yang diberikan, gadis kecil itu malah memberinya segelas susu segar. Setelah kunjungan singkat yang ramah itu, Kelly pun melanjutkan perjalanannya. Beberapa tahun kemudian, gadis kecil itu datang kepadanya untuk operasi. Dan sebelum ia sempat pulang ke rumah, ia menerima tagihan operasinya, namun dengan tambahan tulisan tangan : Sudah dibayar penuh dengan segelas susu.”


Makna Kisah – IV
Memberi selalu dihubungkan dengan menerima, menolong selalu dihubungkan dengan ditolong. Mungkin hal ini sudah terpatri dihati banyak orang. Ketika kita melakukan sesuatu, kita berharap akan mendapatkan imbalan dari apa yang kita lakukan. Namun, kita tidak pernah sadari bahwa prinsip tersebut dapat membuat kita kecewa. Karena ketika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan, ternyata tidak kita dapatkan, maka kita akan kecewa. Namun, ketika kita melakukan sesuatu dengan tulus hati, tanpa mengharapkan imbalan, maka kita akan sangat bahagia dengan apa yang kita lakukan. Menolong orang lain, merupakan sebuah cerminan positif bahwa kita butuh orang lain. Ketika kita menolong orang, otomatis suatu saat kita juga akan ditolong oleh orang lain. Demikian halnya dengan apa yang dilakukan sang dokter kepada sang gadis yang pernah menolongnya, dia mau membiayai semua biaya pengobatan sang gadis. Tentu sekali, apabila dihitung dari segi materi, segelas susu tidak akan bisa dibandingkan dengan biaya pengobatan yang sangat mahal. Namun, dalam cerita ini saya melihat dari sisi kebutuhan, disaat sang anak (sang dokter ketika kecil) membutuhkan sesuatu untuk mengisi perutnya yang sangat lapar, sang gadis menyuguhkan segelas susu hangat, dan anak itu pun sangat bersyukur. Lalu, ketika sang gadis membutuhkan pengobatan untuk penyakitnya yang sangat parah, maka sang dokter memberi pengobatan. Dalam hidup, kita tidak boleh hanya melihat dari sisi materi saja. Namun kita juga perlu melihat dari sisi, bagaimana seseorang butuh akan pertolongan.

SEMESTER V (TUGAS RENUNGAN)

TUGAS MINGGUAN (MEMBUAT RENUNGAN SINGKAT)
Nama                           : Roy Damanik
Mata Kuliah                : Dokmatika 4 (Doktrin Roh Kudus/Pneumatologi)
Dosen Pengampu        : Pdt. Agripa Selly, M.A, M.Th©


Diselamatkan Oleh Karena Kasih Karunia
Titus 3:5 “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus
Untuk menjadi orang baik, dan untuk melakukan sebuah kebaikan, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dan juga bukan hal yang sulit. Yang sulit adalah memahami perbuatan baik yang kita lakukan. Secara umum, banyak orang berpikir dengan berbuat baik, dia akan mendapat timbal balik dari perbuatannya atau mengharapkan imbalan. Atau bahkan ada yang berbuat baik supaya dipuji. Secara khusus, ada beberapa orang yang menganggap, bahwa dengan berbuat baik terhadap sesama, akan membuat dia diselamatkan. Lalu apa kata Alkitab tentang keselamatan, apakah keselamatan dapat diperoleh dengan berbuat baik.
Firman Tuhan dalam Titus 3:5, dengan jelas menyampaikan bahwa keselamatan tidak diperoleh dari perbuatan baik yang kita lakukan. Namun kita peroleh karena rahmatNya oleh kelahiran kembali dan pembaharuan Roh Kudus. Dalam terjemahan BIS “Ia menyelamatkan kita, bukan karena kita sudah melakukan sesuatu yang baik, melainkan karena Ia sendiri mengasihani kita. Ia menyelamatkan kita melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan hidup baru dengan jalan membasuh kita.” Maka jelaslah kita dapat melihat, bahwa keselamatan yang kita peroleh bukan karena kebaikan kita. Namun, karena Ia mengasihani kita serta memberi kita rahmat-Nya. Berbicara mengasihani dan memberi rahmat, mengandung arti “kasih karunia” (tanpa syarat). Kita diselamatkan tanpa syarat, semata-mata hanya karena Dia mengasihani kita saja. Kita diselamatkan oleh permandian baru dan pembaharuan Roh Kudus. Ini menunjuk kepada kelahiran kembali orang percaya, yang secara simbolis digambarkan dengan baptisan air Kristen. Sedangkan “pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” menunjuk kepada penyaluran hidup Ilahi secara berkesinambungan kepada orang percaya, dan orang percaya menyerahkan kehidupan mereka kepada Allah.

Setelah memahami oleh apa kita diselamatkan. Maka pemahaman kita tentang berbuat baik, haruslah berubah. Kita berbuat baik, karena kita telah memperoleh keselamatan bukan untuk memperoleh keselamatan. Dan melalui keselamatan yang dianugerahkan kepada kita, sudah seharusnya kita selalu berbuat baik dalam hidup kita, haleluya.