Minggu, 08 Juni 2014

SEMESTER IV (TUGAS PRESENTASE - METODE BELAJAR SIMULASI)

TUGAS PRESENTASE

METODE BELAJAR
SIMULASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
METODE BELAJAR – PAK
Yang Dibina Oleh :
Paskah Purba, M.Pd.K

Nama : Roy Damanik
NIM : 2012.86208.04
Prodi : PAK


MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI

  1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI 
Simulasi berasal dari kata “simulate” yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.  Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.

Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk :
(1)   Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
(2)   Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
(3)   Melatih memecahkan masalah.
(4)   Meningkatkan keaktifan belajar.
(5)   Memberikan motivasi belajar kepada siswa
(6)   Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
(7)   Menumbuhkan daya kreatif siswa.
(8)   Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

  1. PROSEDUR/ LANGKAH - LANGKAH PEMBELAJARAN SIMULASI
Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki tahap sebagai berikut :

(1)  Tahap I. Orientasi
a.   Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
b.     Menjelaskan prinsip Simulasi dan permainan.
c.      Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.

(2)  Tahap II. Latihan bagi peserta
a.      Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan  yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
b.     Menugaskan para pemeran dalam simulasi
c.      Mencoba secara singkat suatu episode

(3)  Tahap III. Proses simulasi
a.      Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.
b.     Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performan pemeran.
c.      Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
d.     Melanjutkan permainan/simulasi

(4)  Tahap IV. Pemantapan dan debriefing
a.      Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
b.     Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan  dan wawasan para peserta.
c.      Menganalisis proses
d.     Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
e.      Menghubungkan proses simulasi dengan  isi pelajaran.
f.      Menilai dan merancang kembali simulasi.

  1. PRINSIP DALAM PROSES PELAKSANAAN SIMULASI
Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru, yakni sebagai berikut :
(1)  Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
(2)  Kedua adalah mengawasi (refereeing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru/fasilitator harus mengawasi jalannya simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
(3)  Ketiga adalah melatih (coaching). Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama.
(4)  Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain : kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya.

  1. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
Wina Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.

Kelebihan Model pembelajaran ini di antaranya adalah :

  1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
  2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
  3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
  4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
  5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Kelemahan model pembelajaran ini, di antaranya adalah :

  1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
  2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,  sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
  3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
  1. CONTOH MODEL SIMULASI
Adapun contoh model simulasi antara lain :

  1. Gladi Resik
  2. Bermain Peran (Drama)
  3. Sosio Drama (pemecahan masalah misalnya, hubungan anak dan orangtua), metode ini bentuk kelompok.
  4. Simulasi Pernikahan.
  5. Try Out
  6. Dll.
KESIMPULAN

Model pembelajaran simulasi sengaja dirancang oleh pendidik untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka.  Simulasi sebagai model pembelajaran merupakan penerapan dari prinsip cybernetics dalam dunia pendidikan. Banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran, namun untuk kegiatan pembelajaran yang dengan pokok bahasan lebih banyak kearah psikomotor, akan lebih baik menggunakan model pembelajaran simulasi ini.

SEMESTER IV (TUGAS MAKALAH - THEMA : KONSEP KRISTOLOGI MENURUT TEOLOGI PB – KITAB IBRANI)

TUGAS MAKALAH

THEMA :
KONSEP KRISTOLOGI
MENURUT TEOLOGI PB – KITAB IBRANI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
TEOLOGI PB-2
Yang Dibina Oleh :
Sang Putra Immanuel Duha, S.Th, M.Pd.K


Nama : Roy Damanik


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kristologi adalah ilmu tentang Kristus. Sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang Kristen pada umumnya, Kristus adalah Allah yang mewujudkan diriNya dalam bentuk seorang manusia. Kristologi memperkenalkan kita kepada karya Allah yang objektif untuk menjembatani jarak pemisah yang ada. Kristologi menunjukkan kepada kita bagaimana Allah datang kepada manusia untuk menyingkirkan penghalang antara Allah dengan manusia, dengan cara memenuhi syarat-syarat hukum di dalam Kristus, dan memperbaharui manusia agar dapat kembali bersekutu dengan Tuhan dalam keadaan penuh berkat.
Dalam makalah ini, saya akan membahas Kristologi dalam kitab Ibrani. Penekanan kitab Ibrani lebih kepada dorongan agar pembaca tetap percaya kepada Tuhan. Kitab ini menekankan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang sempurna. Penulis mengemukakan bahwa Yesus adalah Anak Tuhan, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama, dan dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian.

B.    RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penulisan makalah ini, adalah :
   1.     Seperti apa latar belakang kitab Ibrani ?
   2.     Apa yang menjadi tujuan penulisan kitab Ibrani ?
   3.     Bagaimana konsep Kristologi menurut kitab Ibrani ?
   4.     Menanggapi konsep Kristologi kitab Ibrani ?
   5.     Apa yang menjadi aplikasi dari konsep Kristologi Ibrani terhadap kehidupan masa kini ?



C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, adalah :
   1.     Memahami dengan baik seperti apa latar belakang kitab Ibrani.
   2.     Mengerti dengan baik tujuan penulisan kitab Ibrani.
   3.     Memahami dengan baik bagaimana konsep Kristologi menurut kitab Ibrani.
   4.     Menanggapi dengan tepat konsep Kristologi kitab Ibrani.
   5.     Memahami dengan baik aplikasi dari konsep Kristologi kitab Ibrani terhadap kehidupan masa kini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    LATAR BELAKANG KITAB IBRANI

Penulis surat Ibrani tidak mencantumkan namanya dan tidak memberi salam. Surat ini tidak mempunyai alamat seperti biasanya dalam surat-surat yang ditulis pada abad yang pertama. Ada penafsir yang berkata bahwa surat ini bukan surat biasa melainkan satu khotbah dalam bentuk tertulis. Walaupun surat Ibrani tidak menyebut siapa penulisnya. Namun ada beberapa observasi yang dapat menolong, antara lain :
   1. Kitab Ibrani ditulis oleh seorang terpelajar yang memiliki pengetahuan bahasa Yunani yang tinggi. Hal tersebut diakui oleh penafsir yang berkata bahwa, surat Ibrani menggunakan bahasa Yunani terindah dari seluruh kitab Perjanjian Baru.
   2. Penulis bukan salah seorang rasul Yesus Kristus. Penulis menerima Injil melalui mereka yang mendengar Yesus secara langsung (Ibr. 2:3).
    3. Dia mengenal Perjanjian Lama dengan baik, dia memakai LXX, ketika mengutip dari Perjanjian Lama.
   4. Kemungkinan penulis kitab ini adalah orang Yahudi, yang mengenal tokoh Kristen yang pertama. Jelas dia mengenal Timotius (Ibr. 13:23), karena Timotius dipanggil “saudara kita”.
    5.  Penulis cukup terkenal, sehingga pembaca langsung menerima surat itu tanpa ragu-ragu, walaupun namanya tidak disebut.

Dalam Gereja mula-mula, Paulus dan Barnabas sering disebut penulis surat Ibrani. Ada juga yang menganggap Apolos sebagai penulisnya. Sedangkan pendapat Origenes berkata “Hanya Allah yang mengetahui penulis surat Ibrani dengan pasti”.[1]

B.    TUJUAN PENULISAN KITAB IBRANI

Surat Ibrani ditunjukan kepada orang Kristen generasi kedua, yang membentuk suatu jemaat yang terorganisir dengan baik. Ada pemimpin resmi turun-temurun (Ibr. 13:17). Namun mereka berada dalam masalah besar, mereka dianiaya dan terancam (Ibr. 13:3), dan mereka takut menghadapi kesulitan (Ibr. 12:2-3). Kerohanian mereka menjadi kendor (Ibr. 10:25) dan mereka tidak terlalu patuh kepada para pemimpin (Ibr. 13:17), hal inilah yang menjadi latar-belakang penulisan surat Ibrani, di mana penulis dari surat Ibrani ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan ajaran pokok yang sudah tradisional disajikan. Sehingga ada dua pokok ajaran yang penulis Ibrani kupas untuk membina iman kepercayaan jemaat, yaitu Yesus Kristus, Anak dan Imam Besar serta karya-Nya dan Jemaat Allah.[2] Para pembaca kitab Ibrani sudah lama menjadi Kristen, tetapi belum dewasa dalam iman (Ibr. 5:12-14; 6:1-4). Oleh karena itu mereka mungkin akan berbalik kepada agama Yahudi (Ibr. 3:12; 4:1, 11; 12:13) karena permasalahan yang mereka alami. Itu sebabnya sipenulis menyebut suratnya sebagai “kata-kata nasihat” (Ibr. 13:22). Oleh karena para pembaca begitu membutuhkan kata-kata nasihat tersebut, untuk menguatkan iman mereka kepada Kristus.[3]

C.    KONSEP KRISTOLOGI MENURUT KITAB IBRANI

Kristologi terlihat jelas merupakan tema utama dari kitab Ibrani. Dalam perkembangan kitab ini, penulis memperlihatkan superioritas Kristus terhadap Nabi (Ibr. 1:1-3); Malaikat (Ibr. 1:4 - 2:18); Musa (Ibr. 3:1 - 4:13); dan Harun (Ibr. 4:14 - 10:39). Penekanan Kristologis merupakan hal yang penting pada saat mempertimbangkan siapa pembacanya. Dan penulis Ibrani memperlihatkan berbagai segi dari Kristus untuk mendemonstrasikan keunggulan-Nya.[4]
  1. Sebutan, sebutan Kristus (Yang Diurapi) digunakan di seluruh surat-surat dalam kitab ini (3:6,14; 5:5; 6:1; 9:11, 11, 14, 24, 28; 11:26). Hal itu merupakan suatu peringatan bahwa Yang Diurapi, Mesias sebagai seorang Raja, telah datang.
  2. Nama kemanusiaan-Nya “Yesus” menekankan bahwa dalam kemanusiaan-Nya sebagai imam besar manusia, ia telah mencapai apa yang tidak dapat dilakukan oleh garis imam besar Lewi.
  3. Istilah Putra digunakan untuk menekankan relasi yang lebih besar yang dimiliki Yesus dengan Bapa (1:2,5,8; 3:6; 5:5,8; 7:28).
  4. Kristus juga ditunjuk sebagai Imam Besar yang permanen, yang telah menjadi korban pendamaian bagi dosa (2:17)
  5. Keilahian, keilahian Yesus diteguhkan melalui nama yang diberikan kepada-Nya (1:8-10). Melalui nature intrinsic-Nya dan keberadaan-Nya sebagai “cahaya dari kemulian-Nya”, juga melalui karya-Nya. Ia merupakan pencipta waktu, penerima dari segala yang ada (1:2) dan pemelihara.
  6. Manusia tak berdosa, penulis Ibrani menekankan kesejatian, ketidak bercelaan dari kemanusiaan Yesus, sehingga Ia dapat menjadi korban yang sempurna bagi dosa.
  7. Keimaman Kristus adalah yang paling tinggi karena Ia adalah imam menurut aturan Melkisedek, tidak menurut keimaman Harun. Keimaman Kristus yang menurut Melkisedek adalah superior.
D.    TANGGAPAN TERHADAP KONSEP KRISTOLOGI KITAB IBRANI

Isu Kristologi merupakan salah satu isu yang paling penting dalam teologi Kristen, keseluruhan doktrin, terutama doktrin keselamatan sangat bergantung  kepada pemahaman yang benar terhadap Kristologi yang berdasar kepada Alkitab, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa tegaknya pemahaman tentang Yesus yang benar akan menopang keseluruhan konsep iman orang Kristen. Selama berabad-abad, Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, menjadi sumber penting untuk mempelajari Kristologi.[5] Alkitab adalah pengukur, dan  segala sesuatu haruslah dipahami dengan tolok ukur Alkitab. Rasio manusia telah menciptakan berbagai pandangan-pandangan Kristologi yang menyimpang. Namun, dengan begitu jelas Alkitab dapat menjawab dan membuktikan dengan tepat siapa itu Yesus.
Secara khusus surat Ibrani, surat ini dengan jelas menyampaikan bahwa Yesus itu adalah Allah. Bahkan melalui kitab ini, pemahaman Kristologi saya dibangun. Kitab Ibrani menyebut Yesus sebagai Anak Tunggal (Ibr. 1:5), dapat dikatakan bahwa surat Ibrani merupakan kitab yang memberikan kepada kita pengertian Kristologi yang baik. Begitu banyak pandangan Kristologi menyimpang, seperti : Arianisme, Nestorianisme,             Adoptianisme, Ebionitisme, Eunomianisme, Unitarianisme, Yudaisme, dll. Namun, Alkitab secara khusus surat Ibrani dapat membantu kita untuk memiliki pemahaman Kristologi yang benar. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, kitab Ibrani menyampaikan dengan jelas, bahwa :
   1.     Yesus Kristus adalah Mesias/Raja yang telah datang kedunia sebagai juruselamat.
   2.     Ia telah melakukan apa yang tidak dapat dilakukan manusia.
   3.     Ia memiliki relasi yang besar dengan Allah (itu dibuktikan melalui sebutan “Putra”).
   4.     Ia telah menjadi korban pendamaian bagi dosa-dosa kita.
   5.     Yesus adalah Allah (yang Ilahi).
   6.     Ia tidak bercela, dan tidak melakukan dosa.

E.    APLIKASI KONSEP KRISTOLOGI IBRANI TERHADAP KEHIDUPAN MASA KINI

Dalam dunia Kekristenan saat ini, begitu banyak pandangan-pandangan tentang Kristologi. Ada pandangan yang mengatakan bahwa Yesus itu hanyalah manusia yang hebat, Yesus itu hanyalah manusia yang diadopsi oleh Allah sebagai anak, bahkan ada yang mengatakan bahwa Yesus itu tidak benar-benar mati dikayu salib. Lalu bagaimana iman kita meresponi hal tersebut. Tentu sekali jika kita tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Dia, yaitu Yesus yang adalah Allah, maka kita akan kebingungan. Dan apabila kita percaya terhadap pandangan-pandangan Kristologi yang keliru tersebut, yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa, maka tentulah kita adalah orang bodoh yang mau menyembah manusia. Kitab Ibrani menyampaikan kepada kita konsep Kristologi yang dapat membantu kita memahami, betapa Yesus itu adalah Allah yang mau datang berkorban bagi kita. Lalu apa yang menjadi aplikasi dari konsep Kristologi dalam kehidupan masa kini.

  1. Pertama sekali kita harus meyakini bahwa Yesus itu benar-benar Allah yang telah datang untuk menebus kita. Kitab Ibrani sendiri menyampaikan tentang siapa Yesus sebenarnya.
  2. Yesus tidak pernah melakukan dosa, maka untuk itu, sudah seharusnya kita berhenti dari tabiat dosa kita, karena Yesus telah mati untuk memperdamaikan kita dengan Allah.
  3. Dia (Yesus) memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Sudah seharusnya kita bangun setiap saat relasi yang baik dengan Bapa kita di surga.
  4. Melalui kitab Ibrani kita mengetahui betapa besarnya kasih Tuhan kepada manusia, maka sudah seharusnya kita tunjukkan dalam hidup kita, bahwa kita adalah umat tebusanNya, melalui karakter dan pelayanan kita.
  5. Melalui kitab Ibrani, hendaknya kita semakin giat lagi melayani Tuhan dan memberitakan kabar kebenaran tentang Allah kita.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang datang untuk menyelamatkan manusia, sekaligus memperlihatkan Yesus sebagai manusia yang sempurna. Dalam kitab Ibrani  Yesus diberikan berbagai gelar, diantaranya “Putera”, “Imam Besar”, “Anak Allah”, dll. Secara khusus dalam Ibrani 1:3, penulis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan serta mengenai kemanusiaan-Nya. Surat ini juga membicarakan mengenai kualifikasi Kristus sebagai Imam Besar. Surat Ibrani tidak memperlihatkan kebingungan mengenai gagasan yang sejajar tentang keilahian Anak  Allah dengan kemanusian-Nya yang sejati. Dalam kitab ini, istilah “Anak Allah” juga dibahas lebih sungguh-sungguh. DidalamnyaAnak Allah” yang dimuliakan merupakan pusat perhatian dari keseluruhan surat ini. Anak melakukan peranan yang merupakan hak-hak istimewa dari Allah dan juga merupakan alat yang sempurna untuk memperkenalkan Allah. Penulis juga menyimpulkan beberapa hal yang penting, yaitu:
   1.     Yesus Kristus adalah Anak Allah.
   2.     Kristus adalah penguasa yang bertakhta.
   3.     Kristus adalah pencipta.
   4.     Kristus adalah imam besar.

Marilah kita tetap melayani Tuhan Yesus Kristus Allah kita, karena kita tahu, Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang mati, tetapi Dia adalah Allah yang hidup, yang telah mengalahkan maut.

Tuhan Yesus Memberkati



[1] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Malang : YPPII, 1999) hal. 241-243.
[2] C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta : Kanisius, 2003) hal.320.
[3] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Malang : YPPII, 1999) hal. 245.
[4] Sang Putra Immanuel, Teologi Perjanjian Baru II (Diktat Teologi PB II : STT. Basom, 2014) hal. 20-21.