Kamis, 04 Desember 2014

SEMESTER V (TUGAS PRESENTASE: TEOLOG ALBERCH RITSCHL)

TUGAS MAKALAH

TOKOH TEOLOGIA LIBERAL
ALBERCH RITSCHL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah :
TEOLOGI KONTEMPORER
Yang Dibina Oleh :
Dr. © Martomo Wahyudianto, M.A.C.E., M.Th
  
Nama Kelompok :
Chica Afrida Hutagaol
Devi Mei Natalia Damanik
Ramiana Sihombing
Rasita Situmorang
Resmiwati Siregar
Rohani Sitorus Pane
Roy Damanik

Tobok Pirmauli Sitinjak

BAB – I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tugas makalah ini adalah bagian dari mata kuliah Teologi Kontemporer, dan yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah, banyaknya teologi-teologi baru yang berkembang di masa kini khususnya dikalangan Kristen, dan salah satunya adalah Teologi Liberal. Banyak Orang Percaya yang tidak mengenal bahkan tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan Teologi Liberal. Bahkan tanpa disadari oleh para pemimpin gereja dan jemaatnya, mereka telah masuk di dalam sebuah pengajaran yang sepertinya sesuai dengan firman Allah, namun tidak. Dalam makalah ini penulis (kelompok) akan memaparkan tentang Teologi Liberal, secara khusus dalam makalah ini, kelompok akan membahas Teologi Liberal dari salah satu tokohnya yaitu Alberch Ritschl.


B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Seperti apa latar belakang kehidupan Ritschl?
2.      Bagaimana paham Teologi Ritschl, dan seperti apa pemikirannya?
3.      Seperti apa latar belakang kehidupan Ritschl?
4.      Apa yang mendasari Teologi Ritschl, bagaimana perkembangannya, dan bagaimana pengaruhnya?

C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian dari Teologi Liberal.
2.      Memaparkan tokoh-tokoh liberal yang cukup terkenal.
3.      Menjelaskan latar belakang kehidupan Ritschl.
4.      Menjelaskan dan mendeskripsikan dasar Teologi Ritschl, perkembangan Teologinya serta pengaruhnya.



BAB – II
PEMBAHASAN

A.    LATAR BELAKANG KEHIDUPAN RITSCHL

A.1. RIWAYAT HIDUP
Albrecht Ritschl adalah seorang teolog Kristen yang menganut paham liberalisme. Sepanjang abad ke-19, Albrecht Ritschl termasuk salah satu tokoh liberalis yang paling berpengaruh. Albrecht Benjamin Ritschl dilahirkan di Berlin pada tahun 1822. Ritschl adalah anak seorang pendeta di Berlin. Ayahnya yang bernama George Carl Benjamin Ritschl. Ia mempelajari teologi di beberapa kota seperti Bonn, Halle, Heidelberg dan Tubingen. Selama menjadi mahasiswa, Ritschl sangat tertarik mempelajari filsafat Hegel. Ritschl kemudian mengajar teologi di kota Bonn dari tahun 1846 hingga 1864. Ia pun pernah menjadi guru besar bidang teologi di kota Tubingen selama dua tahun dari tahun 1862 hingga 1864. Selanjutnya ia mengajar di Gottingen sampai ia meninggal dunia pada tahun 1889. Pemikirannya sangat dipengaruhi oleh neo-kantianisme°. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip historis, ia kemudian berusaha memeriksa kembali tentang kekristenan. Sejak tahun 1875, pengaruhnya di sejumlah universitas di kota Jerman semakin besar. Semakin banyak orang tertarik mempelajari psikologi agama, perbandingan agama dan bidang lainnya yang serupa dengan itu.[1]

A.2. KARYA-KARYA RITSCHL
Adapun yang menjadi karya-karya Ritschl yang cukup terkenal, antara lain[2] :
1.      Die Christliche Lehre der Rechtfertigung und Versohnung (Doktrin Kristen tentang Pembenaran dan Pendamaian) 3 jilid (1870-1874).
2.      Geschichte des Pietismus (Sejarah Pietisme) terdiri tiga jilid yang dibuat dari tahun 1880 hingga 1886. Ini ditulis Ritschl untuk mengkritik gerakan Pietisme.
3.      Pemikirannya tentang Kerajaan Allah memberi sumbangan berharga yang turut mendorong gerakan Injil sosial di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Walter Rauschenbusch.

B.     TEOLOGI RITSCHL

B.1. PEMIKIRAN DAN PANDANGAN TEOLOGI RITSCHL
Albrecht Ritschl (1822-1889), Teolog ini berasal dari Protestanisme Jerman, seperti halnya Schleiermacher, ia mengajarkan bahwa agama tidak boleh teoritis, tetapi praktis. Ia menolak baik spekulasi filosofi dari para filsuf maupun penekanan atas pengalaman dari Schleiermacher. Ia mengajarkan kepentingan dari nilai etika. Hal itu harus dimulai dengan pertanyaan, Apa yang harus saya lakukan untuk diselamatkan? tetapi apabila pertanyaan itu berarti Bagaimana saya dapat pergi ke surga ketika saya mati? maka hal itu merupakan pertanyaan yang bersifat teoritis. Diselamatkan berarti hidup dalam suatu kehidupan yang baru, diselamatkan dari dosa, keegoisan, ketakutan dan kebersalahan. Ritschl menekankan aspek etikal dan praktikal; pengajarannya menjadi dasar bagi injil sosial. Sedangkan pandangan Ritschl terhadap doktrin Kristen, antara lain : menolak dosa asal, menolak inkarnasi dan kebangkitan Kristus, serta menyangkal mukjizat. Ritschl mendefinisikan dosa sebagai keegoisan.[3]
Ritschl memandang persekutuan dalam gereja sangatlah penting. Manusia hanya akan menerima pembenaran dan pendamaian dalam Tuhan hanya bila ia berada di dalam komunitas orang percaya yang dibangun oleh Kristus sendiri. Dalam tulisannya tentang doktrin kristen mengenai pembenaran dan pendamaian, Ritschl menegaskan bahwa manusia tidak akan bisa mencapai dan memelihara iman bila ia merasa seperti orang asing dalam persekutuan bersama saudara seiman. Dengan kata lain, seseorang tidak akan benar-benar menjadi Kristen bila ia sendirian. Ini sama halnya dengan permainan sepak bola yang tidak bisa terjadi bila hanya ada satu orang pemain. Sedangkan mengenai Kerajaan Allah, Ritschl bersama dengan Adolf von Harnack mempunyai pemikiran yang sama. Kerajaan Allah bagi mereka secara etis merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja dalam segala aktivitas yang dikerjakannya. Melalui gereja, persaudaraan dari Kerajaan Allah dinyatakan, terutama tampak dalam setiap karya yang dilakukan orang-orang Kristen dan dengan ketaatan mereka terhadap ajaran-ajaran Yesus.[4]
Menurut Ritschl Teologi Liberal berusaha membebaskan manusia Kristen dari pemikiran yang berbau imani dan tradisi dan mencoba mengikuti pola manusia moderen yang dianggap telah lahir baru dan mampu menggunakan rasionya dalam penelitian Alkitab. Beberapa pokok pikiran yang dipegang oleh Ritschl diantaranya[5] :
1.      Pandangan yang skeptis mengenai supernaturalisme Kristen yang historis sifatnya; suatu ketidakrelaan untuk memperlakukan apapun seperti membenarkan sesuatu karena alasan Alkitab atau gereja yang menegaskannya.
2.      Pandangan mengenai Alkitab sebagai tulisan pikiran religius manusia yang dapat salah dan pengalaman yang lebih dari pemyataan mengenai kebenaran dan dunia, keraguan mengenai fakta-fakta historis dari apa yang penulis laporkan
3.      Suatu imanensi bahwa ide tentang Allah secara filosofis, sosiologis, moral, dan assketis, suatu kristologi non-inkarnatif yang menempatkan Yesus sebagai model dan pelopor agama, seorang yang dipenuhi Allah lebih dari pada seorang penyelamat Ilahi dan dunia yang optimis dan berkembang.
4.      Suatu pandangan yang optimistik mengenai kuasa kebudayaan manusia yang merasakan Allah melalui refleksi mengenai pengalaman tersebut dan kemudian menyusun suatu teologi natural yang benar.
5.      Suatu penyangkalan bahwa kejatuhan dalam dosa merupakan suatu kegagalan yang mendatangkan rasa bersalah, polusi dan pentingnya kehidupan rohani atas semua umat.

Albert Ritschel memandang Yesus hanya dalam aspek manfaatnya bagi manusia dan etika moral, juga menekankan natur kemanusiaan manusia, sambil membuang natur keilahianNya yang supernatural. Ia menolak semua bentuk teologi natural dan metafisik, berargumentasi bahwa teologi harus berkonsentrasi pada realita moral dan etis. Ia juga menolak pandangan tradisional mengenai dosa asal, inkarnasi, penyataan, kebangkitan, gereja, dan kerajaan Allah.[6]

Ritschl menganggap konsep-konsep dosa dan penyelamatan lebih serius dari pada Schleieermacher, tetapi belum memadai juga. Ia menolak doktrin dosa warisan dan ia menandaskan bahwa orang dapat hidup tanpa dosa. Tidak ada murka Allah terhadap dosa, dan pendamaian yang dibawa Yesus sebenarnya hanyalah perobahan sikap manusia. Ritschl memandang enteng pribadi Yesus, sama seperti Schleiermacher bisa berbicara tentang keilahian Yesus tetapi maksud mereka adalah kemanusiaan Yesus yang sempurna. Yesus adalah Allah dalam arti bahwa Ia mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang Allah dan dipersatukan dengan Dia oleh ketaatan moral.[7]

B.2. DOKTRIN TEOLOGIA LIBERAL
Ritschl merupakan seorang tokoh Teologia Liberal yang cukup terkenal, tentu sekali dia dipengaruhi bahkan memegang kuat doktrin Teologia Liberal. Adapun yang menjadi doktrin Teologia Liberal, antara lain[8] :

1)      DOKTRIN ALKITAB
Alkitab adalah buah pikiran manusia, bukan berita dari Allah. Oleh karena mengandung unsur manusia, maka tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Alkitab tidak dapat disebut sebagai Firman Allah, melainkan hanya sebuah buku agama atau buku puisi saja. Bila kita membaca atau menyelidikinya, haruslah menurut akal dan sejarah. Kaum Liberal menolak urutan sejarah yang dimuat dalam Alkitab, karena tidak sesuai dengan ajaran evolusi dalam sejarah. Fakta-fakta yang terdapat di dalam Alkitab disaring dan dibersihkan dari unsur-unsur yang dianggap bersifat dan berbau khayalan religius. Setelah itu, urutan sejarah dalam Alkitab disusun ulang dan disesuaikan dengan ajaran evolusi dalam sejarah. Menurut mereka Alkitab hanyalah merupakan pengalaman dan pikiran manusia saja. Dengan demikian, mereka menggantikan Allah dengan pikiran dan perasaan manusia. Mereka mengakui kewibawaan Alkitab, tetapi bukan sebagai Firman Allah, melainkan sebagai sebuah pikiran dan pengalaman keagamaan manusia.


2)      DOKTRIN TENTANG ALLAH
Allah adalah pangkal dari segala sesuatu dan merupakan kekuatan kekal. Allah tidak beroknum, tapi eksistensinya secara obyektif berada dibenak manusia. Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini, pada hakekatnya bukan ciptaan Allah, melainkan memang sudah ada dan secara perlahan-lahan mencapai kemajuan.

3)      DOKTRIN TENTANG YESUS KRISTUS
Yesus Kristus bukan Allah dan bukan Anak Allah yang diperanakkan oleh dara Maria. Kebenaran tentang "Firman menjadi Manusia" hanyalah sebuah ilham Filsafat yang dalam. Kebenaran tentang "dilahirkan oleh anak dara" hanyalah cerita alegoris saja. Mereka tidak menyangkal Yesus sebagai Guru Yang Agung; Orang Saleh yang mempunyai tingkah-laku dan moral yang baik; Manusia yang sempurna. Karena kehidupan Yesus Kristus yang tidak bercacat cela, menimbulkan kekaguman bagi murid-murid dan kemudian meninggikanNya sebagai Allah.

4)      DOKTRIN TENTANG ROH KUDUS
Yang dimaksud dengan Roh Kudus adalah perasaan keadilan yang ada dalam diri manusia dan bukan sebagai Oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dengan kata lain, Roh Kudus adalah hati nurani manusia.

5)      DOKTRIN TENTANG DOSA
Manusia hanya merupakan sebagian dari proses evolusi, tetapi tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tidak pernah berdosa, bahkan makin hari makin maju dan mencapai kesempurnaan. Kesalahan yang dilakukan manusia hanya karena keadaan sosial. Jika keadaan sosial sudah diperbaiki, maka secara otomatis semuanya menjadi baik. Mereka sangat mementingkan gerakan untuk mengadakan perombakan-perombakan yang radikal di bidang sosial. Karena aktivitas di bidang sosial ini, maka gerakan mereka disebut Pekabaran Injil Sosial (Sosial Gospel).

6)      DOKTRIN TENTANG KESELAMATAN
Menurut mereka, manusia harus giat berbuat amal. Amal itu akan mempengaruhi keselamatan manusia. Cerita tragis tentang Yesus Kristus disalib tidak dapat diterima, karena cerita ini berasal dari pengaruh takhyul abad pertengahan. Injil keselamatan dengan darah, sudah ketinggalan zaman. Manusia tidak boleh egois, jangan mengira diri sendiri sudah diselamatkan itu cukup, melainkan juga mementingkan keselamatan orang lain. Tuntutan Tuhan atas diri manusia, yaitu berbuat amal dan menjadi manusia baik.

7)      DOKTRIN TENTANG PENGHAKIMAN
Kaum Liberal dengan berani menyangkal hukuman akibat kesalahan dosa. Tokoh Liberal Schleiermacher dan Ritschl menolak untuk mengakui keberadaan dosa secara obyektif. Keberadaan dosa hanya bersifat subyektif dari ingatan manusia saja. Ingatan tentang dosa ini, disebabkan kerisauan hati manusia terhadap kemurkaan Allah. Ritschl dalam pernyataannya memberi jaminan dan penghiburan dengan berkata bahwa manusia tidak perlu takut terhadap murka dan hukuman Allah, karena Allah yang Mahakasih tidak mungkin akan marah terhadap manusia sampai menghukum dan membuang manusia ke dalam neraka.

C.    PENGARUH TEOLOGI ALBERCH RITSCHL
Pengaruh utama Ritschl adalah munculnya teologia "Social Gospel", yaitu Injil yang memberi pengaruh langsung bagi kesejahteraan sosial[9]. Pengajaran Social Gospel mengemukakan bahwa Gereja harus menjadi jawaban atas permasalahan sosial yang marak terjadi, dan cara satu-satunya adalah dengan menyadari inti dari Injil, yaitu Kerajaan Allah. Injil Sosial berpusat kepada Kerajaan Allah dan ia sendiri bahkan mengatakan bahwa hakekat dari Injil Sosial adalah Kerajaan Allah. Yang paling mencolok dari Social Gospel adalah ajarannya bahwa Kerajaan Allah itu bersifat “masa kini” saja, padahal dalam teologi konservatif, Kerajaan Allah memiliki dua sisi waktu, yaitu masa kini (already), dan masa akan datang (not yet) yang tak seorang pun ketahui waktunya. Namun ajaran ini mengatakan bahwa makna Kerajaan Allah yang saat inilah yang lebih penting, yaitu bagaimana kita dapat menghadirkan Kerajaan Allah dalam dunia yang sudah kacau, dalam tatanan sosial yang sudah amburadul. Paham ini memaparkan, bahwa karakteristik Kerajaan Allah adalah bersifat sosial, artinya bukan hanya menggambarkan hubungan Allah dengan manusia saja, tapi juga antar manusia, sehingga komunitas secara bersama dapat membangun Kerajaan Allah di muka bumi ini.[10]

BAB III
KESIMPULAN

Teologi Ritschl adalah Teologi Liberal yang menekankan nilai etika dalam masyarakat dan menolak nilai spiritual. Nilai etika harus nyata dalam masyarakat karena langsung dipraktekkan. Unsur nilai yang bersifat teori ditolak olehnya. Nilai etika harus terealissasi dalam kehidupan masyarakat sehingga masyarakat jauh dari dosa karena dosa adalah sifat keegoisan. Ritschl menerapkan nilai moral yang dilihat dari Yesus untuk diaplikasikan dalam masyarakat.  Etika sangat dijunjung tinggi oleh Ritchl, sehingga ia melihat ke arah natur kemanusiaan Yesus yang bersosialisasi sepenuhnya dalam masyarakat. Albrecht Ritchl menolak aspek supranatural dari hidup Yesus dan menafsirkan mukjizat Yesus dalam kerangka idealisme liberal, dan menjadikan etika sebagai jantung agama. Ia berpikir secara idealis (rasio) dalam meneliti ajaran Alkitab, karena Alkitab menurutnya tulisan yang ditulis oleh manusia dan dapat salah.
Pengaruh Teologi Ritschl sangat nyata dengan terbentuknya Injil Sosial yang real dalam masyarakat yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian, walaupun teologi Ritschl membawa pengaruh besar dalam hidup masyarakat, tetapi jelas bahwa teologi ini tidak Alkitabiah, karena menafsirkan injil sesuai logika dan tidak mengakui keberadaan Allah yang berinkarnasi sebagai Yesus.


° Aliran filsafat idealisme yang muncul di Jerman pada tahun 1860an. Aliran ini berasal dari dua kata yaitu, neo yang berarti baru dan Kant yang berarti nama filsuf, Imanuel Kant. Dari penggabungan dua kata tersebut, Neo Kantianisme berarti kembali kepada Kant, yaitu mengembangkan kembali unsur-unsur idealis, metafisis dan dialektis.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Albrecht_Ritschl
[2] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007) hal. 201-202.
[3] http://www.sarapanpagi.org/liberal-vt87.html
[4] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007) hal. 201-202.
[5] Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-Abu (Jawa Timur : Gandum Mas, 2004), hal 171-172.
[6] Ibid, hal. 174.
[7] Tony Lane, Runtut Pijar : Sejarah Pemikiran Kristiani. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007) hal. 201-202.
[8] http://learning.sabda.org/baca.php?b=teo_kontem#00017
[9] http://learning.sabda.org/baca.php?b=teo_kontem
[10] http://religionreligi.blogspot.com/2012/07/mengintip-injil-sosial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar