Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (POLA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK USIA 6-12 TAHUN)

TUGAS MAKALAH

POLA BIMBINGAN DAN KONSELING
BAGI ANAK USIA 6-12 TAHUN

 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
BIMBINGAN KONSELING

Yang Dibina Oleh :
Sondiana Siagian, S.Pd.K


Nama : Roy Damanik

BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG
Setiap manusia pasti mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut, tentu sekali tidak terlepas dari permasalahan. Oleh karena itu, dibutuhkan bimbingan dan konseling terhadap anak, untuk membantu anak dalam menyelesaikan masalah tersebut. Mengapa bimbingan dan konseling diperlukan? hal tersebut diperlukan, karena : kesadaran akan perlunya pengajaran dan pelayanan kependidikan yang berpusat pada kebutuhan dan karakteristik anak, kesadaran akan permasalahan individu dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang, dan kesadaran akan persoalan yang akan dihadapi dalam kehidupan mereka mendatang. Bimbingan dan konseling juga perlu diberikan kepada anak karena sebagai individu yang telah berkembang, anak tidak bisa luput dari tekanan baik dari dalam dirinya maupun lingkungannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas perkembanganya, anak tidak cukup diberi pengajaran saja, tetapi juga perlu mendapat bantuan yang bersifat individual untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

   B.    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, adalah :
1)     Apa pengertian dari bimbingan dan konseling ?
2)     Bagaimana karakteristik anak pada usia 6-12 tahun ?
3)     Apa saja permasalahan yang dialami anak usia 6-12 tahun ?
4)     Seperti apa teknik bimbingan dan konseling untuk anak usia 6-12 tahun ?
5)     Apa fungsi bimbingan dan konseling ?
6)     Mengapa anak perlu dibimbing ?

   C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :
1)     Memahami pengertian bimbingan dan konseling.
2)     Memahami karakteristik anak pada usia 6-12 tahun.
3)     Memahami permasalahan yang sering dialami anak usia 6-12 tahun.
4)     Memahami teknik bimbingan dan konseling untuk anak usia 6-12 tahun.
5)     Memahami fungsi bimbingan dan konseling.
6)     Memahami dengan baik, mengapa anak perlu dibimbing.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna, seperti : menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan. Sedangkan konseling, berasal dari kata counseling dengan kata kerja to counsel yang berarti menasehati atau menganjurkan kepada seseorang.

   1.     PENGERTIAN BIMBINGAN
Ada beberapa pengertian bimbingan menurut para ahli. Adapun pengertian tersebut, antara lain[1] :     
  1)     Achmad Badawi (1973), mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu yang mengalami problem, agar si terbimbing dapat mengatasi problemnya sendiri.
   2)     Djumhur dan Moh. Surya (1975), mengemukakan bahwa bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan secara sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
   3)   Bimo Walgito (1980), mengemukakan bahwa bimbingan merupakan tuntunan, bantuan ataupun pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupannya.
  4)     Crow&Crow (1960), mengemukakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.

   2.     PENGERTIAN KONSELING
Sama halnya dengan bimbingan, ada beberapa defenisi dari konseling menurut para ahli. Adapun defenisi tersebut, antara lain[2] :
   1)     Walgito (1980), mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara.
  2)     Mortensen dan Schmuller (1966), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses hubungan seseorang, dimana seseorang ditolong oleh orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.
   3)     Gleen E. Smith (1955), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam interpretasi mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pemilihan, rencana atau penyesuaian yang ia butuhkan.
   4)     James F. Adams (1965), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana konselor membantu konseli, supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu maupun waktu yang akan datang.

B.      KARAKTERISTIK ANAK USIA 6-12 TAHUN
Sebelum membimbing dan menkonseling anak usia 6-12 tahun, terlebih dahulu harus dipahami bagaimana karakteristik anak pada usia tersebut. Adapun karakteristik anak pada usia 6-12 tahun, akan dilihat dari beberapa aspek berikut[3] :
   1)     Secara Fisik
a.      Perubahan pada tubuh sangat pesat.
b.     Sangat aktif sekali.
c.      Sudah mulai mengurus diri sendiri.
d.     Suka mengembara atau berkeliaran.
   2)     Secara Sosial
a.      Sangat suka mencari perhatian guru.
b.     Mengagumi tokoh-tokoh tertentu.
c.      Lebih tertutup kepada orang lain.
   3)     Secara Mental
a.      Sangat senang mendengarkan cerita.
b.     Sudah memiliki konsentrasi yang cukup lama.
c.      Belum memahami hal yang abstrak.
d.     Cara berpikir masih sederhana dan polos.
e.      Masih sangat tergantung kepada orang tua dan guru dalam hal pendapat.
f.      Belum mengkuatirkan hari esok.
   4)     Secara Emosi
a.      Suka membesar-besarkan masalah.
b.     Selalu merasa tidak mampu.
c.      Belum bisa mengatur waktu dan selalu gelisah.
d.     Jarang takut dan kurang sabar.
e.      Malu menunjukkan kasih sayang.
f.      Senang bercanda atau humor.
   5)     Secara Rohani
a.      Sudah mulai bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah.
b.     Sudah mulai mengerti kasih Allah, dan ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan.
c.      Sudah mulai memahami tentang hukum.

C.      PERMASALAHAN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN
Adapun masalah-masalah yang sering terjadi dan dialami oleh anak pada anak usia 6-12 tahun, meliputi bahaya fisik dan psikologis. Adapun masalah-masalah tersebut, antara lain[4]:
1.     Masalah Fisik
a)       Penyakit
1)         Penyakit palsu untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2)         Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri.
b)       Kegemukan, masalah kegemukan yang dapat terjadi :
1)         Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk keberhasilan sosial.
2)         Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri.
c)       Kecelakaan, meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan, dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut, dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan sosial.
d)       Kecanggungan, anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya, lalu merasa tidak mampu, perasaan tersebut dapat menjadikan anak menjadi rendah diri.
e)       Kesederhanaan, hal ini sering dilakukan oleh anak-anak, dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.


2.     Masalah Psikologis
a)       Masalah Dalam Berbicara, ada 4 (empat) masalah dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia 6-12 tahun, yaitu :
1)         Kosakata yang kurang dari rata-rata, menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
2)         Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak hanya berbicara bila perlu saja.
3)         Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan merasa bahwa ia berbeda.
4)         Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh temannya.
b)       Masalah Emosi, anak akan dianggap tidak matang bila menunjukkan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c)       Masalah Bermain, anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olah raga, dan untuk menjadi anggota kelompok.
d)       Masalah Dalam Konsep Diri, Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lain. Anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
e)       Masalah Moral
1)         Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.
2)         Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
3)         Tidak sabar melihat orang lain salah.
f)        MasalahYang Menyangkut Minat
1)         Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya.
2)         Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap hal yang dapat bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.



g)       Masalah Hubungan Keluarga
1)         Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua, maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak.
2)         Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
3)         Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu.
4)         Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi perasaan anak, dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
5)         Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
6)         Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua.
7)         Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang tidak serumah, akan memperlihatkan sikap kritis, negatif dan perilaku yang sulit.

D.      TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING YANG BAIK UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN
Menghadapi serta menolong permasalahan yang dialami anak usia 6-12 tahun, tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan teknik untuk dapat mengerti, memahami serta menolong mereka. Adapun teknik-teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling untuk anak usia 6-12 tahun, antara lain[5]:
1.     Perilaku Attending, perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri anak yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
1.1.  Meningkatkan harga diri anak.
1.2.  Menciptakan suasana yang tenang.
1.3.  Mempermudah ekspresi perasaan anak menjadi bebas.
2.     Empati, empati ialah kemampuan guru/orangtua untuk merasakan apa yang dirasakan anak. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
3.     Eksplorasi, eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman anak. Hal ini penting dilakukan karena banyak anak menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan anak untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
4.     Menangkap Pesan (Paraphrasing), adalah teknik untuk menyatakan kembali inti ungkapan anak, dengan teliti mendengarkan pesan utama anak, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
5.     Pertanyaan Terbuka (Opened Question), pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing anak agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya, dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question).
6.     Pertanyaan Tertutup (Closed Question), dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah :
6.1.  Mengumpulkan informasi;
6.2.  Menjernihkan atau memperjelas sesuatu;
6.3.  Menghentikan pembicaraan anak yang melantur atau menyimpang jauh.

E.      FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Adapun beberapa fungsi bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut[6]:
1.     Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
2.     Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
3.     Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
4.     Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
5.     Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6.     Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
7.     Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.     Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
9.     Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang bagi seluruh aspek dalam diri konseli.
10.  Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.

F.       MENGAPA ANAK PERLU DIBIMBING
Adapun alasan mengapa anak harus dibimbing, antara lain :
1.     Merupakan perintah dari Allah.
2.     Anak merupakan warga keluarga Gereja, bangsa.
3.     Anak merupakan pemberian Allah.
4.     Anak itu berdosa dan membutuhkan keselamatan.
5.     Anak juga segambar dan serupa dengan Allah.
6.     Anak dapat dipakai oleh Tuhan.

BAB III
KESIMPULAN

Pelayanan bimbingan dan konseling sangat penting di berikan kepada anak-anak. Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal itu didasarkan pada bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya khususnya dalam menyelesaikan tugas perkembanganya. Pada masa perkembangannya, anak-anak diperhadapkan dengan berbagai masalah. Untuk itu kita harus mengerti dan memahami setiap perubahan perilaku anak dan membimbingnya dengan cara yang baik. Kita juga harus benar-benar mengerti karakteristik anak, supaya dengan demikian akan terjalin komunikasi yang baik.
Dari pembahasan diatas, yang terpenting adalah tujuan akhir dari bimbingan dan konseling itu sendiri. Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling, antara lain :
1.     Fungsi Pemahaman.
2.     Fungsi Preventif.
3.     Fungsi Pengembangan.
4.     Fungsi Penyembuhan.
5.     Fungsi Penyaluran.
6.     Fungsi Adaptasi.
7.     Fungsi Penyesuaian.
8.     Fungsi Perbaikan.
9.     Fungsi Fasilitasi.
10.  Fungsi Pemeliharaan.

Dan yang terpenting sebagai seorang pembimbing dan konselor, kita harus menyadari bahwa seorang anak itu berharga di mata Allah, segambar dan serupa denganNya, serta dapat dipakai oleh Allah untuk kemuliaannya. Oleh karena itu, marilah kita tetap memberi hati dan diri kita untuk membimbing anak-anak kepada kebenaran Tuhan.

Tuhan Yesus Meberkati


[1] Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Bandung : Yrama Widya, 2012, Cet. I) hal. 28-29.
[2] Ibid, hal. 29-30.
[3] Sannur Tambunan, Pedoman Pelayanan Anak (Diktat PWG-Anak : STT. Basom, 2012) hal. 19-20.
[6] Sondiana Siagian, Bahan Ajar Bimbingan Konseling (Diktat BK : STT. Basom, 2014) hal. 3-5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar