Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (REFLEKSI LAPORAN BACA - KOMPENDIUM SEJARAH GEREJA ASIA)

REFLEKSI LAPORAN BACA
KOMPENDIUM SEJARAH GEREJA ASIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
SEJARAH GEREJA ASIA
Yang Dibina Oleh :
Julianus Bani, S.Th

Nama : Roy Damanik

Buku Kompendium Sejarah Gereja Asia ini sangat menarik untuk dibaca. Diawali dengan sejarah gereja di Asia pada zaman Perjanjian Baru sampai dengan zaman Konstantinus, dilanjutkan dengan  perselisihan Kristologis, Perang Salib, dan masuk kepada keruntuhan gereja di Asia pada abad ke-14 dan ke-15. Buku ini juga menceritakan tentang kelanjutan “Gereja Tua” di Timur Tengah dan India Selatan, dilanjutkan dengan sejarah Roma Katolik di Asia pada abad ke-16 dan ke-17. Krisis Misi Roma-Katolik di Asia pada abad ke-18, menjadi awal permulaan Misi Protestan di Asia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Selain hal diatas, buku ini juga menyampaikan bagaimana perjalanan gereja-gereja yang masuk ke berbagai daerah melalui pekerjaan Misionaris, dimana para Misionaris harus berjuang dengan keras untuk menjadi gereja yang dapat diterima sepenuhnya oleh budaya dan masyarakat setempat.

Buku ini dengan begitu jelas memaparkan, dimulai dari awal abad-5, sudah ada organisasi Gerejawi di Kerajaan Persia, yaitu Mesopotamia dan Persia. Disamping enam propinsi Gerejawi yang lama di Mesopotamia, juga sudah ada propinsi Gerejawi di Persia. Beth-Madhaye (Media), Margaiana dan Partia. Dilanjutkan dengan Kekristenan di abad ke-7, di daerah Asia di bagian Timur Tengah, awalnya Kekristenan hidup berdampingan dengan umat Islam. Namun, dalam perkembangannya kedua belah pihak mulai saling memperluas daerah kekuasaan untuk menyebarkan ajaran masing-masing dengan menggunakan berbagai cara. Salah satunya memanfaatkan kerajaan-kerajaan sebagai sarana untuk memperkuat dan menjadi langkah pertama untuk menguasai suatu wilayah. Hal tersebutlah yang menjadi faktor tantangan dan peristiwa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan gereja. Perluasan kekuasaan menjadi awal perselisihan hingga sampai kepada Perang Salib yang berlangsung selama dua abad dan hasilnya hanya merugikan kedua belah pihak yang berselisih.

Namun perjalanan Kekristenan tidak berhenti begitu saja karena adanya permasalahan-permasalahan. Para Misionaris tetap setia melakukan tugas misi  pelayanannya dengan gigih. Berawal dari krisis misi yang terjadi dalam tubuh Gereja Roma Katolik, misi Protestan mulai masuk ke wilayah-wilayah di Asia, salah satu Misionaris yang cukup dikenal yakni, William Carey yang diutus ke India pada tahun 1793 oleh BMS (Baptist Missionary Society) yang merupakan perkumpulan lembaga pengutus misi ke luar negeri yang pertama di Inggris. Carey memulai pelayanannya di Benggala dan pos misi BMS pertama didirikan pada tahun 1795 di Dinajpur. Namun yang menjadi pusat berbagai kegiatan Carey yaitu di Serampore di negara bangian Benggala Barat. Kemudian pada tahun 1816 dibuka pusat misi BMS di Dakka yaitu ibukota dari Bangladesh. Gerakan misi Protestan BMS inilah yang menjadi gerakan misionaris Protestan yang tertua di Bangladesh. Carey hanyalah salah satu dari begitu banyak para Misionaris yang tetap gigih memperjuangkan dan memperkenalkan Kekristenan.

Di akhir buku ini, penulis juga menyampaikan perkembangan yang sangat besar yang terjadi dalam Kekristenan di Asia. Dimana ada 4 negara yang mengalami kegerakan massal pada abad-20, yakni negara India, Korea Selatan, Indonesia dan yang paling besar adalah di negara Tiongkok. Selain negara tersebut, ada juga beberapa negara lain yang mengalami perkembangan besar Protestantisme, yakni : Taiwan, Hongkong, Singapura, Myanmar, dan Filipina serta di Nepal dan Siberia. Gereja Kristen yang diawali dari Asia telah semakin meluas dan Kekristenan di Asia telah menjadi pokok penting dari gereja Yesus Kristus di seluruh dunia . 

Pendapat :
Buku Kompendium Sejarah Gereja Asia ini sangat baik untuk dibaca, dan juga memiliki alur yang sistematis. Buku ini juga tidak hanya menyoroti sejarah misi penginjilan tetapi juga meyakinkan kita bahwa misi dan sejarah gereja berada di bawah pemeliharaan Allah dan Allah menggunakan sejarah untuk mengajar gerejanya.


Namun, ada sedikit kendala dalam pembacaan buku ini. Dimana pada awalnya buku ini ditrbitkan dalam bahasa Jerman, kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebagian penterjemahannya mengikuti pola “Ejaan yang belum disempurnakan”, sehingga kesulitan untuk memahami apa yang dimaksudkan, karena untuk masa kini, kita sudah terbiasa dengan “Ejaan yang disempurnakan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar