Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VII (TUGAS PRESENTASE PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB SUAMI DALAM KELUARGA KRISTEN)

TUGAS PRESENTASE
PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB SUAMI
DALAM KELUARGA KRISTEN

Nama Kelompok:
Amnavel Situmeang
Berta Limbong
Casma Kristina Pane
Ester Simanjuntak
Januardi Harefa
Rikawati Sinaga
Rohani Br. Sitorus Pane
Roscendana Mau Kawa
Roy Damanik



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kemurahan-Nya tugas presentase ini dapat kelompok selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini kelompok serahkan kepada pembina mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga, Bapak Paskah Parlaungan Purba, M.Pd.K, sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa kelompok mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh mahasiswa.

Kelompok memohon kepada bapak dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas presentase ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang akan datang.


Batam, Oktober 2015



Hormat Kami
Kelompok 1 (Suami Dalam Keluarga)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tuhan merupakan oknum pembentuk sebuah keluarga, Allah telah merancang keluarga Kristen agar mengikuti struktur tertentu. Pertama, Allah telah menetapkan suami menjadi kepala keluarga. Namun bukan berarti Allah memberikan hak kepada suami untuk mendominasi istri dan anak-anaknya. Allah memanggil suami untuk mengasihi, melindungi, mencukupi kebutuhan, dan memimpin keluarganya sebagai kepala keluarga. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Efesus 5:22-24). Suami bukanlah kepala rohani yang utama dari istrinya, Yesus adalah pribadi yang memenuhi peran itu. Yesus adalah kepala rohani dari gereja-Nya, dan istri kristen adalah anggota gereja, sama halnya dengan suami kristen. Tetapi, di dalam keluarga, suami kristen merupakan kepala dari istri dan anak-anaknya, dan ia harus berserah kepada otoritas yang diberikan oleh Allah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini, adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan keluarga?
2.      Apa saja perintah Allah terhadap suami?
3.      Apa yang menjadi peranan dan tanggung jawab suami?

C.    TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan ini, adalah:
1.      Memahami apa itu keluarga.
2.      Memahami perintah Allah kepada suami.
3.      Memahami peranan dan tanggung jawab suami.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFENISI KELUARGA
Keluarga merupakan lembaga kecil yang terdiri dari suami isteri; ayah, ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan apa yang dimaksud dengan keluarga secara umum serta apa yang dimaksud dengan keluarga Kristen.

1.      KELUARGA SECARA UMUM
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dengan perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.[1]
Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? Memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi.[2]
1)      Merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani.
2)      Merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunia masing-masing.
3)      Merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
4)      Merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik.
5)      Merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya.

2.      KELUARGA KRISTEN
Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya. Keluarga Kristen memegang peranan yang penting dalam PAK. Dengan demikian keluarga Kristen merupakan suatu persekutuan antara anak-anak dengan ayah-ibunya, yang sanggup menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri.[3]
Harianto GP dalam bukunya mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi. Allah mendirikan keluarga agar anak belajar dari orangtua. Sebelum membentuk jemaat dan sebelum ada pemerintahan, Allah menahbiskan pernikahan dan keluarga sebagai bangunan dasar masyarakat. Tidak ada tempat yang lebih baik dan penting untuk menumbuhkan iman, dan menaburkan nilai-nilai kristiani selain keluarga.[4]

B.     PERINTAH ALLAH TERHADAP SUAMI
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa keluarga merupakan lembaga yang diciptakan oleh Allah sendiri. Maka Allah memberikan perintah, baik kepada suami maupun kepada istri. Adapun perintah-perintah Allah kepada suami adalah sebagai berikut:[5]
1.      Mengasihi istrinya (Efesus 5:25).
2.      Menjadi kepala atas keluarga (Efesus 5:23), istri atau anak tidak bisa menjadi kepala, yang harus menjadi kepala adalah suami.
3.      Tunduk kepada Kristus sang kepala Gereja (1 Korintus 11:3), dikatakan bahwa kepala setiap laki-laki adalah Kristus, jadi seorang kepala keluarga harus berjalan pada jalan Kristus, karena seorang suami berada di bawah Kristus.
4.      Bersatu dengan istrinya (Kejadian 2:24), mengajarkan kepada kita bahwa seorang suami harus bersatu dengan istrinya.

C.    PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB SUAMI
Perintah Allah sekaligus menjadi peranan dan tanggung jawab suami dalam keluarga Kristen. Adapun yang menjadi peranan dan tanggung jawab suami dalam keluarga Kristen, adalah:

1.      TANGGUNG JAWAB SUAMI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab merupakan keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan, baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya masing-masing.[6]
Suami yang bertanggung jawab adalah ketika ia tahu dan melakukan apa yang Allah harapkan serta tahu apa yang istrinya harapkan. Firman Tuhan menyatakan tugas utama suami di dalam Efesus 5:25 “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Tugas dan tanggung jawab yang mulia dari seorang suami adalah mengasihi istrinya. Untuk itu, tanggung jawab adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanggung jawab menyangkut orang lain dalam hal ini istri dan terlebih diri sendiri. Jika seorang suami melalaikan tanggung jawab, maka kualitas dari dirinya akan rendah. Mengasihi istri perlu dijabarkan dalam langkah-langkah konkrit dan tindakan nyata.[7]

1)      Sebagai Pemimpin Rohani Terhadap Istri
Pemimpin rohani terhadap istri berarti suami harus mendoakan, mengasihi dan memimpim istri sesuai dengan peraturan Allah:
a.       Mencintai istrinya seumur hidup, sumpah atau janji setia pada saat upacara pernikahan merupakan tanggung jawab utama yang sangat penting seorang suami
b.      Memberi rasa aman, mencukupi kebutuhan ekonomi
c.       Memberi rasa nyaman, mengasihi dengan tulus, menjadi pelindung
d.      Memimpin berarti memimpin dan mengasihi serta melayani, bukan menuntut atau berlaku sebagai bos, sebab Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat. 20:28; Ef. 5:25; Kol. 3:9)
e.       Memimpin berarti bergaul dan memberi waktu (Yoh. 1:39, 43; Mark. 1:17, 3:14)
f.       Memimpin berarti menjadi teladan (1 Kor. 4:16; Fil. 3:17; 1 Tim. 4:12)
g.      Memimpin berarti rela berkorban (Ef. 5:28-30)
h.      Tidak memukul atau berlaku kasar, sebab istri adalah milik Kristus dan tubuh istri adalah bait Roh Kudus (1 Kor. 6:19-20; Kej. 2:18-24), memukul istri berarti memukul milik Allah
i.        Mengagumi dan memberi penghargaan pada istri (Mz. 139:13-14)
j.        Memperhatikan dan memelihara hubungan pribadi dengan sopan dan hormat. Tubuh suami adalah milik istri dan sebaliknya (1 Kor. 7:4; Kej. 2:24; Ef. 5:31), ekspresi cinta harus benar dan tidak boleh egois. “Demikian juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijak sama dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”
k.      Selain Kristus, istri mendapat tempat pertama dihati suami (Mat. 10:37)
l.        Menyediakan waktu bagi istri dan anak untuk bersama, berdoa dan membuka Alkitab bersama (Maz. 127:1; 119:105; Mat. 6:33)
m.    Melayani Tuhan bersama, sebagai contoh Akuila dan Priskila (Kis. 3:11; Rom. 16)

2)      Pemimpin Anak
Selain menjadi pemimpin rohani terhadap istri, suami juga menjadi pemimpin terhadap anak.
a.       Penanggung utama terhadap anak (Ams. 1:8; 6:20)
b.      Ayah adalah pemimpin anak, melalui pikiran, perbuatan dan teladan (1 Kor. 3:11; Ef. 5:23)
c.       Menghargai anak sebagai ciptaan Allah (Maz. 127:3; 139:1)
d.      Memperhatikan kebutuhan anak secara total, tubuh jiwa dan roh dengan penuh tanggung jawab
e.       Memberi teladan bagi anak untuk hidup hormat dan takut akan Tuhan

2.      PERANAN SUAMI
Dalam keluarga, seorang suami mempunyai peranan yang cukup besar, baik terhadap istri maupun terhadap anak.

1)      Peranan Terhadap Istri
Suami harus mampu menciptakan keakraban dan kemesraan bagi istri. Hal ini sering kurang diperhatikan dan dilaksanakan. Padahal istri sebagai ibu, bila tidak mendapat dukungan keakraban dan kemesraan dari suami, bisa jemu terhadap semua kegiatan rumah tangga, mengurus keluarga, membesarkan anak, dan pekerjaan di luar rumah, akhirnya uring-uringan dan cepat marah sehingga merusak suasana keluarga. Ibu yang merasa tidak aman dengan adanya suasana keluarga yang gaduh, akan mengakibatkan anak merasa tidak aman dan tidak senang di rumah. Agar suasana keluarga bisa terpelihara baik maka perlu tercipta hubungan yang baik antara suami istri.[8]


2)      Peranan Terhadap Anak
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang menjadi peranan suami terhadap anak, antara lain:[9]
a.       Cinta dan Kasih Sayang
Anak-anak memerlukan cinta dan kasih sayang dari seorang ayah. Cinta dan kasih perlu diungkapkan dan didemonstrasikan.
b.      Anak-Anak Memerlukan Peraturan-Peraturan
Ayah perlu memberi peraturan untuk kehidupan anaknya dengan hikmat dan perlu dikomunikasikan dengan kasih. Peraturan itu sangat diperlukan dalam kehidupan keluarga.
c.       Ayah Perlu Mengetahui
Ayah perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya seorang ayah akan lebih memahami, menghargai dan dapat berkomunikasi dengan mereka.
d.      Ayah Juga Manusia
Seorang ayah perlu menyadari dan mau mengakui di hadapan anak-anaknya bahwa ia manusia biasa. Seorang ayah harus berani meminta maaf kepada anak-anaknya karena sesuatu yang telah dikatakan atau yang telah dilakukannya.
e.       Ayah Adalah Pemimpin
Alkitab memandang ayah sebagai seorang pemimpin keluarga. Kepemimpinan ayah yang paling penting adalah dalam hal moral dan rohani. Anak-anak perlu melihat ayah mereka memimpin pertumbuhan rohani dan keagamaan dengan melihat secara nyata bahwa ayah mereka adalah penyembah dan orang beriman yang sungguh-sungguh. Kehidupan rohani ayah perlu nyata dalam keluarga.
f.       Membuka Diri dan Dapat Dihampiri, seorang ayah seharusnya dapat dihampiri anak-anaknya. Seorang ayah perlu memberikan waktu yang tidak terikat kepada anak-anaknya supaya menciptakan iklim yang lebih baik untuk mendengar dan bercakap-cakap. Saat-saat yang membangkitkan minat dan keterbukaan dan keseriusan anak-anak tidak selalu datang pada konteks yang diharapkan. Oleh karena itulah seorang ayah perlu membuka diri dan dapat dihampiri oleh anak-anaknya setiap waktu, untuk mendengar apa yang dikatakan anak-anaknya.


BAB III
KESIMPULAN

Ayah merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya seorang ayah dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya dan mampu memberi rasa nyaman terhadap istrinya. Tidak ada suami yang sempurna. Tidak ada kepala keluarga yang siap 100% untuk menjadi kepala keluarga yang sempurna. Berbagai keterbatasan dan kekurangan, baik secara fisik, mental dan pikiran yang ada dalam diri seorang suami membuatnya sadar bahwa dia memerlukan seorang penolong dan Allah telah merespon hal ini dengan memberinya seorang istri. Seseorang yang di mata Allah dapat menjadi penolong yang sepadan bagi suami.
Ketidaksempurnaan seorang suami tidak perlu membuatnya berputus asa, tetapi seharusnya mendorong dia untuk terus belajar memahami dan mempraktekkan kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupannya. Perubahan demi perubahan akan dialami bila secara konsisten taat pada Firman Tuhan. Dalam pernikahan Kristen seorang suami diharapakan menjadi pribadi yang memenuhi kehendak Allah.
Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil yang di dalamnya terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang masing-masing memiliki peran. Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak-anak memiliki pemikiran kritis akan banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa. Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut seorang anak sebaiknya dijawab dengan jawaban yang jujur dan dapat memuaskan hati anak. Pendidikan moral dan kejujuran bagi seorang anak berawal dari kelurga, melalui orang tua secara khusus ayah. Hal ini yang dapat membentuk karakter anak di masa depan.



DAFTAR PUSTAKA

Alkitab

Enklaar, I.H; E.G. Homrighausen: Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

Gunarsa, Singgih D: Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)

Harianto: Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012)

Kristianto, Paulus Lilik: Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008)




https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga



[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
[2] Paulus Lilik Kristianto: Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008) hal. 139-140.
[3] I.H. Enklaar; E.G. Homrighausen: Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) hal. 128-129.
[4] Harianto GP: Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012) hal. 69.
[5] https://dermawanlaoli.wordpress.com/2013/04/09/ringkasan-buku-rencana-allah-bagi-rumah-tangga-kristen-joice-coon-isaac-margareth-simbiri/
[6] http://kbbi.web.id/tanggung%20jawab
[7] https://pembaharuankeluarga.wordpress.com/2011/03/25/414/
[8] Singgih D. Gunarsa: Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)
[9] Paulus Lilik Kristianto: Prinsip & Praktik Pendidikan Agama Kristen, Penuntun bagi Mahasiswa Teologi & PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama, dan Keluarga Kristen (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008) hal. 147-149.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar