Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (TUGAS MAKALAH KELOMPOK TEORI BELAJAR JEAN PIAGET )

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

TEORI BELAJAR
JEAN PIAGET

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
TEORI BELAJAR – PAK
Yang Dibina Oleh :
Sondiana Siagian, S.Pd.K

Nama Kelompok :
Cahniari Purba
Chica Afrida Hutagaol
Ramiana Sihombing

Roy Damanik

BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang supaya memiliki keterampilan dan pengetahuan. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi personal. Dalam kesempatan ini, kelompok kami akan membahas Teori Belajar yang dicetuskan oleh Jean Piaget yakni Teori Belajar Kognitif. Belajar menurut Teori Belajar Kognitif merupakan proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Kegiatan atau aktivitas pembelajaran didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran oleh karena itu kegiatan pembelajaran  harus berlandaskan pada teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.  Teori belajar berisi serangkaian prinsip yang terorganisasi yang menjelaskan bagaimana individu belajar serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baru.  Teori belajar perlu dipahami oleh guru atau dapat merancang proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Teori belajar yang bersifat penjelasan atau deskritif dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memahami proses belajar yang lebih baik. Pemahaman yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menciptakan kegiatan belajar seperti yang diharapkan, salah satunya Teori Belajar Kognitif.

   B.    RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini, antara lain :
   1.     Latar Belakang Jean Piaget
   2.     Pengertian dan Perkembangan Proses Belajar Kognitif
   3.     Klasifikasi Belajar Kognitif
   4.     Implementasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran

   C.    TUJUAN
   1.     Mengetahui Latar Belakang Jean Piaget
   2.     Mengetahui Pengertian dan Perkembangan Proses Belajar Kognitif
   3.     Mengetahui Klasifikasi Belajar Kognitif
   4.     Mengetahui Implementasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

   A.    LATAR BELAKANG JEAN PIAGET

Jean Piaget lahir di Neuchatel, Swiss pada 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss. Dia terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchatel. Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa ayahnya adalah ahli sejarah di bidang sejarah literatur. Piaget adalah seorang anak yang sangat cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, dan dalam usia 21 tahun mendapat gelar doctor dengan disertasi tentang moluska (kerang-kerangan). Bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Bahkan, kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino.

Di Grange-aux-Belles, Perancis, ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia, Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa. Selanjutnya Piaget menjabat sebagai profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1975 dan menjadi terkenal karena menyusun kembali teori perkembangan kognitif ke dalam serangkaian tahap, yakni : Masa Infancy; Pra-Sekolah; Anak-anak, dan Remaja.[1]


   B.    PENGERTIAN  DAN PERKEMBANGAN PROSES BELAJAR KOGNITIF

1)     PENGERTIAN BELAJAR KOGNITIF

Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi[2], terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan berbekas”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.[3]

2)     PERKEMBANGAN PROSES BELAJAR KOGNITIF

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut :[4]
a)     Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
b)     Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c)     Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah sama pada setiap anak.
d)     Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a.      Kematangan (fisik, mental dan nalar)
b.     Pengalaman
c.      Interaksi sosial
d.     Equilibration (proses dari penggabungan ketiga faktor di atas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).
e)     Ada 3 tahapan perkembangan, yaitu:
a.      Berpikir secara intuitif   +  4 tahun
b.     Beroperasi secara konkret  +  7 tahun)
c.      Beroperasi secara formal    +  11 tahun

Perlu diketahui pula bahwa dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda dan sebagainya, dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya.

   C.    KLASIFIKASI BELAJAR KOGNITIF
Menurut Piaget, tahap perkembangan intelektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut :[5]
    
   1.     Tahap Sensorimotor
Tahap paling awal dari perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, mendengar, membau dan lain-lain. Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a.      Berfikir melalui perbuatan (gerak).
b.     Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak reflex sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c.      Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d.     Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

   2.     Tahap Pra-Operasional (2-7 Tahun)
Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a.      Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b.     Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran.
c.      Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar secara individu.
d.     Anak belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.

   3.     Tahap Konkret-Operasional (7-11 Tahun)
Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan hal-hal yang logis. Tahap ini juga dapat ditandai dengan adanya pemahaman berdasarkan apa yang kelihatan nyata/konkret. Adapun ciri-ciri dari tahap ini, antara lain :
a.      Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami.
b.     Anak mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
c.      Pada tahap ini seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat interval jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
d.     Pada tahap ini anak jarang berbicara dengan suatu alasan, tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
e.      Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.

   4.     Tahap Formal-Operasional (11-15 Tahun)
Tahap Formal operational merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dapat diamati. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok tahap ini adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
a.     Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis.
b.     Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, mencatat hasil, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
c.      Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi[6] dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.

   D.    IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF PEAGET DALAM PEMBELAJARAN
Teori kognitif dan teori pengetahuan piaget sangat banyak mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum, memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di sekolah-sekolah. Maka dari karya besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri. Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah :[7]

Pokok Bahasan           : Bangun Ruang.
Sub Pokok Bahasan    : Kubus; Balok; Tabung; Prisma; Limas; Kerucut; Bola.

   a)     Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
a.      Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk.
b.     Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual.
c.      Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
d.     Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.
   b)     Pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD).
a.      Anak sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia ketahui tersebut.
b.     Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok dan yang lainnya termasuk bangun ruang.
c.      Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.
   c)     Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
a.      Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang yang ada.
b.     Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun tersebut.
c.      Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran itu.
   d)     Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
a.      Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah geometri.
b.     Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.

BAB III
PENUTUP
   
   A.    KESIMPULAN

Perkembangan kognitif merupakan tahap perkembangan manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep abstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :

   1.     Tahap Sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
Anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya.
   2.     Tahap Pra-Operasional : umur 2 – 7 tahun.
Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol, bahasa serta tanda.
   3.     Tahap Operasional Konkret : umur 7 – 11 tahun.
Anak mulai berpikir secara logis.
   4.     Tahap Operasional Formal : umur 11-15.
Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis.

   B.    SARAN

Hendaknya pengetahuan tentang Teori Belajar Kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi mensukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang Teori Belajar Kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam mengajar di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.



[1] Winfred F. Hill, Theories Of Learning  (Bandung : Nusa Media), hal. 156-157.

[2] Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu
[4] Sondiana Siagian, Diktat : Teori Belajar PAK, hal. 09
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru  (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008-Cetakan 14), hal. 69-75.
[6] Berpikir analogi ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernahdialami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar