Kamis, 04 Desember 2014

SEMESTER V (TUGAS MAKALAH: KARYA PENYELAMATAN ROH KUDUS BAGI ORANG BERDOSA)

TUGAS MAKALAH

KARYA PENYELAMATAN ROH KUDUS
BAGI ORANG BERDOSA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
DOGMATIKA IV (PNEUMATOLOGI)
Yang Dibina Oleh :
AGRIPA SALLY, M.A


Nama : Roy Damanik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Roh Kudus merupakan salah satu pribadi dari Ketritunggalan Allah. Sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang Kristen pada umumnya, Roh Kudus merupakan penolong yang diutus oleh Yesus Kristus, sesuai dengan janjiNya ketika Ia naik ke sorga. Roh Kudus menjadi penghibur, penopang, penolong yang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan kita.
Ada begitu banyak karya Roh Kudus dalam Alkitab, mulai dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu. Namun dalam makalah ini, penulis akan mengkhususkan pembahasan tentang karya Roh Kudus dalam penyelamatan orang-orang berdosa. Penulis akan menjabarkan seperti apa peranan Roh Kudus dalam proses penyelamatan tersebut, dan bagaimana peranan Roh Kudus selanjutnya setelah orang berdosa tersebut diselamatkan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Siapa itu Roh Kudus ?
2.      Mengapa manusia bisa berdosa dan dari mana asal dosa ?
3.      Apa saja yang menjadi karya Roh Kudus secara universal ?
4.      Seperti apa karya penyelamatan Roh Kudus terhadap orang berdosa ?

C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Memahami dengan tepat, siapa itu Roh Kudus.
2.      Memahami dengan tepat, asal dosa dan mengapa manusia berdosa.
3.      Memahami dengan tepat karya Roh Kudus secara umum.
4.      Memahami karya penyelamatan oleh Roh Kudus bagi orang berdosa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    TENTANG ROH KUDUS

A.1.  DEFENISI ROH KUDUS DALAM PL
Kata Ibrani “Roh” (ruakh) juga berarti “angin” (Maz. 148:8; Yeh. 1:4) atau “napas” (Yeh. 37:5), tetapi yang dimaksudkan bukanlah gejala alamiah yang bersangkutan demikian, melainkan daya kekuatan yang ditemukan di dalam angin serta napas dan yang tidak kita ketahui dari mana dan ke mana kekuatan itu. Pada mulanya Roh Allah muncul sebagai kuasa Allah, yang bergerak seperti angin besar diatas samudera raya, dan ikut serta dalam pekerjaan menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:2). Roh dilukiskan sebagai nafas Allah yang memberi hidup kepada apa yang diciptakan-Nya dan Roh ditarik kembali oleh Allah, maka ciptaan itu kembali menjadi debu tanah (Maz. 104:29-30; Kej. 2:7). Dengan demikian kelanjutan hidup manusia tergantung pada kehadiran Roh Allah di dalam diri manusia sendiri (Kej. 6:13). Dapat dikatakan bahwa manusia diciptakan dan terus hidup oleh karena Roh Allah (Ayb. 33:4). Lagi pula manusia memperoleh hidup baru dari pada Roh (Yeh. 37:9-14).[1]

A.2.  DEFENISI ROH KUDUS DALAM PB
Istilah Yunani untuk Roh (Pneuma) juga mencakup “angin” dan “napas” (Yoh. 3:8; Why. 11:11). Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus kelihatan lebih jelas dan Dia menonjol dalam peristiwa yang berhubungan dengan kelahiran Yesus (Mat. 1:18; Luk. 1:35,41,67-68; 2:27). Pada pembaptisan Yesus, ia muncul “seperti burung merpati” (Mat. 3:16) dan sering disebut dalam hubungan dengan Misi-Nya (Mat. 4:1; 12:28; Luk. 4:14,18; Ibr. 9:14). Dengan pesan perpisahan kepada murid-murid, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penghibur”  (Yoh. 14:16, 26; 15:26; 16:7). Kata asal Yunani (Parakletos) berarti pengacara yang menangani kasus seseorang atau sekutu yang memihak, menguatkan dan memberi semangat. Zaman baru yang dibuka dengan kematian dan kebangkitan Yesus menghasilkan turunnya Roh Kudus sebagaimana dijanjikan (Kis. 2:1). Ia menciptakan gereja dan memberikan kuasa untuk misinya dalam dunia.[2]
B.     KARYA ROH KUDUS SECARA UMUM
Roh Kudus mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kerohanian.  Dalam setiap aspek kehidupan, Roh Kudus menjadi sangat sentral. Tanpa Roh Kudus, hidup orang percaya tidak mempunyai arti sama sekali. Karena Roh Kuduslah orang percaya dapat mengenal Allah Bapa dan Yesus.

B.1.  Membawa Kepada Kebenaran
Ketika seseorang dibukakan mata rohaninya oleh Roh Kudus, maka dia akan dapat mengerti kebenaran yang tersembunyi yang selama ini ia tidak tahu.  Roh Kudus yang akan membuka mata hatinya untuk dapat mengerti tentang kebenaran Firman Allah. Ketika manusia berada dalam pimpinan Roh Kudus maka ia akan dibuka pikirannya sehingga ia dapat mengerti apa yang dia tidak mengerti dahulu. Tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang dapat mencapai kebenaran yang sempurna.[3]

B.2.  Memberi Kuasa Untuk Bersaksi
Roh Kudus adalah pribadi dari Allah Tritunggal. Seperti dalam amanat agung yang disampaikan oleh Yesus bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah sama hakekatnya. Seperti halnya dalam perjanjian lama Allah memberi kuasa untuk para nabi untuk memberitakan firman Tuhan kepada bangsa-bangsa, seperti itu jugalah kuasa yang diberikan oleh Allah lewat Roh Kudus untuk memberikan kuasa bagi orang percaya untuk dapat bersaksi tentang Yesus. Roh Kudus menolong orang percaya supaya dengan penuh kuasa dapat meneruskan kepada orang lain kebenaran yang diajarkan oleh Roh Kudus kepadanya (I Kor. 2:1-5; I Tes. 1:5; Kis. 1:8).[4]

B.3.  Buah-buah Roh atau Karakter Kristus
Buah-buah Roh adalah hasil dari penyerahan diri penuh kepada Allah. Roh Kudus mengarahkan watak manusia untuk bebas dari sejumlah kewajiban dan larangan, sikap maupun perbuatan manusia, tingkah laku maupun kepercayaan manusia. Sehingga yang dilakukan Roh Kudus melepaskan apa yang telah ada dari dunia dari manusia itu sendiri. Kemudian Roh akan memperbaharui watak manusia yang telah menyerahkan diri kepada-Nya. Roh kudus akan menuntun agar manusia dapat berlaku dan bertindak sesuai kehendak Roh Kudus. Kemudian manusia tersebut akan menunjukkan buah Roh dalam hidupnya, yakni : Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri.[5]

C.    TENTANG DOSA

C.1.  DEFINISI DOSA
Dosa memiliki arti dasar : tidak mengena pada sasaran, melanggar batas, tidak taat, memberontak. Dosa didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele. Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga bukan nafsu fisikal manusia semata. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia keturunannya seperti yang diungkapkan Daud, “Sesungguhnya, dalam dosa aku dikandung ibuku.”[6]

C.2.  ASAL DOSA
Hegel pernah mengatakan, “Kejahatan merupakan suatu langkah yang perlu di dalam perkembangan sejarah.” Kalimat ini bisa berarti bahwa Allahlah yang menghendaki dosa itu ada dalam sejarah manusia sehingga Ia dapat menunjukkan kebaikan-Nya, atau dengan kata lain, dosa berasal dari kekekalan. Pandangan ini keliru karena hanya Allahlah yang berasal dari kekekalan, dan didalam kekudusan-Nya, tidak mungkin dosa memperoleh tempat. Jika dosa adalah atas kehendak dan prakarsa Allah, pengusiran manusia dari kekudusan Allah merupakan sandiwara terbaik yang pernah ada dalam sejarah manusia. Jika demikian, Allah adalah penipu.
Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1Yoh. 3:8). Iblis menggoda Hawa untuk melanggar peraturan Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya. Rasul Yohanes berkata, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran” (Yoh. 8:44).
Memang Allah yang memberi kehendak bebas kepada manusia, sehingga manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi bukan berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor. Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang telah diberi oleh bapanya.[7]

C.3.  ASPEK-ASPEK DOSA
Secara status, sejak Adam dan Hawa, dosa sudah ada di hadapan manusia. Manusia adalah makhluk yang berdosa dan karena itu sekaligus seteru Allah. Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). Ada pendapat yang mengemukakan bahwa bayi yang lahir itu seperti kertas yang putih. Akan jadi apa kertas itu nantinya tergantung dari yang menulis dan yang menggambar di atasnya. Pandangan tersebut adalah pandangan yang salah. Jika manusia berdosa sejak dari kandungan, berarti ketika dilahirkan, ia pun telah berdosa. Status keberdosaan melekat pada setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah sendiri tidak melepaskannya. Status ini pun diikuti oleh rasa bersalah yang nyata dan objektif. Seorang terpidana tetaplah seorang terpidana sampai hakim memutuskan bahwa ia tidak lagi menjadi terpidana. Setiap manusia yang berdosa harus mempertanggungjawabkan keberdosaannya di hadapan Allah, karena secara legal telah menyeleweng dari standar legal yang telah ditetapkan Allah. Namun, pertanyaan apakah bayi yang baru lahir pasti masuk neraka, merupakan masalah yang berbeda. Allah adalah adil dan Ia tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan-Nya.[8]
C.4.  AKIBAT DOSA
Ketika manusia jatuh kedalam dosa, maka sekaligus juga ada resiko yang harus ditanggung akibat dari ketidaktaatan tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi akibat dosa dan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa.[9]

KEMATIAN ROHANI
Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (Kej. 3:24). Ini merupakan kematian rohani bagi manusia. Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rom. 3:23; Efe. 2:1).

KEMATIAN JASMANI
Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah (Kej. 3:19).

RUSAKNYA HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kej. 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya.

RUSAKNYA KEHARMONISAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM
Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya.

MANUSIA AKRAB DENGAN PENDERITAAN KARENA DOSA.
Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah berfirman, “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu, maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu, dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah” (Kej. 3:16-19). Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya.

HUKUMAN KEKAL
Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini merupakan tempat yang mengerikan di mana manusia tidak akan pernah mati lagi secara fisik. Ia akan menderita karena ada api yang tak terpadamkan, ratap tangis dan kertakan gigi, ada kegelapan yang mengerikan serta ada ulat yang terus-menerus menggerogoti tubuh manusia berdosa. Jika manusia sudah masuk dalam neraka, ia tidak mungkin dapat keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan untuk bertobat.

D.    KARYA PENYELAMATAN ROH KUDUS BAGI ORANG BERDOSA
Ketika Allah menciptakan manusia, dan dalam sepanjang Alkitab, Allah tidak menginginkan manusia ciptaannya itu binasa. Itu sebabnya Allah mengutus anaknya yang tunggal. Dan ketika Yesus naik kesurga, Dia juga mengutus penghibur bagi manusia, yaitu Roh Kudus. Lalu bagaimana karya Roh Kudus dalam proses penyelamatan orang-orang berdosa. Dalam penjelasan berikut, akan dipaparkan bagaimana karya Roh Kudus dalam penyelamatan orang berdosa, dimulai dari manusia berdosa tersebut bertobat, sampai kepada hasil pertobatan itu menjadi berkat bagi dirinya dan bagi orang lain. Alkitab mengajarkan bahwa dalam tiap-tiap pekerjaan Allah, maka Bapa, Anak dan Roh Kudus selalu bekerja bersama-sama. Kerja sama ini menurut J. Wesley Brill mulai dari pekerjaan penciptaan alam semesta sampai dalam penebusan manusia, dimana kuasa untuk menciptakan berasal dari Bapa, kuasa untuk mengatur berasal dari Anak dan kuasa untuk menyelenggarakan atau menyempurnakan berasal dari Roh Kudus. Dalam proses keselamatan manusia, Roh Kudus mengambil peran sebagai berikut[10] :

1)      Regenerasi
Regenerasi merupakan istilah teologis yang digunakan untuk menjelaskan kelahiran baru. Didalam bahasa Grika, regenerasi atau kelahiran baru menggunakan kata “paliggenesia”; palin berarti kembali dan genesia berarti kelahiran, di gunakan untuk kelahiran kembali secara rohani (Tit. 3:5), yang meliputi komunikasi kehidupan baru. Ness mengemukakan bahwa regenerasi adalah suatu tindakan di mana Allah memberikan hidup kepada orang yang percaya. Sedangkan menurut Truscott bahwa dalam bahasa Inggris regenerasi menggunakan istilahgenerateyang berarti menciptakan atau menghasilkan kehidupan. Dan hal itu menunjuk kepada pemulihan kehidupan setelah kematian.
Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa kelahiran baru secara rohani merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan untuk memasuki kerajaan Allah. Dia menegaskan itu kepada Nikodemus,Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yoh. 3:3). Hal ini berarti bahwa kelahiran baru, merupakan bagian yang penting didalam keselamatan. Tanpa kelahiran baru, tidak mungkin seseorang dapat masuk kedalam kerajaan Allah. Yesus berkata, “Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu : kamu harus dilahirkan kembali (Yoh. 3:7). Menurut Marantika proses kelahiran baru, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Firman Allah yang membuahkan pertobatan yang dilukiskan dengan air yang membersihkan (Yoh. 3:5).
b.      Pekerjaan Roh Kudus (Yoh. 3:5, 6-12)
c.       Iman kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:14,16), dimana fondasi kelahiran baru adalah hanya oleh darah Yesus Kristus saja (1 Pet. 1:17-23).
Setelah seseorang mengalami proses kelahiran baru atau regenerasi, maka hasilnya adalah sebagai berikut :
a.       Regenerasi menjadikan orang percaya menjadi anak Allah. Ini berarti bahwa semua milik Bapa di Sorga itu tersedia baginya sekarang dan selamanya (Yoh. 1:12; Gal. 3:26; Rom. 8:16-17).
b.      Regenerasi menjadikan seseorang ciptaan baru dengan hati yang baru (II Kor. 5:17; Efe. 2:10). Bukan hanya perubahan fisik (Rom. 8:9), namun bentuk atau pola hidupnya tidak lagi mengikuti pola dunia.
c.       Regenerasi menjadikan orang-orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Ef. 4:24; Kol. 3:10).
d.      Regenerasi membuka kemungkinan kemenangan atas dunia (Rom. 8:1-2).
e.       Regenerasi mengakibatkan hadirnya ciri hidup kasih kepada semua orang (I Yoh. 3:14; 4:7).

2)      Adopsi
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru : “ya Abba, ya Bapa!” (Rom. 8:23). Dalam bahasa Grika, Adopsi menggunakan kata huiothesia yang artinya pemberian posisi legal sebagai anak. Menurut Sualang kata ini terdiri dari huios yang berarti anak dan thesis yang berarti menempatkan. Dengan demikian, Adopsi atau pengangkatan menjadi anak adalah tindakan Allah yang dengannya seorang anak ditempatkan sebagai putra yang memiliki hak penuh atas kepunyaan Bapa. Orang-orang percaya yang bertobat dan dilahirkan baru diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dengan mengutip pernyataan Evan, Sualang menyatakan bahwa ada berkat-berkat dari Adopsi, diantaranya sebagai berikut :
a.       Kita menjadi objek kasih Allah (Yoh. 17:23) dan objek pemeliharaan-Nya sebagai Bapa (Luk. 12:27-33).
b.      Kita mempunyai nama keluarga (I Yoh. 3:1; Efe. 3:14,15); mempunyai kemiripan keluarga (Rom. 8:29); mempunyai kasih keluarga (Yoh. 13:35; I Yoh. 3:14); mempunyai roh anak (Rom. 8:15; Gal. 4:6); mempunyai pelayanan keluarga (Yoh. 14:23, 24; 15:8).
c.       Kita menerima ajaran seorang bapa (Ibr.12:5-11); penghiburan seorang bapa (II Kor. 1:14); warisan (I Ptr. 1:3-5; Rom. 8:17).

3)      Pengudusan
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Rom. 6:22). Alkitab mengajarkan bahwa “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Begitu pentingnya pengudusan sehingga Menzies dan Horton mengemukakan bahwa pengudusan adalah perbuatan memisahkan diri dari kejahatan, dan perbuatan mengabdikan diri kepada Allah (Rom. 12:1-2; I Tes. 5:23; Ibr. 13:12). Dan hanya dengan kuasa Roh Kudus seseorang sanggup mematuhi perintah, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (I Ptr. 1:15-16).
Pengudusan dalam bahasa Grika menggunakan katahagiasmos, yang menurut Vine digunakan dalam pengertian
a.       Dipisahkan untuk Allah, I Kor. 1:30; II Tes. 2:13; I Ptr. 1:2;
b.      Jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut, I Tes. 4:3-7; Rom. 6:19; Ibr. 12:14.

Wesley J. Brill mengatakan bahwa ada 3 sarana pengudusan orang percaya yaitu antara lain :
a.       Orang percaya dikuduskan oleh Firman Allah (Yoh. 17:17; 15:3).
b.      Orang percaya dikuduskan oleh darah Kristus (Yoh. 1:7).
c.       Orang percaya dikuduskan oleh Iman (Kis. 26:18; 15:9).

Selanjutnya menurut Marantika dalam hubungannya dengan pengalaman kekristenan, pengudusan meliputi 3 aspek, yaitu :
a.       Pengudusan secara posisi/kekudusan posisional (Positional Sanctification).
Di pisahkan dari dunia dan mendapat kedudukan sebagai warga kerajaan Allah. Hal ini tidak diperdulikan keadaan rohani orang itu, tapi pertobatan dari dosanya dan imannya kepada Tuhan Yesus. Wimber menjelaskan bahwa kekudusan posisional tidak diperoleh melalui usaha manusia. Manusia dinyatakan kudus dan diubah melalui iman kepada penebusan Kristus yang telah mati di kayu salib. Lebih lanjut Sualang mengatakan bahwa pada saat seseorang percaya kepada Kristus, ia di sucikan. Hal ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut orang kudus dengan tidak melihat tingkat rohani masing-masing (Ibr.10:10; Yud. 1,3).

b.      Pengudusan Pengalaman (Experiental Sanctification)
Wimber mengatakan bahwa kekudusan secara posisional tidak melepaskan tanggung jawab manusia untuk bekerjasama dengan Allah dalam menaati perintah-Nya. Posisi kita di dalam Kristus tidak menggantikan kondisi kita yang berdosa dalam dunia ini. Oleh karena itu, menurut Marantika bahwa pengudusan secara pengalaman itu merupakan proses, usaha terus menerus dilakukan untuk hidup kudus. Dan hal ini memerlukan keuletan dan ketabahan. Lebih lanjut Wimber mengatakan bahwa masalah yang dihadapi di dunia, yaitu sifat baru ini terikat pada tubuh kedagingan. Daging merupakan sifat berdosa yang bekerja di dalam manusia yang sudah di tebus. Prinsip dosa ini mempengaruhi keberadaan orang percaya yang harus terus diatasi. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang percaya untuk selalu dipimpin oleh Roh kudus. Dimana menurut Sualang bahwa Roh Kuduslah yang akan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh (Rom. 8:13) dan akan menghasilkan buah Roh dari dalam hidup seseorang (Gal. 5:22-23). Dengan demikian, ada perjuangan untuk hidup dalam anugerah dan di dalam kebenaran atau identitas baru dalam Kristus. Perjuangan ini merupakan proses yang disebut pengudusan progresif. Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. (2 Kor. 7:1).

c.       Pengudusan Akhir (Perfected Sanctifitional)
Hal ini berarti kedewasaan atau kesempurnaan total di saat Yesus kembali, yang akan mengubah tubuh yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Fil. 3:20-21). Kesempurnaan yang akhir akan datang. Sualang berkata bahwa dengan memandang pada kesempurnaan yang akan datang, memberikan kekuatan kepada kita untuk menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Tetapi jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap (I Kor. 13:10).

KESIMPULAN

Roh Kudus merupakan bagian dari Pribadi Allah yang menetap dan tinggal diam di dalam dunia dan di dalam kehidupan manusia, yang mengatur manusia itu sendiri sehingga ada persekutuan antara manusia dengan Allah. Sehingga apapun yang ada di dalam kehidupan manusia adalah pilihan dan instruksi langsung dari Roh Kudus yang mengatur dunia.
Ketika manusia ada di dalam dosa, Roh Kudus sendiri yang akan menginsafkan dan memberi hati untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan Allah. Mulai dari penginsyafan yang dilakukan Roh Kudus, masuk kedalam pertobatan, lahir baru, diangkat oleh Allah sebagai anakNya. Itu semua dilakukan dan dikerjakan Roh Kudus dalam kehidupan manusia di dunia ini. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, mari semakin dekat kepada Allah dan peka terhadap Roh Kudus yang merupakan pribadi Allah sendiri yang ada dalam kehidupan kita.


[1]Bruce Milne : Mengenal Kebenaran, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009) hal. 243.
[2]Ibid, hal. 244.
[3]J.W. Brill. Dasar  Yang Teguh (Bandung : Kalam Hidup) hal. 161.
[4]Ibid, hal. 163.
[5]Jhon M. Drescher, Melakukan Buah Roh (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2008) hal. 12.
[6]http://learning.sabda.org/baca.php?b=manusia#00013
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Ibid.
[10]http://renungan-harioan-kita.blogspot.com/2011/10/peranan-roh-kudus-dalam-keselamatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar