Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VI (TUGAS MAKALAH PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG EFEKTIF TERHADAP KAUM PEMUDA)

TUGAS MAKALAH

PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG EFEKTIF
TERHADAP KAUM PEMUDA



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kemurahan-Nya tugas makalah ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini penulis serahkan kepada pembina mata kuliah Kepemimpinan Kristen, Bapak Dr. Christian Johan Lasut, M.Th, sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh mahasiswa.

Penulis memohon kepada bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang akan datang.


Batam, 25 Mei 2015



Hormat Saya
Roy Damanik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam segala aspek, kepemimpinan dan pemimpin merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu organisasi, baik dalam dunia usaha maupun dalam dunia pendidikan, pemerintahan, politik, kesehatan, dan agama. Kepemimpinan merupakan gagasan Allah dari kekekalan, demikian juga halnya ketika Ia menciptakan manusia (Kejadian 1:26). Kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan etika. Memimpin merupakan tugas serta tanggung jawab etis, dan kemampuan tersebut akan menentukan kualitas kepemimpinan tersebut. Bagi orang percaya, Yesus adalah model dari kepemimpinan yang paling efektif dalam segala bidang kehidupan. Dan Alkitab merupakan sumber dari semua ilmu kepemimpinan.
Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan memaparkan tentang peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda. Bagaimana cara yang efektif dalam memimpin kaum pemuda? Memimpin bukan hanya sekedar sebuah teknik sosial, namun juga merupakan seni yang bersifat dinamis. Dalam kepemimpinan kita harus menyadari bahwa orang yang kita pimpin memiliki kehendak bebas dalam dirinya. Sehingga kita dapat memimpin dengan baik, dan menjadi pemimpin yang baik. Makalah ini diberi judul “Peranan Kepemimpinan Kristen Yang Efektif Terhadap Kaum Pemuda”, yang membahas tentang hakikat kepemimpinan, karakter pemimpin Kristen, kepemimpinan yang efektif serta peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan kepemimpinan Kristen?
2.      Apa yang menjadi dasar kepemimpinan Kristen?
3.      Apa saja yang menjadi ciri kepemimpinan Kristen yang efektif?
4.      Apa yang menjadi peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda?

C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah:
1.      Mengerti dengan baik pengertian kepemimpinan secara umum serta pengertian kepemimpinan Kristen.
2.      Memahami dengan baik dasar tujuan kepemimpinan Kristen.
3.      Memahami dengan baik ciri kepemimpinan Kristen yang efektif.
4.      Mengerti dengan baik peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum pemuda.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN

1.      DEFENISI KEPEMIMPINAN
Definisi paling sederhana mengenai pemimpin adalah seseorang yang memiliki para pengikut. Seorang pemimpin harus berusaha untuk mempelajari apa yang harus mereka lakukan untuk menarik para pengikutnya sehingga seorang pemimpin harus mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk dapat memimpin. Menurut Sondang siagian, kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok. Sedangkan kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang akan dicapai bersama. Kepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi dan melakukan perintah. Jadi sebagai orang yang memiliki citra dalam kepemimpinan haruslah orang yang memiliki daya tarik, baik lewat pengaruh serta daya pengefektifan dalam pengambil keputusan yang dapat memberikan jalan keluar bagi anggota-anggotanya.[1]

2.      DEFENISI KEPEMIMPINAN KRISTEN
Kepemimpinan Kristen adalah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang didalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umatNya (dalam pengelompokan diri sebagai suatu institusi/organisasi) guna mencapai tujuan Allah (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan melalui umat-Nya, untuk kejayaan Kerajaan-Nya.[2] Kepemimpinan Kristen juga merupakan seseorang yang dipilih oleh Allah, ditetapkan oleh Allah, dipanggil oleh Allah, dicipta dan diproses oleh Allah, sehingga mampu mengintegrasikan segala karunia yang dimilikinya, dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya mencapai tujuan Allah dengan motif dan cara  Allah, dan bagi kemuliaan Allah, melalui organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin adalah orang yang memimpin sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan memimpin. Pemimpin Kristen yang seutuhnya adalah seseorang yang memimpin dan sekaligus memiliki kemampuan kepemimpinan secara kristiani yang mewarnai segala bidang kepemimpinan, baik kepemimpinan bidang ilmiah, bidang sosial, maupun bidang firman.[3]

B.     DASAR KEPEMIMPINAN KRISTEN
Ada dua dasar kepemimpinan Kristen. Pertama, kepercayaan bahwa kepemimpinan Kristen sebagai opera ad intra Allah; Kedua, kepercayaan bahwa kepemimpinan Kristen sebagai opera ad extra Allah. Opera ad intra berarti bahwa kepemimpinan merupakan karya Allah dalam diri-Nya sejak kekekalan (inward). Sedangkan opera ad extra berarti bahwa kepemimpinan merupakan karya Allah dalam kekekalan yang direalisasikan dalam konteks waktu melalui orang/pemimpin pilihan-Nya (outward).[4]
Selain itu dalam kepemimpinan Kristen ada 2 dasar penting, yakni dasar teologis-filosofis dan dasar etika-moral. Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpin Kristen, ialah:[5]
1)      Memahami bahwa ia terpanggil sebagai “pelayan/hamba” (Mrk. 10:42-45).
2)      Harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen, yakni: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya (Mrk. 3:13-19; Mat. 10:1-4; Luk. 6:12-16); dan “mengutamakan pengabdian” (Luk. 17:7-10).
3)      Harus memahami proses kepemimpinan serta keterampilan memimpin, antara lain:
a.       Ia harus mengetahui tujuan Allah dalam organisasi yang dipimpinnya.
b.      Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c.       Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja.
d.      Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya.
e.       Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya menciptakan hubungan  yang baik dengan bawahannya.
Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas inkarnasi Yesus Kristus (Yoh. 1:1-14, 18; Flp. 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun diatas fakta inkarnasi Yesus Kristus, memiliki kisi kebenaran berikut:[6]
1)      Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya.
2)      Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan segala bidang hidup.
3)      Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup yang dibuktikan dengan pertobatan, pembaharuan, pemulihan hidup dan semangat kerja.
4)      Perwujudan dasar etika-moral kepemimpinan Kristen diatas haruslah dinyatakan dalam sikap dan bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a.       Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibr. 13:17).
b.      Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin bertumbuh (Kol. 2:6-7; 3:5-17).
c.       Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup (Ibr. 13:7-8).
d.      Pemimpin Kristen harus memiliki motivasi dasar pelayan (hamba) (Mrk. 10:42-45).

C.    CIRI KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG EFEKTIF
Dalam kepemimpinan ada tujuan yang hendak dicapai, dalam pencapaian tersebut tentu sekali sangat dibutuhkan standar khusus agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Leroy Eims dalam bukunya menyampaikan 12 ciri kepemimpinan yang efektif dalam proses kepemimpinan, adapun ciri kepemimpinan yang efektif tersebut, antara lain:[7]
1.      Menjadi Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab berarti memiliki motivasi dan semangat juang. Tidak membenarkan diri dan melempar tanggung jawab, salah satu awal kegagalan seorang pemimpin adalah membenarkan diri serta melempar tanggung jawab. Seorang pemimpin harus mengatasi kecenderungan untuk membenarkan diri dan harus menerima tanggung jawab dengan baik.
2.      Menjadi Pemimpin Yang Bertumbuh
Menjadi pemimpin yang bertumbuh tidaklah mudah. Dalam kepemimpinan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dimana hal tersebut merupakan musuh pertumbuhan, yakni kecongkakan dan kemalasan. Oleh karena itu seorang pemimpin yang bertumbuh haruslah memiliki kerendahan hati (Ams. 15:33; 22:4), memiliki kesalehan (Mzm. 119:7-8), bijaksana (Ams. 14:18).
3.      Menjadi Pemimpin Yang Membangkitkan Semangat
Untuk dapat menjadi pemimpin yang membangkitkan semangat, maka seorang pemimpin harus memiliki visi, kesiapsediaan dan pengabdian.
4.      Menjadi Pemimpin Yang Efisien
Seorang pemimpin yang efisien harus memiliki komunikasi yang baik dengan rekan-rekan kerja maupun rekan pelayanan (Neh. 2:17-18). Seorang pemimpin yang efisien juga harus membagikan tanggung jawab (Kel. 18:21-22) serta melakukan penilaian secara teratur.
5.      Menjadi Teladan
6.      Menjadi Pemimpin Yang Memberi Perhatian
Dalam hal ini, seorang pemimpin harus menghindari beberapa hal yang dapat merusak perhatian seorang pemimpin, baik itu gembala maupun pemimpin dalam organisasi tertentu, yakni menghindai kebiasaan memperhatikan diri sendiri saja, menghindari kebodohan, kemalasan, serta penyimpangan (menyalahgunakan perhatian).
7.      Memiliki Komunikasi Yang Baik
8.      Berorientasi Kepada Sasaran
Untuk dapat berorientasi kepada sasaran, seorang pemimpin harus terlebih dahulu menentukan sasaran (melalui pengarahan, menilai kemajuan serta memperhatikan hasil yang dicapai). Sasaran yang hendak dicapai dapat berupa sasaran jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran haruslah dibarengi dengan ketekunan serta tindakan.
9.      Menjadi Pemimpin Yang Tegas
10.  Menjadi Pemimpin Yang Cakap
11.  Menjadi Pemimpin Yang Mempersatukan
12.  Menjadi Pemimpin Yang Bekerja

D.    PERANAN KEPEMIMPINAN KRISTEN TERHADAP PEMUDA
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kaum berarti sanak kerabat, keluarga besar, golongan orang yang sepaham, sedangkan muda artinya belum sampai setengah umur. Sebuah pelayanan yang sehat dari kaum muda tidak dimulai dengan gagasan-gagasannya melainkan dengan para pemimpin rohaninya. Kaum muda adalah orang-orang yang Tuhan persiapkan untuk menggenapi nubuatan nabi Yoel di akhir zaman ini. Pelayan di kalangan kaum muda memang tidak mudah. Pelayanan ini dipenuhi dengan berbagai konflik yang berbeda. Masalah-masalah yang rumit selalu mengiringi pelayanan ini. Pelayanan kaum muda tidak pernah berhenti, hal ini akan selalu berlanjut dalam semua aspek organisasi. Setiap pelayanan kaum muda akan mampu bertumbuh kalau dibangun atas dasar tujuan Allah bagi gereja. Membangun sebuah pelayanan kaum muda yang diarahkan pada tujuan akan memerlukan sejumlah besar komitmen, ketekunan dan kepemimpinan.
Lalu bagaimana peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum muda? Untuk menemukan jawaban tentang peranan kepemimpinan Kristen terhadap kaum muda. Terlebih dahulu harus memperhatikan keadaan kaum muda dalam gereja. Peter Wongso dalam bukunya menyampaikan beberapa keadaan pemuda dalam gereja saat ini, yakni:[8]
1.      Adanya pemisahan antara orang dewasa dan kaum muda, pandangan kaum muda sering ditolak, pekerjaannya tidak dihargai bahkan usulnya ditentang oleh orang dewasa. Akhirnya muncul saling menuduh, tidak mengerti antara satu dengan yang lainnya, saling menyerang, sehingga kaum muda banyak yang meninggalkan gereja.
2.      Kebaktian dan kegiatan-kegiatan gereja tidak dapat menarik perhatian kaum muda. Mimbar dan kebaktian belum dapat memenuhi kebutuhan mereka, bahkan tidak dapat mengatasi masalah pemuda dengan kebenaran Alkitab. Akhirnya kaum muda menjadi orang yang menentang Firman Tuhan.
3.      Biasanya seorang pemuda yang baru masuk gereja sangat berkobar-kobar, suka ikut pelayanan. Maka, apabila kurang mendapat perhatian, petunjuk dan bimbingan atau kurang memperoleh pengertian, mereka akan menjadi dingin, patah semangat dan meninggalkan gereja.
4.      Cara persekutuan pemuda/i perlu dikoreksi. Perhatikan cara yang sesuai dengan watak mereka yang suka kestatisan. Ingatlah, bahwa apabila tidak ada perubahan-perubahan, tidak akan mungkin memperoleh potensi baru.
5.      Apabila gereja tidak mampu mencukupi kebutuhan rohani kaum muda, pasti akan terjadi ketidakpuasan yang menimbulkan keinginan untuk meniggalkan gereja. Maka seorang pemimpin gereja perlu terus-menerus menambah ilmu pengetahuan.

Dari beberapa keadaan pemuda dalam gereja diatas, peranan sesungguhya dari pemimpin terhadap kaum muda, sangatlah jelas. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya tentang ciri kepemimpinan yang efektif, apabila dilakukan seorang pemimpin dengan baik, tentu sekali masalah yang muncul dalam kaum pemuda akan dapat teratasi. Untuk menyikapi masalah pemuda dalam gereja diatas, penulis akan menyajikan bagaimana seharusnya peranan kepemimpinan Kristen terhadap permasalahan tersebut sesuai dengan ciri kepemimpinan yang efektif.
1.      Menjadi Pemimpin Yang Mempersatukan, pemimpin yang mempersatukan tidak hanya berbicara tentang mempersatukan secara organis. Namun, seorang pemimpin juga harus bisa menerima pendapat dari kaum pemuda. Mengapa Peter Wongso menyampaikan masalah pemuda diatas, tentu sekali karena banyak para pemimpin gereja yang tidak menghargai pendapat pemuda, atau bahkan menganggap bahwa kaum muda belum memiliki kapasitas untuk mengeluarkan pendapat. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memahami dengan baik peranannya sebagai pemimpin, agar kaum muda merasa lebih dihargai dan mau terbeban dalam pelayanan.
2.      Menjadi Pemimpin Yang Membangkitkan Semangat, seorang pemimpin dengan kapasitas kepemimpinannya harus memiliki kreatifitas dan pengetahuan yang luas tentang kehidupan pemuda. Apa yang ditawarkan oleh gereja, tentu itulah yang akan diterima oleh pemuda. Jika tawaran yang disajikan tidak menarik, pemuda yang memiliki jiwa petualang akan pergi mencari yang lebih menarik. Gereja melalui pemimpin harus berusaha memberi kenyamanan terhadap kaum muda, agar kaum muda dapat berkarya dalam gereja. Namun dalam hal ini, tentu sekali harus tetap memperhatikan kebenaran Firman Tuhan, jangan sampai tidak sesuai dengan Alkitab.
3.      Menjadi Teladan Serta Memberikan Perhatian, pemuda butuh seorang teladan dalam proses pertumbuhannya menuju kedewasaan, serta membutuhkan perhatian untuk mendukung serta memotivasi hidupnya. Bimbingan serta motivasi dan perhatian khusus harus diberikan kepada kaum pemuda, agar dalam proses pembentukannya seorang pemuda bertumbuh sesuai dasar Firman Tuhan.
4.      Menjadi Pemimpin Yang Cakap, seorang pemimpin harus terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan, agar pemimpin mampu menjawab dan memenuhi keinginan pemuda.

Selain peranan yang penulis sampaikan diatas. Peter Wongso melalui bukunya juga menyampaikan beberapa peranan yang seharusnya dilakukan pemimpin terhadap kaum muda.[9]
1.      Mengarahkan dan memanfaatkan karunia kaum muda, serta memupuknya.
2.      Melatih serta memajukan bakat-bakat kepemimpinan dan pengerja dalam organisasi kaum muda.
3.      Pelayanan kaum muda harus bersemangat, sistematis, berpandangan luas, kreatif, dan ada ide-ide yang baru.
4.      Mengadakan pembimbingan kaum muda dengan cara mengumpulkan pemikiran-pemikiran dan pendapat bagi perkembangan kaum muda.
5.      Gereja bekerja sama dengan sekolah Teologia dalam mendidik tenaga-tenaga khusus.
6.      Mendorong kaum muda untuk saling mengerti, saling percaya, dan saling menghargai.
7.      Mengadakan seminar-seminar khusus yang membicarakan pelayanan kaum muda.


BAB III
KESIMPULAN

Kepemimpinan yang efektif bagi pelayanan kaum muda sangat dibutuhkan di dalam semua aspek hidup, baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Pemuda memegang peranan yang sangat penting dalam kelanjutan pelayanan. Kepemimpinan bukanlah milik sebagian orang saja, tetapi kita semua diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin. Kepemipinan adalah ide Allah, dan semua manusia ciptaannya memiliki itu. Untuk mengembangkan kepemimpinan haruslah meningkatkan kualitas hidup kita, dan tidak berhenti untuk belajar.
            Kepemimpinan kaum muda yang efektif adalah pemimpin yang mampu memberi teladan hidup, hidup dalam kerendahan hati, pemimpin yang visioner, tidak malas (mau mengembangkan karunia), dapat membagi waktu dengan baik, dapat berorganisasi dengan baik, mampu mendelegasikan tugas-tugasnya kepada rekan kerjanya dan yang tidak kalah pentingya adalah seorang pemimpin yang mampu membuat tim kerja yang solid, sehingga pelayananannya menjadi lebih efektif. Oleh karena itu gereja melalui pemimpin dan kapasitasnya sebagai pemimpin harus lebih memperhatikan peranannya terhadap kaum muda, agar pelayanan kaum muda semakin lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA
 
Eims, Leroy: 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
Lasut, Christian J.: Bahan Ajar Kepemimpinan Kristen (Batam: STT Basom, 2015).
Siagian, Sondang P.: Teori Dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988).
Tomatala, Yakob: Kepemimpinan Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2002).
Tomatala, Yakob: Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta: Gandum Mas, 1997).
Wongso, Peter: Theologia Penggembalaan (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995).



[1] Sondang P. Siagian, Teori Dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988) hal. 08.
[2] Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta: Gandum Mas, 1997) hal. 43.
[3] Christian J. Lasut, Bahan Ajar Kepemimpinan Kristen (Batam: STT Basom, 2015).
[4] Ibid
[5] Yakob Tomatala, Kepemimpinan Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2002) hal. 16-18.
[6] Ibid, hal. 18-19
[7] Leroy Eims, 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
[8] Peter Wongso, Theologia Penggembalaan (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995) hal. 119-120.
[9] Ibid , hal. 120-121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar