Kamis, 11 Desember 2014

SEMESTER V (KHOTBAH TOPIKAL)

TUGAS PAPER

KHOTBAH TOPIKAL
“PERSEMBAHAN YANG BENAR”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
HOMILETIKA 1

Yang Dibina Oleh :
Agripa Sally, M.A., M.Th©


Nama : Roy Damanik

ISI KHOTBAH

A.    PENDAHULUAN

Ketika kita pergi ke Gereja atau ketika kita mengikuti persekutuan, kita tidak akan lepas dari apa yang namanya “Persembahan”. Apakah kita pernah berpikir mengapa kita harus memberi persembahan?, atau apakah kita memberikannya begitu saja, tanpa memahami dengan baik, kenapa kita harus memberikan persembahan?, dan kepada siapa persembahan itu kita berikan? Didalam kitab Mazmur, Asaf menuliskan bahwa Allah tidak membutuhkan persembahan kita, karena dunia dan segala isinya adalah milik-Nya, jika Ia membutuhkan sesuatu, Ia tidak perlu meminta kepada manusia. Tetapi mengapa kita harus memberi persembahan? Karena rutinitaskah atau kebiasaan yang diadakan dalam setiap ibadah atau karena malu jika tidak memberi persembahan akan diperhatikan oleh sekeliling kita? Kita harus tahu mengapa harus memberi persembahan, yaitu sebagai ucapan syukur yang lahir dari hati.

Ketika di bait Allah, Yesus memperhatikan setiap orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan dan Yesus berkata kepada murid-muridNya, bahwa seorang janda miskin yang memasukkan 2 peser memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan persembahan, karena ia memberi dari kekurangannya, bahkan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Jadi harus diingat bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan kita ketika memasukkan uang ke dalam persembahan, yaitu Allah, Yesus sendiri melihat bagaimana ketika kita memberi bagi Tuhan, dan apa yang menjadi motivasi kita memberi persembahan. Ada beberapa alasan orang-orang memberi persembahan, namun sebagai orang percaya, kita harus memahami dengan baik, bagaimana kita harus memberi persembahan.

B.     ISI KHOTBAH

1.         Persembahan Bukan Hanya Sekedar Pemberian (Mzm. 5:4).
Persembahan bukanlah hanya sekedar pemberian atau sumbangan ke Gereja ataupun kepada Gembala dan Majelis. Persembahan merupakan korban ucapan syukur kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Ketika kita menganggap memberi persembahan adalah sumbangan atau sekedar pemberian, maka kita akan memberi dengan asal-asalan. Itu sebabnya banyak orang memilih uang yang paling buruk dan sudah tidak layak diberikan kepada manusia atau bahkan tidak laku lagi untuk membeli sesuatu, lalu memakainya sebagai persembahan. Ketika ini dilakukan sama halnya menista Tuhan. Persembahan itu harus dikhususkan, harus dipisahkan, dan beri yang terbaik dari seluruh uang kita, jangan yang paling buruk. Mzm. 5:4, “Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” Daud tahu memberi persembahan yang terbaik dengan mempersiapkannya terlebih dahulu, bukan asal-asalan dan Daud tahu persis bahwa Allah berkenan akan persembahannya. Jadi janganlah kita memberi dengan asal-asalan persembahan kita dan menganggapnya sebagai sekedar pemberiaan atau sumbangan saja ketika mempersembahkan suatu persembahan, karena persembahan adalah satu ucapan syukur kita kepada Tuhan.

2.         Persembahan Diberikan Bukan Untuk Umpan Balik (Luk. 6:38; Mal. 3:10).
Dalam dunia politik dan ekonomi, ada banyak orang yang melakukan sogokan untuk menutupi kejahatannya dengan memberikan sejumlah uang. Kebiasaan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam persekutuan kekristenan. Ada sekelompok orang yang dengan luar biasa menyumbang ke Gereja, dengan harapan dapat melunakkan hati Tuhan, karena berpikir dengan memberikan persembahan, maka dosanya akan dihapuskan Tuhan. Pemahaman ini hampir mirip dengan pemahaman Teologi Kontemporer “dengan berbuat baik, maka selamat”.  Ayat Alkitab yang sering dipakai dalam pemahaman ini, Luk. 6:38 “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” dan Mal. 3:10 “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Pemahaman yang salah tentang memberi dengan motivasi umpan balik ini, sangat tidak baik untuk diserap. Jika motivasi kita memberi, supaya kita menerima sebaliknya, maka kita tidak akan memperoleh apa-apa dan sia-sialah kita memberi. Kita harus pahami bahwa persembahan adalah sikap hati. Tuhan tidak melihat jumlah, tetapi jika kita memiliki penghasilan besar dan kita mempersembahkan kepada Tuhan dengan nilai yang sangat kecil, bukankah itu tergolong orang kikir? Memberi persembahan bukan hanya berbicara memasukkan sejumlah uang ke dalam kantong persembahan. Namun, ketika kita mau membantu orang lain yang membutuhkan, itu juga merupakan bagian dari sikap hati kita memberi kepada Tuhan. Memberi jangan karena kasihan, tetapi harus memiliki belas kasihan. Jadi Tuhan melihat motivasi dan sikap hati kita.

3.         Persembahan Merupakan Bentuk Ketaatan Kepada Tuhan (Kel. 23:15).
Kita akan kembali kepada pertanyaan, mengapa kita harus memberikan persembahan? Dalam Kel. 23:15 dikatakan “…janganlah orang menghadap hadirat-Ku dengan tangan hampa”. Artinya ketika kita menghadap Tuhan harus dengan membawa ucapan syukur sebab Tuhan telah berkarya dalam kehidupan kita. Tetapi dalam membawa ucapan syukur atau persembahan kepada Tuhan harus dilakukan dengan benar, sehingga persembahan kita menjadi dupa yang harum di hadapan Tuhan. Dalam hal ini, jelas disampaikan bahwa persembahan merupakan perintah Tuhan, dan kita harus menaatinya. Dalam ketaatan, kita harus memahami dan memperhatikan tiga hal yang sangat penting mengenai memberikan persembahan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan:

1.      Kita Memberikan Persembahan Karena Pengenalan Akan Tuhan
Umat Israel diperintahkan Tuhan untuk memungut bagi-Nya persembahan khusus dari setiap orang yang terdorong hatinya. Orang yang tergerak hatinya karena pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidupnya. Karya Tuhanlah yang menggerakkan hati kita memberikan persembahan bukan karena terpaksa atau dipaksa, bukan pula memberikan dengan bersungut-sungut, tetapi memberikan persembahan dengan sukacita, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor. 9:7). Kita memberikan persembahan kita bukanlah supaya kita memperoleh beberapa kali lipat dari Tuhan, tetapi kita memberikan persembahan karena kita telah menerima dari Tuhan. Dan dalam ketaatan, kita kembalikan apa yang menjadi bagianNya Tuhan. Kita memberikannya dengan kerelaan hati dan sukacita, karena Allah mengasihi yang memberi dengan sukacita.

2.      Berikan Persembahan Yang Terbaik Untuk Tuhan
Dalam beberapa nats Alkitab, Tuhan memberikan daftar yang harus dipersembahkan umat Israel kepada-Nya. Semua yang didaftar tersebut adalah perbendaharaan yang terbaik dan berharga yang dimiliki umat Israel. “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: “Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.” (Kej. 43:11); “Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya.” (Kel. 23:19). Kedua nats tersebut dengan jelas menyampaikan, bagaimana umat Israel harus memberikan persembahan kepada Allah, dan persembahan mereka haruslah dari yang terbaik yang mereka miliki.  Demikian halnya dengan kita saat ini, dituntut untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan sebab kita pun sudah menerima yang terbaik dari Tuhan. Apa yang terbaik dari perbendaharaan yang kita miliki, itulah yang harus kita persembahkan. Berbicara persembahan yang terbaik bukanlah hanya sekedar berbicara mengenai berapa banyak yang harus kita berikan, tetapi yang paling penting adalah apakah kita memberikan persembahan tersebut karena dorongan pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidup kita atau tidak. Sebab dengan mengenal akan karya Tuhan dan berkat-Nya dalam kehidupan kita pastilah hati kita tergerak untuk mempersembahkan yang terbaik.
 
3.      Mempersembahkan Hidup Sebagai Tempat Kudus Bagi Tuhan
Puncak dari ketaatan kepada Tuhan, adalah mempersembahkan hidup. Tuhan memerintahkan melalui firman-Nya supaya umat-Nya membuat tempat kudus bagi-Nya sebab hanya dengan demikian Tuhan berdiam ditengah-tengah umat-Nya. Dalam Rom. 12:1, dikatakan “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Hidup kita hendaknya merupakan hidup yang dikhususkan untuk melakukan kehendak Allah, melakukan segala hal yang berkenan dihadapan-Nya, yaitu dengan hidup bersekutu, bersaksi dan hidup melayani Tuhan dengan baik. Hanya gereja dan orang percaya yang menunaikan tugas dan panggilannya, ditengah-tengah mereka Tuhan  akan tinggal dan berdiam. Tubuh kita adalah Bait Allah, sebab itu pakailah hidupmu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang berkenan di hadapan-Nya. “Betapa hatiku berterimakasih Yesus. Kau mengasihiku, Kau mencintaiku. Hanya ini Tuhan persembahanku, terimalah Tuhan permohonanku. Pakailah hidupku sebagai alatMu, seumur hidupku” demikian syair nyayian rohani yang mengajak kita untuk mempersembahkan hidup kita sebagai tanda terimakasih dan syukur kita kepada Tuhan. Korban syukur bukan hanya berupa materi atau uang, tetapi tubuh kita sebagai persembahan atau ibadah sejati, yaitu memberi hidup kita untuk hidup benar dan taat dihadapan Allah. Dalam Maz. 50:23a, dikatakan “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku.” Jadi dengan memberi persembahan, kita memuliakan Tuhan.

C.    KESIMPULAN
Dalam setiap ibadah dan persekutuan yang kita ikuti, selalu terdapat seruan untuk memberikan persembahan. Kita sangat penting untuk tetap merenungkan makna dari memberikan persembahan, kepada siapa kita memberikannya, atau kenapa kita memberikannya, dan bagaimana kita harus memberikannya? sehingga hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang rutinitas kita lakukan tanpa makna. Oleh sebab itu, dalam setiap memberikan persembahan, mari kita mengingat dan merenungkan serta menetapkan dalam hati kita masing-masing bahwa: persembahan yang kita berikan itu adalah untuk tuhan, oleh karena itu, ketika kita memberikan persembahan harus didasari oleh dorongan hati serta pengenalan akan karya Tuhan di dalam hidup kita, sehingga kita mempersembahkan yang terbaik dan mempersembahkan hidup kita menjadi tempat kudus bagi Tuhan.
Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar