Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (REFLEKSI BELAJAR)

REFLEKSI BELAJAR – I

ð  Kristologi mempunyai 3 masalah yang kontemporer, yakni bagaimana hubungan antara iman dengan sejarah; bagaimana hubungan penyelidikan tentang pribadi Kristus dengan studi karyaNya; serta bagaimana makna sesungguhnya dari Inkarnasi Yesus.
ð  Ada banyak usaha yang dilakukan oleh para peneliti untuk menemukan Yesus yang sebenarnya. Mereka menduga bahwa Yesus Sejarah berbeda dengan Yesus yang diceritakan dalam PB. Usaha tersebut disebut “The Quest of Historical Jesus”. Ada banyak usaha lainnya, seperti berikut.
o   Ada yang menganggap bahwa Yesus hanyalah pribadi manusia yang berkarakter baik. Namun bukan oknum kedua dari Allah.
o   Harnack menolak adanya mujizat karena menurut dia, dunia ini diatur oleh hukum alam yang tidak berubah. Harnack memiliki paham Prostestan Liberal, yakni tidak setuju bahwa Allah itu manusia Yesus.
o   Rudolf Bultmann menafsirkan perumpamaan dan cerita mukjizat secara harafiah, dan menentang hal yang tidak logis.
ð  Ada 2 pendekatan Kristologi, yakni Kristologi Atas dan Bawah. Kedua pendekatan tersebut memang berbeda akan tetapi saling melengkapi dan memperbanyak pemahaman tentang Kristologi.
o   Kristologi atas bertitik tolak dari Logos yang menjelma menjadi manusia. Pendekatan ini menekankan pada kejatuhan manusia yang membutuhkan pengampunan. Yesus menderita untuk menebus dosa manusia supaya terjalin hubungan dengan Allah.
o   Kristologi bawah bertitik tolak dari sejarah hidup Kristus sebagai manusia. Berbeda dengan Kristologi dari atas, Allah di sini dipahami sebagai Allah yang berada di dalam dan  tinggal di dunia ini. Yesus yang dipahami sebagai  pemuda Yahudi yang baik, yang menjadi guru dan pengajar. 

REFLEKSI BELAJAR – II
PRIBADI DAN KARYA KRISTUS

   1.     Skolastik memisahkan antara pribadi dan karya Kristus. Hal tersebut mengakibatkan Kristologi tidak lagi relevan.
   2.     Pada masa Reformasi, Martin Luther melakukan reaksi terhadap teolog Skolastik. Dan pada masa ini Philipp Melanchthon melanjutkan penekanan Luther, dengan menyampaikan bahwa “Mengenal Kristus berarti mengenal berkat-berkat yang ditawarkanNya”.
   3.     Sedangkan F. Schleiermacher menekankan bahwa unsur utama Kristologi adalah pengalaman kita bersama Kristus dalam diri kita.
   4.     Menurut Tillich, kita harus memberi perhatian khusus terhadap makna simbolis dalam Alkitab, karena melalui itu kita akan mengerti dengan jelas makna universal peristiwa Kristus.
   5.     Ada beberapa pandangan yang menganggap bahwa Inkarnasi tidak dapat diartikan secara harafiah melalui sejarah. Bahkan Bultman menyimpulkan bahwa sebagian besar PB adalah mitos. Itu dikarenakan mereka memusatkan perhatian terhadap Yesus yang hidup 30 tahun saja, namun tidak memperhatikan bahwa Yesus diam dalam kita secara sempurna.
   6.     Hegel menyatakan bahwa peristiwa Kristus tidak terlalu berarti. Peristiwa tersebut hanyalah sebuah lambang.
   7.     Sesungguhnya penegasan Inkarnasi adalah bahwa Allah dengan sukarela datang kedunia untuk menyelematkan umat manusia. Dalam PB ada penekanan Kristologi yang cukup tinggi.

REFLEKSI BELAJAR – III

Keilahian Kristus merupakan inti pokok iman Kristen, karena iman Kristen dilandaskan pada kenyataan bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Namun, keilahian Kristus telah menjadi masalah yang paling hangat, mulai dulu hingga saat ini, lalu bagaimana kekristenan menanggapi hal tersebut. Alkitab menjadi jawaban terbaik untuk setiap keberatan atas keilahian Kristus. Ada 3 hal yang menjadi bukti keilahian Kristus.
1.     Kesadaran diri Yesus, hal ini dibuktikan melalui ucapannya. “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatnya” (Mat.13:41); Mengampuni dosa (Mrk.2:15); diriNya merupakan hakim dunia (Mat.25:34-46); “Anak Manusia juga Tuhan atas hari Sabat” (Mrk.2:27-28); Ia satu dengan Bapa (Yoh.10:30); Siapa yang melihat Dia, maka ia melihat Bapa (Yoh.14:7-9); Ia ada sebelum abraham (Yoh.8:58); pengakuan diriNya sebagai Mesias (Mat.26:62-66); Ia menerima gelar keilahian (Yoh.20:28); Ia berkata bahwa Ia berkuasa atas kematian dan kehidupan.
2.     Pengakuan para Murid, hal pertama dapat kita lihat melalui pengakuan Yohanes dalam Injil Yohanes, bahwa Firman yaitu Allah menjadi Manusia Yesus, berarti Yesus adalah Allah. Dalam kitab Ibrani juga dengan tegas menyatakan bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaan dan gambar wujud Allah, yang olehNya Allah menciptakan. Lebih jelas lagi Paulus mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang bersedia menjadi manusia demi keselamatan kita. Gelar Kurios, sebutan untuk Allah YHWH dalam PL juga dipakai untuk Yesus.
3.     Bukti yang paling hebat dari semua bukti Keallahan Kristus adalah kebangkitanNya dari maut. kebangkitanNya dibuktikan melalui : Kubur kosong; Penampakan diriNya; Perubahan para Murid; Lahirnya Gereja; Ibadah pada hari Minggu dan Penulisan PB.

Saya percaya Bahwa Yesus adalah Allah, meskipun banyak perdebatan yang bisa saja membuat iman kita goyah. Namun, melalui bukti diatas saya percaya bahwa Dia adalah Allah yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Menurut saya juga, para murid tentu sekali tidak akan mau menyampaikan Injil kemana-mana, bahkan sampai mati, Matius dibunuh dengan pedang, Markus di seret dengan kuda, Lukas di gantung, Petrus di salib, Yakobus anak Zebedeus dipenggal kepalanya. Tentu sekali tidak akan ada orang yang rela mati demi sesuatu yang tidak benar-benar nyata, kecuali orang bodoh. 

REFLEKSI BELAJAR – IV

Ada beberapa ajaran menyimpang dalam pemahaman Kristologi, antara lain :
   1.     Ebionisme, paham ini mengemukakan pendapat, bahwa Yesus hanya manusia biasa hasil perkawinan Yusuf dan Maria, Yesus juga dianggap sebagai orang yang memiliki garis nasib sebagai pemimpin, dan menurut paham ini Yesus diangkat menjadi Mesias setelah dibabtis. Menurut paham ini, untuk menjadi Kristen haruslah menjadi Yahudi dulu.
   2.     Arianisme, paham ini memakai hukum kontradiksi. Menurut paham ini tidak ada makhluk lain yang memiliki sifat seperti Allah, jikalau itu ada, maka Allah bukan Allah lagi. Paham ini menganggap bahwa semua makhluk lain merupakan ciptaan Allah, termasuk Yesus. Ajaran ini ditolak dan dianggap sesat melalui konsili Nicea (325), namun ajaran ini masih tetap ada melalui Saksi Yehova.
   3.     Kristologi Fungsional, paham ini tidak perduli tentang siapa itu Yesus, namun mereka lebih fokus kepada apa yang Yesus lakukan. Kaum pluraris sangat menekankan Kristologi Fungsional. Menurut mereka, Kristologi merupakan sebuah doktrin yang berfokus pada “peristiwa” dan bukan tentang sifat-sifat.

Setelah mempelajari tentang ajaran menyimpang seputar Kristologi, saya mulai mengerti bahwa dalam mengikut Yesus, kita tidak bisa hanya percaya dan berdoa saja. Namun, kita juga harus memiliki dasar yang kuat tentang kebenaran Yesus, agar siap dalam menghadapi ajaran menyimpang. Karena hidup kita diperhadapkan bukan hanya kepada masalah ekonomi dan emosional saja, namun kita juga diperhadapkan kepada pandangan-pandangan yang salah terhadap Yesus. Sekuat apapun teori yang disampaikan oleh para tokoh yang menolak keilahian Kristus, Alkitab pasti punya jawabannya. Tentu dalam hal iman, akal pikiran kita akan menjadi lawan kita. Namun, kita perlu pahami, walaupun pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami hal-hal yang tidak terbatas yakni Allah, namun kita mempunyai cukup informasi untuk mengetahui Ke-Allahan Yesus yang telah menyelamatkan kita dari dosa dan menjamin suatu tempat bagi kita dalam kerajaan Allah.

REFLEKSI BELAJAR – V (Kesatuan Pribadi Kristus)

Secara umum, kita percaya bahwa Yesus 100% manusia serta 100% Allah. Namun muncul persoalan, bagaimana hubungan kedua sifat tersebut dalam satu pribadi Yesus. Beberapa tidak setuju dengan kesatuan tersebut, karena menurut mereka tidak mungkin Allah masuk kedalam tubuh manusia yang memiliki natur jahat. Paham yang tidak setuju akan kesatuan tersebut, juga mengangkat ayat Alkitab untuk mendukung pendapat mereka.
   1.     Yesus tidak menunjukkan adanya dualistik dalam doanya (Yoh. 17:21-22).
   2.     Yoh. 1:14; Gal. 4:4; 1 Tim. 3:16 – hanya menunjuk kepada diri Yesus yang satu saja.
   3.     Karya Yesus tidak pernah dinyatakan sebagai karya dari ilahi atau manusia (Ef. 2:16-18; 1 Yoh. 2:1-2, 4:15, 5:5)
Lalu bagaimana untuk menjawab keberatan tersebut.
Ketika Yesus berinkarnasi, (Filipi 2:6-7), “Ia mengosongkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba” berarti ia mengosongkan diri dari kesetaraan dengan Allah dan bukan kehilangan KeilahianNya. Dengan arti, ketika Dia menjadi manusia, Dia menerima keterbatasan atas berfungsinya sifat keilahiaanNya. Melalui pembatasan tersebut maka terjadilah apa yang disebut “kesatuan pribadi dalam Yesus”. Dan setiap tindakan Yesus merupakan hasil kesatuan kedua sifatNya. Namun dalam hal ini, kuasanya dibatasi karena Yesus memiliki tubuh manusia yang terbatas, namun bukan berarti terjadi pengurangan atas kekuasaan KeilahianNya.
Satu analogi penting untuk mendukung hal diatas, ketika seorang juara lari dunia harus mengikuti lomba lari 3 kaki, dimana salah satu kakinya diikatkan ke kaki seorang pelari amatiran. Tentu saja dia tidak bisa berlari secepat kemampuannya, dia harus membatasi diri supaya dapat mensejajarkan kecepatan dengan rekannya, namun bukan berarti dia kehilangan kemampuan berlarinya.
Demikian halnya dalam pemahaman kita atas kesatuan pribadi Kristus, kita sering sekali membuat pendekatan yang salah untuk memahaminya. Sehebat dan sekuat apapun teori kita, tidak akan pernah bisa menyangkali kesatuan pribadi Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar