Kamis, 04 Desember 2014

SEMESTER V (REFLEKSI KITAB SAMUEL)

TUGAS REFLEKSI 3 (KITAB SAMUEL)
Mata Kuliah    : ESKPOSISI PL-2
Nama               : Roy Damanik
Dosen              : Dr © Martomo Wahyudianto, M.A.C.E, M.Th

Setelah mempelajarai Eksposisi Kitab Samuel, ada beberapa hal penting yang saya dapatkan, yakni :
1)      Ketaatan diri Hana, dia tahu Allah menginginkan semua anak sulung Israel dikuduskan bagi Allah. Lalu hana menyerahkan Samuel sejak kecil kepada Allah, yang pada akhirnya Samuel diangkat menjadi hakim terakhir bagi Israel, merupakan awal dari kehidupan Samuel. Melalui hal ini kita dapat belajar bahwa dari sejak dini, kita sudah harus menyerahkan diri kita (atau lebih spesifik, anak kita) total kepada Allah. Selanjutnya biar Allah yang menyatakan karyaNya.
2)      Disaat pernyataan Tuhan jarang, menunjukkan kemerosotan hubungan Tuhan dengan Israel pada masa itu.  Namun disaat itu pula Allah memanggil Samuel serta berbicara kepadanya. Dalam kondisi dimana Samuel tidak tahu siapa yang memanggil dia, karena memang pada saat itu Samuel masih muda bahkan belum mengenal Allah. Hal ini mengingatkan kepada kita, bahwa sesungguhnya dimasa ini juga Allah melakukan hal yang sama. Yakni Allah sendiri yang mengenalkan diri kepada kita melalui pengalaman-pengalaman kita bersama Dia. Atau melalui “eli-eli” yang akan menuntun kita kepada pengenalan akan dia. Ada saat dimana kita menjadi “Samuel” yang dituntun oleh “Eli” masuk kepada pengenalan terhadap Allah. Namun, ada saatnya juga dimana kita akan menjadi “Eli” yang akan menuntun “Samuel (orang lain atau anak-anak kita)”, untuk masuk kepada pengenalan akan Allah. Oleh karena itu kita harus dengar-dengaran dan peka terhadap suara Firman Allah.

3)      Ketika Allah menyampaikan pesan khusus kepada Samuel, mengenai umat Israel bahkan mengenai keluarga Eli. Samuel enggan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada Eli, karena pesan itu mengandung tentang kehancuran keluarga Eli. Disamping itu, Eli merupakan salah satu orang yang sangat berperan penting dalam kehidupannya, sehingga tidak mudah bagi dia untuk menyampaikan pesan Tuhan. Namun Eli meminta Samuel untuk tidak menyembunyikan sedikitpun dari apa yang disampaikan Allah kepadanya. Dan respon Eli sangat baik sekali untuk diteladani, karena dia menyerahkan semuanya kepada Allah yang maha sempurna, bahkan menerima keputusan Allah dengan hati yang ikhlas . Dalam hidup ini, kita sering menyimpan kekurangan serta kesalahan orang lain dalam hati kita, dan tidak mau menyampaikannya karena takut orang lain tersinggung. Kita tidak mau menegor orang lain, karena dia Pendeta kita, Orang tua kita, Istri kita, Suami kita atau bahkan pacar kita. Karena kita takut dengan konsekuensi, apabila kita menyampaikan kekurangan mereka. Atau bahkan kita sendiri pun, sering sekali tidak bisa menerima teguran dari orang lain. Melalui tokoh Samuel, kita diingatkan bahwa semua manusia tidak ada yang sempurna, kita semua punya kelemahan dan kegagalan. Secara khusus dalam pelayanan, kita harus saling mendukung. Tidak ada pelayan yang sempurna, Allah memanggil kita untuk saling menasehatkan antara satu dengan yang lainnya, serta saling melengkapi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar