TUGAS - II
SEJARAH
GEREJA PENTAKOSTA
INDONESIA
Nama : Roy Damanik
SEKOLAH
TINGGI THEOLOGIA BASOM
I. PENDAHULUAN
Sejarah
Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya
yaitu Pendeta Evangelis Renatus Siburian. Pendeta Siburian adalah satu-satunya
pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan pertama di daerah Tapanuli
Utara khususnya dan kemudian Sumatera Utara. Perjuangannya menyebarkan Injil
dari hanya seorang tamatan Sekolah Alkitab yang bersaksi dari rumah ke rumah,
dari dusun ke dusun diberkati Tuhan menjadi ratusan ribu orang yang telah
diselamatkan dan puluhan organisasi gereja aliran Roh Kudus yang independen di
Sumatera Utara.
Dalam
kesibukannya sebagai penginjil dan perintis gereja dia mengalami banyak cobaan
dalam hidupnya tetapi semua itu dapat dilaluinya oleh karena Tuhannya yang
telah memanggil dia dalam perjuangan salib selalu memberikan kekuatan dan jalan
keluar. Dalam tugasnya sebagai penginjil pernah dia tidak melihat anaknya
meninggal, sebanyak tiga kali, sebab kesibukannya untuk mengemban tugas yang
dipikulkan Tuhan Yesus kepadanya adalah segala-galanya, bagaimanapun pada waktu
dia sedang menginjil di tempat-tempat terpencil. Ditangkap oleh Pemerintahan
Jepang oleh karena injil, kemudian dikucilkan dari kehidupan masyarakat karena
dianggap membawa ajaran yang unconventional, tidak cocok dengan doktrin yang
sudah ada pada waktu itu. Sebab Pendeta Renatus Siburian adalah perintis
pertama ajaran Pentakosta di daerah Tapanuli Utara. Hinaan dan segala macam
hambatan tidak pernah menghalangi Pendeta ini untuk menyebarkan Injil, bahkan
pernah orang menuduh bahwa Pendeta Siburian sebenarnya menyebarkan agama baru
yaitu agama Siburian, sebab kemanapun dia menginjil ratusan orang akan
dibabtis, di setiap kampung kemana dia menginjil pasti hampir seluruh penduduk
akan datang mengunjungi KKRnya, yang unik bahwa setelah KKR yang selalu
diadakan di luar rumah misalnya di halaman, di lapangan terbuka dan di
pasar-pasar umum, maka sering pula diadakan tanya jawab tentang ajaran
Pentakosta dan tentang isi Alkitab. Babtisan massal selalu diadakan di tempat
terbuka, di sungai, di kolam, di danau atau di tempat-tempat sejenis itu,
sehingga tetap dapat disaksikan oleh banyak orang.
Banyak
dari mereka yang dibabtis adalah orang yang kebetulan lewat pada waktu upacara
babtisan diadakan dan hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi oleh
karena Roh Kudus bekerja, orang-orang yang hanya melihat-lihat tadi malah
menyerahkan dirinya untuk dibabtis. Dalam pekerjaannya sebagai pembabtis air,
sudah puluhan ribu orang yang dibabtiskannya. Banyaknya orang yang dibabtiskan
dalam upacara babtisan tadi sangat bervariasi, antara 100 sampai 1200 orang
dalam setiap upacara babtisan. Itulah sebabnya Pendeta Siburian selalu dibantu
4 sampai 12 orang Pendeta pada waktu acara pembabtisan diadakan.
Orang
yang sangat sederhana dan rendah hati, tetapi sangat tegas dan keras dalam hal
disiplin. Dia tidak pernah mau menonjolkan dirinya secara menyolok. Banyak
Pendeta semasa hidupnya berkata supaya dia membuat satu buku biographi, karena itu
sangat berguna bagi penerusnya. Tetapi dia hanya menjawab; "Segala apa
yang saya kerjakan sudah tercatat seluruhnya di sorga". Satu kali dia
tertawa dan tersenyum simpul ketika seorang Pendeta mengklaim bahwa dialah
perintis satu-satunya dari aliran Pentakosta di Tapanuli / Sumatera Utara.
Padahal Pendeta itu sendiri adalah anak rohani Pendeta Siburian bahkan Pendeta
Siburian sendirilah yang membabtisnya. Tidak heran kalau Pendeta Renatus
Siburian tidak seberapa dikenal di luar lingkungan penginjilannya, sebab dia
tidak pernah berencana supaya menjadi orang yang terkenal.
II. KEKELUARGAAN
Pendeta
Ev. Renatus Siburian lahir pada tanggal 19 Oktober 1914 di Paranginan Tapanuli
Utara, Sumatera Utara. Dia adalah anak ke enam dari 7 bersaudara. Abangnya
Pendeta Siburian adalah seorang perintis pentakostawi juga di Tapanuli utara
dan pernah bekerjasama dalam penginjilan sebelum membentuk organisasi gerejanya
sendiri. Istrinya yaitu Ibu boru Siahaan yang selalu setia mendampingi Bapak
Pendeta melahirkan 9 orang anak, tetapi 5 daripadanya dipanggil Tuhan ketika
masih kanak-kanak/bayi. Dan 4 orang lagi terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2
orang perempuan, yaitu:
1.
Rev. Dr. M.H.
Siburian, M.Min.
2.
Lamria Siburian
3.
Nursalam Siburian
4.
Pdt. Beresman
Siburian
III. PENDIDIKAN
Adapun riwayat
pendidikan Pdt. Renatus Siburian, adalah sebagai berikut :
1.
Tahun 1921-1930
Tamatan Sekolah Inggris
2.
Tahun 1936 akhir
Tamatan Sekolah Alkitab Jalan Embong Malang, Surabaya
dengan gurunya Pendeta W. Patterson.
IV. PEKERJAAN & PERJALANAN
PELAYANAN
Adapun riwayat
pekerjaan Pdt. Renatus Siburian, adalah sebagai berikut :
1.
Tahun 1931-1935
Bekerja sebagai pegawai perusahaan NKPM di Palembang, dan
saat itulah dia bertobat. Dia menjadi anggota muda-mudi gereja di bawah
pimpinan Pendeta Siwi.
2.
Tahun 1935
Meninggalkan pekerjaannya di perusahaan minyak dan pergi
ke Surabaya untuk masuk sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk
menginjil.
3.
Tahun 1937
Setelah selesai Sekolah Alkitab, diangkat menjadi
Evangelist oleh Hof Bestur De Pinster Kerk untuk daerah kerja Noort, Sumatera,
sambil menunggu hasil permohonan izinnya yang diajukan ke Gubernur General
yaitu Rechtperson 177 sesuai dengan permohonan.
4.
Tahun 1937
Sambil menunggu hasil permohonan, Pendeta Renatus
Siburian menginjil ke tanah Karo bekerjasama dengan Pendeta Purba setelah
Pendeta Siburian kembali dari Malaysia/Malaka.
5.
Akhir tahun 1938
Menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi
mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk
menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat
halangan dari Pemerintah Belanda di Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota
Medan ibukota Sumatera Utara untuk menginjil. Hanya beberapa bulan di sana
banyak yang telah bertobat dan berhasil membuka sidang yang semua anggotanya
terdiri dari orang Tionghoa. Di sini pemerintah Belanda kembali memanggil
Pendeta Siburian dan menyatakan bahwa dia tidak boleh membuka sidang di kota
itu karena besleit, izin penginjil tidak ada atau belum keluar dari Gubernur.
6.
Tahun 1939
Oleh karena tekanan Pemerintah Belanda, maka Pendeta
Siburian pindah ke satu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja sebagai guru
agama di gereja HCB (Huria Christian Batak) satu gereja beraliran Protestan.
Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya di sekitar daerah
itu dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan batu. Bahkan pada
saat itu banyak orang yang dibabtiskannya (babtisan selam) termasuk beberapa
anggota gereja HCB tadi.
7.
Tahun 1941
Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di
daerah tersebut lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di
Tapanuli Utara, dan mulai mengadakan gerakan penginjilan di daerah itu.
Kemudian daripada itu Pendeta Simanjuntak datang dan beliau bekerjasama dengan
Pendeta Siburian. Sementara itu izin dari Gubernur General tidak dapat
diharapkan lagi untuk diterima oleh Pendeta Siburian sebab Pemerintah Belanda
telah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh
Belanda. Sampai saat itu Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi gereja
walaupun sebenarnya orang yang bertobat sudah demikian banyak. Pada mulanya
Pendeta Siburian beranggapan bahwa tidak perlu untuk membuka organisasi gereja,
yang penting adalah menginjil. Tetapi masalah yang timbul adalah bahwa
orang-orang yang telah bertobat tadi yang telah dibabtis yang jumlahnya sudah ribuan
orang, tidak mempunyai tempat peribadahan yang tetap. Sebab sudah tentu tidak
diterima lagi di dalam gereja asalnya kalau dahulu mereka mempunyai gereja
asal. Demikian juga bagi mereka yang bertobat dari sipelebegu (animisme),
mereka menginginkan tempat tertentu unutk beribadah. Selain itu mereka yang
telah bertobat tadi banyak yang sudah dikucilkan dari adat masyarakat kampung
dan organisasi desa sebab mereka dianggap manusia aneh, dengan cara mereka
beribadah, tepuk tangan dalam puji-pujian, berdoa dengan suara yang kuat, dan
lebih mementingkan pekerjaan Tuhan dari lainnya. Hal yang baru ini belum dapat
diterima banyak orang pada waktu itu. Sehingga pengucilan kepada orang-orang
lahir baru ini terjadi hampir di segala pelosok.
8.
Tahun 1942
Barulah pada tahun ini Pendeta Siburian membentuk suatu
organisasi keagamaan yang dinamakan "Gereja Pentakosta Tanah Batak
Tapanuli" . Ini dimungkinkan karena pada waktu itu adalah peralihan
pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya
Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam
sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka dia dapat hidup sebagai orang yang mempunyai
hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik. Dan
organisasi gereja ini adalah independent, tidak berafiliasi dengan organisasi
lain. Ada yang beranggapan bahwa gereja ini berinduk kepada GPdI, hal ini tidak
benar, sebab gereja yang dibentuk ini tidak pernah mendaftarkan diri kepada
organisasi lain. Ketuanyapun pada waktu pendirian organisasi gereja itu adalah
Pendeta Renatus Siburian. Organisasi Gereja Pentakosta ini pertama kali
didirikan di Paranginan, Tapanuli Utara. Sejak itu penginjilan dengan nama
Gereja Pentakosta ini mengembang sampai ke seluruh pelosok Tapanuli Utara.
Boleh dikatakan tidak ada pelosok Tapanuli Utara yang tidak dijelajahi untuk
menyebarkan Injil Yesus. Gereja ini berkembang dengan baik dan kemudian menyebar
sampai ke Sumatera Timur. Pada waktu penyebaran Injil dan perkembangan gereja
ini, tidak sedikit pencobaan. Pemerintah Jepang mulai dipengaruhi oleh
orang-orang tertentu supaya Gereja Pentakosta ditutup saja. Sebab dari satu
Gereja yang didirikan sekarang sudah ratusan gereja yang dibuka. Dan ini
terjadi pula di daerah Simalungun dimana banyak gereja di bawah pimpinan
Pendeta Siburian ditutup oleh pemerintah Jepang, tetapi setelah Pendeta
Siburian menghadap Gudsebu Pemerintahan Jepang kemudian diizinkan untuk membuka
kembali. Pengembangan penginjilan yang demikian pesat adalah ditunjang oleh
banyaknya tanda-tanda heran dan mujizat yang terjadi di setiap kebaktian massal
(KKR) maupun kebaktian rutin. Gereja ini berkembang menjadi Evangelical Church
yang murni. Gereja tersebut berkembang menjadi geraja Injili yang fungsinya
bukan lagi hanya menampung orang-orang percaya tetapi menjadi pusat gerakan
penginjilan di seluruh Tanah Batak dan kemudian Sumatera Timur (sekarang masuk
Sumatera Utara). Gereja ini tentu menjadi penggerak penginjilan pentakostawi.
9.
Tahun 1944
Gereja Pentakosta Tapanuli ini mengadakan synode yang
langsung dipimpin oleh Pendeta Renatus Siburian. Melihat perkembangan yang
sudah melebar sampai luar Tapanuli (kabupaten) maka di synode itu diputuskan
untuk mengganti nama gereja ini menjadi Gereja Pentakosta Sumatera Utara
(Sumatera Utara adalah propinsi).
10. Tahun 1945
Pendeta Siburian mendaftarkan organisasi gereja ini ke
Pemerintah Republik Indonesia di pulau Jawa melalui Jawatan agama Tapanuli /
Pulau Jawa. Visi Pendeta Siburian mengenai gereja ini terbuka, ketika dia sadar
bahwa gereja ini bisa berkembang ke segala pelosok. Pada mulanya dia berpikir
bahwa gerakan ini hanya terjadi di sekitar Tapanulia saja. Namun Tuhan
bermaksud lain, dan ini dengan cepat disadari. Penginjilan ini tidak dapat
dibatasi oleh garis perbatasan daerah, sebab penginjilan ini adalah untuk semua
manusia.
11. Tahun 1948
Gereja Pentakosta Sumatera Utara mengadakan Synode
(dipimpin oleh Pendeta Ev. R Siburian ) yang diadakan di kota Balige Tapanuli
Utara dan juga memutuskan nama Gereja Pentakosta Sumatera Utara menjadi Gereja
Pentakosta Indonesia, yang dipakai sampai sekarang. Belakangan hari ada orang
yang memakai nama Organisasi Gereja Pentakosta Sumatera Utara, tetapi itu
bukanlah lanjutan dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara yang didirikan oleh
Pendeta Siburian tetapi orang yang keluar atau memisahkan diri dari gereja
pimpinan pendeta Siburian mendirikan gereja yang bernama tersebut.
12. Tahun 1950
Pendeta Siburian sebagai ketua Gereja ini, kembali
mendaftarkan Organisasi Gereja ini ke pemerintahan R.I. di Jakarta dan mendapat
Surat Pengukuhan dari menteri kehakiman dan Kementerian Agama di Jakarta. No
D/11/13176 tertanggal 24 September 1951dari kementerian Agama, dan No 1A
5/114/21 tertanggal24-9-1952, dari Departemen Kehakiman.
13. Tahun 1959
Rombongan Pendeta Siburian mengadakan kunjungan
Penginjilan ke Pulau Nias sebuah pulau yang pada waktu itu ditempuh empat hari
naik kapal kecil lautan Hindia. mereka menginjil dan membuka Gereja disana
bersama-sama dengan penduduk setempat antara lain Pendeta Harefa. Sekarang
Gereja Pentakosta Indonesia ada 172 sidang di pulau tersebut.
14. 20 Juni 1987
Hamba Tuhan Pendeta Evangelis Renatus Siburian dipanggil
oleh Tuhan Yesus di Sorga untuk beristirahat dari segala kesusahan dan
perjuangan salibnya di atas bumi ini. Dia telah menyelesaikan pekerjaan dan
panggilannya dengan baik dan penuh pengabdian. Dia meninggalkan begitu besar
pekerjaan untuk kita, dan dia ingin agar kita yang ditinggalkannya dapat
meneladaninya sebagaimana dia telah meneladani Kristus. Ketika upacara
pengebumiannya diadakan, lebih dari 12.000 orang yang hadir dan ribuan orang
yang hadir siang malam di rumah duka (selama 4 hari) untuk mengucapkan salam akhir
mereka kepada Bapak Rohani umat Pentakosta.
15. Gereja Pentakosta Indonesia ketika Pdt. Ev. R. Siburian
meninggal
a.
Jemaat sebanyak 670
sidang di 11 propinsi
b.
Pendeta sebanyak
130 orang
c.
Guru Injil, Sintua,
Penginjil sebanyak 2500 orang
V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN
1.
Pendiri dan Ketua
Gereja Pentakosta Indonesia sampai akhir hayatnya.
2. Mendirikan
Organisasi Karyawan Umat Pentakosta indonesia yang disingkat OKUPI , organisasi
pendukung GOLKAR.
3.
Tahun 1962 sebagai
sponsor Persekutuan Pendeta-Pendeta aliran Roh Kudus Seluruh Indonesia dan juga
menjadi Ketua Kerjasma Pendeta-Pendeta Aliran Roh Kudus.
4.
Tahun 1964 menjadi
Ketua I Dewan Kerjasama Gereja Pentakosta Indonesia.
5.
Tahun 1970
menghadiri konfrensi Gereja Aliran Pentakosta sedunia di Dallas Amerika
Serikat.
6.
Ketua Dewan Pantekosta
Indonesia Tingkat-I Sumatera Utara sampai akhir hayatnya.
7.
Ketua Dewan
Pertimbangan Rohani Dewan Pantekosta Indonesia
8.
Tahun 1982
mengadakan kunjungan penginjilan ke Malaysia dan Singapura.
9.
Mendirikan Sekolah
Pembangunan Kasih.
10. Mendirikan Sekolah Alkitab Gereja Pentakosta Indonesia
(SEAGPI).
V. SEKARANG
Gereja
Pentakosta Indonesia sekarang berjumlah 1117 Gereja dan di semua propinsi di
Indonesia, bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Gereja Pentakosta Indonesia
segera akan mengembangkan misinya ke luar negeri.
V. KETUA SAAT INI DAN LOGO
GEREJA
1.
KETUA
Rev. DR. MH Siburian, M.Min
2.
LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar