Rabu, 11 Desember 2013

SEMESTER 3 (SGI LAPORAN BACA)

LAPORAN BACA
RAGI CARITA 2
SEJARAH GEREJA DI INDONESIA 1860-AN - SEKARANG
By : Th. van den End, J. Weitjens
(Orang-orang Kristen di tengah-tengah masyarakat Indonesia)

Nama : Roy Damanik
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BASOM

ORANG-ORANG KRISTEN DI TENGAH MASYARAKAT INDONESIA

Peranan orang Kristen ditengah-tengah masyarakat Indonesia, tidak terlepas dari 2 faktor, yakni faktor negatif dan positif. Pada tahun 1900 jumlah orang Kristen di Indonesia hanya 1% dari seluruh jumlah masyarakat Indonesia, pada tahun 1938 menjadi 2.5%, yang sebagian besarnya tinggal di pedalaman pulau Jawa. Pada persentase yang begitu sedikit, pelayanan Gereja serba kolonial dan Gerejanya adalah Gereja-Negara, dimana pelayannya adalah Pegawai Negeri, yang dalam hal ini tentu tidak akan bersikap kritis terhadap kolonial. Bahkan, tidak mungkin bisa mendorong orang Kristen untuk masuk dalam kegiatan sosial masyarakat. Berbeda dengan Zending (misi Katolik), yang sedikit lebih bebas, namun karena utusan Zending berasal dari Belanda, Zending menjadi enggan untuk mencampuri soal kemasyarakatan.

            Jika ada faktor negatif, tentulah ada faktor positif. Kehadiran Zending membawa perubahan kearah modernisasi di daerah yang dilayaninya. Dengan bantuan Zending jaringan sekolah mulai dibangun di beberapa daerah, seperti di daerah : Maluku, Minahasa, Poso, Tapanuli, Jawa, Halmahera, Irian, Sumba. Dimana bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa pengantar. Sekolah lanjutan dan lembaga pendidikan tinggi pun mulai didirikan, dimana persentase siswa Kristen lebih banyak. Zending mengharapkan para siswa tersebut dapat ikut serta dalam kegiatan membina negara Indonesia yang merdeka. Dalam pendidikan, Kristen banyak memberi sumbangan. Sebelum 1942, pemerintah tidak mengijinkan pendirian sekolah. Namun, tahun 1938 Zending berhasil membangun sekolah desa (sekolah dasar 3 tahun) sebanyak 2.584 sekolah dengan jumlah siswa 193.311. zending juga membangun sekolah standaard/vervolg (sekolah dasar 5 tahun) sebanyak 237 sekolah, dan juga beberapa sekolah pertukangan. Di bidang pendidikan terdapat beberapa bentuk, yakni : Pendidikan Barat, dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar;  Zending, perkumpulan sekolah Kristen yang berhubungan dengan zending. Mengelola 12 sekolah dengan 21.358 siswa; MULO, 12 sekolah dengan 2.656 siswa; Dan juga 2 Sekolah Menengah Atas, di Jakarta dan di Bandung.
Untuk tenaga pendidik, maka didirikan 9 “normaalleergang” Sekolah Pendidikan Guru Sekolah Desa, 1 “Hollands-Inlandse Kweekschool (HIK)” Sekolah Pendidikan Guru Sekolah Berbahasa Belanda”. Abad-20 kebanyakan sekolah disubsidi pemerintah. Namun, subsidi tersebut memiliki syarat. Dimana, jadwal mata pelajaran harus sama dengan jadwal sekolah pemerintah. Namun untuk mata pelajaran Pengetahuan Alkitab dibebaskan. Pendidikan pemerintah dengan Zending memiliki perbedaan. Dimana, pendidikan pemerintah ditandai tiga azas : Pembedaan menurut ras. Sekolah dasar ada yang berbahasa Belanda, Indonesia bahkan Eropa; Menurut Kelas, sekolah diatas tingkat sekolah dasar desa diperuntukkan bagi anak-anak dari golongan atas saja; Menurut bahasa dan kebudayaan, sekolah diatas sekolah dasar desa pada umumnya memakai bahasa Belanda. Pemisahan tersebut sedikit banyak diikuti oleh Zending, termasuk pembedaan kelas, meski tidak seketat pemerintah. Zending berharap sekolah berbahasa Belanda yang hanya dikunjungi oleh anak kalangan atas dapat menjadikan mereka menjadi Kristen. Dan setelah itu, akan banyak rakyat yang mengikutinya. Untuk azas lainnya zending enggan untuk mengikutinya, namun karena keinginan masyarakat pribumi, maka Zending pun mengikutinya.

            Jika demikian, apa perbedaaan sekolah Zending/Gereja dengan sekolah negeri. Zending memberi 2 jawaban : Sekolah Kristen adalah saluran pekabaran Injil, melalui Zending anak-anak dapat mengenal  Alkitab dan pokok iman Kristen; Kepribadian anak harus dibina menjadi pribadi yang diinginkan Allah, dengan kesadaran akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sedangkan sekolah Pemerintah lebih menekankan Otak, bukan kepribadian secara menyeluruh. Kedatangan Jepang membawa perubahan bagi pendidikan Kristen Indonesia. Pemerintah menghapuskan perbedaan kelas, dan ras. Namun, pengelolaan sekolah diambil alih pemerintah. Ikatan antara sekolah dan Gereja diputuskan. Dimulai dari tahun 1950, terjadi peningkatan di bidang sekolah, bahkan pada tahun 1966 sudah berdiri 12 Universitas Kristen, dan yang paling tua adalah UKI didirikan tahun 1953. Sumbangan Kristen bukan hanya dibidang pendidikan saja, namun di bidang kesehatan juga. Pada tahun 1938, rumah sakit Kristen Protestan sudah berjumlah 101, dengan staff 151 orang Eropa dan 2.398 orang Indonesia. Namun, terjadi perbedaan makna pelayanan di bidang kesehatan, dimana para zending menganggap rumah sakit Kristen sebagai sarana pekabaran Injil, sedangkan para dokter menganggap itu sebgai pelayanan kasih. Pada masa Jepang, semua rumah sakit swasta diambil alih. Dan hanya sebagian saja yang dikembalikan setelah perang. Dalam bidang Ekonomi, sumbangan Kristen tidaklah banyak. Karena zending tidak memiliki modal yang cukup besar. Adapun sumbangannya antara lain pembukaan proyek pertanian di Halmahera, Sumba, Sulawesi Tengah dan didaerah-daerah lain mulai abad ke-19.  Sedangkan dalam bidang politis, disebabkan para zending kebanyakan tidak bergerak dibidang politik bahkan tidak suka kalau orang Kristen bergabung didalamnya, dan juga para zending diawasi secara ketat oleh kolonial, sedikit saja menyimpang akan diusir. Maka dapat diartikan bahwa rangsangan politik didapatkan oleh orang Kristen adalah dari teman sebangsanya, bahkan yang bukan Kristen.
           

            Partisipasi orang Kristen dalam bidang politik sudah berlangsung sejak lama. Misalnya pemberontakan Pattimura di Maluku tahun 1817, pemogokan di sekolah Raja Narumonda milik RMG di Tapanuli tahun 1905, dan aksi lainnya. Beberapa tokoh yang masuk dalam politik antara lain Dr. G.S. Ratulangi, Mr. Amir Sjarifuddin. Dan semua itu ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi politik, seperti : PARTINDO, GERINDO, dan lainnya. Ketika peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, terjadi pembubaran organisasi anti kolonial. Yang diijinkan hanyalah yang bersifat sosial-ekonomi. Namun perjuangan para pemuda dan mahasiswa bahkan tokoh masyarakat Kristen tetap bergerak dan membantu sampai pada persiapan kemerdekaan. Keikutsertaan orang Kristen dalam perjuangan nasional menjadikan orang Kristen diterima oleh golongan lain. Bahkan orang Kristen menjadi anggota kabinet berturut-turut, dan menjadi pimpinan ABRI. Unsur pokok orang Kristen dalm politik adalah loyal terhadap pemerintahan dan ikut mempertahankan Pancasila, menolak komunisme, sampai pada peleburannya dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dapat disimpulkan bahwa orang Kristen Indonesia telah ikut serta dalam kehidupan bangsa dalam arti yang paling luas, sebelum dan terutama juga sesudah lahirnya Negara Republik Indonesia. Itu semua berkat peranan yang diciptakan oleh zending luar negeri melalui sarana pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar