Senin, 22 Februari 2016

SEMESTER VII (TUGAS MAKALAH DAN PRESENTASE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA Dari Segi Moral Dan Identitas)

TUGAS MAKALAH DAN PRESENTASE
 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA
Dari Segi Moral Dan Identitas



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kemurahan-Nya tugas makalah dan presentase ini dapat kelompok selesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini kelompok serahkan kepada pembina mata kuliah Psikologi Perkembangan Remaja, Ibu Ester Melati, M.Pd.K, sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa kelompok mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada seluruh mahasiswa.

Kelompok memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam tugas makalah dan presentase ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya karya tulis yang akan datang.


Batam, November 2015



Hormat Kami
Kelompok 5


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa yang paling meresahkan hati bagi setiap orang, secara khusus orang tua. Pada masa ini sering di iringi oleh berbagai perubahan serta perkembangan yang terjadi pada diri seorang remaja baik secara fisik, intelektual, psikologi dan juga sosial yang berlangung sangat cepat. Oleh karena itu, seorang remaja membutuhkan pemahaman dan penerimaan diri tentang karakteristik masa perkembangan ini. Berbagai problema yang muncul seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman dalam berinteraksi dengan tuntutan pertumbuhan dan kebutuhan remaja yang terus berkembang. Dalam pembahasan ini, kelompok akan membahas secara khusus mengenai perkembangan remaja dari aspek moral dan identitas diri.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah dan presentase ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan remaja?
2.      Apa dan bagaimana perkembangan moral pada remaja?
3.      Apa dan bagaimana penemuan identitas diri pada remaja?

C.    TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah dan presentase ini, antara lain:
1.      Memahami tentang remaja.
2.      Memahami perkembangan moral remaja.
3.      Memahami penemuan identitas diri remaja 


BAB II
PEMBAHASAN

Remaja merupakan usia transisi yang sangat menentukan masa depan kehidupan manusia, dan masa ini merupakan masa yang harus dialami semua orang. Pada masa ini sangat penting membangun nilai khusus serta cara pandang kehidupan yang Alkitabiah. Masa remaja juga merupakan masa peralihan yang menentukan dan mengubah bentuk fisik. Masa ini juga merupakan masa ketika perasaan dan emosi bercampur. Dalam masa ini remaja tampil dengan sikap yang unik, seperti suka memberontak, cepat marah dan cenderung bersikap keras.[1]

A.    DEFENISI REMAJA

1.      REMAJA SECARA UMUM
Secara etimologi, istilah remaja meliputi dua istilah yang membedakan remaja itu sendiri, yaitu istilah pubertas dan adolesen. Perbedaan ini berdasarkan peninjauan atas kematangan-kematangan yang menonjol yang terjadi pada masa remaja itu. Istilah pubertas menunjukkan adanya psikis remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Surya (1990:89) bahwa pubertas (puberty) berasal dari kata pubes yang artinya “bulu”. Jadi masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan jasmani seperti tambah bulu, tinggi, dan berat badannya, kematangan organ-organ seks, dan sebagainya.[2]

2.      REMAJA MENURUT ALKITAB
Masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan hubungan dengan Allah. Karena masa remaja adalah masa keterbukaan dalam hal idea atau bimbingan. Untuk itu masa remaja ini adalah kesempatan bagi para pendidik untuk memberikan waktu yang cukup dalam melayani remaja dalam menemukan identitasnya sebagai orang Kristen. Ada dalam Alkitab, Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” (Pengkhotbah 12:1) dan dengan apakah anak muda mepertahankan kelakuannya bersih yaitu dengan merenungkan firman Tuhan sebagai dasar kehidupan orang percaya. Tuhan lebih tertarik kepada kemampuan dari pada umur. Dalam 1 Samuel 2:18 dikatakan “adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan”.[3]

B.     PERKEMBANGAN MORAL

Pengertian Moral Menurut Shaffer adalah kaidah norma yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial. Sedangkan menurut Rogers, Moral adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, keharmonisan dan ketertiban. Menurut Kohlberg, penilaian dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang masing-masing individu sambil mempertimbangkan segala tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik. Semua ini merupakan tindakan kognitif.[4]

1.      TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
a.       Usia 12-15 tahun, penalaran moral mencerminkan peningkatan kesadaran akan keadilan dan pembuat aturan yang kooperatif.
b.      Usia 16-20 tahun, relativisme memainkan peranan penting dalam penalaran moral.

2.      CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MORAL
a.       Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak/formal. Peningkatan kemampuan berpikir berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral. Dengan dicapainya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan pemahaman terhadap moralnya meningkat.
b.      Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas asas persetujuan semua orang yang bersifat ideal.
c.       Michel (dalam Elida Prayitno: 1992) mencatat ada tiga perubahan yang penting dalam perkembangan moral selama masa remaja, yaitu:[5]
1)      Remaja menyadari bahwa yang disebut benar atau salah itu adalah atas pertimbangan keadilan atau kebijaksanaan, bukan atas kemauan orang yang berkuasa.
2)      Remaja paham tentang peraturan moral atau agama dan sosial karena telah diperolehnya kemampuyan memahami sesuatu dari sudut pandangan tertentu, sehingga remaja mengerti bahwa moral relatif tidak absolut.
3)      Remaja mengalami konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral. Tingkah laku moral adalah tingkah laku yang ditampilkan sesuai dengan kriteria moral, sedangkan pikiran moral dan pandangan moral adalah pendapat atau pertimbangan seseorang tentang persoalan moral.

3.      PENYIMPANGAN MORAL DALAM MASA PERKEMBANGAN REMAJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

a.      Penyimpangan Remaja
1)      Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS
2)      Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS.
3)      Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4)      Tawuran.
5)      Sering berkunjung ke diskotik.
6)      Menjajakan diri kepada pria hidung belang.

b.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja
Adapun yang kemungkinan besar yang menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku penyimpangan pada remaja ialah sebagai berikut:
1)      Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (kurang dalam memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai Kristiani).
2)      Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
3)      Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit (miskin/fakir).
4)      Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
5)      Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
6)      Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
7)      Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
8)      Perceraian orangtua.
9)      Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
10)  Hidup menganggur.
11)  Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
12)  Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral).

c.       Solusi dalam Mengatasi dan meminimalisasi Perilaku Moral Remaja yang Menyimpang
Adapun yang menjadi solusi dari kelompok dalam mengatasi penyimpangan moral pada remaja ialah sebagai berikut:
1)      Mengajarkan anak remaja tentang nilai-nilai Kristiani dan etika Kristen, nilai-nilai Kristiani yang dimaksud ialah mengasihi dan menyayangi orang lain, peduli terhadap sesamanya, tidak melakukan yang tidak sopan, menghormati orang yang lebih tua, tidak melakukan perbuatan amoral dan lain sebagainya.
2)      Mendidik dan mengarahkan anak-anak remaja dalam melakukan kegiatan-kegiatan rohani. Kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani, yakni terlibat dalam pelayanan di persekutuan remaja, seperti bermain musik, singer, multimedia, tamborin, dan lainnya.
3)      Melibatkan anak remaja dalam kegiatan aksi sosial. Kegiatan sosial yang dimaksud seperti mengunjungi panti asuhan, mengadakan gotong-royong, melakukan pelestarian alam dengan menanam pohon, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti monumen, dan lain sebagainya.
4)      Mengadakan seminar tentang pembentukan moral pada remaja. Menyampaikan pengajaran tentang nilai-nilai moral, kesuksesan, seks, narkoba, dan lain sebagainya.
5)      Membimbing anak remaja dalam menghadapi setiap persoalan-persoalan yang dihadapinya supaya tidak terjadi penyimpangan. Memberikan arahan, dukungan, bimbingan dan nasehat kepada remaja supaya tidak mengalami depresi dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya.


C.    PENEMUAN IDENTITAS DIRI REMAJA

Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang. Ada beberapa pengertian ientitas atau jati diri, yaitu sebagai berikut:[6]
1.      Jati diri adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami.
2.      Jati diri adalah suatu proses pertumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui mata hati.
3.      Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
4.      Jati diri adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya gerak dari dalam.

Menurut psikologi anak dan remaja dari Empati Development Center, Dra. Roslina Verauli, MPsi, “Identitas diri sebetulnya cara bagaimana seseorang melihat dirinya, identitas diri juga dikenal dengan istilah konsep diri.” Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita.

1.      PENEMUAN JATI DIRI YANG BAIK
Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini :
a.      Belajar, menuntut ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengarungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam kehidupan.
b.      Berfikir, llmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi yang baik. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
c.       Iman, yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam semesta dan menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya.
d.      Berbuat baik, berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya.

2.      KESULITAN DALAM PENEMUAN JATI DIRI
Beberapa kesulitan yang dialami remaja dalam proses penemuan jati dirinya, antara lain:[7]
a.       Remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya dan tidak dapat memanfaatkan secara efektif.
b.      Remaja belum mampu bergaul lebih matang dengan lawan jenis.
c.       Remaja kesulitan mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri.

3.      KRISIS JATI DIRI REMAJA
Saat ini, banyak sekali para remaja yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang mewarnai mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah kebenaran mereka masing-masing. Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami bentuk jati diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat didalamnya. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh:[8]
a.      Merasa hidupnya selalu diatur, seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang.

b.      Mengejar penghargaan dari lingkungan, pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.

c.       Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan, ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi parameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta.

4.      PERAN ORANGTUA DALAM PENEMUAN JATI DIRI
Masa remaja adalah masa di mana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting. Untuk itu peran orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa ini dengan membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam. Peran orangtua bisa dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan mengenali bakat serta potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali temperamen dan kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari bakat yang dimilikinya, menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa cita-cita. Orangtua bisa membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus memberi nilai-nilai kehidupan (living values) yang positif.
Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai, pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang disekitarnya. Peran orangtua dalam masa-masa pencarian jati diri anak adalah sebagai pendukung atau pemberi motivasi serta sebagai pelatih. Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orangtua hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan dan dikembangkan.
Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk itu peran orang tua sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang baik. Pemahaman yang diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak akan membantu anak mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta menghadapi tantangan kehidupan berupa tantangan karier dan lain sebagainya.



BAB III
KESIMPULAN

Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seorang remaja dalam proses pencapaian moralitas harus mampu mengendalikan perilaku sendiri.
Jati diri adalah suatu proses untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa ini, para remaja dituntut untuk memiliki percaya diri agar mereka tidak terpengaruh oleh prinsip orang-orang di sekitar mereka. Masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun karena pondasi dasar pemikiran disaat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan masalah. Masa remaja merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan serta perkembangan jasmani, pemikiran, kejiwaan, pengalaman baru, suka menyendiri dan juga ingin bebas. Maka, ragu-ragu, was-was dan kritis terhadap berbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja, dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi. Jati diri remaja adalah hal penting untuk dibangun, karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan rasa percaya diri itu faktor penting untuk membangun masa depan yang gemilang.



DAFTAR PUSTAKA

Abu Said, Musthofa: Mendidik Remaja Nakal ( Medan: Semesta Hikmah, 2015)

Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori (Yogyakarta: CAPS, 2014)

http://www.bibleinfo.com/id/topics/remaja

http//Perkembangan Moral Remaja dan cirri-cirinya.

www.moral dan perkembangannya. com

http://psikologi-anaknakal.blogspot.com

http://gnupi.com/krisis-jati-diri-dan-penyebabnya.html.



[1] Musthofa Abu Said, Mendidik Remaja Nakal ( Medan: Semesta Hikmah, 2015), 1.
[2] Ibid, 2.
[3] http://www.bibleinfo.com/id/topics/remaja
[4] http//Perkembangan Moral Remaja dan cirri-cirinya.
[5] www.moral dan perkembangannya. com

[6] http://psikologi-anaknakal.blogspot.com
[7] Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori (Yogyakarta: CAPS, 2014)
[8] http://gnupi.com/krisis-jati-diri-dan-penyebabnya.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar