PAPER
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA
Nama : Roy Damanik
SEKOLAH
TINGGI THEOLOGIA BASOM
I. PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab,
di masa ini seseorang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Di masa ini,
selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak remaja, juga
terjadi perkembangan-perkembangan baik dari sisi fisiologi, psikologi, sosial
dan juga spritual. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan,
termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang
harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik,
maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan.
Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan
keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
2.
RUMUSAN
MASALAH
2.1. Apa yang dimaksud dengan
remaja?
2.2. Apa saja tugas perkembangan dan
faktor yang mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan remaja?
2.3. Apa saja permasalahan dalam
perkembangan remaja?
2.4. Apa yang menjadi kebutuhan
remaja?
2.5. Mengapa remaja harus dibimbing
dan diarahkan?
3.
TUJUAN
3.1. Untuk mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja secara umum.
3.2. Untuk Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi lancarnya pelaksanaan tugas-tugas perkembangan remaja.
3.3. Untuk mengetahui
masalah-masalah yang terkait dengan pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja.
3.4. Untuk mengetahui upaya untuk
menumbuhkembangkan tugas-tugas dalam proses perkembangan remaja.
II. PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
REMAJA
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan
tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat
pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode
transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)
dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.[1]
Dilihat dari bahasa inggris "teenager",
remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut
merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan
pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan
penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja juga
berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004 : 53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah : Masa peralihan di
antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak, baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003 : 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.[2]
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan
atas tiga, yaitu :
Ø
Masa remaja awal, 12 - 15 tahun.
Ø
Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun.
Ø
Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun
2.
PERBEDAAN
PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN REMAJA
2.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter
dalam bentuk proses aktif dan berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
2.2. Perkembangan
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas
dalam rangka keseluruhan.
2.3. Pertumbuhan Dan Perkembangan
Menurut Para Ahli
Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan
pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan sebagai
suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta
bagian-bagiannya. Sedangkan perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan
dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam satu
kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa pertumbuhan
dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat gejala-gejalanya.
Perkembangan dipersyarati adanya pertumbuhan.[3]
3.
TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN REMAJA
Tugas-tugas perkembangan merupakan ukuran atau pertanda sebagai
perkembangan yang normal dari remaja dalam mengarungi hidupnya. Ada delapan
tugas perkembangan utama yang dihadapi remaja, sebagai berikut:[4]
3.1. “Memperoleh hubungan baru dan
lebih matang dengan orang lain, baik dengan remaja laki-laki maupun perempuan,
pada kelompok seusia”. Remaja belajar melalui usaha untuk beriteraksi dengan
orang lain dengan cara yang lebih dewasa.
Kematangan fisik memainkan peranan penting dalam berinteraksi dengan teman
dari kelompok sebaya. Remaja yang tingkat kematangannya lebih rendah dari
ukuran usia sebayanya akan mengalami penolakan dari kelompok sebayanya. Keadaan
ini akan diikuti dengan perilaku remaja tersebut untuk mencari kelompok lain
yang tingkat perkembangannya serupa dengan dirinya. Remaja putri yang lebih cepat matang akan masuk ke dalam
kelompok sebaya yang memiliki kematangan fisik serupa dengan perkembangan
dirinya, sehingga memungkinkan remaja putri ini lebih cepat aktivitas
seksualnya.
3.2. “Mencapai peran sosial sebagai
laki-laki atau perempuan”. Anak remaja mengembangkan definisi mereka sendiri
tentang apa yang dimaksud pria atau wanita. Bagaimanapun, kebanyakan anak
remaja menepati peran atas dasar jenis kelamin sejalan dengan pandangan budaya
bahwa kaum pria itu berperilaku tegas dan kuat, sedangkan wanita bersifat pasif dan lemah.
3.3. “Menerima keadaan fisiknya
sebagaimana adanya”. Permulaan dari pubertas dan tingkat perubahan fisik anak
remaja amat bervariasi. Remaja tertentu
yang dengan mudah menghadapi perubahan itu sebagian mencerminkan bagaimana
pertumbuhan fisik mereka memenuhi pertumbuhan fisik yang sempurna sebagaimana
yang diidam-idamkan para remaja laki-laki atau wanita-wanita. Sebaliknya,
remaja yang tidak memenuhi standar pertumbuhan fisik yang ideal akan banyak
memerlukan dukungan ekstra dari orang dewasa untuk meningkatkan perasaan nyaman
dan self-worth mengenai bentuk badan mereka.
3.4. “Mencapai kebebasan emosional
dari orangtua dan orang dewasa lainnya”. Anak-anak memperoleh kekuatan dari
cara-cara mereka menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap orangtua
mereka. Cara-cara ini lambat laun mulai memudar sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi remaja. Remaja, bagaimanapun, harus menggambarkan
kembali sumber kekuatan mereka dari kekuatan pribadi dan bergerak ke arah
kepercayaan pada diri sendiri. Perubahan ini akan lebih mudah jika anak remaja
dan orang tua dapat mencapai mufakat sampai batas level tertentu dari
kemerdekaan atau kebebasan yang meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, orang tua dan anak remaja
perlu menetapkan waktu jam malam dimana anak boleh ke luar rumah. Waktu itu
harus ditingkatkan ketika anak remaja kita menjelang masa dewasa.
3.5. “Memperoleh seperangkat nilai-nilai
dan suatu sistem etika sebagai pemandu perilaku
mengembangkan suatu ideologi penuntun perilaku pribadi”. Anak remaja
sudah dapat berpikir secara abstrak dan situasi yang mungkin bakal terjadi.
Dengan perubahan di dalam berpikir ini, anak remaja bisa mengembangkan seperangkat
keyakinan dan nilai-nilainya sendiri.
3.6. “Berkeinginan dan berusaha
mencapai perilaku yang dapat dipertanggung-jawabkan secara sosial”. Keluarga merupakan tempat di
mana anak-anak menggambarkan atau
mendefinisikan diri mereka dan dunia
mereka sendiri. Sementara itu, remaja mendefinisikan atau menggambarkan diri
mereka dan dunia mereka dari peranan sosial yang baru mereka jalani. Status
remaja di dalam masyarakat, di luar dari keluarga merupakan suatu keberhasilan
yang penting bagi masa remaja akhir dan orang dewasa awal. Remaja dan orang
dewasa awal sebagai anggota masyarakat yang lebih luas melalui keterlibatan
mereka dalam ketenagakerjaan (dimana mereka memiliki kemerdekaan dalam bidang keuangan) dan
kemerdekaan emosional dari orang tua.
Tugas
perkembangan masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku
anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang diharapkan
untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka
yang matangnya terlambat. Tugas perkembangan sifatnya tidak universal, namun
sangat tergantung dari budaya setempat, sehingga ada kemungkinan tugas
perkembangan tersebut diatas ada yang tidak berlaku untuk kultur bangsa
indonesia.
4.
KEBUTUHAN REMAJA
Menurut Abraham Maslow, ada lima (5) kebutuhan
dasar yang disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak
terlalu krusial[5]:
4.1. Kebutuhan Fisiologis/Dasar
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologis yang ditandai dengan kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh orang
yang bersangkutan. Contoh dari kebutuhan Fisiologis ini adalah: Sandang /
pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis dan lain
sebagainya. Kebutuhan ini juga dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs)
yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan sangat ekstrim (misalnya: sangat
kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali akan atas
perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan
dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu (menghilangkan rasa
laparnya).
4.2. Kebutuhan Keamanan dan
Keselamatan
Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan inilah yang mendorong manusia
membuat peraturan, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, dan
sebagainya. Menurut Maslow, sama halnya dengan basic needs, ketidakterpenuhan
safety needs ini akan mempengaruhi pandangan seseorang tentang dunianya.
4.3. Kebutuhan Sosial.
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang
mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan
kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Ia haus akan relasi
yang penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat
(peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk
mencapai dan mempertahankannya.
4.4. Kebutuhan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang menginginkan penilaian terhadap dirinya yang
mantap, akan rasa hormat diri atau harga diri (estem needs). Orang yang
memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi
goreng atau sejumlah uang.
4.5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus mengembangkan kemampuannya. Kebutuhan
manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut
Maslow sebagai aktualisasi diri (self actualization).
5.
PERMASALAHAN
DALAM PERKEMBANGAN REMAJA
Secara garis besar ada tiga masalah yang cenderung muncul pada masa
remaja dibandingkan pada masa kanak-kanak atau masa dewasa. Permasalahan remaja
itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:[6]
Ø Konflik dengan Orang Tua; Konflik
dengan orang tua ditandai dengan penentangan atas ororitas orang tua yang
selama ini dominan. Walaupun konflik dengan orang tua terasa menyakitkan, hal
ini cenderung menandai peralihan kekuasaan dari orang tua yang sepihak menjadi
hubungan yang timbal balik antara dua orang dewasa.
Ø Depresi dan Tindakan Ceroboh; Remaja
yang depresi juga sering terlihat. Ini dikarenakan penyesuaian diri dengan
status sosialnya antara anak-anak atau orang dewasa. Remaja yang kesepian,
tertekan, atau marah cenderung mengeskpresikan hal-hal ini dalam cara yang
sesuai dengan karakteristik jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung
mengungkapkan masalah emosional melalui tindakan agresif dan perilaku antisosial
lain. Sebaliknya, dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan cenderung
menginternalisasikan perasaan dan masalah, misalnya dengan menarik diri
(withdrawal) atau memunculkan gejala gangguan makan.
Ø Suasana Hati yang Berubah-ubah
(moods swings); Masa remaja adalah masa yang labil, dan tidak ada pendirian
yang mantap terhadap pilihan sesuatu. Hal ini menyebabkan remaja merasa
terombang-ambing jika dihadapkan terhadap sebuah pilihan, dan terkadang sering
berubah-ubah. Keadaan emosipun kadang mengalami perubahan, terkadang eksplosif
dan terkadang depresif.
6.
MENGATASI
PERMASALAHAN REMAJA
Sebagai orang yang lebih dewasa dari remaja, maka orang dewasa haruslah
menolong remaja untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam perkembangan
remaja. Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:[7]
Ø
Mengembangkan komunikasi yang terbuka dan akrab, serta menyemangati.
Ø
Menolong remaja mengatasi masalah, agar tidak menutup diri.
Ø
Menolong remaja mengatasi rasa rendah diri, dengan membentuk rasa
penghargaan diri, penerimaan diri yang benar, serta memberi motivasi.
Ø
Membicarakan masalah sex dengan terbuka dan tepat waktu.
Ø
Menolong remaja yang jatuh dalam rokok, narkoba, dan cinta monyet.
7.
MENGAPA REMAJA
HARUS DIBIMBING
Adapun alasan mengapa remaja harus dibimbing, antara lain :
Ø Merupakan perintah dari Allah.
Ø Remaja merupakan warga keluarga
Gereja, bangsa.
Ø Remaja merupakan pemberian
Allah.
Ø Remaja itu berdosa dan
membutuhkan keselamatan.
Ø Remaja juga segambar dan serupa
dengan Allah.
Ø Remaja dapat dipakai oleh
Tuhan.
III. KESIMPULAN
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa
kanak-kanak yang diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa
pubertas. Di Masa inilah remaja mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut
mereka masih asing dalam kehidupan mereka. Masa perkembangan remaja juga
ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran. Mereka
bersemangat untuk meraih keberhasilan. Karena itu, Mereka berlomba dan bersaing
dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya.
Pada masa perkembangannya, remaja dihadapkan dengan
berbagai masalah. Untuk itu seorang kita harus mengerti dan memahami setiap
perubahan perilaku remaja dan membimbingnya dengan cara yang baik. Kita juga
harus benar-benar mengerti siapa itu remaja, supaya dengan demikian akan
terjalin komunikasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
4.
Hurlock, E.B, Psikologi
Perkembangan, Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta :
Erlangga, 1991),
hal. 10.
5.
Sarwono, Sarlito. W, Berkenalan Dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh
Psikologi, (Jakarta : Bulan
Bintang,
2002), hal. 176-177.
7.
Tambunan, Sannur, Diktat :
Pendidikan Warga Gereja II, PAK Remaja (Batam, STT. Basom, 2012),
hal. 29.
[4] E.B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal.
10.
[5] Sarlito W. Sarwono,
Berkenalan Dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 176-177.
[7] Pdt. Sannur Tambunan, M.A, Diktat : Pendidikan Warga
Gereja II, PAK Remaja (Batam, STT. Basom, 2012), hal. 29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar