Senin, 01 Juli 2013

SEMESTER 1 (SEJARAH SINGKAT RAJA DAUD)


SEJARAH SINGKAT RAJA DAUD

Diserahkan kepada:
Dosen: Yulianus Bani, S.Th

Sebagai bagian dari Tugas Mata Kuliah
Pembimbing Perjanjian Lama - I


BAB I - PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG RAJA DAUD
Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka berjalan menuju tanah perjanjian. Tanah yang subur, kaya akan anggur dan madu. Bersamaan dengan itu zaman kepemimpinan Musa berakhir ketika umat Israel hampir melangkahkan kakinya di tanah Kanaan. Pada waktu itu, bangsa Israel dipimpin oleh Tuhan sendiri, Tuhan berjalan di depan mereka dengan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Boleh dikatakan zaman Musa dan sesudahnya adalah jaman dimana Tuhan sendiri yang menjadi raja atas bangsa Israel. [1]Tuhan memerintah dan berfirman melalui perantaraan Musa, Yosua, dan hakim-hakim yang dipilih sendiri olehNya sampai dengan Nabi Samuel. Kemunculan Samuel sekaligus mengakhiri zaman hakim-hakim dan dimulainya zaman raja-raja. [2]Singkat kata, muncullah Saul, seorang yang tinggi besar, gagah, dan terhormat. Dialah raja pertama yang dipilih orang Israel. Tentunya masih dengan campur tangan Tuhan. Tugas pertama Saul adalah menaklukan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Musa, tanah Kanaan. Karena tanah itu sudah ditempati orang lain. Di jaman Raja Saul dan Nabi Samuel inilah Daud kecil dilahirkan.
[3]Daud ialah cicit dari Rut dan Boas, Daud dilahirkan di Betlehem, Efrata, di daerah yang bernama Yudea (1 Samuel 16). Ayahnya bernama Isai. Anak bungsu dari 8 bersaudara (1 Samuel 17: 12), dan dipersiapkan untuk menjadi gembala. Dalam pekerjaan inilah ia ditempa menjadi berani (1 Samuel 17:34-35). Dalam pekerjaan itu juga ia belajar kelemahlembutan dan jiwa pengasuhan terhadap kawanan dombanya, yang di belakang hari disyairkannya sebagai sifat-sifat Allah-nya. Seperti Yusuf, ia menderita karena niat-niat jahat dan hati yang cemburu dari kakak-kakaknya, barangkali karena bakat-bakat yang dikaruniakan Allah kepadanya (1 Samuel 18:28). Di satu pihak ia rendah hati menyebut kaum keluarganya (1 Sam 18:18), tapi di pihak lain Daud menjadi bapak leluhur dari keturunan yang ternama, seperti tertera pada silsilah Tuhan Yesus dalam Injil Matius (Matius 1:1-17).

BAB II – PEMBAHASAN

1.      KEHIDUPAN RAJA DAUD

                   a.      MEMBUNUH GOLIAT[4]
Ketika pasukan Filistin dan Israel berhadap-hadapan di suatu tempat antara Sokho dan Lembah Tarbantin, sekitar 9 km dari Betlehem. Dengan segenap kekuatan yang ada, orang Filistin berada di atas angin, apalagi mereka memiliki pendekar gagah perkasa yang bernama Goliat. Betapa luar biasanya Goliat tingginya enam hasta sejengkal, memakai baju zirah bersisik seberat lima ribu syikal tembaga (yang berarti bahwa baju itu kuat sekali), dan bersenjatakan tombak yang spektakuler. Itu semua untuk memperlihatkan bahwa Goliat adalah pribadi yang hebat, penuh kejayaan, dan tak terkalahkan. Melihat raksasa yang aslinya berasal dari Gat itu, orang Israel tentu saja jadi menggigil ketakutan. Sungguh kontras dengan pihak Filistin yang sangat bersemangat berhubung kemenangan rasanya sudah ada di depan mata. Goliat dengan gagah menantang duel satu lawan satu dan dari pihak Israel tidak seorang pun berani menanggapi tantangan itu. Dalam situasi yang kritis itu tampillah seorang penolong yang dilihat dari fisik dan pengalamannya sama sekali tidak andal, yaitu Daud. Anak muda ini betul-betul tidak kompeten. Ia hanyalah seorang gembala, datang ke situ pun karena kebetulan disuruh ayahnya menengok kakak-kakaknya di medan perang. Tetapi, dengan segala keterbatasannya, Daud tetap berani maju menghadapi Goliat. Karena disertai oleh Tuhan semesta alam, Daud mengalahkan Goliat, hanya dengan katapel dan sebuah batu (1 Samuel 17).

b.      MENJADI RAJA ISRAEL
Sesudah Allah membuang Saul dari kedudukan raja Israel, maka Allah menyatakan [5]Daud sebagai penggantinya kepada Samuel, yang kemudian mengurapinya di Betlehem tanpa publisitas (1 Samuel 16: 1-13). Sebagai akibat dari tindakan Allah itu ialah undurnya Roh Allah dari Saul. Mula-mula semuanya berjalan baik. Raja Saul berkenan dengan sang pemuda ini dan menetapkan dia menjadi pembawa senjatanya. [6]Lalu peristiwa yang sangat terkenal antara Daud dan Goliat, raksasa unggulan Filistin, mengubah segala-galanya (1 Samuel 17). Ketangkasan dan keterampilan Daud menggunakan umpannya memusnahkan kekuatan dan mematikan raksasa Goliat, adalah awal kerontokan orang Filistin. [7]Jalan sudah terbuka bagi Daud untuk memetik pahala yang dijanjikan Saul, yaitu mempersunting putri raja, dan kebebasan membayar pajak bagi sanak keluarga ayah Daud. [8]Tapi Raja Saul cemburu melihat pejuang Israel yang baru ini. Sewaktu ia pulang dari pertempuran mengalahkan Goliat, kaum perempuan Israel menyongsong dia dengan nyanyian ’Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa’. Raja Saul, tidak seperti Yonatan, anaknya, Saul sangat iri, dan tentang itu tertulis,’Sejak itu maka Saul selalu mendengki Daud’ (1 Samuel 18:7-9).
[9]Sesudah raja Saul meninggal, Daud menanyakan kehendak Allah dan ia dibimbing kembali ke tanah Yehuda, ke daerah sukunya sendiri. Di sinilah dia diurapi menjadi raja oleh teman-teman sesukunya, dan menjadikan Hebron kota kedudukan raja. Pada saat itu umurnya 30 thn dan memerintah di Hebron 7½ tahun. Selama 2 tahun pertama pemerintahannya, terjadi perang saudara antara pendukung Daud dan penghuni-penghuni istana Saul, yang menobatkan Esybaal (Isyboset), anak Saul, menjadi raja di Mahanaim. Bisa saja dianggap bahwa Esybaal tidak lebih dari boneka yang dikendalikan ‘Oleh Abner, panglima Saul yang setia. Dengan matinya kedua orang ini karena terbunuh, maka berakhirlah perlawanan yang terorganisir terhadap Daud. Ia diurapi menjadi raja atas ke-12 suku Israel di Hebron, dan dari sana segera ibukotanya dipindahkan ke Yerusalem (2 Samuel pasal 3-5). Inilah masa paling gemilang dalam pemerintahan raja Daud, yang masih akan berjalan selama 33 tahun lagi. Dalam diri Daud terpadu dengan baik sekali keberanian pribadi dengan’ keterampilan sebagai panglima dan dengan bakat ini ia memimpin bangsa Israel menundukkan musuh-musuhnya secara teratur – yaitu orang Filistin, Kanaan, Moab, Arnon, Aram, Edom dan Amalek.
[10]Kelemahan yang pada saat itu timbul serentak menimpa kekuatan-kekuatan yang ada di daerah Nil dan Efrat memberikan kemungkinan baginya, dengan jalan menaklukkan dan dengan jalan persekutuan, untuk memperluas daerah pengaruhnya dari perbatasan Mesir dan Teluk Akaba ke daerah Efrat hulu. Sesudah menaklukkan benteng orang Yebusi, bernama Yerusalem, yang dianggap orang pada waktu itu tak tertaklukkan, ia menjadikan kota itu ibukota kerajaannya. Dari situlah ia mengendalikan kedua bagian utama kerajaannya, yang di kemudian hari terbagi dua menjadi kerajaan Yehuda dan Israel. Dibangunnya sebuah istana, dibukanya jalan-jalan raya, dipulihkannya jalan-jalan perdagangan sehingga kemakmuran kerajaan itu terjamin. Tapi bukan hal itu yang utama, yang menjadi cita-cita dari Daud ‘seorang yang berkenan di hati TUHAN’ (1 Samuel 13:14). [11]Dibawanya tabut perjanjian dari Kiryat- Yearim dan ditempatkan dalam Kemah Suci yang dibangun khusus untuk itu di Yerusalem. Waktu membawa tabut perjanjian itu terjadi suatu peristiwa yg mengakibatkan [12]kematian Uza (2 Samuel 6:6-8).
Di bidang politik, Daud tampil sebagai raja yang bijak dan berwibawa. Dua kerajaan menjadi satu di bawah pemerintahannya, meski harus diakui bahwa mereka tetaplah dua negara yang terpisah. Di bidang militer, keunggulan Daud tak perlu diragukan lagi. Di bawah pimpinan Daud, Israel memenangkan peperangan demi peperangan melawan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Orang Filistin yang sekian lama menjadi ancaman dan mengganggu ketenteraman hidup mereka takluk kepadanya. Pada masa pemerintahan Daud, meski Israel hanyalah suatu negara kecil, rakyat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan.

c.       DAUD LARI DARI ISTANA
[13]Kadar permusuhan Saul terhadap Daud semakin hari semakin tinggi. Kemudian ia dibohongi dalam hal putri yang sudah dijanjikan kepadanya, dan akhirnya dikawinkan dengan putri Saul yang lain, yaitu Mikhal. Persetujuan perkawinan ini pun sebenarnya dimaksudkan untuk kematian Daud (1 Samuel 18:25).
Dalam 1 Samuel 24:10 dinyatakan bahwa di istana Saul ada sekelompok orang yang sengaja mempertajam permusuhan Saul terhadap Daud. Saul berusaha membunuh Daud dengan lembingnya namun gagal, disusul oleh usaha berikutnya untuk memenjarakan Daud, tapi digagalkan oleh muslihat Mikhal, istri Daud (1 Samuel 19:8-17). Pada saat ini, anak Saul, Yonatan dan Mikhal, bersekutu dengan Daud dan menentang bapak mereka sendiri, Saul.
[14]Tahap-tahap berikutnya dalam kehidupan Daud ialah, dia harus terus-menerus lari dari pemburuan Saul, yang terus berusaha membunuhnya. Tidak ada tempat persembunyian bagi Daud yang dapat dipakai untuk waktu yang lama. Seorang Nabi atau Imam sekalipun tak dapat memberikan perlindungan, dan orang-orang yang membantu Daud dihukum secara kejam oleh raja yang sudah menjadi gila itu (1 Samuel 22:6-19).
Sesudah luput dari pemusnahan oleh perwira-perwira perang Filistin, Daud membentuk kelompok Adulam, mula-mula sebagai kumpulan para pelarian dari berbagai bangsa, tapi kemudian menjadi kekuatan perang yang menghantam penyerang-penyerang asing, melindungi hasil tanaman dan kambing domba dari kelompok-kelompok Israel yang jauh dan hidup dari kemurahan hati mereka. Salah seorang peternak domba yang kaya bernama Nabal (1 Samuel 25) menceritakan peristiwa bagaimana Nabal memperkenalkan Abigail anaknya, yang di kemudian hari menjadi salah seorang istri Daud.
Pasal 24 dan 26 dari 1 Samuel mencatat. dua peristiwa, tatkala Daud meluputkan Saul dari kematian, kebajikan yg timbul dari perpaduan antara kesalehan dan kemurahan hati. Akhirnya, Daud yang tak mampu mematahkan rasa permusuhan raja Saul, berbaikan dengan raja Akhis, orang Gat, raja Filistin. Daud beroleh kota perbatasan Ziklag sebagai imbalan karena raja Akhis sewaktu-waktu mempergunakan kelompok perang Daud. Tapi tatkala orang Filistin keluar untuk berperang melawan Saul, perwira-perwira Filistin keberatan Daud ikut karena mereka takut kalau-kalau ia berubah setia.

2.      KEJATUHAN RAJA DAUD

a.      DOSA DAUD[15]
Ada dua jenis dosa yang dilakukan Daud : perzinahan dan pembunuhan. Daud berdosa kepada Tuhan karena melakukan perzinahan dengan Batsyeba, padahal dia adalah istri Uria, panglima perang Daud sendiri. Dan lebih keji lagi, Daud juga melakukan pembunuhan berencana terhadap Uria. Daud mengirim surat kepada Yoab agar menempatkan Uria di barisan terdepan saat bertempur. Inilah perintah Daud “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” (2 Samuel 11:15). Sungguh, betapa jahatnya hati Daud, Demi mendapatkan Batsyeba, Daud tega membunuh Uria. Kemudian Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur dan memperingati Daud. Nabi Natan datang pada Daud dengan perumpamaan antara orang kaya yang memiliki banyak kambing, domba dan lembu, sapi, dengan orang miskin yang tidak memiliki apa-apa, hanya punya satu-satunya anak domba betina kecil yang dibeli dan dipelihara serta sangat dikasihinya. Ketika si kaya dapat tamu, ia tidak mau mengorbankan miliknya tapi menyembelih satu-satunya anak domba milik si miskin itu. Mendengar perkara seperti ini Daud langsung menjawab bahwa si kaya harus dihukum mati karena tidak berbelas kasihan..! Daud gampang menjatuhi hukuman dan menghakimi orang lain tapi tidak berkaca siapa dia saat menjatuhi hukuman tersebut. Natan katakan ..dialah orang kaya itu. Daudlah seharusnya yang dijatuhi hukuman mati. Maka dengan penuh penyesalan Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan. Ia mengakui betapa keji perbuatannya dengan berseru, “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” (Mazmur 51:3-4). Sekalipun Daud telah diampuni dosanya oleh Tuhan, dia tetap harus menerima ganjaran atas perbuatannya itu. Tuhan memang telah menghapus dosanya, tetapi ada konsekuensi yang harus diterima Daud: “…pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.” dan “…pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.” (ayat 10,14 dari 2 Samuel). Anak yang dilahirkan Batsyeba harus mati; pedang pun tidak berlalu dari keturunan Daud sampai selamanya; Absalom anak Daud melakukan pemberontakan, bahkan mencemari isteri-isteri ayahnya. Jadi sekali pun dosa Daud telah diampuni, ganjaran dari Tuhan harus diterima dan dijalaninya. Tuhan kita adalah Pribadi yang penuh dengan kasih, tetapi Dia juga Tuhan yang adil, tidak ada kompromi terhadap dosa.

b.      HUKUMAN ATAS DOSA DAUD[16]
Mazmur 32:1-5.
Dari Daud. Nyanyian pengajaran.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.

Mazmur ini ditulis Daud setelah Natan menegur dosa perzinahannya dengan Batsyeba dan aksi pembunuhan terhadap Uria, suami Batsyeba. Daud semula berusaha menutupi dosanya dan mengira tidak ada seorangpun yang tahu apa yang diperbuatnya. Ia mengira rahasianya rapi tertutup dengan matinya Uria. Tuhan menunggu pengakuan Daud. Entah berapa tahun Tuhan mendiamkan keadaan ini. Selama menjadi penipu, hidup dalam dusta, kemunafikan, dan berdiam diri tanpa pengakuan, tulang-tulang Daud menjadi lesu. Sumsumnya kering seperti terbakar panas matahari. Ia menderita mengeluh sepanjang hari. Tangan Tuhan menekan Daud sampai ia mengaku dosa dan Tuhan mengampuninya.
Daud sadar akan dosanya. Ia menulis (Mazmur 51:1-19) sebagai reaksi dari teguran Tuhan melalui nabi Natan. Daud mengakui dosanya tapi ia harus menanggung akibat dari dosa itu. Tuhan mengampuni Daud sehingga ia tidak harus mati (2 Sam.13:13). Tapi hukuman dosa harus ditanggung Daud dan keluarganya. Daud harus bayar harga yang sangat mahal atas dosa ini. Ia telah melanggar hukum taurat yang sangat serius. Ia sudah berjinah, membunuh, dan mengingini istri sesama. Tiga pasal hukum taurat telah dilanggarnya, padahal Daud adalah seorang raja yang memutuskan perkara benar dan salah jika rakyat datang padanya untuk suatu masalah hukum. Pedang tidak akan berhenti terjadi bagi rumah tangga Daud. Anak hasil hubungan gelapnya mati, istri-istri Daud akan ditiduri orang disiang hari secara terbuka tanpa tersembunyi. Absalom, anaknya sendiri yang melakukan aib terhadap 10 gundik Daud dengan disaksikan oleh orang Israel.

c.       DAUD BERDOA UNTUK ANAKNYA’[17]
Ketika anak dari Raja Daud sakit keras, dia berpuasa dan berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan anaknya. Dia bahkan tengkurap berdoa sepanjang malam. Penatua-penatua di rumahnya berdiri disampingnya dan berusaha untuk membujuk dia tetapi dia tidak mau dan menolak untuk makan. Dengan kata lain dia sudah sangat putus asa dengan keadaan anaknya. Dia berharap agar keadaan berubah sesuai dengan keinginnannya yaitu agar anaknya dapat sembuh.
Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati?,  Jangan-jangan ia akan mencelakakan dirinya sendiri!" Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka: "Sudah." Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan (2 Samuel 12:15-20).
Raja Daud telah merespon dengan iman meskipun dia berada pada titik yang terendah di dalam hidupnya. Dia bisa saja mempertanyakan dan menyalahkan Tuhan akan kematian anaknya tetapi dia tidak bereaksi seperti itu. Dia bangkit dengan iman dari keadaannya dan dia menolak untuk berada pada kondisi itu untuk jangka waktu yang lama. Pasti, dia berduka untuk anaknya, tetapi dia juga memiliki keyakinan di hatinya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dia juga memastikan bahwa hal pertama yang dilakukannya adalah untuk pergi ke bait Allah dan menyembah Tuhan.

3.      DAUD MENINGGAL[18]
Ratapan Daud yang menyayat hati karena dukacitanya mendengar berita kematian Absalom, adalah suatu gema yang sayup-sayup yang keluar dari lubuk hatinya yang tersiksa karena mengetahui bahwa kematian itu dan banyak lagi kematian lainnya, hanyalah sebagian dari tuaian buah hawa nafsunya dan tipuannya yang ditanamnya puluhan tahun sebelumnya.
Pemberontakan Absalom pada waktu itu kerajaan utara tetap setia kepada Daud segera disusuli oleh pemberontakan di pihak kerajaan utara yang dipimpin oleh Seba, orang Benyamin. Pemberontakan ini ditumpas oleh Yoab, begitu juga pemberontakan Absalom. Saat-saat menjelang kematian Daud nampak suram, karena rencana Adonia dan Salomo mengenai pewaris takhtanya, dan juga karena ia sadar akan bahaya pertumpahan darah seperti sudah dipraucapkan oleh nabi Natan masih harus terjadi.
Raja Daud meninggal dalam keadaan sakit dan tua, kira-kira dalam usia 70 tahun. Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia (1Taw 3:16) dan pada zaman Kristus (Kis 2:29).
Namun, di hari tuanya, Daud rupanya direpotkan oleh pertikaian dan perselisihan di kalangan keluarganya sendiri. Anak-anaknya berebut kekuasaan dan tak segan saling membunuh demi mencapai tujuan yang mereka inginkan itu. Absalom malah berani melancarkan pemberontakan melawan ayahnya. Ia didukung oleh suku-suku di utara yang rupanya mulai tidak puas dengan kepemimpinan Daud. Pemberontakan ini sangat berbahaya dan berhasil memaksa Daud sejenak melarikan diri dari Yerusalem. Hanya karena pengalamannya yang sangat luas, Daud berhasil mematahkan pemberontakan itu. Menjelang akhir hayatnya, Daud lalu mengangkat Salomo menjadi raja menggantikannya. Pengangkatan ini bukan tanpa konflik. Adonia, putra Daud yang lain, tidak terima dengan pengangkatan itu. Ia berusaha menjadi raja tandingan, meski akhirnya bisa digagalkan.

BAB III – KESIMPULAN

Raja Daud adalah contoh seorang manusia kecil yang digunakan oleh Tuhan dalam karya – karyaNya yang besar. Seorang dengan ketrampilan luas, talenta seni yang tinggi, kemampuan perang yang baik dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. Namun demikian, (2 Samuel 11 & 12) mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.
Kisah dosa-dosa dan aneka tragedi yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang percaya, bukan hanya untuk bangsa Israel. Mengenai aneka peristiwa yang mirip pada masa keluaran, Roh Kudus melalui Paulus menekankan, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba”; oleh karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak menginginkan hal-hal jahat, bertindak mesum, dan mencobai Tuhan.  Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan Roh Kudus. Ketika Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang berkenan di hati Allah; akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil istrinya, Daud telah menghina Allah dan firman-Nya.
Sekalipun Daud bertobat dari dosa-dosanya dan menerima pengampunan Allah, Allah tidak meniadakan akibat dosa-dosanya. Demikian pula, seorang percaya mungkin melakukan dosa-dosa yang hebat, dan kemudian melalui dukacita menurut kehendak Allah dan pertobatan yang sungguh-sungguh menerima kasih karunia dan pengampunan Allah. Sekalipun demikian, pulihnya hubungan seorang dengan Allah tidaklah berarti bahwa orang itu akan lolos dari hukuman jasmani atau dibebaskan dari dampak-dampak dosa tertentu pada waktu itu.
Akhir kata semoga kisah Raja Daud yang diangkat melalui makalah ini, menjadi teladan sekaligus pelajaran bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
1.      W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal. 193-194
2.      W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal. 335-340
5.      Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 38-39
6.      Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 66
8.      Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 85-88
10.  Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 522
11.  Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 523

[1] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal. 193-194
[2] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2002) hal. 335-340
[5] Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 38-39
[6] Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 66
[8] Timotius Subekti, Kehidupan Daud (Yogyakarta, Yayasan Andi, 1988) hal. 85-88
[10] Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 522
[11] Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama (Jakarta, BPK.Gunung Mulia, 2002) hal. 523

6 komentar: