Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VI (TUGAS LAPORAN BACA BUKU: PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK)

TUGAS LAPORAN BACAAN
BUKU: PAK Dalam Masyarakat Majemuk
Pedoman Bagi Guru Agama Kriten Dalam Mengajar

Puji dan Syukur kepada Yesus Kristus, karena atas pertolongan-Nya Tugas Laporan Bacaan ini dapat terselesaikan. Laporan Bacaan ini saya sampaikan kepada pembina mata kuliah PAK Masyarakat Majemuk, Bapak Paskah Parlaungan Purba, M.Pd.K,. Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Adapun buku yang dijadikan sebagai Tugas Laporan Bacaan, adalah:

Judul Buku                  : PAK Dalam Masyarakat Majemuk, Pedoman Bagi Guru
                                      Agama Kristen Dalam Mengajar
Penulis                         : John M. Nainggolan, S.Th., M.A., M.Th.
Editor                          : Drs. Saur Hasugian, M.Th.
Penerbit                       : Bina Media Informasi, Bandung (2009, Cetakan Ke-2)
Jumlah halaman           : 126 Halaman
Sumber Buku              : Milik Pribadi.

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad modern ini, terus menggumuli peranan PAK dalam kehidupan Kristen. Pertama-tama bahwa PAK adalah tugas utama gereja, lingkungan keluarga, masyarakat hingga lingkungan pendidikan.
Dalam kebijakan pendidikan di Indonesia, pendidikan agama mendapat tempat penting di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pendidikan agama merupakan pelajaran wajib yang harus diberikan di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Kristen di sekolah menjadi kesempatan dan peluang yang sangat berharga dan tidak boleh diabaikan.
Di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, pendidikan agama merupakan “shema” dari kehidupan orang-orang percaya. Oleh karena itu, PAK menjadi sarana penting dalam pembentukan spiritualitas peserta didik, agar mampu menghadirkan dirinya serta berperan aktif di dunia sekitarnya yang majemuk.

BAB II
PERGUMULAN PAK DI INDONESIA

A.    PAK Dalam Konteks Gereja
Sesungguhnya gereja adalah tempat pertama bagi penyelenggara PAK dalam rangka pembangunan iman warga jemaat.
1.      Tugas Utama Gereja,
Gereja yang menekankan pengajaran mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan gereja yang mengutamakan ibadah dan khotbah. Seluruh pelayanan gereja haruslah berbasis pengajaran firman Allah.

2.      Merupakan Usaha Sungguh-sungguh
Hal-hal penting yang harus di dukung oleh gereja ialah dana, sarana, dan prasarana mempersiapkan sumber daya manusia, menyusun kurikulum dalam berbagai kategori sesuai kebutuhan-kebutuhan rohani warga jemaat.

3.      Usaha yang Berkesinambungan
Dibutuhkan sebuah tim yang solid serta memiliki komitmen untuk merencanakan serta melaksanakan PAK di gereja. Adalah merupakan hal yang baik, jika di dalam gereja terdapat komisi pengajaran warga jemaat untuk bersama-sama dengan komisi pelayanan dalam pembangunan rohani warga jemaat.

4.      Ruang Lingkup PAK Dalam Gereja
Dalam tradisi gereja yang ada, pada umumnya pelayanan di dalam gereja dibagi kedalam komisi seperti: Komisi Sekolah Minggu, Komisi Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Wanita, dan Komisi Pria. Pada setiap komisi ini perlu dirancang kurikulum sebagai bahan pengajaran dan dilaksanakan secara terus-menerus.

B.     PAK Dalam Konteks Sekolah
Dalam undang-undang pendidikan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, pendidikan agama mendapat tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

1.      Kurikulum Pendidikan Agama Kristen
Kurikulum Pendidikan Agama Kristen sudah beberapa kali mengalami perubahan sesuai dengan kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah. Mulai dari kurikulum tahun 1946-2004. Saat ini muncul Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang direvisi menjadi kurikulum 2006 adalah rekonstruksi yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini.

2.      Mutu dan Kualitas Guru PAK
Perlu dilakukan usaha pembinaan bagi guru agama honorer agar mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sebagai guru Kristen.

3.      Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan PAK di Sekolah
Sering ditemui bahwa sekolah tidak menyediakan sarana yang memadai untuk penyelenggaraan PAK. Guru PAK perlu didukung dan disupport baik oleh gereja, orang tua, dan terutama pemerintah.

4.      Suatu Kontradiksi
Ada sekolah-sekolah tertentu yang mau menerima guru agama atau pembina agama, tetapi sistem pelaksanaannya adalah bahwa seluruh siswa dari semua jenjang kelas digabung menjadi satu kelas dalam sekali pertemuan saja. Dari segi kurikulum ini kacau balau.

5.      Perlu Keterlibatan Semua Pihak
Pemerintah hendaknya menerbitkan peraturan yang dapat melindungi semua peserta didik untuk mendapatkan pendidikan agama yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, keterlibatan gereja sangatlah dibutuhkan. Dukungan gereja dapat berupa penyediaan tenaga guru dan bantuan honor.

C.    PAK Dalam Konteks Masyarakat Indonesia
Peranan agama-agama amat penting sebagai pemersatu bangsa. Pendidikan agama di sekolah menjadi sentral dalam pembentukan spititualitas, karakter, dan warga negara agar dapat hidup rukun, bersatu dan saling bekerja sama untuk tercapainya keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
1.      PAK Dan Heterogenitas
Ada empat prinsip utama dari Pendidikan Agama Kristen yaitu:
a. Learning to Know, PAK haruslah diarahkan kepada peningkatan pengetahuan akan Allah dan segala firman-Nya, sesama serta diri sendiri maupun lingkungannya.
b.Learning to Do, PAK haruslah diarahkan agar peserta didik memiliki keterampilan dalam mempraktekkan imannya di tengah-tengah kemajemukan masyarakat.
c. Learning to Be, PAK haruslah diarahkan agar peserta didik mampu menyatakam keberadaan dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
d.                        Learning to Live Together, Pendidikan Agama Kristen haruslah diarahkan agar peserta didik menyadari betul bahwa hidup itu tidak mungkin sendirian. Inti iman Kristen yang sesungguhnya ialah bahwa ia dapat hidup dan menjadi berkat bagi sesamanya.

2.      Kemandirian Iman
PAK haruslah menjadi salah satu usaha pembentukan kemandirian iman. Bahwa peserta didik mampu memiliki ketetapan iman maupun ketetapan hati meskipun di lingkungan yang amat berbeda.

3.      Keterbukaan
Pendidikan Agama Kristen haruslah membawa peserta didik pada keterbukaan. Keterbukaan akan membawa diri dari menjelek-jelekkan agama lain tetapi melihat secara positif bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersama.

D.    PAK Dalam Konteks Keluarga
1.      Dasar Teologis
a. Perjanjian Lama, Dalam PL ditegaskan bahwa tanggung jawab orang tua adalah mendidik anaknya dengan tekun (Ul. 6:6-7), mendidik untuk dapat mengenal perintah Allah (Mzm. 78:5-6), mendidiknya di jalan yang benar (Ams. 22:6), dan menjawab pertanyaan seorang anak dengan tepat (Kel. 12:26-27; 13:8).
b.Perjanjian Baru, Yesus sedikit pun tidak memandang rendah seorang anak. Banyak ayat membuktikan bahwa Yesus sangat mengasihi anak-anak, misalnya: Mrk. 9:36, 37; 10:13-16; Mat. 11:16-17; 18:3-10; 19:13-15, 21; 15:16; Luk. 18:15-17. Dalam tradisi PB, pendidikan anak, merupakan tanggung jawab orang tua.

2.      Pembentukan Dasar Konsep Nilai
Masa awal kehidupan anak adalah masa yang sangat penting; oleh sebab itu, harus ditetapkan suatu dasar yang kuat dan baik. Kehidupan pada usia lima tahun dalam masa prasekolah adalah sebagai berikut.
a. Masa Penentuan Dasar, Pembentukan dasar bagi seorang anak telah dimulai sejak dini. Pembentukan tersebut terpupuk lewat lingkungan yang paling mempengaruhi hidupnya setiap hari yaitu lingkungan keluarga.
b.Masa Perkembangan Karakter, Dasar karaker dan sifat seseorang terbentuk pada usia lima tahun pertama. Karakter seorang anak banyak terbentuk lewat pendidikan orang tua.
c. Masa Belajar, Masa kanak-kanak adalah masa belajar yang berharga. Dalam tahun-tahun itu mereka banyak belajar tentang banyak hal di sekitarnya.

3.      Peranan Orang Tua Dalam PAK
a. Tanggung jawab Pendidikan Agama Kristen pertama-tama dan terutama terletak pada orang tua, yaitu ayah dan ibu (Am. 1:8).
b.Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan hajaran dalam kasih (Ams. 6:23).
c. Pendidikan Agama Kristen harus dilakukan secara terus-menerus melalui kata-kata, sikap dan perbuatan (Ul. 6:7).

4.      Tujuan Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga
Tujuan utama Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga adalah untuk mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup menurut jalan-Nya, mengasihi Dia, dan melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa mereka (Ul. 10:12).
Tanggapan:
Saya sangat senang dengan pembahasan pada Bab ini, karena bab ini menjelaskan secara detail peranan PAK, baik dalam konteks Gereja, Sekolah, Masyarakat bahkan Keluarga. Hal ini membuktikan bahwa PAK sangatlah relevan dalam segala aspek. Secara khusus dalam keluarga, karena dalam keluargalah pembentukan karakter anak dimulai, dengan arti keluarga sangat berperan besar dalam pembentukan karakter anak.

BAB III
HETEROGENITAS BANGSA INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA

A.    Pluralisme Tantangan Bagi Semua Agama
Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat beragama. Sikap ini dipengaruhi oleh pola pikir, pengalaman keagamaan dalam kemampuan memahami sesama manusia.
1.      Eksklusivisme, eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang paling benar dan baik.
2.      Inklusivisme, inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan.
3.      Pluralisme, pluralisme adalah sikap dapat menerima, menghargai dan memandang agama lain sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan.
4.      Pluralisme Menurut Alkitab, Yesus adalah tokoh pluralisme sejati. Ia memerintahkan pengikut-Nya untuk mengasihi sesama tanpa kecuali dengan tidak memandang SARA. Melalui perumpamaan “Orang Samaria yang Murah Hati”, jelas bahwa sikap Yesus tidak memandang perbedaan SARA sebagai kendala menyampaikan cinta kasih dan damai sejahtera.

B.     Sumber-sumber Konflik Bernuansa Agama di Indonesia
1.      Meningkatnya Fundamentalisme dan interpretasi teks agama yang tunggal.
2.      Kurangnya penegakan hukum tanpa pandang bulu.
3.      Kurang berkembangnya wadah komunikasi/kerukunan antar agama.
4.      Berkurangnya public space (ruang public) serta kehausan akan kekuasaan.
5.      Tidak adanya pemisahan antara agama dan Negara
6.      Tidak adanya kebebasan beragama, kalau ada sifatnya semu.
7.      Kekerasan dan penghakiman atas nama agama.
8.      Pembentukan hukum yang cenderung sectarian.
9.      Permusuhan ekonomi dan agama yang saling terkait.
10.  Pemimpin dan masyarakat agama cenderung menekankan pentingnya dogma daripada akhlak.

C.    Agama-agama di Indonesia
Pluralisme adalah suatu realita dalam konteks Indonesia. Di satu sisi hal ini merupakan potensi, tetapi dipihak lain sangat rentan. Untuk hal itulah harus terus dikembangkan pola pikir dan cara hidup yang memungkinkan keanekaragaman tersebut bisa hidup dan bertumbuh masing-masing. Prinsip-prinsip ini haruslah terus dikembangkan lewat jalur pendidikan, termasuk lewat PAK di sekolah (formal dan non formal).
1.      Pluralisme Masyarakat Indonesia, dari sudut agama, Indonesia memiliki seluruh agama besar di dunia. Namun meskipun beragam, Indonesia adalah satu dan memegang teguh falsafah “Bhinneka Tunggal Ika”.
2.      Kemajemukan Aliran Keagamaan, kita mengenal Trilogi Kerukunan Umat Beragama yaitu Kerukunan Intern Umat Beragama, Kerukunan Antarumat Beragama dan Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah.
3.      Sensitivisme Keagamaan, dalam pengalaman bangsa Indonesia, dari semua bidang kehidupan masyarakat, masalah agama adalah masalah yang paling sensitif dan paling mudah menimbulkan konflik. Dalam Konteks inilah Pendidikan Agama Kristen harus mampu membentuk pribadi yang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama melampaui batas-batas agama, ras, dan golongan serta dapat mengaplikasikan imannya di tengah-tengah masyarakat yang heterogenitas.
4.      Egoisme Keagamaan, egoisme keagamaan telah banyak menimbulkan masalah di tengah masyarakat kita, baik di lingkungan intern terlebih dalam hubungan dengan antar agama.
5.      Pergaulan Lintas Agama, pergaulan lintas agama haruslah dapat dibangun secara positif sebagai pergaulan sesama manusia.

D.    Agama Kristen di Indonesia
1.      Keanekaragaman Gereja di Indonesia, menurut data Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2005, bahwa saat ini ada kurang lebih 323 sinode gereja di Indonesia, kurang lebih 9 aliran kekristenan. Melalui Pendidikan Agama Kristen harus terus dikembangkan kesatuan iman umat Tuhan untuk bersama menghadirkan syalom Allah di tengah masyarakat majemuk.
2.      Keesaan Gereja di Indonesia, cita-cita keesaan gereja di Indonesia sudah dimulai sejak lama yaitu dengan didirikannya Dewan Gereja Indonesia (DGI) pada tahun 1950 dan sekarang menjadi Persekutuan-Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI). Namun usaha untuk keesaan itu belum terwujud sepenuhnya. Ternyata di kemudian hari gereja terus bertambah banyak baik organisasi maupun aliran-alirannya. Melihat keadaan yang demikian, maka peranan PAK sangat penting untuk turut mendukung terwujujudnya keesaan gereja tersebut dalam sikap dan perilaku umat Kristen secara pribadi.
3.      Kesatuan Dalam Kepelbegaian, prinsip utama yang harus dikembangkan dalam PAK ialah pemahaman dalam satu iman, satu kasih dan satu pengharapan di dalam Yesus Kristus.

E.     Refleksi Iman Kristen Dalam Pergaulan Lintas Agama
Menjadi saksi bagi masyarakat, bersikap bijaksana, memahami perbedaan, menciptakan kerukunan (kerukunan intern, kerukunan antar umat beragama, kerukunan dengan pemerintah) maupun dialog antar umat beragama.

Tanggapan:
Dalam pembahasan ini, saya dapat memahami bahwa sangatlah tidak mudah untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Diawali dari Pluralisme yang berkembang di Indonesia, yang bisa saja dapat berujung kepada eksklusivisme dan inklusivisme. Namun dalam hal, sebagai seorang Kristen sejati, kita diajarkan untuk mampu menunjukkan prinsip utama kekristenan, yakni menjadi garam dan terang bagi dunia. Bahkan kita harus mampu merefleksikan iman kita, dengan cara menjadi saksi bagi masyarakat, bersikap bijaksana, memahami perbedaan, menciptakan kerukunan (baik kerukunan internal atau sesama Kristen maupun kerukunan antar umat beragama).

BAB IV
KONTEKS PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A.    Pentingnya PAK Dalam Masyarakat Majemuk
Dalam konteks masyarakat yang majemuk, naradidik harus dibangun untuk memiliki identitas dan komitmen yang jelas tentang imannya dan sekaligus membangun relasi dengan orang yang berkepercayaan lain dan berinteraksi secara positif tanpa saling mengorbankan.

B.     PAK Dalam Konteks Kekristenan
Beberapa hal penting yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan PAK, adalah:
1.      PAK Bukan Untuk Nengajarkan Suatu Doktrin Gereja
Keberadaan siswa di sekolah berasal dari berbagai organisasi dan aliran gereja. Hal tersebut adalah kenyataan yang harus diterima dan diakui oleh setiap guru PAK. Oleh karena itu, tidak boleh ada tendensi yang dilakukan oleh guru PAK mengajarkan doktrin gerejanya kepada peserta didik. Isi pengajaran haruslah bertujuan mengajarkan iman Kristen yang dinyatakan di dalam Alkitab.

2.      Sekolah Bukan Pos Pelayanan Gereja
Guru PAK harus sadar betul bahwa ia ditempatkan bukan atas nama gereja dan bukan untuk membawa peserta didik menjadi anggota gerejanya. Guru PAK harus menghargai keanekaragaman gereja dari naradidik serta mendorong naradidik menjadi warga jemaat yang baik di mana ia menjadi anggota jemaat.

3.      Tidak Melakukan Fungsi Gereja
Seorang guru yang mengajar di sekolah tidak berwenang untuk melakukan Perjamuan Kudus dan Babtisan Kudus dalam kapasitasnya sebagai guru.

4.      Menghargai Keanekaragaman Gereja
Guru PAK di sekolah harus nenghargai dan menjujung tinggi keanekaragaman gereja dari setiap peserta didik. Adalah merupakan tugas guru PAK memberi contoh kepada peserta didik bahwa ia sendiri memberi penghargaan yang tinggi atas keanekaragaman gereja yang ada.

C.    PAK Dalam Konrteks Agama-agama
1.      PAK Dan Keterbukaan
Prinsip pengajaran kristen adalah bahwa setiap orang beriman harus fanatik akan imannya tapi tidak boleh fanatisme, karena fanatisme adalah sikap buruk terhadap keagamaan.

2.      Penginjilan
Penginjilan merupakan perintah Kristus kepada semua orang percaya, Tuhan Yesus berkata: “Aku akan mendidirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18).

D.    Kekuatan dan kelemahan heterogenitas agama-agama
1.      Kekuatan
Menjadi potensi yang luar biasa agar kesatuan persatuan dapat diwujudkan, saling melengkapi antara satu dengan yang lain, adanya persamaan hak dan kewajiban, serta terjadi perkembangan pola kerukunan.

2.      Kelemahan
Muncul Sensitivisme (memunculkan masalah yang sangat sensitif), Egoisme (paham yang mementingkan diri sendiri), serta Netralitas Pemerintah (dalam hal ini pemerintah tidak boleh diskriminasi).

Tanggapan:
PAK memang sangatlah dibutuhkan dalam koteks masyarakat majemuk Indonesia. Namun dalam hal ini seorang guru PAK tidak boleh lupa bahwa dalam koteks kekristenan, guru PAK harus menghargai dan menghormati kaeanekaragaman gereja, supaya tidak terjadi interpretasi yang salah dalam mendidik. Demikian halnya dalam koteks agama-agama yang majemuk, guru PAK haruslah memiliki jiwa keterbukaan, dan memiliki visi penginjilan. Saya sangat setuju dengan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan dalam bab ini, karena memang sangat perlu menjadi pengajar yang kontekstual agar dapat mengajar dengan baik, dan mampu menginterpretasikan kebenaran injil kepada para nara didik. Karena apabila guru PAK cenderung mengajarkan dogma yang dipahami secara pribadi, maka akan timbul egoism dogmatis dalam mengajar.

BAB V
STRATEGI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Tantangan perubahan nilai yang kita hadapi saat ini demikian beragam dan amat kuat pengaruhnya dalam hidup kita, seperti:
a.       Dunia Komunikasi, tidak ada lagi tempat yang tersembunyi saat ini, semua dapat dijangkau lewat komunikasi. Anak yang mengurung diri di kamar dan tidak mau bergaul dengan temannya, malah memiliki teman yang lebih banyak lewat internet.
b.      Nilai-Nilai Moral dan Etika, pergaulan bebas sudah menjadi sesuatu yang sangat memprihatinkan dalam kehidupan remaja kita saat ini, dimana nilai-nilai kesucian dan kekudusan bukan lagi merupakan hal yang prinsip.
c.       Sadisme dan Kekerasan, tindak kekerasan kita saksikan tiap hari di media.

A.    Isi Pengajaran Kristen
1.      Pengajaran iman Kristen, pengajaran iman Kristen adalah untuk membantu peserta didik dalam perjumpaannya dengan tradisi kristiani dan wahyu Allah guna memahami, memikirkan, meyakini dan mengambil keputusan berdasarkan isi pengajarannya.
2.      Pengembangan Spiritual, Pembebasan, Relevansi, Kecintaan kepada Firman Allah, Membarui Sikap dan Perilaku, Penemuan Jati Diri, Pentransferan Pengetahuan dan Nilai-nilai Kristiani, serta Prinsip Intergrasi.

B.     Ciri Pendidikan Agama Kristen
Bersifat Partisipasi, Terbuka terhadap Perubahan, Berkelanjutan, Terarah dan Terencana, Berorientasi kepada Manusia.

C.    Tujuan Pendidikan Agama Kristen,
Pertobatan, Pertumbuhan Rohani, Pemuridan, Pembentukan Spiritual.

Tanggapan:
Saya setuju dengan strategi yang disampaikan dalam bab ini, namun saya sedikit meragukan strategi ini dapat berjalan baik karena orang Kristen sering melupakan inti pengajaran iman Kristen. Di zaman ini, intelektuual lebih cenderung dikedepankan, daripada pengembangan karakter dan spiritual.

BAB VI
ARAH PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Diharapkan dengan pengajaran PAK dalam konteks masyarakat majemuk, peserta didik mampu hadir dan mempraktekkan imannya ditengah-tengah lingkungannya tanpa mengkompromikan dogma iman yang dimilikinya. Dengan cara belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya, memelihara saling pengertian, sikap saling menghargai serta perjumpaan litas agama. Ditinjau dari sudut iman Kristen, sudah saatnya Gereja dan umat tidak hanya mengutamakan kuantitas sebagai keberhasilan, melainkan menekankan kepada pembentukan kualitas umat tanpa melupakan misi utama.

BAB VII
ORIENTASI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Saat ini agama-agama di Indonesia sudah waktunya keluar dari perdebatan-perdebatan dogmatis dan usaha-usaha persaingan misi memenangkan agama lain. Karena hal tersebut akan menciptakan krisis nilai-nilai social. Beberapa diantara krisis tersebut:
1.      Hak Asasi Manusia, piagam PBB menetapkan tentang ruang lingkup HAM, antara lain : hak untuk hidup, hak berkeyakinan/kepercayaan, hak berkeluarga/ melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak dalam turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak, hak perlindungan hukum, hak berkarya, hak berkumpul dan berserikat, hak berkarya.
2.      Demokratisasi
3.      Supermasi Hukum, dalam penegakan humum, seluruh masyarakat haruslah merasakan bahwa: semua warga mendapat perlindungan hukum yang sama, tidak boleh terdapat diskriminasi dalam perlakuan hukum, semua warga harus mendapat perlindungan hukum yang sama, tidak ada yang kebal terhadap hukum, hukum harus dihormati dan dijunjung tinggi.
4.      SARA, masalah SARA dapat menimbulkan kerugian besar bagi negara dan masyarakat, sulit diselesaikan dan dapat menimbulkan rasa dendam yang berkelanjutan.
5.      KKN, upaya yang dapat dilakukan adalah pembinaan watak dan karakter melalui pendidikan sejak dini, terutama lewat pendidikan agama.
6.      Lingkungan Hidup, pelestarian lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia.
7.      Otonomi Daerah

BAB VIII
TRANSFORMASI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

A.    Peran Gereja
1.      Tugas utama gereja adalah pendidikan.
2.      Pendidikan merupakan usaha sungguh-sungguh.
3.      Pendidikan merupakan usaha terus-menerus.
4.      Gereja membentuk team pelaksana pendidikan warga jemaat.
5.      Gereja sebagai lembaga pembentukan mutu dan kualitas spritualitas.
6.      Menampakkan cinta bangsa dan tanah air.
7.      Indonesia adalah lading pertama yang Tuhan percayakan kepada gereja.
8.      Melaksanakan pendidikan yang relevan dan kontekstual.
9.      Keseimbangan vertical dan horizontal.
10.  Pemberitaan kabar keselmatan yang holistik.
B.     Peran Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah
1.      PAK adalah wadah sentral bagi pembentukan watak dan spiritual.
2.      PAK di sekolah haruslah memiliki kurikulum yang terintgrasi.
3.      PAK dan pemgembangan kurikulum kontekstual.
4.      PAK berkaitan dengan masyarakat majemuk.
5.      PAK dan keterbukaan, serta PAK dan pergaulan lintas agama.
6.      PAK dan masalah-masalah sosial.
7.      PAK dan masalah-masalah kebangsaan.
8.      PAK dan masalah lingkungan hidup.
C.    Peran Umat Kristen
1.      Menyatakan fungsinya sebagai garam, terang dan teladan.
2.      Mendemonstrasikan kasih Allah.
3.      Memberikan yang terbaik dalam berbagai aspek kehidupan.
4.      Hidup dalam kekudusan dan kesalehan sosial.
5.      Memiliki cinta bangsa dan tanah air.
D.    Integrasi Kurikulum
1.      Kurikulum PAK di gereja maupun di sekolah harus terus dikaji ulang agar relevan dengan kebutuhan.
2.      Kurikulum PAK harus diintegrasikan dengan berbagai bidang kehidupan.

TANGGAPAN SECARA UMUM

A.    KELEBIHAN BUKU
Buku ini menjelaskan dengan rinci tentang peranan PAK dalam masyarakat yang majemuk di mana adanya keanekaragaman agama di bangsa ini. Buku ini sangat membantu bagi para guru PAK untuk lebih memperhatikan keanekaragaman gereja bagi peserta didik. Dengan adanya buku ini saya lebih mengerti peranan penting sebagai guru PAK dalam mendidik peserta didik untuk neningkatkan iman, jati diri sebagai orang Kristen, dan sosialisasinya terhadap masyarakat yang majemuk.

B.     KELEMAHAN BUKU
Dalam penjelasan pokok pembicaraannya, kurang dijabarkan dan dikembangkan lebih luas lagi, sehingga penjelasannya seolah-olah berhenti begitu saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar