TUGAS
MAKALAH DAN PRESENTASE
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN REMAJA
Dari Segi Moral
Dan Identitas
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena atas kemurahan-Nya tugas makalah dan presentase ini dapat kelompok
selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini kelompok serahkan kepada pembina mata
kuliah Psikologi Perkembangan Remaja, Ibu Ester Melati, M.Pd.K, sebagai salah
satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa kelompok mengucapkan
terima kasih kepada ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
seluruh mahasiswa.
Kelompok memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas makalah dan
presentase ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kelompok mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang
akan datang.
Batam,
November 2015
Hormat
Kami
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa yang paling
meresahkan hati bagi setiap orang, secara khusus orang tua. Pada masa ini
sering di iringi oleh berbagai perubahan serta perkembangan yang terjadi pada
diri seorang remaja baik secara fisik, intelektual, psikologi dan juga sosial
yang berlangung sangat cepat. Oleh karena itu, seorang remaja membutuhkan pemahaman
dan penerimaan diri tentang karakteristik masa perkembangan ini. Berbagai
problema yang muncul seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman dalam
berinteraksi dengan tuntutan pertumbuhan dan kebutuhan remaja yang terus
berkembang. Dalam pembahasan ini, kelompok akan membahas secara khusus mengenai
perkembangan remaja dari aspek moral dan identitas diri.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah dan presentase ini, antara lain:
1.
Apa
yang dimaksud dengan remaja?
2.
Apa
dan bagaimana perkembangan moral pada remaja?
3.
Apa
dan bagaimana penemuan identitas diri pada remaja?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penulisan makalah dan presentase ini, antara lain:
1.
Memahami
tentang remaja.
2.
Memahami
perkembangan moral remaja.
3.
Memahami
penemuan identitas diri remaja
BAB II
PEMBAHASAN
Remaja merupakan usia transisi yang
sangat menentukan masa depan kehidupan manusia, dan masa ini merupakan masa
yang harus dialami semua orang. Pada masa ini sangat penting membangun nilai
khusus serta cara pandang kehidupan yang Alkitabiah. Masa remaja juga merupakan
masa peralihan yang menentukan dan mengubah bentuk fisik. Masa ini juga
merupakan masa ketika perasaan dan emosi bercampur. Dalam masa ini remaja
tampil dengan sikap yang unik, seperti suka memberontak, cepat marah dan
cenderung bersikap keras.[1]
A. DEFENISI REMAJA
1.
REMAJA SECARA
UMUM
Secara
etimologi, istilah remaja meliputi dua istilah yang membedakan remaja itu
sendiri, yaitu istilah pubertas dan adolesen. Perbedaan ini berdasarkan
peninjauan atas kematangan-kematangan yang menonjol yang terjadi pada masa
remaja itu. Istilah pubertas menunjukkan adanya psikis remaja. Hal ini sesuai dengan
pendapat Moh. Surya (1990:89) bahwa pubertas (puberty) berasal dari kata pubes
yang artinya “bulu”. Jadi masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan jasmani
seperti tambah bulu, tinggi, dan berat badannya, kematangan organ-organ seks,
dan sebagainya.[2]
2.
REMAJA MENURUT ALKITAB
Masa
remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan hubungan dengan Allah. Karena masa
remaja adalah masa keterbukaan dalam hal idea atau bimbingan. Untuk itu masa
remaja ini adalah kesempatan bagi para pendidik untuk memberikan waktu yang
cukup dalam melayani remaja dalam menemukan identitasnya sebagai orang Kristen.
Ada dalam Alkitab, Ingatlah akan
Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat
tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”
(Pengkhotbah 12:1) dan dengan apakah anak muda mepertahankan kelakuannya
bersih yaitu dengan merenungkan firman Tuhan sebagai dasar kehidupan orang
percaya. Tuhan lebih tertarik kepada kemampuan dari pada umur. Dalam 1 Samuel
2:18 dikatakan “adapun Samuel menjadi
pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju
efod dari kain lenan”.[3]
B.
PERKEMBANGAN
MORAL
Pengertian Moral
Menurut Shaffer adalah
kaidah norma yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan
masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang
ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu
sebagai anggota sosial. Sedangkan menurut Rogers, Moral
adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
keharmonisan dan ketertiban. Menurut Kohlberg,
penilaian dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan dari
moral ini bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung suatu
tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi
kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang masing-masing individu
sambil mempertimbangkan segala tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap
pribadi terhadap sesuatu yang baik. Semua ini merupakan tindakan kognitif.[4]
1.
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN MORAL
a. Usia 12-15 tahun, penalaran moral mencerminkan peningkatan kesadaran
akan keadilan dan pembuat aturan yang kooperatif.
b. Usia 16-20 tahun, relativisme memainkan peranan penting dalam
penalaran moral.
2.
CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MORAL
a.
Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir
kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak/formal. Peningkatan kemampuan
berpikir berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral. Dengan
dicapainya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan pemahaman terhadap moralnya
meningkat.
b.
Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami
bahwa peraturan itu dibuat atas asas persetujuan semua orang yang bersifat
ideal.
c.
Michel (dalam Elida Prayitno: 1992) mencatat
ada tiga perubahan yang penting dalam perkembangan moral selama masa remaja,
yaitu:[5]
1)
Remaja menyadari bahwa yang disebut benar atau
salah itu adalah atas pertimbangan keadilan atau kebijaksanaan, bukan atas
kemauan orang yang berkuasa.
2)
Remaja paham tentang peraturan moral atau
agama dan sosial karena telah diperolehnya kemampuyan memahami sesuatu dari
sudut pandangan tertentu, sehingga remaja mengerti bahwa moral relatif tidak
absolut.
3)
Remaja mengalami konflik tingkah laku moral
dengan pikiran moral. Tingkah laku moral adalah tingkah laku yang ditampilkan
sesuai dengan kriteria moral, sedangkan pikiran moral dan pandangan moral
adalah pendapat atau pertimbangan seseorang tentang persoalan moral.
3.
PENYIMPANGAN MORAL DALAM MASA PERKEMBANGAN REMAJA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA
a.
Penyimpangan Remaja
2)
Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan
kematian dan AIDS.
3)
Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4)
Tawuran.
5)
Sering berkunjung ke diskotik.
6)
Menjajakan diri kepada pria hidung
belang.
b.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada
Remaja
Adapun yang kemungkinan besar yang menjadi faktor yang mempengaruhi
perilaku penyimpangan pada remaja ialah sebagai berikut:
1)
Kelalaian orangtua dalam mendidik
anak (kurang dalam memberikan ajaran dan
bimbingan tentang nilai-nilai Kristiani).
2)
Sikap perilaku orangtua yang buruk
terhadap anak.
3)
Kehidupan ekonomi keluarga yang
morat-marit (miskin/fakir).
4)
Diperjualbelikannya minuman
keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
5)
Kehidupan moralitas masyarakat yang
bobrok.
6)
Beredarnya film-film atau
bacaan-bacaan porno.
8)
Perceraian orangtua.
9)
Penjualan alat-alat kontrasepsi yang
kurang terkontrol.
10)
Hidup menganggur.
11)
Kurang dapat memanfaatkan waktu
luang.
12)
Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang
memperhatikan nilai-nilai moral).
c.
Solusi
dalam Mengatasi dan meminimalisasi Perilaku Moral Remaja yang Menyimpang
Adapun
yang menjadi solusi dari kelompok dalam mengatasi penyimpangan moral pada
remaja ialah sebagai berikut:
1)
Mengajarkan anak remaja tentang nilai-nilai
Kristiani dan etika Kristen, nilai-nilai Kristiani yang dimaksud ialah
mengasihi dan menyayangi orang lain, peduli terhadap sesamanya, tidak melakukan
yang tidak sopan, menghormati orang yang lebih tua, tidak melakukan perbuatan
amoral dan lain sebagainya.
2)
Mendidik dan mengarahkan anak-anak
remaja dalam melakukan kegiatan-kegiatan rohani. Kegiatan-kegiatan yang
bersifat rohani, yakni terlibat dalam pelayanan di persekutuan remaja, seperti
bermain musik, singer, multimedia, tamborin, dan lainnya.
3)
Melibatkan anak remaja dalam
kegiatan aksi sosial. Kegiatan sosial yang dimaksud seperti mengunjungi panti
asuhan, mengadakan gotong-royong, melakukan pelestarian alam dengan menanam
pohon, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti monumen, dan lain
sebagainya.
4)
Mengadakan seminar tentang
pembentukan moral pada remaja. Menyampaikan pengajaran tentang nilai-nilai
moral, kesuksesan, seks, narkoba, dan lain sebagainya.
5)
Membimbing anak remaja dalam
menghadapi setiap persoalan-persoalan yang dihadapinya supaya tidak terjadi
penyimpangan. Memberikan arahan, dukungan, bimbingan dan nasehat kepada remaja
supaya tidak mengalami depresi dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dihadapinya.
C. PENEMUAN IDENTITAS DIRI REMAJA
Masa remaja adalah masa dimana mereka
melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri,
pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa
pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini
melibatkan peran dari banyak orang. Ada beberapa pengertian ientitas atau jati
diri, yaitu sebagai berikut:[6]
1.
Jati
diri adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami.
2.
Jati
diri adalah suatu proses pertumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang
terpancar dari hati nurani melalui mata hati.
3.
Jati
diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
4.
Jati
diri adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya
gerak dari dalam.
Menurut psikologi anak dan remaja dari
Empati Development Center, Dra. Roslina Verauli, MPsi, “Identitas diri
sebetulnya cara bagaimana seseorang melihat dirinya, identitas diri juga
dikenal dengan istilah konsep diri.” Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa, jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran
kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan
hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita.
1.
PENEMUAN JATI
DIRI YANG BAIK
Supaya remaja dapat memahami jati
dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya, maka hendaknya
ia memperhatikan hal-hal berikut ini :
a.
Belajar, menuntut ilmu merupakan kewajiban
mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling
berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengarungi kehidupan yang
benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam kehidupan.
b.
Berfikir, llmu adalah alat untuk memahami banyak
hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan
menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran
seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan
menempatkannya pada posisi yang baik. Jadi, berpikir secara sehat adalah
pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
c.
Iman, yang dimaksud
dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam semesta dan
menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya.
d.
Berbuat baik, berbuat baik menjadikan manusia
mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya.
2.
KESULITAN DALAM
PENEMUAN JATI DIRI
Beberapa kesulitan yang dialami remaja
dalam proses penemuan jati dirinya, antara lain:[7]
a.
Remaja
tidak dapat menerima keadaan fisiknya dan tidak dapat memanfaatkan secara
efektif.
b.
Remaja
belum mampu bergaul lebih matang dengan lawan jenis.
c.
Remaja
kesulitan mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri.
3.
KRISIS JATI DIRI
REMAJA
Saat ini, banyak sekali para remaja yang
mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip,
berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang mewarnai mereka dengan
keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah kebenaran mereka masing-masing.
Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati
diri, tanpa memahami bentuk jati diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya,
beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat
didalamnya. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh:[8]
a.
Merasa hidupnya selalu diatur, seringkali
kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang
lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama.
Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut,
dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita
mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari
aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban
kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang.
b.
Mengejar penghargaan dari lingkungan, pendapat bahwa
jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang
mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri
mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir
dikehidupan seseorang. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih
tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk
dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara
yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya
mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah
menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
c.
Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam
kehidupan,
ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak
jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak
enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya
salah, akan tetapi parameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu
harta.
4.
PERAN ORANGTUA
DALAM PENEMUAN JATI DIRI
Masa remaja adalah masa di mana mereka
melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri,
pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa
pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting. Untuk itu peran
orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa ini dengan
membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam. Peran orangtua bisa
dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan mengenali bakat serta
potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali temperamen dan
kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu
memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari bakat yang dimilikinya,
menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa cita-cita. Orangtua bisa
membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus
memberi nilai-nilai kehidupan (living values) yang positif.
Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah
anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang
ia lakukan, prestasi yang ia capai, pengembangan diri yang ia lalui, hingga
hubungan bersama orang lain disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya
menurut teman-teman dan orang disekitarnya. Peran orangtua dalam masa-masa
pencarian jati diri anak adalah sebagai pendukung atau pemberi motivasi serta
sebagai pelatih. Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan
orangtua hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri
dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam
dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan dan dikembangkan.
Membentuk dan membangun jati diri
merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk itu peran orang tua
sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang baik. Pemahaman yang
diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak akan membantu anak
mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta menghadapi tantangan
kehidupan berupa tantangan karier dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Seseorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus
dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Seorang remaja dalam proses pencapaian moralitas harus mampu mengendalikan
perilaku sendiri.
Jati diri adalah suatu proses untuk
menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa ini, para remaja dituntut
untuk memiliki percaya diri agar mereka tidak terpengaruh oleh prinsip
orang-orang di sekitar mereka. Masa remaja adalah masa penuh pergolakan
pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran disaat itu belum begitu kuat,
maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Masa remaja merupakan
masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan serta
perkembangan jasmani, pemikiran, kejiwaan, pengalaman baru, suka menyendiri dan
juga ingin bebas. Maka, ragu-ragu, was-was dan kritis terhadap berbagai masalah
penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi
orang-orang yang baru berkembang alias para remaja, dimana mereka ingin
memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi. Jati
diri remaja adalah hal penting untuk dibangun, karena remaja memerlukan
pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi
penerus bangsa. Dan rasa percaya diri itu faktor penting untuk membangun masa
depan yang gemilang.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Said, Musthofa: Mendidik Remaja Nakal ( Medan: Semesta Hikmah, 2015)
Sumanto,
Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori (Yogyakarta: CAPS, 2014)
http://www.bibleinfo.com/id/topics/remaja
http//Perkembangan
Moral Remaja dan cirri-cirinya.
www.moral
dan perkembangannya. com
http://psikologi-anaknakal.blogspot.com
http://gnupi.com/krisis-jati-diri-dan-penyebabnya.html.
[1] Musthofa Abu Said, Mendidik Remaja Nakal ( Medan: Semesta
Hikmah, 2015), 1.
[2] Ibid, 2.
[3]
http://www.bibleinfo.com/id/topics/remaja
[4] http//Perkembangan Moral Remaja
dan cirri-cirinya.
[6]
http://psikologi-anaknakal.blogspot.com
[7] Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori (Yogyakarta: CAPS, 2014)
[8]
http://gnupi.com/krisis-jati-diri-dan-penyebabnya.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar