TUGAS
LAPORAN BACAAN
BUKU: PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Teori Dan Praktek
Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus, karena
atas pertolongan-Nya Tugas Laporan Bacaan ini dapat terselesaikan. Laporan
Bacaan ini saya sampaikan kepada pembina mata kuliah Kurikulum Pendidikan Agama
Kristen 1, Ibu Susi Tampubolon, S.Pd.K.,M.Pd.K©, sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah tersebut. Adapun buku yang dijadikan sebagai Tugas
Laporan Bacaan, adalah:
Judul Buku : Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek
Penulis :
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
Penerbit :
PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Jumlah halaman : 215 Halaman
BAB 1
KONSEP KURIKULUM
A. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan
Pendidikan berintikan interaksi antara
pendidikan dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai
tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi
pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta
didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis. Interaksi pendidikan antara orang tua dengan anaknya juga sering
tidak disadari. Dalam kehidupan keluarga interaksi pendidikan dapat terjadi
setiap saat, setiap kali orang tua bertemu, berdialog, bergaul, dan bekerja
sama dengan anak-anaknya. Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih
bersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara
formal dalam lembaga pendidikan guru. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang
jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara
dan alat-alat yang telah dipilih dan dirancang secara cermat. Dalam lingkungan
masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang sangat
formal yang mirip dengan pendidikan sekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai
dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya
juga bervariasi, dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai
guru, sampai dengan yang melaksanakan tugas sebagai pendidik karena pengalaman.
B. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan
dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan
aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum juga sering dibedakan
antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang fungsional. Sedangkan Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa
kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran.
C. Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan
Ada empat teori pendidikan yang banyak
dibicarakan para ahli pendidikan dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan,
yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan
teknologi pendidikan.
1.
Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik atau classical
education dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini bertolak
dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi
memelihara, mengawetkan, dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada
generasi berikutnya. Ada dua model konsep pendidikan klasik, perenialisme dan
esensialisme. Parenialisme maupun esensialisme mempunyai pandangan yang sama
tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis. Pendidikan lebih
menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Konsep filosofis,
lebih banyak mewarnai pendidikan ini.
2.
Pendidikan Pribadi
Pendidikan pribadi (personalized
education) lebih mengutamakan peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak
dari anggapan dasar bahwa sejak dilahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi,
baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar
dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi
menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru,
seperti halnya seorang petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air,
udara, dan sinar matahari. Guru adalah pembimbing, pendorong (motivator), fasilitator,
dan pelayan bagi siswa. Teori ini juga memiliki dua aliran, yaitu pendidikan
progresif dan pendidikan romantik. Tokoh pendahulu pendidikan progresif adalah Francis
Parker yang membawa aliran ini dari Eropa ke Amerika. Aliran ini menjadi lebih
terkenal di Amerika berkat percobaan-percobaan yang dilakukan John Dewey dengan
sekolah-sekolah laboratoriumnya. John Dewey menerapkan prinsip belajar sambil
berbuat (learning by doing).
3.
Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam
teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompentensi bukan
pengawetan dan pemiliharaan budaya lama. Kurikulum pendidikan teknologi
menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis.
4.
Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia membutuhkan
orang lain, selalu bersama, berinteraksi, dan bekerja sama. Dalam hal ini, guru
berperan menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling
membantu.
BAB 2
TEORI KURIKULUM
A. Apakah Teori Itu?
Kesepakatan yang telah diterima secara
umum, teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang
menjelaskan serangkaian hal. Ada tiga kelompok karateristik utama sistem
pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan dalam suatu teori bersifat memadukan.
Kedua, berisi kaidah-kaidah umum. Ketiga bersifat meramalkan. Menurut Rose, karakteristik
pernyataan (set of statement) meliputi definisi, asumsi, dan kaidah-kaidah
umum.
Teori menjelaskan suatu kejadian,
sedangkan tugas seorang teoretisi adalah merumuskan istilah-istilah dan
pernyataan yang akan menjelaskan isi bagian-bagian dan hubungan di antara
bagian-bagian tersebut. Hal yang sangat penting dalam pekerjaan seorang ilmuwan
adalah pengunaan istilah-istilah. Ia dituntut untuk mengunakan istilah dengan
makna yang tepat dan konsisten. Ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati
oleh para ilmuwan, yaitu: mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi.
Brodbeck menambahkan fungsi lain. “A
theory not only explains and predict, it also unifies phenomena”.
B. Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu ilmu terapan (applied
science), yaitu terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi,
sosiologi, dan humanitas. Sebagai ilmu terapan perkembangan teori pendidikan
berasal dari pemikiran-pemikiran filosofis-teoretis, penelitian empiris dalam
praktik pendidikan. Yang menjadi subteori dari pendidikan adalah teori-teori
dalam kurikulum, pengajaran, evaluasi, bimbingan-konseling, dan administrasi
pendidikan. Teori pendidikan selalu menyangkut tentang teori nilai, etika, yang
keduanya merupakan bahasan dari bidang filsafat.
C. Teori Kurikulum
1.
Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan
penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep
tentang kurikulum: kurikulum sebagai subtansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang
studi. Kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid disekolah, atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum
sebagai suatu system, sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum.
2.
Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat
dilepaskan dri sejarah perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai
pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitive
berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918. Babbit sering dipandang
sebagai ahli kurikulum yang pertama, ia perintis pengembangan praktik
kurikulum.
3.
Sumber Pengembangan Kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita
mengetahui beberapa hal yang menjadi sumber atau landasan inti penyusunan
kurikulum. Pengembangan kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan
orang dewasa. Karna sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa.
Kurikulum, terutama isi kurikulum di ambil dari kehidupan orang dewasa. Sumber
lain penyususan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang
belajar adalah anak. Sosial-politik juga menjadi sumber penentuan kurikulum.
4.
Desain Dan Rekayasa Kurikulum
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada
dua subteori dari teori kurikulum, yaitu desain kurikulum dan rekayasa kurikulum.
Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum: Pertama, ketentuan-ketentuan
tentang bagaimana penggunaan kurikulum, serta bagaimana mengadakan
penyempurnaan-penyempurnaan berdasarkan masukan dari pengalaman; Kedua,
kurikulum itu di evaluasi, baik bentuk desainnya maupun sistem pelaksanaannya.
BAB 3
LANDASAN FILOSOFIS
DAN PSIKOLOGIS
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Landasan Filosofis
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti
“cinta akan kebijakan” (love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia
menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti
kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengatahuan. Pengetahuan
tersebut diperoleh melalui proses berpikir yaitu berpikir secara sistematis, logis
dan mendalam. Pemikiran demikian dalam fisafat sering di sebut sebagai
pemikiran radikal, atau berpikir sampai keakar-akarnya. Dalam tulisan ini akan
dikemukakan salah satu pandangan tentang filsafat pendidikan, yaitu pandangan
dari John Dewey.
1.
Dasar-Dasar Filsafat Dewey
Ciri utama filsafat dewey adalah konsepsinya
tentang dunia yang selalu berubah. Prinsip ini membawa konsekuensi yang jauh, bagi
Dewey tidak ada yang menetap dan abadi. Ciri lain filsafat Dewey adalah anti dualistik.
Pandangannya tentang dunia adalah monistik dan tidak lebih dari sebuah
hipotesis.
2.
Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut John Dewey yaitu
pendidikan berarti perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang
kematian. Menurut Dewey perkembangan dimulai dari pertumbuhan, syarat
pertumbuhan adalah adanya kebelumdewasaan (immaturity), yang berarti kemampuan
untuk berkembang. Ada dua sifat dari immaturity yakni kebergantungan dan
plastisitas. Kebergatungan berarti kemampuan untuk menyatakan hubungan social,
dan ini akan menyebabkan individu matang dalam hubungan sosial.
B. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi
interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik dengan pendidik
dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainya.
1.
Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas
perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid
dengan sel telur sampai dengan dewasa. Dalam psikologi perkembangan ada yang
metode dan teori perkembangan. Metode Dalam
Psikologi Perkembangan, pengetahuan tentang perkembangan individu di
peroleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik,
sosiologik, ataustudi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang
perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa
perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa, seperti yang pernah
dilakukan oleh Williard C. Olson. Teori
Perkembangan, ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu
yaitu pendekatan pertahapan, pendekatan diferensial, dan pendekatan ipsatif.
2.
Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi
tentang bagaimana individu belajar. Banyak sekali definisi tentang belajar.
Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
terjadi melalui pengalaman. Belajar berhubungan dengan congnitive. Istilah
congnitive berasal dari bahasa Latin “cognoscre” yang berarti mengetahui (to
know). Aspek ini berkenaan dengan bagaimana individu dapat memahami dirinya dan
lingkungannya.
BAB 4
LANDASAN SOSIAL –
BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU
DAN TEKNOLOGI DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Pendidikan Dan Masyarakat
Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi
pelaksanaan pendidikan bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat setempat. Pendidikan dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu
berbeda dengan lingkungan masyarakat lain, karena adanya perbedaan system
sosial-budaya, lingkungan alam, serta sarana dan prasarana yang ada.
B. Perkembangan Masyarakat
Salah satu ciri dari masyrakat adalah
selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat
cepat, tetapi pada masyarakat lainya agak lambat bahkan lambat sekali.
Perkembangan teknologi, terutama industri, transportasi, komunikasi,
telekomunikasi dan elektronika sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Perkembangan dalam masyarakat mempengaruhi perubahan dalam pola pekerjaan,
peranan wanita dan kehidupan keluarga.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat. Masa setelah abad pertengahan sering disebut zaman modern.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh penemuan dan
hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales, Phytagoras, Leucipos,
Demokritos, Socratos,dll.
D. Perkembangan Teknologi
Dari para ahli, kita sering mendengar
pernyataan bahwa ilmu bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan tersebut diartikan
bahwa pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan kepada bidang-bidang kehidupan atau ilmu yang lainnya.
Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20 berkenaan dengan
penjelajahan angkasa luar. Temuan-temuan lainnya dibidang fisika, kimia dan
matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.
E. Pengaruh Perkembangan Ilmu Dan Teknologi
Pengaruh IPTEK cukup luas, meliputi
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika, dan estetika, bahkan
keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Bidang yang paling berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat adalah: komunikasi, transportasi, mekanisasi industri dan
pertanian, serta persenjataan.
BAB 5
MACAM-MACAM
MODEL KONSEP KURIKULUM
A. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari
pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Kurikulum subjek
akademis tidak hanya menekankan materi yang disampaikan, namun juga
memperhatikan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Kurikulum subjek
akademis mempunyai ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi, isi dan
evaluasi. Dengan tujuan memberi pengetahuan yang solid serta melatih para siswa
menggunakan ide dan proses penelitian. Metode yang paling banyak digunakan
dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Dalam
kurikulum ini, para pengembang bermasalah dalam memilih materi dari sekian
banyak disiplin ilmu yang ada. Para pengembang kurikulum lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan kemampuan
berpikir anak.
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh
para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan pribadi, yaitu John Dewey dan J.J. Rousseau. Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Aliran ini lebih menekankan bagaimana
mengajar siswa, dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Kurikulum
konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang ingin menyatukan
segi-segi afektif dengan segi-segi kognitif. Pendidikan konfluen kurang
menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif. Kurikulum konfluen
mempunyai beberapa ciri utama yaitu: partisipasi, integrasi, relevansi, pribadi
anak dan tujuan.
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda
dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian
pada problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada
aliran pendidikan interaksional. Para rekonstruksionis sosial tidak mau terlalu
menekankan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana
masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat
memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus sosial.
D. Teknologi Dan Kurikulum
Teknologi pendidikan dalam arti
teknologi alat, lebih menekankan penggunaan alat-alat teknologis untuk
menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan. Teknologi pendidikan menekankan
kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan
pendekatan sistem.
BAB 6
ANATOMI DAN
DESAIN KURIKULUM
A. Komponen-Komponen Kurikulum
Suatu kurikulum harus memiliki
kesesuaian atau relevansi, yakni kesesuain kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat serta kesesuaian antar
komponen-komponen kurikulum. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan
dalam kurikulum, yakni: tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, media mengajar,
evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran.
B. Desain Kurikulum
Kurikulum menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain
kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal (penyusunan
dari lingkup isi kurikulum) dan vertical (penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran).
BAB 7
PROSES
PENGAJARAN
A. Keseimbangan Antara Isi Dan Proses
Dalam uraian model-model konsep
kurikulum, dan dalam macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran
selalu menjadi tema dan titik tolak. Hal itu disebabkan kedudukan kedua
kurikulum tersebut sangat penting.
B. Isi Kurikulum
Di Amerika Serikat, ada dualisme tujuan
pendidikan yang membutuhkan keseimbangan, yaitu antara kegunaan dengan
keindahan. Sekolah diharapkan dapat mengajarkan semua yang berguna dan semua
yang indah. Dalam proses pendidikan, ada empat hal pokok penting, yakni:
peranan struktur bahan, penekanan proses belajar, kesiapan belajar, dorongan
belajar.
C. Proses Belajar
Belajar merupakan cara menguasai
pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur ide yang
telah ada. Dalam proses belajar, pelajar harus mampu menerima keseluruhan bahan
pelajaran dan harus disajikan pada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna.
Belajar akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang mempunyai makna,
penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang lain.
D. Kesiapan Belajar
1.
Perkembangan Intelek
Hasil penelitian berkenaan dengan
perkembangan intelek anak menunjukkan, bahwa tiap tingkat perkembangan
mempunyai karakterristik tertentu tentang cara anak melihat lingkungannya dan
cara memberi arti bagi dirinya sendiri. Menurut Piaget, ada empat tingkat perkembangan
anak: Tingkat Pertama, adalah tingkat
sensory motor, masa lahir sampai dua tahun merupakan masa perkembangan
kemampuan bergerak dan merespon terhadap rangsangan. Tingkat Kedua, masa dua sampai tujuh tahun disebut tingkat
preoperasional. Tugas perkembangan anak pada masa ini terutama membentuk
hubungan antara pengalaman dengan
kegiatan. Tingkat Ketiga, masa antara
7 sampai 11 tahun, merupakan masa anak sekolah, disebut juga tingkat “concrete
operational”. Tingkat Keempat, masa
antara 11 sampai dengan 14 tahun, merupakan tingkat “formal operation”.
2.
Kegiatan Belajar
Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal
meliputi tiga proses. Pertama, proses
mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan
informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi, yaitu proses
memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas baru. Transformasi meliputi
cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek
apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas.
3.
Spiral Kurikulum
Jika prinsip perkembangan anak telah
diperhatikan, bahan ajar telah disusun dalam urutan yang logis dan cukup
mendorong perkembangan dan keadaan memungkinkan untuk memperkenalkannya seawal
mungkin; apakah anak akan menjadi orang dewasa dan berpengetahuan.
4.
Minat Dan Motif Belajar
Beberapa hal dapat diusahakan untuk
membangkitkan motif belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang
berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan
dorongan untuk menemukan, menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk
pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
BAB 8
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
A. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan
yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.
Suatu kurikulum diharapkan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa
secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
1.
Prinsip-Prinsip Umum
Beberapa prinsip umum kurikulum: Relevansi, menyiapkan siswa untuk bisa
hidup dan bekerja dalam masyarakat; Fleksibilitas,
fleksibel; Kontinuitas, yaitu
kesinambungan; Praktis, mudah
dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana; Efektivitas, keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
2.
Prinsip-Prinsip Khusus
Beberapa prinsip khusus yang perlu
diperhatikan dimana kurikulum harus berkenaan dengan: tujuan pendidikan;
pemilihan isi pendidikan; pemilihan proses belajar mengajar; pemilihan media
dan alat pengajaran; pemilihan kegiatan penilaian.
B. Pengembang Kurikulum
1.
Peranan Para Administrator Pendidikan
Para administrator pendidikan terdiri
atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor
wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peran para
administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan
kurikulum adalah menyusun dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program
inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan
minimum course yang dituntut.
2.
Peranan Para Ahli
Partisipasi para ahli pendidikan dan
ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum pada
tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada
tingkat daerah atau lokal, maka partisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal
bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang digariskan di tingkat
pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembang dan
pelaksana kurikulum di daerah.
3.
Peranan Guru
Guru memegang peranan yang cukup penting
baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia perencana, pelaksana,
dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Dia juga komunikator, pendorong
kegiatan belajar, pengembang alat belajar, pencoba, pembimbing disekolah dan
masyarakat.
4.
Peranan Orang Tua Murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam
pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama
dalam penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya
terbatas kepada beberapa orang saja yang mempunyai latar belakang yang memadai.
Orang tua perlu mengamati kegiatan belajar dirumah dan laporan sekolah anak.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum
1.
Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh
dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan
ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di PTKeguruan.
2.
Masyarakat
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan
kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen
atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan
sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat.
3.
Sistem Nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat
sistem nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah
sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan
nilai-nilai. Sistem nilai yang akan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum.
D. Artikulasi Dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
Artikulasi dalam pendidikan berarti
“kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan
artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang
hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta
isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Hambatan
yang sering muncul dalam pengembangan kurikulum terdapat pada guru yang kurang
berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hambatan lain datang dari
masyarakat yang tidak mendukung pembiayaan yang berakibat langsung pada pengembang
kurikulum.
E. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Banyak model yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja
didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian
hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan
sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana
yang digunakan. Sekurang-kurangnya dikenal delapan model pengembangan kurikulum,
yaitu: the administrative (line staff) model, the grass roots model, Beauchamp’s
system, the demonstration model, Taba’s inverted model, Roger’s interpersonal
relations model, the systematic action research model, dan emerging technical
model.
BAB 9
EVALUASI
KURIKULUM
A. Evaluasi Dan Kurikulum
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan
secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor: Evaluasi kurikulum berkenaan
dengan fenomena-fenomena yang terus berubah; Objek evaluasi kurikulum adalah
sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan juga
berubah; Evaluasi dan kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
manusia yang sifatnya juga berubah. Evaluasi dan kurikulum merupakan dua
disiplin yang berdiri sendiri.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas,
kompleks dan terus-menerus. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi
kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan
yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi
kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang
sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang
telah ditentukan.
B. Konsep Kurikulum
Secara sederhana teori kurikulum dapat
diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada
situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.
C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum
Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan
perhatian besar pada analisis pengetahuan baru yang ada, konsep situasi
menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar, dan konsep
organisasi memberi perhatian besar pada struktur dan sekuens belajar.
Perbedaan-perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah selanjutnya.
D. Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi dalam kurikulum
khususnya pendidikan, umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
evaluasi sebagai moral judgement, penentuan keputusan, dan konsesus nilai.
Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi
suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Evaluasi bukan
merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, pertama mengumpulkan informasi
dan kedua menentukan suatu keputusan.
E. Ujian Sebagai Evaluasi Sosial
Keberhasilan dalam ujian pengetahuan dan
kemampuan skolastik, selama bertahun-tahun ditentukan oleh kemampuan mengingat
fakta. Kecenderungan ini bukan saja didasari oleh teori psikologi lama, yang
memandang bahwa otak yang lebih baik mampu menguasai fakta lebih banyak, tetapi
juga oleh keadaan masyarakat di mana buku-buku sumber (teks) pengetahuan secara
relatif tidak berubah selama dua abad.
F. Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.
Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang
menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis
serta eksperimen lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya
mempunyai dua bentuk, yaitu tes inteligensi yang ditujukan untuk mengukur
kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
2.
Evaluasi Model Objektif
Perbedaan model objektif dengan model
komparatif adalah dalam dua hal: Pertama, dalam model objektif, evaluasi
merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Para
evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar
tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Kedua, kurikulum tidak
dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan
khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan
tujuan-tujuan tersebut.
3.
Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model
Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi
evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut.
BAB 10
GURU DAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Guru Sebagai Pendidik Profesional
Sebagai pendidik professional, guru
bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu:
Kemampuan profesional, yang mencakup:
Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar
keilmuan dari bahan pelajaran tersebut; Penguasaan landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan; Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa. Kemampuan sosial,
yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
Kemampuan personal, yang mencakup: Penampilan
sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan; Pemahaman, penghayatan, dan penampilan
nilai-nilai yang seyogianya dimiliki guru; Penampilan upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya.
B. Guru Sebagai Pembimbing Belajar
Dalam konsep pendidikan klasik, guru
berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi
pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru
berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru
lebih berperan sebagai pengarah, pendorong, dan pembimbing.
C. Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan
kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan
sentral-desentral. Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, kurikulum
disusun oleh sesuastu tim khusus di tingkat pusat. Kurikulum bersifat uniform
untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/jenis sekolah.
1.
Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Yang
Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat
sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam perencanaan, dan evaluasi
kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro.
Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu
semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.
2.
Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Yang
Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh
sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah.
Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah
tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah atau sekolah-sekolah tersebut.
Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah atau
wilayah mempunyai kurikulum sendiri, tetapi kurikulum ini cukup realistis.
D. Pendidikan Guru
1.
Masalah Pendidikan Guru
Masalah pendidikan guru tidak dapat
dilepaskan dari masalah pendidikan secara keseluruhan. Dalam pendidikan di
Indonesia kita menghadapi dua masalah besar, yaitu masalah kuantitas dan
kualitas pendidikan. Masalah pertama kuantitas pendidikan, berkenaan dengan
penyediaan fasilitas belajar bagi semua anak usia sekolah. Hal itu berkenaan
dengan penyediaan ruang kelas, gedung dan peralatan sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan lainnya. Dari sisi kualitas, masyarakat dan para ahli pendidikan
banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti yang
diharapkan.
2.
Standardisasi Pendidikan Guru
Ada beberapa prinsip yang perlu
dijadikan pegangan dalam pengembangan pendidikan guru. Pertama, syarat untuk
masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, tetapi
prosedurnya cukup fleksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial
dan cocok. Kedua, program pendidikan guru hendaknya memiliki tiga komponen yang
terintegrasi, yaitu pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi dan
keahlian dalam kurikulum dan pengajaran. Ketiga, perkembangan calon guru
dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang bervariasi.
Keempat, program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang
memungkinkan calon guru bisa bekerja dengan baik. Kelima, perlu ada lembaga
yang memberikan legalitas terhadap kelayakan program pendidikan guru, standar
yang digunakan serta memberikan sertifikasi terhadap guru. Dengan mengacu pada National Education Assosiation (NEA) Amerika
Serikat, standar pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu:
perencanaan, implementasi, personalia, isi program serta keanggotaan dalam
profesi guru.
3.
Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi
Salah satu model pendidikan guru yang
mungkin bisa mencapai standar, adalah model pendidikan guru berdasarkan
kompetensi (PGBK) atau competence based teacher education (CBTE). Beberapa ahli
lebih setuju memakai kata performance (perubahan atau perilaku) daripada
competence, karena dipandangnya lebih luas. Dalam tulisan ini keduanya
dipandang sama.
4.
IKIP, FKIP, STKIP Sebagai Lembagai Pendidikan Guru
Di Indonesia dewasa ini, kita mempunyai
dua kelompok lembaga pendidikan guru, yaitu: IKIP, FKIP, dan STKIP yang
merupakan lembaga pendidikan guru pada jenjang perguruan tinggi, dan PGA pada
jenjang pendidikan menengah. Sebelumnya pada jenjang pendidikan menengah juga
ada SPG dan SGO yang menyiapkan calon-calon guru sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar