KUMPULAN TUGAS PRIBADI
TEOLOGI SISTEMATIKA
Diserahkan kepada:
Dosen: Paskah P Purba,M.A., M.Pd.K
Sebagai
bagian dari Tugas Mata Kuliah
TEOLOGI SISTEMATIKA
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM
November 2012
BAGIAN - I
KELAHIRAN DAN PENYELAMATAN KRISTUS DAN BABTISAN
By : Mariana Rumapea
KELAHIRAN KRISTUS
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut :
Pada waktu Maria,
ibuNya bertunangan dengan Yusuf. Ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum
mereka hidup sebagai suami isteri (Mat 1:18). Kelahiran
Kristus itu ditekankan oleh Firman Tuhan sebagai kelahiran oleh perawan yang
berarti bahwa Kristus dilahirkan tanpa benih laki-laki. Kebenaran kelahiran
Kristus oleh perawan itu tidak bisa dibuktikan secara ilmu kedokteran/biologi.
Namun Iman kaum kristiani tidak usah diragukan oleh kenyataan itu, karena apa
yang dikatakan oleh Alkitab disini bukanlah mengenai kebenaran medis (Ilmu
Kedokteran), namun kebenaran Teologis yaitu kebenaran Iman.
Kebenaran Teologis bahwa sejak kelahiran Yesus itu sesuatu yang baru yang
belum pernah terjadi. Sebagaimana Adam sudah diciptakan tanpa benih laki-laki,
maka Dia pun diciptakan (dalam
kemanusiaanNya) tanpa benih lelaki.
PEMBABTISAN KRISTUS /
PENYELAMAN
Penyelaman Yesus Kristus oleh Yohannes harus disebut penyelaman supaya
tidak jauh dari penafsiran yang macam-macam. Maksud penyelaman Yesus bukan
sebagai tanda pertobatan (Mat 3: 14). Dengan demikian Yesus tidak memerlukan
pertobatan, karena Dia sendirilah Juruselamat yang tanpa dosa, sebab Dialah
Allah Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia. Maksud penyelaman Yesus :
1. Untuk membuktikan diriNya sebagai Juruselamat yang dengan kerendahan
hatiNya mau diselamkan dibawah tangan makhlukNya yang merupakan lambang
kesetiaanNya untuk diperlakukan semena-mena oleh makhluk ciptaanNya itu, sang
Firman menjelma “menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15).
2. Dengan penyelaman, sang Firman menjelma ini menunjukkan solidaritasNya
dengan dosa umat manusia. Ia rela masuk kedaalm kedosaan umat manusia yang
dilambangkan oleh penyelaman itu, sehingga menunjukkan kehendakNya untuk
menanggung duka sebgsara manusia supaya dosa itu boleh dilebur nantinya oleh
kuasa kebangkitanNya.
3. Dengan penyelaman, Kristus menyatakan diriNya sehingga sang Anak
kepenuhan Tritunggal Kudus untuk pertama kalinya dinyatakan kedunia dimana
Bapa, Putra dan Roh Kudus menyatakan diri. Dengan demikian penyelaman
menunjukkan pelepasan manusia dari dosa, yang disiapkan untuk dijadikan
menunggal dengan sang Tritunggal Kudus melalui penunggalan dengan tubuh jasmani
Yesus Kristus yang nantinya akan dimuliakan sesudah kebangkitanNya.
4. Penyelaman menyucikan seluruh alam ciptaanNya.
Jadi, keselamatan itu menyangkut seluruh makhluk/ciptaan Allah (Roma
8:21), sebab oleh Adam dunia pun dikutuk (Kejadian 3:7). Sehingga dibawah
kebinasaan serta kesia-siaan (Roma 8:20-21). Oleh karena itu, dunia ciptaan pun
perlu dibebaskan dan pembebasan itu, Kristus sendiri yang melakukannya.
BAGIAN - II
PENCOBAAN IBLIS KEPADA
KRISTUS[1]
By : Cahniari Purba
PENCOBAAN DI PADANG
GURUN
Kisah tentang Yesus dicobai oleh Iblis diceritakan di (Mat 4:1-11; Luk
4:1-13; Mar 1:12-13). Mari sekarang kita melihat dan membahas apa yang
dituliskan oleh Lukas 4:1-13.
1. Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu
dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.
2. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di
situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar
3. Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini
menjadi roti.”
4. Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja.”
5. Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap
mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia
6. Kata Iblis kepada-Nya: “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan
kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku
memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki
7. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.”
8. Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
9. Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu dari sini ke bawah,
10. Sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,
11. Dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan
terantuk kepada batu.”
12. Yesus menjawabnya, kata-Nya: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!”
13. Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan
menunggu waktu yang baik
Kitab Suci menggambarkan pencobaan ini terjadi di “padang gurun”. Nama
ini sesuai dengan sifat dan situasi padang gurun yang tandus, kering dan serba
sulit. Orang yang berada di sana tanpa persiapan akan mengalami kesulitan
bahkan kebinasaan. Di tempat sulit semacam inilah Yesus dicobai oleh
setan.Pencobaan Yesus terjadi setelah Yesus dibaptis, ini mengajarkan kepada
kita semua yang telah dibaptis untuk senantiasa bertumbuh di dalam kehidupan
spiritualitas kita, karena kita pasti akan mengalami percobaan-percobaan hidup.
Kita tidak dapat lulus dalam ujian tanpa bergantung pada rahmat Allah. Dengan
demikian, kita harus mengikuti Kristus dalam menghadapi pencobaan.
ANALISA PENCOBAAN YANG
DIHADAPI YESUS
Pencobaan 1 - Merubah
batu menjadi roti vs Firman Allah
Kita tahu bahwa dosa asal membawa “concupiscence” atau kecenderungan
berbuat dosa. Dan ini diterangkan oleh rasul Yohanes “Sebab semua yang ada di
dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup,
bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yoh 2:16) Agar manusia
dapat menghadapi tiga hal ini, maka Yesus menunjukkan bagaimana untuk bertahan
dari keinginan daging, mata dan keangkuhan hidup. Dan hal ini terungkap dalam
tiga macam percobaan yang dialami oleh Yesus.Kalau kita menghubungkan dengan 1
Yoh 2:16, maka percobaan pertama ini berhubungan dengan keinginan daging. Yesus
mengingatkan kita bahwa manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, mempunyai
kebutuhan jasmani dan rohani. Dan kita harus mengingat bahwa kebutuhan jiwa
mempunyai tempat yang lebih tinggi dari kebutuhan jasmani, karena jiwa bersifat
selamanya sedangkan badan bersifat sementara. Dengan demikian, Iblis senantiasa
mengingatkan kita akan kebutuhan jasmani, dan Yesus mengingatkan bahwa kita
harus memperhatikan keadaan jiwa kita dengan bergantung pada Firman yang keluar
dari mulut Allah. Dan jika Firman itu telah menjadi daging, maka untuk bertahan
dari percobaan kedagingan kita harus bergantung pada Sang Firman, yaitu Yesus
sendiri, yang adalah Firman dalam Yoh 1:1.
Pencobaan 2 – Kerajaan
dunia dengan sujud menyembah Iblis vs menyembah Allah
Disinilah Iblis memberikan percobaan keinginan mata atau kekuasaan, uang,
kerajaan duniawi, yang pada akhirnya menjadi satu paket dengan sujud menyembah
si iblis. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri “Tak seorangpun
dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang
seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan
tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon.” (Mt 6:24) Dan pada percobaan ini, Yesus menegaskan “Engkau harus
menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mt
4:10) Dengan demikian, Yesus memberikan perintah untuk mengasihi Tuhan dengan
segenap jiwa, hati dan segenap akal budi (Mt 22:37).
Pencobaan 3 –
Jatuhkanlah Dirimu ke bawah vs Jangan mencobai Allah:
Pencobaan terakhir yang diberikan oleh Iblis kepada Yesus adalah
pencobaan yang paling berbahaya. Inilah pencobaan yang digambarkan oleh rasul
Yohanes sebagai “keangkuhan hidup“. Keangkuhan atau kesombongan adalah ibu dari
segala dosa. Untuk menangkal pencobaan ini, maka Yesus menjawab dengan “Ada
pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”” (Mt 4:7).
Kesombongan menggoda kita dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukan semuanya
sendiri, termasuk hidup tanpa Allah. Kesombongan membuat kita salah dalam
menilai diri kita sendiri. Kesombongan membuat kita yang sebenarnya tidak dapat
hidup tanpa Tuhan, berfikir bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri dan
tidak perlu melibatkan Tuhan. Di dalam konteks inilah, kita diingatkan oleh
Yesus untuk tidak mencobai Tuhan Allah-Mu, yaitu untuk tidak menganggap diri
kita sama seperti Tuhan, yang dapat menentukan segala sesuatu sendiri.
Kesombongan menghalangi rahmat Tuhan untuk dapat mengalir secara bebas kepada
manusia, sehingga manusia yang pada dasarnya lemah akan semakin tidak berdaya
tanpa rahmat Allah.
Kesombongan ini hanya dapat ditangani dengan kerendahan hati, kebajikan
yang menjadi dasar dari semua kebajikan. Kerendahan hati adalah mengakui bahwa
kita bukanlah apa-apa dan Tuhan adalah segalanya
BAGIAN - III
PELAYANAN YESUS SELAMA
DI BUMI SEBELUM PENYALIBAN
By : Frans Panjaitan
PELAYANAN YESUS
Kedatangan Yesus dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, yang membaptis Yesus di Sungai Yordan. Segera
setelah pembaptisan, Roh Allah, seperti seekor merpati, hinggap pada
Yesus, dan suara Allah terdengar. Menurut Alkitab, Roh membawa Yesus ke padang
gurun di mana dia berpuasa selama 40 hari. Di sana, Ia dicobai Iblis, tetapi
berhasil menangkal bahkan mengusir Iblis. Kemudian Yesus pergi ke Galilea, menetap di Kapernaum, dan mulai
memberitakan tentang Kerajaan Allah, pada umur
sekitar 30 tahun.Umumnya pengajaran Yesus disampaikan dengan bercerita. Dia
mengajarkan bahwa Allah sendiri
adalah Raja sejati, dan bahwa orang harus mengasihi Allah dan mengasihi
sesamanya seperti yang diperintahkan oleh Alkitab Ibrani kepada
mereka. Yesus melakukanmukjizat yang
menunjukkan tanda-tanda sebagai Utusan Allah, seperti memberi makan pada orang
lapar, mengubah air menjadi anggur pada
perkawinan di Kana, menyembuhkan orang sakit, dan
membangkitkan orang mati. Ia juga mengusir roh-roh jahat dari orang yang
kerasukan.Yesus menunggang keledai ke Yerusalem, yang disambut oleh kerumunan
orang-orang yang menghamparkan jubah mereka dan ranting-ranting bagiNya. Yesus
mempunyai dua belas orang, yang dikenal sebagai Dua Belas Rasul, yang dipilih
dan dilatih untuk menyebarkan Injil. Dia
mempunyai beberapa pengikut, termasuk beberapa perempuan, tapi karena adat
Yahudi, para murid perempuan tidak bisa leluasa bepergian ke tempat yang jauh,
meskipun mereka turut pergi ke Yerusalem pada akhir hidup Yesus.Alkitab
mengatakan Yesus menjadi terkenal. Dia pergi ke Yerusalem, di mana
banyak orang mengunjungi kota itu untuk merayakan Hari Paskah. Ketika
mereka mendengar bahwa dia akan datang, mereka menyambutnya seolah-olah dia
adalah seorang raja. Mereka pikir mungkin ia akan membebaskan mereka dari
kekuasaan Romawi, tapi Yesus pergi ke Yerusalem dengan menaiki seekor
keledai muda, sebagai tanda bahwa Ia datang dalam damai.Yesus melakukan banyak
hal yang membuat iri dan kemarahan bagi para pemimpin agama Yahudi. Dia sering
melakukan kritik terhadap kelakuan imam-imam Yahudi.
Sebagai contoh, kritiknya terhadap imam Yahudi yang senang mengenakan jubah
panjang dan suka berjalan di pasar, serta berdiri dengan doa-doa yang panjang,
agar dihormati orang padahal suka menelan harta orang, Yesus menyebut mereka
sebagai keturunan Ular Beludak. Yesus juga mengusir orang-orang yang
berjual beli di Bait Allah, membalikkan
meja-meja penukar uang, serta menyebut Imam Yahudi telah mengubah Bait Allah
menjadi sarang penyamun. Disamping Yesus juga banyak melakukan penyembuhan
orang sakit pada hari Sabat, yang
dilarang oleh aturan para pemimpin agama saat itu.
MASA PELAYANAN
YESUS
Yesus
Kristus diyakini sebagai Domba Allah, seperti Yohanes Pembaptis pernah nyatakan
(Yohanes 1:29). Domba Paskah yang terakhir ini harus berumur satu tahun dan
tidak bercela, seperti yang tertulis di Taurat (Keluaran 12:5). Tentunya bukan
Yesus Kristus yang berumur satu tahun yang dimaksudkan sebagaimana domba paskah
sebelumnya dipilih dan dikurbankan, tetapi Yesus Kristus baru dianggap sebagai
orang pada umur 30 tahun menurut kebudayaan Timur. Yesus Kristus mulai
pelayanannya pada umur 30 tahun, dan masa pelayanannya kepada anak-anak Israel
berakhir pada umur 31 tahun. Meskipun demikian, kebanyakan Kristen meyakini
bahwa masa pelayanan Yesus Kristus bukan satu tahun. Yesus melayani di bumi
sepanjang tiga sampai tiga setengah tahun.
MURID-MURID YESUS
Semasa pelayanannya di bumi, Yesus memiliki
ratusan, bahkan ribuan pengikut. Namun orang-orang yang disebutnya murid
jumlahnya kurang dari seratus, yakni orang-orang yang benar-benar meninggalkan
harta bendanya, mengikut, belajar dari Yesus, tidak hanya terpana oleh
mujizat-mujizat yang diadakan oleh Yesus.Di dalam lingkaran pemuridan terluar,
tidak pernah disebutkan tepat berapa total jumlah murid yang dimiliki oleh
Yesus, namun di dalam Lukas 10:1, disebutkan bahwa Yesus pernah mengutus total 70 orang murid
untuk mengusir setan-setan dan menyembuhkan penyakit dalam namaNya.Di dalam
lingkaran pemuridan dalam, Yesus memiliki 12 orang murid, yang kemudian disebut
rasul. Mereka adalah: Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Matius, Simon orang Zelot, Yudas Iskariot, dan Yudas anak Yakobus. Di
antara keduabelas murid tersebut ada tiga orang murid yang lebih sering diajak
oleh Yesus untuk menyaksikan dan belajar dari pelbagai mujizat yang diadakan
oleh Yesus, yakni Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes. Dan, dari ketiga murid
tersebut, Yohanes merupakan murid yang paling dikasihi Yesus (Yohanes
21:20).
PELAYANAN DAN PESAN YESUS
Meskipun injil sinoptik memfokuskan terutama hanya pada tahun
terakhir pelayanan Yesus, Injil Yohanes menunjukkan bahwa pelayanannya berlangsung
selama paling tidak tiga Paskah Yahudi dari saat dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis sampai penyalibannya. Dalam pelayanannya,
Yesus menjadi seorang rabi yang berkeliling ke mana-mana dan melakukan mukjizat.Yesus mengajarkan cinta-kasih universal antara manusia, dan
ketaatan pada kehendak Allah. Pesannya mengajarkan bahwa cinta-kasih universal
adalah sebuah cara yang lebih langsung untuk memenuhi kehendak Allah, dan bukan
semata-mata dengan menaati hukum-hukum yang terdapat dalam Alkitab Ibrani. Seringkali, Yesus menyampaikan pesannya
melalui penggunaan perumpamaan.Beberapa ajarannya kelihatan mengandung
paradoks. Ia mengajarkan bahwa yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan
yang terakhir akan menjadi yang pertama. Ia juga mengajarkan bahwa
"barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;
tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."
(Matius 16:25); dan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan sikap anti-kekerasan.
Yesus berkata bahwa ia membawa damai bagi mereka yang percaya kepadanya, namun
ia pun memperingatkan bahwa ia membawa pertentangan kepada dunia, dan menyebabkan
anggota-anggota keluarga saling bertentangan (karena ketidaksepakatan tentang
kepercayaan kepadanya). Penggunaan paradoks adalah cara yang diakui untuk
memecahkan cara berpikir yang mapan untuk memungkinkan suatu pemahaman baru.
Misalnya, penggunaan koan dalam cabang Buddhisme tertentu, yang berusaha mengatasi cara
berpikir yang berbahaya atau keliru.Yesus menyampaikan pesan apokaliptik, dan mengatakan bahwa dunia yang kita kenal
akan berakhir tanpa terduga-duga. Karena itu ia mengajak para pengikutnya agar
selalu waspada dan tetap setia.Para bapak gereja perdana lebih jauh
mengembangkan pesannya, dan banyak bagian lainnya dari Perjanjian Baru
berkaitan dengan makna kematian dan kebangkitan Yesus serta implikasinya bagi
umat manusia. Sebuah gagsan yang tetap bertahan sepanjang teologi Kristen
adalah gagasan bahwa umat manusia ditebus, diselamatkan, atau diberikan
kesempatan untuk mencapai keselamatan melalui kematian Yesus. "Yesus mati
untuk dosa-dosa kita" adalah sebuah ajaran Kristen yang umum.Namun gagasan
tentang "keselamatan" telah ditafsirkan dalam banyak cara. Ada spektrum
yang luas dalam pandangan Kristen tentang hal ini sejak dulu hingga sekarang.
Sebagian peristiwa yang menonjol dalam
pelayanan Yesus, yang dikisahkan kembali dalam Kitab-kitab Injil, antara lain
adalah:
1.
Ketika Yesus ditanyai manakah perintah
yang terpenting dalam hukum Musa, Yesus menjawab bahwa perintah yang terbesar adalah
""Hukum yang terutama ialah: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan
segenap kekuatanmu." (Mar 12:29-30, Ul
6:5), dan pada saat yang sama ia mengatakan bahwa perintah "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Im
19:18) pun sama pentingnya.
2.
Yesus bertanya kepada murid-muridnya
"Menurut katamu, siapakah Aku ini?" Petrus
menjawab, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Yesus
menjawab: "Berbahagialah engkau ... Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang
kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia
ini akan terlepas di sorga."
3.
Ketika melihat para pedagang melakukan
penukaran uang di Bait Allah di Yerusalem, Yesus menagmbil cambuk untuk mengusir binatang-binatang yang
dibawa dan dijual oleh para pedagang itu, melepaskan burung-burung dara, dan
membalikkan meja-meja para penukar uang itu.
4.
Pada hari Kamis malam menjelang Jumat Agung, Yesus mengadakan perjamuan Paskah
bersama dengan para muridnya—Perjamuan Terakhir. Pada waktu mereka makan, ia membeikan roti
kepada murid-muridnya dan berkata, "Ambillan dan makanlah. Ini adalah
tubuhku", dan kemudian memberikan mereka cawan anggur, serta mengatakan,
"Minumlah, inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak
orang untuk pengampunan dosa." Banyak denominasi Kristen yang menerima
ucapan ini sebagai perintah untuk menyelenggarakan sakramen Perjamuan Kudus atau Ekaristi.
Sejumlah sarjana kontemporer memusatkan
perhatian pada perumpamaan Yesus, suatu bentuk cerita pengajaran yang ditemukan
dalam ketiga Injil Sinoptik. Banyak dari penelitian ini memperoleh tempat
berpijak yang kuat di Amerika Serikat pada awal tahun 1980-an oleh sekolompok
pakar Alkitab yang dikenal sebagai Seminar
Yesus. Setelah beberapa dasawarsa
menurunnya keanggotaan Gereja di Eropa, muncul minat yang baru terhadap
ajaran-ajaran Yesus. The Alpha Course telah memungkinkan banyak orang mempelajari
pesan Yesus dalam suasana non-evangelistik.
Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, pada hari Minggu yang sekarang
dirayakan sebagai Minggu Palma. Ia disambut oleh sekelompok orang yang
melambaikan daun-daun palma, sambil berteriak Hosanna, atau "Kami mohon, selamatkanlah
kami!". Pada Kamis minggu itu, dia mengadakan Perjamuan Terakhir, dan setelah itu pergi ke Taman
Getsemani untuk berdoa. Di sana dia merasa
kesedihan dan penderitaan, dan berkata ""Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(Matius 26:39) Dan kemudian dia mengatakan, "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
(Matius 26:42). Dokter Lukas mencatat sisi manusiawi Yesus dalam Lukas 22:43-44
dimana
dinyatakan bahwa ada Malaikat dari langit yang menampakkan diri untuk memberi
kekuatan kepada-Nya, dan bahwa Yesus sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh
berdoa sementara peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke
tanah.Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas murid Yesus, yang
pergi meninggalkan Perjamuan Terakhir, mengkhianati Yesus dengan memberitahu para
pemimpin Yahudi tentang lokasi Yesus. Para pemimpin tersebut telah memutuskan
untuk menangkap Yesus, karena beberapa dari mereka menganggap Yesus sebagai
ancaman bagi kekuasaan mereka karena ia semakin populer, karena tafsirannya
yang baru tentang Kitab Suci, dan karena mengungkapkan kemunafikan mereka.Yudas
dan sekelompok orang yang bersenjata pedang dan tongkat pemukul kemudian
muncul, dan Yudas membantu mengenali Yesus dengan menciumnya, sebuah tanda yang
telah disepakati di antara mereka. Meskipun salah satu pengikut Yesus
mengeluarkan pedang, dan memotong telinga dari salah satu pria bersenjata,
Yesus menegurnya dan mengatakan "Masukkan pedang itu kembali ke dalam
sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang."
Kemudian para murid Yesus meninggalkan dia dan melarikan diri, kecuali Petrus
yang mengikutinya dari kejauhan sampai ke halaman Imam Agung (di sana dia
menyangkal Yesus tiga kali). Yesus dibawa ke hadapan para peimpin Yahudi, dan
ditanyai apakah ia memang Anak Allah. Setelah menyimpulkan bahwa Yesus menjawab
positif, ia diserahkan kepada Pontius Pilatus, gubernur setempat dari pemerintahan
pendudukan Roma.Pilatus bertanya kepada Yesus, apakah ia menganggap dirinya
"raja orang Yahudi", yang dapat dianggap sebagai upaya untuk
menumbangkan kekuasaan Romawi. Pertanyaan Pilatus tidak dijawab Yesus, atau
jawabannya, "Engkau sendiri mengatakannya." Pilatus lalu memberikan
pilihan kepada kahalayak yang berkumpul, siapakah yang akan mereka bebaskan -
Yesus ataukah seorang tahanan lain.Khalayak memutuskan bahwa Yesus tidak boleh
dilepaskan, karena itu Pilatus mencoba memuaskan mereka, dengan memerintahkan
agar Yesus dicambuk. Beberapa tentara Romawi membuat mahkota dari
duri dan meletakkannya di kepala Yesus. Namun khalayak menuntut agar Yesus disalibkan, dan Pilatus menurut. Pada hari itu juga, setelah memikul salibnya
sendiri, Yesus disalibkan di Golgota,
dengan sebuah tanda yang berbunyi (dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani)
"Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi", yang dipasang pada salib berdasarkan
perintah Pilatus. Menurut Injil Lukas, sementara Yesus disalibkan, ia berkata,
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat." (Lukas 23:34). Sementara tergantung pada salib, Yesus
diejek oleh orang-orang yang lewat, dan, menurut Injil Yohanes, ia dikunjungi
oleh ibunya dan para perempuan lainnya, lalu meninggal dunia. Kematiannya dikukuhkan
oleh seorang prajurit Romawi yang menusuk pingganggnya dengan tombak.Ketika tergantung pada salib, Injil Markus melaporkan bahwa Yesus bertanya, "Allahku, Allahku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku?" Banyak pembaca merasa hal ini membingungkan
secara teologis, dan mereka percaya bahwa Allah telah membiarkan Yesus mati
pada salib. Menurut tafsiran umum tentang Kitab Suci, Allah Bapa memalingkan
diri dari Yesus pada saat ini karena Yesus sedang menderita sebagai ganti orang
berdosa. Yang lainnya mengakui ini sebagai kutipan langsung dari Mazmur 22:1,
sebuah cara yang lazim pada saat itu untuk mengacu kepada seluruh Mazmur.
Mazmur itu dimulai dengan seruan keputusasaan, tapi berakhir dengan nada
pengharapan dan percaya penuh akan kemenangan dan pembebasan Allah. Mazmur ini
juga mengandung beberapa rincian yang dihubungkand engan penyaliban Yesus,
seperti misalnya tentang tentara-tentara yang membuang undi untuk jubah Yesus
dan membiarkan tulangnya tidak diremukkan. Yang lainnya lagi menganggap
"Mengapa Engkau meninggalkan aku" sebagai terjemahan yang keliru dari
aslinya dalam bahasa Aram: mereka berpendapat bahwa terjemahan yang lebih baik
ialah "untuk inilah aku telah dijaka" atau "mengapa Engkau
membiarkan aku hidup?"
Injil Yohanes, di pihak lain, menggambarkan bahwa Yesus
tetap berkuasa penuh dari atas salib, dan berkata, "Sudah selesai,"
pada saat kematiannya. Bukannya meminta "cawan pahit" disingkirkan
daripadanya ketika ia berdoa di Taman Getsemani pada malam sebelumnya, menurut
Yohanes, Yesus malah meminta cawan itu
BAGIAN
- IV
KESENGSARAAN,
PENYALIBAN, KEBANGKITAN DAN KENAIKAN KRISTUS
By : Hendri
PENDERITAAN
TUHAN YESUS BAGI ORANG PERCAYA[3]
“Karena
Begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga IA mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya barang siapa yang percaya pada Dia tidak binasa melainkan
beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3 16)
Jikalau hari ini ada orang bertanya kepada
kita, begitu gampangkah kita diselamatkan oleh Tuhan Yesus, hanya dengan
percaya kepada-Nya saja! Sudah cukupkah itu? Maka jawaban kita yang paling
tegas itu adalah, “Ya”? Tetapi permisi tanya lagi mengapa bisa segampang itu?
Jawabannya adalah, karena yang sulitnya sudah dikerjakan oleh Tuhan Yesus
melalui kematian-Nya di atas Kayu salib di bukit Golgota. Terlepas dari
perdebatan dan protes orang-orang Yahudi terhadap filmnya Mel Gibson, “The
Passion Of The Christ, kemudian dilanjutkan dengan perdebatan-perdebatan para
hamba Tuhan baik di Indonesia maupun yang di luar negeri, baik yang sudah
ataupun yang belum menonton film tersebut. Penderitaan Tuhan Yesus adalah fakta
sejarah yang tidak dapat kita pungkiri dan ALkitab kita tidak pernah
menyembunyikan hal ini. Bagi orang-orang yang sudah mengalami kasih Kristus itu
ia boleh merasakan bahwa sesungguhnya penderitaan Yesus Kristus itu sangat
berarti dalam hidupnya, namun bagi mereka yang belum mengalamai Kasih Kristus
itu, mungkin ia akan mencemoohnya dengan mengatakan “ mengapa Tuhan Yesus
begitu “bodoh”, harus dibantai habis-habisan dan disalibkan?? Pertanyaan ini
akan terjawab, apabila orang tersebut mau mengakui bahwa sesungguhnya ia adaalh
manusia yang berdosa juga, yang pantas mendapat hukuman , namun karena Tuhan
kita Kasih dan Adil, IA mengutus Anak-Nya satu-satunya , menggntikan kita untuk
menerima hukuman itu, sehingga sekarang yang dihukum adalah Tuhan Yesus,
sedangkan manusia yang percaya bebas dari hukuman tersebut. Timbul pertanyaan
sekarang, bagaimana kita menjelaskan kepada orang lain bahwa kematian Tuhan
Yesus suatu yang tidak sia-sia? Lalu kalau memang bermakna, maka apa maknanya?
Hari ini kita akan melihat tiga makna Penderitaan Tuhan Yesus bagi kita:
I.
PENDERITAAN TUHAN YESUS MEMBEBASKAN MANUSIA
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka
semua manusia di dunia ini sudah tercemar oleh dosa. Hubungan manusia dengan
Alllah terputus, manusia diikat oleh kuasa dosa, dan siap-siap menghadapi
hukuman dari Allah. Rasul Paulus mengatakan “ Karena semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Namun Allah itu mengasihi umat
manusia, bagaimanapun keadaannya, manusia adalah ciptaan-Nya. Bagaimanapun
keadaan manusia, manusia itu ciptaan-Nya. Ia seperti seorang bapa yang
mengasihi anak-anaknya, walaupun anaknya itu kadang kala jahat sekali. Itulah
sebabnya Allah merancang suatau karya besar yakni jalan keselamatan bagi umat manusia.
Yohanes 3 :16 mencatat bahwa “Karena begitu
besar kasih Allah, maka IA mengaruniakan AnakNya yang Tunggal” . Rancangan
Alalh yang terbesar ini adalah IA mengirim Anak-Nya, sebagai manusia seutuhnya
dan juga Tuhan seutuhnya yakni Yesus sebagai penyelamat manusia. Dan Yesus yang
dikirim itu harus mati di atas kayu salib untuk menggantikan kita, sehingga
kita yang seharusnya menjalankan hukuman itu, saat ini tidak lagi. Memang tidak
gampang menggantikan umat manusia itu, Yesus berhadapan dengan kayu salib.
Biasanya orang yang hendak disalibkan itu terlebih dahulu disiksa dengan
cambuk. Korban ditelanjangi, tangannya diikat ke belakang, lalu ia diikat lagi
pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap
cambuk. Nah, cambuk itu sendiri adalah suatu tali yang terbuat dari kulit yang
panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran
timah yang sangat runcing, and bentuknya tidak merata. Pemcambukan seperti itu
dilakukan terlebih dahulu sebelum orang tersebut disalib, sehingga menjadikan
tubuh orang tersebut seperti dikuliti dan berupa cabikan-cabikan daging mentah,
dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah. Ada orang yang tidak kuat terhadap
keadan ini akan mati sebelum disalibkan, biasanya sedikit orang yang sadar
sehabis pencambukan itu. Di Malaysia atau negara lain kalau seseorang dicambuk
dengan cambuk yang biasa saja, maka itu sudah merupakan penderitaan dan
penyiksaan yang hebat. Apalagi kalau seseorang dicambuk dengan cambuk Romawi.
Pada saat cambuk itu dicambukkan ke punggung yang sudah ditelanjangi, maka
benda-benda tajam yang ada pada cambuk itu menancap di punggung dan
menggoresnya, mengirisnya; itu baru cambukkan yang pertama. Pada saat cambukan
yang kedua diberikan, maka bisa saja benda-benda tajam pada cambuk itu menancap
persis pada bagian yang sudah terluka atau teriris oleh cambukkan pertama tadi.
Tentu ini juga memperdalam luka. Demikian seterusnya sampai pada punggung yang
dicambuki itu secara hurufiah hancur luluh, menjadi seperti pita-pita, seperti
bubur, dan organ tubuh bagian dalam terlihat jelas. Belum lagi ada tambahan
secara khusus di kepala Tuhan Yesus dipasangi sebuah mahkota berduri, walaupun
tujuannya hanya untuk mengejek, namun karena ada durinya, tentu cukup
menyakitkan. Satu-satunya yang enak bagi orang yang dicambuk seperti itu adalah
keadaan ini dapat mempercepat kematiannya. Inilah sekilas awal persiapan
seseorang itu disalibkan. Bukan hanya itu, orang yang akan disalibkan itu juga
dipaksa membawa kayu salibnya sendiri menuju ke atas gunung (menurut tradisi
yang dipikul itu bukan seluruh salib, tetapi bagian horizontalnya, namun yang
itu saja sudah cukup berat, karena tubuh Yesus sudah lemah IA tidak sanggup
memikul salib tersebut, maka Simon dari Kirene menggantikanNya). Dan sesudah
sampai ke atas gunung, biasanya orang tersebut dibaringkan, kedua tangannya di
paku, dan juga kakinya. Sesudah itu salib tersebut diberdirikan, sesuai dengan
gravitasi bumi, maka tubuh orang itu akan terdorong ke bawah. Pada saat berat
tubuh orang tersebut menekan ke bawah, maka lubang tempat cantolan paku baik di
tangan dan kaki akan semakin mengoyak dan melebar, pada saat itulah kesakitan
akan sangat terasa. Dan itu akan berlangsung terus-menerus, karena memang
proses menuju ke meninggal sangat lambat. Sementara orang yang disalibkan, pacu
jantungnya berjalan sangat cepat, hal tersebut membuat orang yang disalibkan
itu bergerak badannya, tentu sangat mempengaruhi kesakitannya. Untuk
mempercepat orang tersebut mati, maka kakinya dipatahkan, sehingga tubuhnya
tertarik secara keseluruhan ke bawah. Pada saat penyaliban Tuhan Yesus, kaki
Tuhan Yesus memang tidak sempat dipatahkan, karena pada saat itu IA sudah mati
terlebih dahulu. Sehingga hal itu tidak dipercayai oleh para pengawal, sehingga
mereka harus menusuk tombak ke perut-Nya, untuk membuktikan bahwa Yesus itu
benar-benar sudah mati. Ketika kita mencoba mengingat kembali peristiwa
pengorbanan Tuhan Yesus bagi kita, terutama penderitaanNya, kita patut sekali
berterimaksih. Karena tidak ada pengorbanan yang lebih besar lagi selain
pengorbanan Tuhan Yesus Kristus itu. Tatkala seorang gadis yang bernama Francis
Ridley Havergal melihat sebuah gambar Yesus tersalib dengan kata-kata
dibawahnya : “:Aku melakukan hal ini untukmu, apa yang kau perbuat bagi-Ku?”
Maka segera ia menulis sebuah sajak, tetapi ia tidak puas dengan sajaknya dan
dilemparkan di dalam perapian. Ternyata kertas sajak itu tidak terbakar!
Kemudian atas anjuran ayahnya, ia menerbitkan saja itu dan menyanyikannya. Lagu
buku Kidung Puji-Pujian Kristen terbitan SAAT, Malang, nomer 399, syairnya
sebagai berikut: “Nyawa Ku dibrikan, darah Ku tercurah, Kau dapat tebusan, dari
mati bagkitlah. Nyawa Ku brikan bagimu, apa Kau bri pada Ku?”
Penderitaan Tuhan Yesus ini dari sudut
pandangan manusia adalah suatu yang kejam, namun dari sudut Allah, IA
menyerahkan nyawa untuk menusia. Ia membebaskan manusia. Bagi anda yang sudah
percaya pada Tuhan Yesus, anda sudah bebas, nah kalau sudah bebas janganlah
mengikat diri lagi kepada kuasa-kuasa lain. Kadang kita begitu terikat dengan
uang, sehingga gara-gara uang kita tinggalkan Tuhan, kita begitu terikat dengan
pacar, gara-gara pacar Tuhan ditinggalkan, kita begitu terikat dengan
teman-teman, gara-gara teman-teman, Tuhan juga ditringgalkan. Kita begitu terikat
dengan masalah hidup kita, gara-gara masalah hidup Tuhan ditinggalkan. Kita
terikat dengan sakit yang kita derita, gara-gara itu semua Tuhan ditinggalkan.
Ingat Tuhan sudah melepaskan kita dari ikatan itu.
II.
PENDERITAAN TUHAN YESUS MEMBERIKAN HARAPAN BARU
Memang pada saat manusia sudah jatuh ke dalam
dosa, maka harapan untuk perubahan sudah tidak ada lagi. Manusia seperti
berjalan sendiri, tanpa arah yang bermakna, bahkan selangkah demi selangkah
menuju kepada maut. Namun Allah kita adalah Allah yang maha Kasih, IA tidak mau
umat ciptaan-Nya binasa. Satu-satunya jalan adalah mengutus Anaknya datang ke
dunia ini, untuk menggantikan kita. Pengorbanan dan penderitaan yang dialami
Tuhan Yesus itu tidak sia-sia, malahan telah membuka pengharapan baru. Inilah
yang biasa kita sebut dengan Anugerah. Anugerah adalah sesuatu yang tidak layak
kita dapatkan, namun diberikan begitu saja kepada kita. Orang Malaysia bilang
diberikan “percuma” kepada manusia, artinya Gratis. Mengapa harus gratis,
karena manusia tidak sanggup membelinya dengan uang. Dan satu-satunya yang
gratis ini bukan sesuatu yang dianggap remeh. Modal manusia hanya percaya!!
Mengapa hanya percaya? Sepertinya gampang sekali??
Seorang hamba Tuhan pernah meberitakan Injil
kepada seorang pekerja tambang. Tatkala pekerja tambang itu mendengar bahwa
untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Tuhan Yesus, maka ia
berkata “Hanya percaya pada Tuhan Yesus saja, dapat keselamatan itu? Kenapa
gampang sekali? Lalu sang hamba Tuhan bertanya kepadanya, dimana kamu bekerja?
Pekerja tambang itu menjawab, puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah
permukaan tanah. Hamba Tuhan itu bertanya lagi “Wah, tentu sukar sekali bagi
kamu untuk turun ke bawah, lalau naik lagi ke atas”. Pekerja itu menjawab “ Oh
tidak, sama sekali tidak sukar, karena perusahaan saya memasang lift, dan saya
hanya tinggal masuk ke lift itu, pencet tombolnya, dan say bisa dengan leluasa
naik dan turun” Lalu hamba Tuhan itu berkata, sama seperti perusahaanmu sudah
bersusah payah memasang lift tersebut, sekarang ini anda tinggal menikmati yang
gampangnya, demikian juga Tuhan Yesus Kristus kita yang sudah bersusah payah
menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sekarang
kamu tiggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus, percaya kepda
Yesus dan Yesus mengangkat kamu ke surga!! Ini suatu pengharapan baru yang
diberikan TUhan Yesus buat setiap orang yang percya. Harapan Baru itu tidak
sulit kita dapatkan, hanya kalau dari dan hati kita mau merendah dan percya
kepadaNya, dan menerima DIa sepenuhnya di dalam hidup kita sudah cukup. Ini
dasar yang paling penting dari awal kehidupan orang percaya. Baptisan tidak
dapat menyelamatkan kita, yang dapat menyelamatkan kita hanya percaya pada DIa
sebagai Juruselamat kita. Perhatikan bahwa, tatkala Tuhan YEsus disalibkan, ada
dua orang penjahat yang turut disalibkan. Yang satu mengenyek Tuhan Yesus,
namun yang satu lagi tidak, bahkan ia menaruh harapan sepenuhnya pada Tuhan
Yesus. Alkitab mencatat , bahwa Tuhan Yesus katakan pada orang tersebut, bahawa
hari ini juga engaku berada di Taman Firdaus.
III.
PENDERITAN TUHAN YESUS MEMBAWA KEMENANGAN
Mengapa saya katakan penderitaan Tuhan Yesus
membawa kemenangan? Bukankah Tuhan Yesus benar-benar sudah mati? Lalu bagaimana
dikatakan itu sebagai suatu kemenangan? Bagi mereka yang tidak percaya pada
Tuhan Yesus, kematian ini saja sudah merupakan kekalahan besar. Yesus
seakan-akan tidak berbuat apa-apa, hanya pasrah menyerahakan diri untuk
dibantai habis-habisan. Sampai ada ada salah seorang anggota gereja yang
mengatakan, dia tidak mau menonton film The Passion Of The Christ, dia sedih
karena di dalam film itu Yesus dibantai terus tak ada daya untuk membalas. Mari
ingat, Yesus bukan tidak berdaya untuk membalas, tetapi Yesus tidak mau
membalas. Jadi di sini letak perbedaannya, Yesus tidak mau membalas, karena IA
mau taat melaksanakan karya keselamatan ini. Justru dengan ketaatan ini, maka
kita sebut sebagai suatu kemenangan. Karena Yeus yang disalibkan itu saat ini
sudah bangkit dan naik ke Surga. Dan di sana IA sedang mempersiapkan tempat
untuk meyambut kedatangan umatNya yang percaya kepadaNya. Di atas kayu salib
kita masih mendengar Tuhan Yesus mengucapkan tujuh perkataan yang terakhir.
Walaupun sesunguh pada saat itu Yesus meras pedih,sakit,capek dan sebagainya,
namun IA tidak pernah menaruh benci apalagi dendam kepada merak yang meyalibkan
Dia. Bahkan IA mengatakan “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat?:” Suatu pengampunan yang luar biasa dari Tuhan kita.
Padahal yang meyalibkan Dia ada di depan mata. Inilah ciri khas kemenangan
Tuhan Yesus. Selain mengampuni orang yang menyalibkan Dia, Tuhan Yesus juga
mengucapkan sebuah kata yang sangat terkenal yakni Tetelestai. Kata
“Tetelestai” ini diterjemahkan dengan “Sudah Genap” atau “Sudah Selesai”. Sudah
selesai di sini bukan maksud Tuhan Yesus sudah tidak ada pengharapan lagi atau
sudah musnah yang diharapkan? Bukan juga berarti penderitaan atau kesakitannya
sudah selesai atau berhenti, tetapi pengertian sudah selesai di sini berarti
apa yang ditugaskan Allah Bapa kepada Tuhan Yesus ke dalam dunia ini sudah di
jalankan dengan baik dan sudah beres. Manusia yang pada pada hakikatnya berdosa
itu , asal percaya kepada-Nya, maka mereka akan mendapatkan hidup yang kekal.
Ini sutu janji dari Tuhan Yesus sendiri. Yang menjadi masalah saat ini adalah,
tugas Tuhan Yesus datang ke dunia ini saat ini sudah selesai, namun tugas yang
diberikan pada kita masih ada. Selama kehidupan masih ada, maka tugas panggilan
yang diberikan kepada kita masih berlaku. Perintah Tuhan kepada kita yakni
memperkenalkan berita keselamatan ini kepada orang lain juga. Itu sebanya ia
memberikan perintah kepoada kitya semua yakni “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku- perintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman” Namun apakah kita dapat melaksanakan perintah itu? Sebelum TUhan Yeus
naik ke SUrga, ada satu jaminan yang diberikan kepada kita, yakni Roh Kudus
yang selalu menolong kita bahkan memberikan kuasa kepada kita. Lihat Kisah 1: 8
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai
ke ujung bumi." Amin
KORELASI
KEMATIAN, KEBANGKITAN & KENAIKAN TUHAN YESUS[4]
Disebutkan dalam teologi pluralisme agama:
Seluruh pekerjaan Kristus sangat terkait dengan masalah penebusan dosa manusia.
Karya Kristus memungkinkan manusia kembali dapat menghampiri Allah Bapa.
1.
Kematian Kristus
Kematian
Kristus sudah diprediksikan jauh-jauh sebelumnya (Maz. 22:16; Yes. 53:5-10;
Dan. 9-26; Zak. 12:10) bahkan Yesus sendiri sudah menubuatkan tentang
kematianNya sendiri (Mat. 12:40; 17:22-23; Mrk. 8:31; Yoh. 2:19-21; 10:10-11).
Hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman yang terberat, yang paling
final dan memalukan, karena Ia dihukum oleh pemerintahan Romawi, dan cara pelaksanaan
hukumanNya adalah dengan cara disalib. Semuanya ini, merupakan cara yang
dipakai Tuhan untuk mewujudkan penebusan manusia berdosa. Dampak dari kematian
Kristus bagi manusia adalah: dengan menjadi tebusan; untuk menggenapi 4 misi
yaitu: misi penebusan, misi penggantian, misi pemulihan kembali dan misi
pendamaian.
2.
Kebangkitan Kristus
Kebangkitan
Kristus merupakan salah satu dasar kepercayaan orang Kristen, sebab hal itu
merupakan dasar kebangkitan orang percaya. Kebangkitan Kristus juga merupkan
sebuah keunikan bagi orang Kristen, karena hal ini tidak terdapat dalam ajaran
agama lain. Peristiwa kebangkitan itu sendiri sudah jauh-jauh diprediksikan
sebelumnya. Di Perjanjian Lama sendiri para nabi sudah menubuatkan tentang hal
itu ( Maz. 2:7; Ibr. 1:5; Kis. 13:33; Maz. 16:8-11; Maz. 22; Yes. 53). Kristus
sendiri juga telah membuktikan tentang kebangkitan tersebut.
3.
Kenaikan Yesus ke Sorga
Sebagaimana
Yesus berinkarnasi di dalam dunia ini, menjadi manusia seutuhnya merupakan
suatu mujizat Allah, demikian juga halnya dengan masalah kenaikan Yesus
Kristus. Setelah memberikan amanatNya maka Yesus terangkat ke Sorga. Kenaikan
Kristus itu sendiri mempunyai makna tersendiri bagi kita. Kenaikan Kristus berarti:
a)
Menjadi
suatu jaminan bagi kita untuk datang ke hadapan Allah dengan tanpa gentar dan
takut.
b)
Menjadi
jaminan pengharapan hidup yang kekal.
c)
Supaya
kita percaya bahwa ada pemeliharaan Allah.
d)
Kenaikan
Kristus ke Sorga sekaligus sebagai pelopor, menyediakan tempat bagi orang
percaya, menyatakan diri di depan Allah Bapa demi jemaatNya, menerima kemuliaan
dari Allah Bapa.
Maka bagi orang Kristen khusus yang beriman
selalu meyakini bahwa korelasi kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus
ke Surga sesuatu mata rantai yang tidak terpisahkan antara kehidupan, kematian,
kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Semaunya itu diawali karena
memang dosa kita telah ditanggung oleh Kristus, karena kasih-Nya kepada umat
manusia. Dan jika kita bandingkan dengan PL (perjanjian Lama) Karena iman
Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan,
karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh
kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:5)? dan “Sedang mereka
berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan
kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”
(2 Raj 2:11). Kematian Yesus merupakan suatu kesempatan untuk ikut merasakan
betapa berat-Nya perjuangan Yesus untuk menebus dosa-dosa dan menyelamatkan
umat-Nya, sampai Dia mati di Salib. Yesus menjadi korban kasih-Nya bagi kita
manusia (Yoh 3: 16). Namun peristiwa penyaliban sendiri mengingatkan kepada
kita kembali bahwa begitulah perlakuan manusia apabila ia belum mau menerima
kebenaran, belum mau menegakkan keadilan dan belum mau menghargai sesamanya
manusia sebagai manusia. Sikap dan tindakan-tindakan brutal, yang menyiksa
bahkan mengorbankan hidup orang lain adalah merupakan pilihan orang yang belum
mengerti apa artinya hidup sebagai orang beriman, belum paham apa artinya hidup
mengasihi. Dengan perkataan lain kita masih saja bisa menyaksikan
perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi sepanjang iman hanya sebagai
formalitas dan cinta hanya sebuah kata. Kematian Yesus memberi kita sebuah
dorongan untuk bertanya lagi, mengapa makin banyak orang haus akan kebenaran
dan keadilan? Mengapa krisis multi dimensi belum bisa teratasi? Mengapa segala
kemajuan yang dicapai belum bisa membuat terwujudnya kesejahteraan hidup
masyarakat? Apakah kita manusia masih memperhitungkan tempat bagi Tuhan dalam
hati, dalam pikiran, dalam perkataan dan rencana-rencana kita? Sikap dan
pengalaman hidup manusia bahwa Tuhan telah dikesampingkan bahkan sudah tidak
punya tempat dalam hidupnya, diungkapkan dengan sangat jelas oleh Kurt Marti
dalam sebuah sajaknya yang berbunyi: “Dalam segala kenanganku, segala yang lain
ada, kecuali Tuhan. Dalam segala pengalamanku, segala yang lain ada, kecuali
Tuhan. Dalam segala impianku, segala yang lain ada, kecuali Tuhan. Segala
sesuatu dalam hidupku, sudah menjadi segalanya, kecuali Tuhan.” Selanjutnya,
Kebangkitan Yesus dari mati adalah sebuah peristiwa besar yang menyusul
peristiwa kematian-Nya di Salib. Yesus telah mati di salib dan dikuburkan
tetapi pada hari ketiga Ia bangkit kembali. Kebangkitan-Nya merupakan sebuah
kemenangan yang sangat besar arti-Nya bagi diri-Nya sendiri dan bagi umat-Nya.
Karena kebangkitan-Nya maka Yesus adalah Tuhan yang telah mengatasi kegelapan
kubur dan mengalahkan kematian. Dia adalah putera sulung kebangkitan dan
berjaya sebagai pemenang. Kebangkitan-Nya membuka peluang baru bagi setiap
orang untuk semakin percaya kepada-Nya karena “Dia adalah kebangkitan”, “Dia
adalah jalan, kebenaran dan hidup”. Ternyata kematian Yesus di Salib bukan
akhir dari sebuah perjuangan melainkan merupakan awal untuk mengalami kehidupan
baru, bangkit dari mati. Ia berjaya sebagai pemenang. Hal yang serupa akan
terjadi dalam hidup setiap orang yang mengikuti Dia dan hidup setia dalam iman.
Artinya, umat Tuhan akan ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
Apakah, di tengah kerumitan hidup masa kini, kita masih berpegang teguh pada
Dia?. Apakah Tuhan masih menjadi tumpuan harapan dan perjuangan hidup kita?
Apakah kita masih terus memelihara hidup iman kita? Peristiwa hidup Yesus yang
baru kita rayakan dan kita renungkan, baik kematian maupun kebangkitan-Nya,
mengajak kita untuk, pertama, meneladani sikap murid yang percaya: tidak
gegabah, namun dengan mata iman dan cinta: melihat dan percaya bahwa Tuhan
sungguh telah bangkit. Kedua, memberi kita sebuah kesempatan baru untuk sekali
lagi menyadari bahwa tiada perjuangan tanpa tantangan, tiada kebahagiaan tanpa
derita, sesudah kematian ada kebangkitan. bertumbuh dalam penghayatan iman dan
setia mengamalkan cinta kasih merupakan tuntutan teladan hidup Yesus yang
mestinya nyata dapat terwujud dalam hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Kurt Marti pada akhir sajaknya berkata: “Saya hanya tahu untuk apa Tuhan
memanggil kita: Untuk bangkit, hari ini dan sekarang! Semoga kita mempunyai kemampuan
untuk bangkit !” Peristiwa Kenaikan
Yesus adalah menjadi titik awal menerima kekekalan yang kita songsong.
Sebagai orang yang bersama dengan kenaikan Kristus maka haruslah menjadi orang
yang mampu mengendalikan dirinya dari hawa nafsu yang dapat merasuki segala
kehidupan kita. Mari kita merendahkan hati kita kepada Dia agar harapan kita
terkabul di dalam naungan kasihNya yang nyata kini dan juga yang akan
datang.
Kesimpulan. Korelasi antara kematian,
kebangkitan dan kanikan Tuhan Yesus ini saya coba ilustrasikan seperti ini:
Kalau kita mau membangun rumah, sedikitnya dibutuhkan 3 buah gambar dari rumah
yang akan dibangun (dari atas, dari depan, dari samping). 3 buah gambar itu
menggambarkan rumah yang sama, tetapi menggambarkannya dari sudut yang berbeda,
sehingga mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Kristus mati menjadi
dasar kematian kita, kebangkitan Kristus menjadi dasar dan jaminan bagi
kebangkitan kita, Kristus naik ke surga menjadi dasar kenaikan kita juga. Semunaya itu sudah kita terima melalui
baptisan kudus yang hendak kita perhatikan, perjuangkan, pertahankan. Maka jika kita sudah dalam kematian,
kebangkitan, kenaikan, kita pasti menjadi pemberita Injil dan pelaku firmanNya,
sehingga dapat menjadi garam dan terang yang membawa berkat dalam segala bidang
kehidupan. Selamat berkarya bersama Kristus!
BAGIAN
- V
KARYA
ROH KUDUS & SASARAN ROH KUDUS
By : Roy Damanik
KARYA
ROH KUDUS DALAM PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU[5]
Alkitab Perjanjian Lama dan Alkitab Perjanjian
Baru merekam keberadaan dan pekerjaan Roh Kudus. Meskipun ada perbedaan dalam
intensitas manifestasi, namun perbedaan tersebut tidak dapat dijadikan dasar
asumsi bahwa ajaran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama mengenai Roh Kudus
bertentangan. Pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama bergerak mengarah ke
depan ke jaman gereja Perjanjian Baru, dan puncaknya pada kesempurnaan gereja
di akhir jaman. Itulah sebabnya Roh Kudus hadir dan bekerja selaras dengan rencana
Allah Bapa untuk dunia ini, dan memanifestasikan diri dalam kehendak-Nya sesuai
konteks keberadaan manusia. “Semakin
meluasnya pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru membuktikan apa yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama digenapi”
Alkitab Perjanjian Lama maupun
Alkitab Perjanjian Baru memberikan bukti tentang pekerjaan Roh Kudus yang
berinteraksi dengan manusia. Roh Kudus selaku pribadi Allah yang kekal tetap
ada dan terus bekerja sebelum dan sesudah hari Pentakosta. Keberadaan Roh Kudus
tetap dilihat sebagai pribadi yang tidak mungkin dipisahkan dengan Allah Bapa
dalam Tritunggal. Pembahasan yang akan dilakukan berikut ini tidak
mempergunakan metode menginventarisir ayat-ayat yang berhubungan dengan Roh
Kudus menurut pengelompokkan kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, melainkan menguraikan pekerjaan apa saja yang telah dilakukan Roh Kudus. Mempelajari
karya Roh Kudus sama pentingnya dengan mempelajari karya keselamatan yang
dikerjakan Yesus Kristus, sebab Roh Kudus hadir dan berkarya menindaklanjuti
pekerjaan Yesus pasca kebangkitan.
Penegasan Yesus tentang kenaikan-Nya ke sorga
bertalian erat dengan turunnya Roh Kudus (Yohanes 14:26; 16:7-15). Yesus
mengatakan hanya melalui karya Roh Kudus akan dapat diketahui kebenaran yang
sesungguhnya. Dan ada banyak hal yang akan diberitahukan oleh Roh Kudus, dan
para murid akan mampu menerima semuanya manakala Roh Kudus turun berada di
tengah gereja. Fakta yang tidak mungkin diingkari, kedua puluh tujuh kitab
dalam Perjanjian Baru tidak ditulis semasa Yesus berada di bumi, melainkan
setelah turunnya Roh Kudus di atas loteng Yerusalem.
PEKERJAAN
ROH KUDUS DALAM PERJANJIAN LAMA
Jika melihat intensitas karya Roh Kudus maka
lebih banyak didapati dalam Perjanjian Baru daripada dalam Perjanjian Lama. Perbedaan
inilah yang menjadi salah satu pertimbangan para ahli memutuskan mengenai Roh
Kudus dalam Perjanjian Lama sesungguhnya berbeda dengan Roh Kudus di dalam
Perjanjian Baru. Pendapat semacam itu sesungguhnya sangat tidak adil, dimana
kesamaan yang besar diabaikan hanya karena perbedaan yang kecil. Prinsipnya,
Roh Kudus sebagai Pribadi nampak dalam karya-Nya, sebaliknya karya-Nya
menunjukkan Roh Kudus adalah sebagai Pribadi. Keduanya tidak mungkin dipisahkan
atau dipertentangkan. Perjanjian Lama mencatat kehadiran Roh Kudus yang
dinyatakan dalam pekerjaan-Nya diantaranya adalah:
1.
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Alkitab
mencatat langit dan bumi diciptakan oleh Allah, dan pada saat penciptaan
tersebut Roh Kudus ikut berperan serta (Kejadian 1:1-2).
2.
MENGONTROL KEHIDUPAN
Kejadian
1:1-3 menyatakan pada saat Allah menciptakan dan mengadakan penataan langit dan
bumi, Roh Kudus ikut berperan aktif. Peran aktif Roh Kudus selaku Pribadi yang
melakukan fungsinya ditunjukkan di ayat 2 dalam kalimat “Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air”. Artinya Roh Kudus mengadakan perubahan
dari samudera yang gelap menjadi kawasan yang jelas perbedaan-perbedaannya
3.
MEMBERIKAN KARUNIA UNTUK TUGAS TERTENTU
Ketika
Musa membangun Kemah Pertemuan, ia memilih orang-orang yang oleh Roh Kudus
telah dikaruniai keahlian, pengertian dan pengetahuan untuk membuat segala
perlengkapannya (Keluaran 31:3; 28:3). Hal memilih orang-orang ini sangat
penting mengingat bangsa (Israel) yang keluar dari Mesir hanya memiliki
pengalaman sebagai budak.
4.
MENCIPTAKAN MORALITAS YANG BENAR
Roh
Kudus tidak dapat mentolerir segala bentuk kenajisan atau dosa yang dilakukan
seseorang, karena hakekat Roh Kudus sendiri adalah kudus (Kejadian 6:1-8). Roh
Kudus akan menghardik dan memberikan hukuman kepada segala macam bentuk
pelanggaran terhadap firman Allah. Roh Kudus juga mendidik serta memberikan
bimbingan terhadap umat Allah bagaimana seharusnya hidup didalam ketaatan
kepada Tuhan (Yesaya 11:5; Yehezkiel 36:27; Nehemia 9:20).
5.
MENGILHAMI PARA NABI
Pada
saat menyampaikan berita untuk umat Allah para nabi menerima materi berita
melalui Roh Kudus, dan bukan hasil rekayasa dari dirinya sendiri (Yesaya 42:1).
Raja Daud meyakini apa yang dikatakan melalui mulutnya datang melalui pewahyuan
Roh Kudus (2 Samuel 23:2). Nabi Yoel juga meyakini serta menubuatkan bahwa
firman Allah akan datang dijaman yang kemudian, diberikan dengan cara melalui
mimpi, penglihatan dan nubuatan yang diilhami Roh Kudus (Yoel 2:28, 29).
6.
MENUBUATKAN KEDATANGAN MESIAS.
Roh
Kudus menyampaikan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang, tentang
kedatangan Mesias melalui nubuatan yang disampaikan para nabi (Yesaya 61:1, 2).
Misi kedatangan Mesias ke dunia memberikan keselamatan serta kesejahteraan umat
manusia yang terbelenggu dan diperbudak dosa (Yesaya 11:1-10). Tugas Kemesiasan
yang disampaikan para nabi melalui nubuatan dalam ilham Roh Kudus sebenarnya
yang dimaksud adalah Yesus Kristus sendiri. Nabi Maleakhi menubuatkan
kedatangan Mesias terlebih dahulu akan diawali kedatangan Nabi Elia dalam
rangka merintis jalan mempersiapkan kehadiran Mesias (Maleakhi 4:5,6). Konsep
Mesianik datang dari Roh Kudus melalui nubuatan para nabi yang dipercayai dan
ditunggu-tunggu penggenapannya oleh bangsa Yahudi. Seiring berjalannya waktu
serta pasang surut perkembangan politik bangsa Yahudi, konsep kedatangan Mesias
akhirnya dipahami secara politis.
7.
MEMBERI KEMAMPUAN YANG LUAR BIASA
Seseorang
dapat memiliki kekuatan yang luar biasa diatas rata-rata manusia pada umumnya
karena Roh Kudus menyertainya. Kekuatan yang luar biasa dari Roh Kudus hanya
sebagai sarana untuk melaksanakan misi Allah. Sebut saja seperti dalam
Hakim-hakim 14:6 Simson dengan mudah mencabik-cabik seekor singa tanpa melukai
tangannya sedikitpun, dan juga beberapa tindakan spektakuler lainnya sebagai
nasir Allah. Daniel memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal akal budi dan
hikmat, dan pada jamannya di tengah-tengah bangsa kafir ia dikenal penuh roh
para dewa yang kudus (Daniel 4:8; 5:10-12). Mikha menyatakan Roh Kudus dapat
memberikan kekuatan, dan tentu saja bukanlah kekuatan yang biasa-biasa (Mikha
3:8). Pekerjaan Roh Kudus dalam
Perjanjian Lama cakupannya sangat luas sebagai perwujudan karya Allah yang
tetap peduli dengan ciptaan-Nya. Hal itu turut membuktikan peran Roh Kudus
sebagai Pribadi dalam ke-Tritunggalan Allah.
PEKERJAAN
ROH KUDUS DALAM PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru dibuka dengan karya Roh Kudus
melalui peristiwa Maria yang mengandung untuk melahirkan Yesus Kristus dalam
rangka menggenapi nubuatan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Lama. Selain
di keempat Injil, eksistensi serta pekerjaan Roh Kudus dicatat semakin
meningkat intensitasnya dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Luasnya karya
Roh Kudus dengan berbagai cara yang dilakukan-Nya dalam Perjanjian Lama
sangatlah luar biasa, dan tidaklah mengherankan bila hal serupa terdapat dalam
Perjanjian Baru.
1.
MENGADAKAN PEMULIHAN
Seseorang
diselamatkan bukan hasil dari usaha pekerjaan baiknya dalam bentuk amal
kesalehan, melainkan melalui imannya kepada Yesus Kristus. Roh Kudus berperan
mengadakan pembaruan status orang percaya di hadapan Allah dari yang dulunya
sebagai budak dosa telah diadopsi sebagai anak Allah (Yohanes 1:12; Titus 3:5;
Roma 8:15).
2.
MEMBIMBING
Kehadiran
Allah ditengah-tengah umat-Nya dinyatakan dalam pekerjaan Roh Kudus yang
memberikan bimbingan kepada orang percaya. Roh Kudus memberikan hikmat kepada
seseorang agar dapat memahami sesuatu yang tidak mungkin dipahami melalui akal
pikiran biasa (1 Korintus 2:13).
3.
MEMBERI KARUNIA DALAM PELAYANAN
Setiap
orang yang dipanggil dan ditetapkan dalam pelayanan dilengkapi oleh Roh Kudus
dengan karunia sesuai kebutuhan dalam rangka pembangunan tubuh Kristus (Roma
12:6-8; 1 Korintus 12:7-11). Orang yang dipanggil dalam pelayanan tidak diukur
menurut kesanggupan manusiawi yang terbatas, melainkan menurut ukuran
pembekalan Roh Kudus yang melimpah.
4.
MEMBAWA HIDUP DALAM KEKUDUSAN
Rasul
Paulus menghubungkan hidup dalam Roh yang terjadi dalam diri seseorang dengan
kemampuan yang diterima dari Roh untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging
(Roma 8:9-13). Kekudusan dihubungkan dengan mematikan perbuatan daging dengan
tujuan untuk mendapatkan kualitas moral yang benar.
5.
MENGILHAMKAN PENULISAN KITAB SUCI
Bertitik
tolak dari penjelasan Yesus Kristus tentang Roh Kudus (Yohanes 14:26 dan
16:13), bahwa Roh Kudus-lah yang akan mengajar apa yang difirmankan Yesus, dan
memberitahukan hal-hal yang akan datang, maka peran Roh Kudus dalam penulisan
Kitab Suci menjadi sangat penting. Rasul Petrus dan Rasul Paulus mempercayai
otoritas Roh Kudus dalam memberikan pengilhaman untuk terwujudnya penulisan
Alkitab (2 Petrus 1:21; 2 Timotius 3:16). Karena dorongan untuk menulis berasal
dari Roh Kudus, para pembaca harus memperhatikan nubuatan sebagai firman Allah.
6.
MENINDAKLANJUTI PELAYANAN YESUS KRISTUS
Tuhan
Yesus menegaskan bahwa kehadiran Roh Kudus bertujuan menindaklanjuti karya
penebusan terhadap orang berdosa yang telah dikerjakan-Nya dengan cara
menginsafkan dan menjelaskan kebenaran akan adanya penghakiman di akhir jaman
(Yohanes 16:7, 8).
7.
MEMBERI KUASA
Saat
menyampaikan argumentasi mengenai asal-usul kuasa yang dipakai-Nya untuk
mengusir Setan, Tuhan Yesus mengakui Roh Kudus-lah yang memberi-Nya kuasa
(Matius 12:28). Rasul Paulus juga mengakui dalam menyusun strategi pekabaran
Injil ia mempergunakan cara mendemontrasikan kuasa di dalam kekuatan Roh Kudus
(1 Korintus 2:4, NIV). Hal itu dibuktikan Rasul Paulus pada saat ia
mempergunakan otoritas Roh Kudus untuk menghardik tukang sihir, dan
menjadikannya buta dalam beberapa hari (Kisah Para Rasul 13:9-12; 1 Yohanes
4:4).
KEPADA
SIAPA ROH KUDUS TURUN
Ketika tiba hari Pentakosta (Yahudi), semua
orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka
duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan
Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti
yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.[6] Dalam
hal ini yang menerima Roh Kudus adalah Jemaat Mula-Mula seperti yang dijanjikan
Yesus kepada mereka.
Yang menjadi pertanyaan utama, apakah sampai saat
ini, Roh Kudus masih tercurah ke atas orang-orang percaya. Yoel menubuatkan
suatu hari ketika Allah akan mencurahkan Roh-Nya atas "barangsiapa yang
berseru kepada nama Tuhan" (Yoel 2:32). Nubuat ini merupakan janji
berkesinambungan bagi setiap orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan, karena
semua orang percaya dapat dan harus dipenuhi dengan Roh Kudus (bd. Kis 2:38-39;
Kis 10:44-48; 11:15-18;[7]. Untuk
memperoleh Roh kudus mari kita lihat beberapa hal di bawah ini :"[8]
1.
Menerima Yesus Sebagai Juru Selamat; Langkah
pertama menuju penerimaan Roh Kudus adalah, sebagaimana yang dikatakan,
menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Kita harus mempunyai hubungan yang benar
dengan Allah.
2.
Menanggalkan Seluruh Dosa; Langkah
kedua menuju baptisan Roh Kudus adalah dengan menanggalkan seluruh dosa.
"membuat pemutusan yang pasti (clear cut) antara Roh Kudus dengan
dosa-dosa yang tidak kudus".
3.
Pengakuan Yang Terbuka; yang selanjutnya
ialah pengakuan secara terbuka di hadapan dunia tentang penolakan kita kepada
dosa dan penerimaan kita akan Yesus Kristus.
4.
Ketaatan; Kis. 5:32, "Roh Kudus
yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia".
5.
Rasa Haus; Syarat kelima adalah rasa
haus dan ayat yang dipakai: "...Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh
Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya..." (Yoh. 7:37-38).
6.
Hanya Meminta Kepada Allah; "mintalah
kepada-Nya"; atau, lebih spesifik, doa yang tepat untuk berkat ini. Ayat
Alkitab untuk mendukungnya adalah Lukas 11:13, "Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di
surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta
kepada-Nya".
7.
Iman; Langkah terakhir menuju baptisan
dalam Roh adalah iman. Alasan keyakinan sejauh mana baptisan Roh sangat
diperhatikan, adalah karena Allah telah menjanjikan kepenuhan Roh kepada setiap
orang percaya; dan hanya kepada orang percaya.
BAGIAN
– VI
PERTOBATAN
By : James Mandohar Siagian
Alkitab
tidak pernah meminta otang untuk membenarkan dirinya sendiri, memperbaharui
diri sendiri, atau untuk mengadopsi dirinya sendiri. Hanya Allah yang dapat
melakukan hal-hal tersebut, tetapi dengan kuasa yang diberikan olehNya manusia
dapat berbalik kepada Allah. Gereja di Yerusalem mengakui, “jadi kepada
bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada
hidup” (Kis 11:18). Nampaknya jelas bahwa Pertobatan dan Iman menghasilkan
pembenaran, dan pembenaran membawa kepada hidup, dan bukan sebaliknya (Roma
5:17-18).
I. UNSUR
PERTOBATAN
1.
Pentingnya Pertobatan, Alkitab sangat
mementingkan pemberitaan pertobatan, antaranya :
a.
Pertobatan merupakan pesan yang
disampaikan oleh para nabi PL (Ulangan 30:10).
b.
Pertobatan adalah tema pemberitaan
Yohannes Pembabtis (Mat.3:2)
c.
Pertobatan merupakan tindakan yang
sangat menarik perhatian seisi surga (Lukas 15:7).
d.
Pertobatan juga poko khotbah Paulus
(Kisah 20:21).
e.
Pertobatan adalah yang paling mendasar
dari segala asas pengajaran (Mat. 21:32).
f.
Pertobatan juga merupakan syarat
mutlak untuk mendapat keselamatan (Luk. 13:2-5).
2.
Arti Pertobatan., pada hakikatnya ,
Pertobatan adalah perubahan pikiran, bila kita mengambil arti luas. Akan tetapi
pertobatan terdiri atas 3 aspek, yaitu :
a.
Unsur yang meyakinkan pikiran, aspek
ini menunjukkan terjadinya pandangan. Alkitab juga menegaskan kalau aspek ini
sebagai pengenalan akan dosa. Pertobatan juga meliputi perubahan pikiran
tentang Kristus.
b.
Unsur yang menyangkut perasaa hati,
aspek ini menunjukkan suatu perubahan perasaan. Merasa sedih atas dosa dan
mendambakan pengampunan yang merupakan unsur pertobatan.
c.
Unsur yang menyangkut kehendak, aspek
ini menunjukkan suatu perubahan
kehendak, kecenderungan hati, dan tujuan. Ini merupakan tindakan
batiniah untuyk meninggalkan dosa. Terjadi perubahan kecenderungan hati
sehingga orang berusaha mendapatkan pengampunan dan penyucian.
3.
Sarana-Sarana Pertobatan,
sarana-sarana untuk menghasilkan pertobatan, antaranya : Firman Allah (Lukas
16:30), Pemberitaan Injil (Mat 12:4), Kebaikan Allah akan makhluk-makhluk
ciptaanNya (Roma 2:4), Ajaran dari Tuhan (Ibrani 12:10) dan suatu misi baru
tentang Allah (Ayub 42:5-6).
II.
UNSUR IMAN
1.
Pentingnya Iman, Alkitab menyatakan
bahwa kita diselamatkan oleh Iman (Kisah 16:31). Allah menegaskan bahwa Iman
itu perlu agar dapat berkenan kepadanya dan Ia menganggap ketidakpercayaan
sebagai suatu dosa yang besar (Yoh 16:9). Keuntungan-keuntungan bahwa Iman itu
penting, antara lain :
a.
Sebagai membatasi penyataan kuasaNya.
b.
Iman menjadikan terus-menerus menjadi
berkat bagi orang lain.
c.
Iman membentuk kita untuk berusaha
melakukan sesuatu yang menguntungkan orang lain.
d.
Iman menghasilkan ketekunan dalam
melayani Tuhan, dan
e.
Iman mendapatkan pertolongan untuk
orang lain.
2.
Arti Iman, ketika seorang bertobat,
iman menunjukkan kepada jiwa manusia yang berbalik kepada Allah, sebagaimana
bertobat berarti jiwa berbalik meninggalkan dosa. Iman mencakup perubahan
pikiran, perasaan hati, dan kehendak. Oleh karena itu, Iman menyimpulkan bahwa
Iman bukanlah sekedar persetujuan intelektual saja.
3.
Sumber Iman, sebagaimana pertobatan,
demikian juga dengan iman memiliki sisi ilahi dan sisi manusiawi,,
a.
Sisi Ilahi, Ibrani mengatakan tentang
Yesus “memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kedalam
penyempurnaan” (Ibr. 12:3). Jelas, Iman adalah pemberian dari Allah (Rom 12:3).
b.
Sisi Manusiawi, Alkitab mengatakan
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rom 10:17)
dan bukan saja firman namun Doa juga (Mar 9:24). Iman sangatlah penting bagi
sarana kita untuk berhubungan dengan Kristus.
4.
Hasil-Hasil Iman, ada beberapa hasil
Iman, antara lain :
a.
Keselamatan, keseluruhan keselamatan
kita bergantung pada iman. Petrus memberitahukan bahwa kita “dipelihara dalam
kekuatan Allah karena Iman” (1 Petrus 1:8).
b.
Kepastian, memang benar bahwa
kepastian keselamatan datangnya dari kesaksian Roh Kudus (Roma 8:16), dan
janji-janjiNya dalam firman kepada kita, dan akan datang kepada kita yang
percaya. Yang berkaitan erat sekali dengn kepastian yaitu damai sejahtera,
perhatian&beserta sukacita (1 Pet 1:8).
c.
Perbuatan Baik, iman sendirilah yang
menghasilkan perbuatan baik. Namun kita telah diselamatkan “untuk melakukan
pekerjaan baik” (Efesus 2:10). Namun, Ia juga menekankan perbuatan baik adalah
hasil dari Iman (Titus 1:16) dan perbuatan baik adalah buah Roh (Gal 5:22-23).
BAGIAN
- VII
PEMBENARAN
DAN PEMBAHARUAN
By : Rohani Sitorus
“PEMBENARAN”
Pembenaran merupakan suatu tindakan
deklaratif. Pembenaran bukanlah sesuatu yang dikerjakan di dalam manusia,
tetapi sesuatu yang dinyatakan tentang manusia. Beberapa hal tercakup dalam
pembenaran ialah : Penghapusan Hukuman, Pemulihan Hubungan Baik dan Penghitungan
Kebenaran.
Metode Pembenaran :
Kita dibenarkan bukan dengan melakukan hukum
taurat, kita dibenarkan oleh kasih karunia Allah, kita dibenarkan oleh darah
Kristus, dan kita dibenarkan karena Iman.
Hasil- hasil Pembenaran ialah :
1.
Hukuman dihapuskandan kita mempunyai
hubungan yang baik kembali dengan Allah.
2.
Kebenaran Kristus diperhitungkan
kepada kita.
3.
Orang percaya menjadi ahli waris &
juga akibat langsung dalam kehidupan praktis.
4.
Orang yang dibenarkan memiliki
kepastian bahwa ia akan selamat dari murka Allah yang akan datang.
5.
Ia memiliki keyakinan bahwa suatu saat
ia akan dipermuliakan.
“PEMBAHARUAN”
Pembaharuan dapat diperjelas sebagai pemberian
hidup ilahi kepada jiwa. Sebagai pemberian sifat yang baru atau hati yang baru
serta menghasilkan ciptaan yang baru.
“PERLUNYA
PEMBAHARUAN”
Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa
seseorang harus diperbaharui atau dilahirkan kembali sebelum ia dapat melihat
Allah. Roh Kudus harus memperbaharui hati manusia serta memberi kepadanya hidup
dan sifat Allah.
“Sarana-sarana Pembaharuan”
1.
Kehendak Allah.
2.
Kematian dan Kebangkitan Kristus.
3.
Firman Allah.
4.
Para Pelayan Firman.
5.
Roh Kudus.
“Akibat-Akibat Pembaharuan”
1.
Orang yang lahir dari Allah mengatasi
pencobaan.
2.
Sikap orang yang telah diperbaharui
berbeda.
3.
Orang yang telah diperbaharui juga
menikmati beberapa hak istimewa sebagai seorang anak.
4.
Orang yang telah lahir dari Allah juga
merupakan pewaris Allah dan pewaris bersama-sama dengan Yesus Kristus.
BAGIAN
- VIII
PENGUDUSAN
By : Liyani
Sebagai
orang percaya, sudah dikuduskan baik itu orang yang beriman atau belum beriman.
Darah Tuhan Yesus telah menguduskan orang percaya kepadaNya. Sebagai orang
percaya didalam sikap hidup secara jasmani maupun secara rohani, kekudusan
dalam kehidupan adalah suatu kewajiban. Apabila orang percaya hidup dalam
kekudusan akan memancarkan kemuliaan Tuhan, sehingga orang yang melihat kita
mereka akan melihat kemuliaan Tuhan didalam diri orang percaya. Karena didalam
Ibrani 12:14 “berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah
kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”. Dan juga
di Matius 5:8 “berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan
melihat Tuhan”. Bukan suatu alasan bahwa manusia tidak ada yang sempurna,
sehingga manusia tidak mungkin bisa hidup kudus. Dan juga bukan suatu alasan
didunia yang modern ini, karena faktor ekonomi, faktor sosial, faktor teknologi
yang canggih sehingga manusia tidak bisa hidup kudus. Memang tidak ada manusia
yang tidak berdosa, seperti yang dicantumkan Matius 5:48 “karena itu haruslah
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna”. Orang yang
percaya, di dalam kehidupannya akan dipimpin oleh Roh Kudus, dengan adanya Roh Kudus didalam diri orang percaya
tidak akan terikat pada kehidupan duniawi dan kedagingan, sebab hidup dalam
kedagingan maupun keduniawian adalah bertentangan dengan kehidupan dan Roh.
Seperti yang tercantum di dalam Galatia 5:19-21, yaitu : percabulan, kecemaran,
hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati,
amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora, dengan ini Alkitab menegaskan bahwa ini adalah bagian
yang bertentangan dengan kekudusan, dan Alkitab dengan tegas menyatakan barang
siapa yang masih hidup dalam kedagingan maka ia tidak akan masuk kedalam
kerajaan Allah, dan apabila orang percaya hidup dalam pimpinan Roh maka orang
tersebut akan (Galatia 5:22-23) yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan
diri. Semuanya didasari atas kasih, kalau seorang percaya mengasihi Tuhan maka
mereka akan mengasihi sesama dengan tanpa membeda-bedakan, mengampuni kesalahan
orang kepadanya. Orang percaya yang hidup dalam kekudusan apabila mereka hidup
dipimpin oleh Roh. Dan apabila hidup dipimpin oleh Roh, mereka akan berakar dan
berbuah didalam Tuhan dan memperoleh hidup yang kekal. Orang percaya kepada
Kristus langsung dikuduskan dalam kedudukannya dihadapan Tuhan pada saat itu,
Kristus telah menjadi kekudusannya. Setelah orang percaya, harus mengejar
kekudusan, dan siapa yang tidak mengejar kekudusan tidak akan melihat Tuhan
(Ibrani 12:14; Matius 5:8).
BAGIAN
- IX
KETEKUNAN[9]
By : Resmiwaty Siregar
Alkitab mengajarkan bahwa senua orang yang oleh Iman
telah dipersatukan dengan Kristus, yg telah dibenarkan oleh Kasih Karunia Allah
& dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, takkan pernah berbalik sama sekali
dari lingkup kasih karunia, tetapi bertahan sampai kesudahannya.
I.
Bukti Doktrin Ini, meyangkut penyataan beberapa bukti
kebenaran doktrin ini adalah :
a. Tujuan Allah,
yaitu Allah bermaksud menyelamatkan orang-orang yang telah dibenarkanNya.
Paulus mengungkapkan maksud Allah itu dalam Roma 8:29-30, artinya dalam
ketetapan Allah terdapat suatu urutan yang tidak gagal dalam kaitannya dengan
orang-orang yang telah dipilihnya dari semula.
b. Perantaraan
Kristus berkesinambungan dan efektif, kita diselamatkan oleh darah Kristus dan
kebangkitan Tuhan membuktikan pengorbananNya diterima oleh Bapa di sorga.
c. Kemampuan
Allah untuk memelihara, berbeda dengan kemampuan untuk melakukannya, Allah
sanggup melakukan kedua hal tersebut. Oleh kehendak Allah dan kemampuanNya
untuk memelihara yang telah diselamatkan.
d. Sifat
perubahan dalam diri orang percaya, telah dilahirkan kembali, dan bahwa pada
saat kelahiran kembali ia menjadi
ciptaan baru & menerima hidup baru.
II.
Berbagai Keberatan Terhadap Doktrin Ini.
a. Doktrin ini
menyebabkan kelalaian dan kemalasan karena dikatakan sekali selamat tetap
selamat. Sehingga menyebabkan kelalaian dalam perilaku dan kemalasan dalam
pelayanan.
b. Doktrin ini
merampas kebebasan manusia, karena ajaran sekali selamat tetap selamat
menjadikan manusia makhluk yang bergerak otomatis, tidak dianggap sebagai mempunyai
kemampuan untuk memilih. Doktrin ketekunan atau berusaha sampai akhir tidak
merampas kebebasan seseorang, namun doktrin ini mengakui bahwa orang yang
diselamatkan memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang harus dilakukannya.
c. Alkitab
mengajarkan yang sebaliknya, menunjukkan bahwa orang-orang tertentu telah
diselamatkan, namun mereka binasa pada akhirnya. Contohnya Saul dalam PL dan
Yudas Iskariot dalam PB mendukung keberatan ini. Jadi, kita harus berhati-hati
menilai seseorang dari keadaan yang lahiriah.
d. Ada banyak
peringatan, Alkitab berisi banyhak peringatan dan nasihat kepada orang-orang
percaya. Masakan orang-orang yang sudah pasti diselamatkan untuk selama-lamanya
harus diperingatkan lagi?. Ayat yang menonjol adalah Ibrani 6:4-6 dan Ibrani 10:26-31,
bagi seseorang untuk secara aktif melibatkan diri dalam hal-hal kekristenan dan
bersekutu dengan orang-orang kristen tanpa benar-benar berbalik dari kegelapan
dan kerajaan iblis kepada terang dan kerajaan Kristus.
BAGIAN – X
SARANA KASIH
KARUNIA
By : Roy Marten
Allah
memakai banyak cara dan sarana untuk mengantarkan orang-orang kepada diriNya
untuk persekutuan dan keselamatan, dan semua ini dianggap dalam arti kata yang
lebih luas sebagai sarana-sarana kasih karunia.
1.
FIRMAN ALLAH, Yang kami maksudkan
dengan Firman Allah adalah Alkitab, yang terdiri dari kitab-kitab kanonik dalam
PL dan PB. Kitab-kitab yang diilhamkan Allah ini “bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran” II Tim 3:16. ALKITAB
ADALAH SARANA KESELAMATAN Bagaimana Alkitab menjadi sarana keselamatan?,
Paulus mengatakan bahwa Injil adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan” (Rom
1:16) dan bahwa Allah telah berkenan untuk menyelamatkan mereka yang percaya
oleh kebodohan pemberitaan injil (1 Kor 1:21). ALKITAB ADALAH SARANA PENGUDUSAN Firman Allah juga merupakan sarana
pengudusan. Konsep ini diuraikan dalam Alkitab dengan memakai lambang-lambang
seprti cermin, bejana, tempat pembasuh, lampu dan pedang. Alkitab menyatakan
keadaan hati kita dan bahwa hati itu perlu dibersihkan (II Kor 3:18; Yak
1:23-25).
2. DOA Tak seorangpun yang
dapat membaca Alkitab tanpa mendapat kesan bahwa Doa merupakan sesuatu yang
sangat penting didalamnya. Bermula dari percakapan antara Allah dengan Adam,
sepanjang PL dan PB terdapat contoh-contoh dari orang-orang yang berdoa : SIFAT DOA Doa dapat dipahami sebagai
komunikasi antara seorang dengan Allah. Komunikasi itu dapat terwujud dalam
berbagai bentuk. Doa yang benara berisikan pengakuan. Ada banyak contoh mengenai
hal ini dalam PL (1 Raj 8:47; Ez 9:5-10).
METODE DAN CARA BERDOA
a.
Kepada siapa doa itu ditujukan,
Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa kepada Bapa (Nehemia 4:9; Yohannes
16:23; Kisah 12:5; I Tes 5:23).
b.
Sikap Tubuh di dalam Doa. Alkitab
tidak memberitahu sikap tubuh yang tertentu, tetapi menggambarkan dan
mengajarkan banyak sikap. Ada yang berdiri (Mar 11:25; Luk 18:13).
c.
Saat Berdoa, Alkitab mengajrakan bahwa
kita harus senantiasa berdoa (Lukas 18:1; Efesus 6:18). Namun Alkitab juga
mengajarkan bahwa kita harus menyediakan waktu-waktu tertentu untuk berdoa (Maz
55:18; Daniel 6:11).
d.
Tempat Berdoa, yang berhubungan dekat
sekali dengan saat berdoa adalah saat berdoa. Alkitab menganjurkan kita mencari
tempat yang rahasia, kamar yang tertutup, terpisah dari semua hal yang ada di
sekitar kita (Daniel 6:10).
e.
Kesopanan ketika Berdoa, pokok
kesopanan dalam berdoa seringkali tidak diperhatikan, namun Yesus menyebutnya.
Yesus mengajarkan bahwa orang-orang yang berdoa janganlah menampilkan wajahnya
yang susah atau muram bahkan ketika kita berpuasa (Matius 6:16-18).
f.
Keadaan Hati, soal yang paling penting dalam cara berdoa
ialah keadaan hati orang yang berdoa “jikalau kamu tinggal didalam Aku dan
firmanKu tinggal didalam kamu” (Yoh 15:7) merupakan syarat yang mutlak
diperlukan agar doa kita dijawab.
[9] Henry C. Thiessen direvisi oleh
Vernon D. Doerksen, TEOLOGI SISTEMATIKA (Malang, Gandum Mas, 1992) hal. 451-460
Tidak ada komentar:
Posting Komentar